MAKALAH
PONDASI DANGKAL
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Setiap bangunan sipil seperti gedung,
jembatan, jalan raya, terowongan, menara, dam/tanggul dan sebagainya harus
mempunyai pondasi yang dapat mendukungnya. Istilah pondasi digunakan dalam
teknik sipil untuk mendefenisikan suatu konstruksi bangunan yang berfungsi
sebagai penopang bangunan dan meneruskan beban bangunan di atasnya (upper
structure) ke lapisan tanah yang cukup kuat daya dukungnya. Untuk itu,
pondasi bangunan harus diperhitungkan agar dapat menjamin kestabilan bangunan
terhadap berat sendiri, beban–beban yang bekerja, gaya – gaya luar seperti
tekanan angin, gempa bumi dan lain – lain. Sehingga
pondasi yang merupakan bagian dari konstruksi bangunan harus memenuhi beberapa persyaratan, antara
lain:
1.
Cukup kuat untuk mencegah/menghindarkan
timbulnya patah geser yang disebabkan muatan tegak ke bawah.
2.
Dapat menyesuaikan terhadap
kemungkinan terjadinya gerakan-gerakan
tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
tanah antara lain, tanah mengembang, tanah menyusut, tanah yang tidak
stabil, kegiatan pertambangan dan gaya mendatar dari gempa bumi.
3. Menahan
gangguan dari unsur-unsur kimiawi di dalam tanah baik organik
maupun anorganik.
maupun anorganik.
4. Dapat
menahan tekanan air yang mungkin terjadi. Suatu konstruksi pondasi yang tidak
cukup kuat dan kurang memenuhi persyaratan tersebut diatas, dapat menimbulkan
kerusakan pada bangunannya. Akibat yang ditimbulkan oleh kerusakan ini,
memerlukan perbaikan dari bangunannya bahkan kemungkinan terjadi seluruh
bangunan menjadi rusak dan harus dibongkar.
Di samping itu, tidak boleh terjadi penurunan melebihi batas yang diijinkan.
Macam-Macam
Kemungkinan Pondasi
1.
Keadaan Tanah yang Kering (tidak dapat diperngaruhi air
hujan dan sebagainya dengan air di dalam tanah sedikit atau dalam sekali,
gunung). Jika daya dukung bagus pake pondasi lajur atau umpak. Kalau tidak,
bias pake plat beton.
2.
Keadaan Tanah yang Basah (mungkin terjadi longsor akibat
terkena air hujan atau air di bawah permukaan) biasanya digunakan dinding
bendungan. Paku bumi dari kayu hanya boleh digunakan di bawah permukaan air
tanah permukaan terendah karena bahaya pembusukan.
3.
Pondasi di Dalam Air pada prinsipnya dapat digunakan cara
seperti pada pondasi pada tanah basah yaitu menggunakan dinding bendungan dan
pondasi paku bumi kayu atau beton bertulang. Kemudian juga dengan menimbun batu
kali selebar mungkin dengan ketinggian di atas permukaan air.
Sebelum
memulai pengerjaan pondasi, terlebih dahulu harus memenuhi syarat-syarat secara
:
a. Fungsional
: mampu mendukung dan menyalurkan dengan baik beban-beban diatasnya
b. Struktural
: tidak ambles dan tidak berubah bentuk
Pondasi bangunan biasanya dibedakan atas
dua bagian yaitu pondasi dangkal (shallow foundation) dan pondasi dalam
(deep foundation), tergantung dari letak tanah kerasnya dan perbandingan
kedalaman dengan lebar pondasi. Pondasi dangkal kedalamannya kurang atau sama
dengan lebar pondasi (D≤B) dan dapat digunakan jika lapisan tanah kerasnya
berada dekat dengan permukaan tanah. Sedangkan pondasi dalam digunakan jika
lapisan tanah keras berada jauh dari permukaan tanah atau memenuhi syarat
kedalamannya lebih besar dengan lebar pondasi (D>B). Berdasarkan teori yang
telah dikemukakan dapat diketahui tentang macam-macam pondasi, namun pada
pembuatan makalah ini, penulis hanya memfokuskan pembahasan seputar Pondasi Dangkal.
B. Rumusan Masalah
- Pengertian Pondasi Dangkal
- Jenis Dan Fungsi
Pondasi Dangkal
- Daya
Dukung Pondasi Dangkal
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pondasi Dangkal
Pondasi adalah
bagian bangunan yang menghubungkan bangunan dengan tanah. Pondasi berfungsi
untuk meneruskan beban-beban dari semua unsur bangunan yang dipikulkan
kepadanya ke tanah. Pondasi harus diperhitungkan sedemikian rupa agar dapat
menjamin kestabilan bangunan terhadap :
A. Beban
bangunan
B. Berat
sendiri
C. Beban
berguna
D. Gaya-gaya
luar :
·
Angin
·
Gempa bumi
·
Beban termis
·
Beban dinamis
·
Penurunan pondasi
Pondasi
merupakan bagian paling bawah dari suatu konstruksi bangunan. Fungsi pondasi
adalah meneruskan beban konstruksi ke lapisan tanah yang berada di bawah
pondasi dan tidak melampaui kekuatan tanah yang bersangkutan. Apabila kekuatan
tanah dilampaui, maka penurunan yang berlebihan atau keruntuhan dari tanah akan
terjadi, kedua hal tersebut akan menyebabkan kerusakkan konstruksi yang berada
di atas pondasi.
B.
Jenis Dan Fungsi
Pondasi Dangkal
Pondasi dangkal digunakan apabila lapisan tanah keras yang mampu mendukung
beban bangunan di atasnya, terletak dekat dengan permukaan, sedangkan pondasi
dalam dipakai pada kondisi yang sebaliknya. Suatu pondasi akan aman apabila :
1.
Penurunan
(settlement) tanah yang disebabkan
oleh beban masih dalam batas yang diperbolehkan.
2.
Keruntuhan
geser dari tanah di mana pondasi berada tidak terjadi.
Secara umum,
yang dinamakan pondasi dangkal adalah pondasi yang mempunyai perbandingan
antara kedalaman dengan lebar pondasi sekitar kurang dari 4 (Df/B < 4)
seperti pada Gambar 1.1, dan bentuk
pondasi biasanya dipilih sesuai dengan jenis bangunan dan jenis tanahnya dan
secara umum pondasi dangkal dapat berbentuk:
-
Pondasi telapak (square foudations)
-
Pondasi menerus (continus foudations)
-
Pondasi lingkaran (circle foudations)
-
Pondasi rakit (raft foudations)
Gambar 1.1 Syarat perbandingan antara
kedalaman dengan lebar pondasi
Bangunan lainnya yang dikategorikan sebagai konstruksi yang erat
hubungannya dengan pondasi dangkal, seperti :
-
Dinding penahan tanah
atau turap
-
Bendung elak sementara
(penurapan pada pembuatan pilar
jembatan di dasar sungai
-
Bentuk segi-empat
-
Bentuk
Trapesium
-
Bentuk
T - Bentuk
pondasi gabungan
Gambar 1.2
Bentuk pondasi dangkal
C.
Syarat-syarat Perencanaan Pondasi
Dangkal.
Di
dalam merencanakan suatu pondasi harus memperhatikan beberapa persayaratan di
bawah ini :
1.
Syarat yang berhubungan dengan
konstruksi dan beban yang diterima oleh pondasi, adalah :
-
Beban maksimum yang diterima.
-
Muatan sedapat mungkin
merata.
-
Tanah dasar pondasi
terlindung dari penggerusan air.
2.
Syarat yang berhubungan dengan perencanaan dan
perluasan pondasi, adalah :
-
Galian tanah sekecil-kecilnya.
-
Lubang
pondasi harus dapat dikeringkan.
-
Menghindari kemungkinan
terjadinya kebocoran dari air tanah.
-
Pondasi
yang terbuat dari kayu harus terletak pada muka air tanah terendah.
3. Syarat yang berhubungan
dengan stabilitas dan deformasi, adalah :
-
Kedalaman pondasi harus cukup untuk menghindari
kerusakan tanah dalam arah lateral di bawah pondasi.
-
Kedalaman pondasi harus
di bawah daerah yang mempunyai sifat kompresibilitas yang tinggi.
-
Konstruksi harus aman
terhadap guling, geser, rotasi dan keruntuhan geser tanah.
-
Konstruksi harus aman
terhadap korosi atau kegagalan akibat bahan-bahan kimia yang ada di dalam
tanah.
-
Konstruksi diharapkan
mudah untuk dimodifikasi jika terdapat perubahan geometri konstruksi.
-
Pondasi harus dapat
memberikan toleransi terhadap pergerakan diferensial akibat pergerakan tanah.
-
Pondasi
harus memenuhi persyaratan standar.
-
Pondasi
harus ekonomis dalam pelaksanaan.
D.
Macam-macam
Pondasi Menurut Fungsi dan Perletakannya
Terdapat dua klasifikasi pondasi, ada pondasi dangkal, ada pondasi
dalam. Pondasi dangkal adalah pondasi yang tidak membutuhkan galian tanah
terlalu dalam karena lapisan tanah dangkal sudah cukup keras, apalagi bangunan
yang akan dibangun hanya rumah sederhana. Sedangkan pondasi dalam adalah
pondasi yang membutuhkan pengeboran dalam karena lapisan tanah yang baik ada di
kedalaman, biasanya digunakan oleh bangunan besar, jembatan, struktur lepas
pantai, dsb.
Kekuatan pondasi dangkal ada pada luas alasnya, karena pondasi ini
berfungsi untuk meneruskan sekaligus meratakan beban yang diterima oleh tanah.
Pondasi dangkal ini digunakan apabila beban yang diteruskan ke tanah tidak
terlalu besar. Misalnya, rumah sederhana satu lantai, dua lantai, bangunan ATM,
pos satpam, dan sebagainya.
Ø Pondasi
Menerus/Memanjang
Pondasi menerus
biasa digunakan untuk pondasi dinding, terutama digunakan pada bangunan rumah
tinggal tidak bertingkat, seluruh beban atap/ beban bangunan umumnya dipikul
oleh dinding dan diteruskan ke tanah melalui pondasi menerus sepanjang dinding
bangunan.
Untuk bangunan
kecil diatas tanah baik, pondasi menerus dapat dibuat dari pasangan batu bata
dengan lebar 2-3 kali tebal pasangan bata dan pondasi dinding setengah bata
cukup diletakan pada kedalaman 60 - 80 cm. Selain itu bahan pondasi yang mendukung
beban bangunan yang lebih besar dan banyak yang dipakai adalah pasangan batu
kali. Lebar dasar pondasi umumnya tidak kurang dari dua setengah kali tebal
Diatas
pondasi batu perlu dipasang balok sloof beton bertulang yang berfungsi sebagai
balok pengikat dan juga dapat meratakan beban dinding. Untuk dinding yang
memikul beban agak berat atau karena daya dukung tanah kecil digunakan pondasi
jalur pelat beton. Untuk menambah ketahanan bangunan terhadap gempa , pondasi
sebaiknya dibuat menerus pada sekeliling bangunan tanpa terputus.
Batu kali ini
diikat menjadi satu kesatuan yang erat dan kuat dengan adukan perekat dari
campuran 1 kp : 1 pc : 5 ps. Sebelum pasangan batu kali dibuat bangunan
bawahnya diberi pasir urug setebal 20 cm dan batu kosong satu lapis. Kemudian
setelah pasangan batu kali selesai dikerjakan, lubang sisa di kanan kiri diurug
dengan pasir
Ø Pondasi Setempat/bidang
Kadang
– kadang sering dijumpai pada lapisan tanah keras. Letaknya pada kedalaman
lebih dari 1.50 m dari permukaan tanah setempat. Bila digunakan pondasi menerus
akan sangat mahal dan tidak efisien. Untuk mengatsinya dapat digunakan pondasi
yang dibuat dibawah kolom – kolom pendukung bangunan disebut pondasi setempat.
Jadi yang merupakan pondasi utma pendukung bangunan adalah pondasi setempat.
Semua beban bangunan yang diterima kolom – kolom pendukung langsung dilimpahkan
padanya. Pondasi setempat dapat dibuat bentuk :
·
Pondasi pilar dibuat
dari pasangan batu kali berbentuk kerucut terpancung
·
Pondasi sumuran dibuat
dengan cara menggali tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras,
kemudian diisi adukan beton tanpa tulangan dan batu – batu besar
·
Pondasi telapak, dibuat
dari konstruksi beton bertulang berbentuk plat persegi atau di sebut voetplat
Ø Pondasi Titik
·
Beban total dialihkan
ke kolom
·
Syarat – syarat
penggunaan :
1. Beban
cukup ringan dan masih dapat dipikul oleh tanah sesuai dengan kemampuan daya
dukungnya
2. Biasanya
pada bangunan sementara atau bangunan permanent hingga bertingkat satu atau
bangunan yang didirikan didaerah berair / rawa – rawa dan berkondisi daya
dukung yang tidak merata
·
Bahan :
1.
Batu kali
2.
Beton
3.
Pondasi sumur
4.
Paku bumi
E.
Macam-macam
Pondasi Menurut Bahan yang Digunakan
1. Pondasi Pasangan Batu Kali, adalah pondasi yang dibuat dari pasangan batu kali
dengan menggunakan perekat aau spesie berupa campuran antara bahan pasir,
semen/ PC, dan kapur. Pondasi batu kali ini mempunyai sifat kekuatan terhadap
gaya tekan tetapi tidak mampu menahan beban tarikan, sehingga pondasi dari
pasangan batu kali tidak kuat menahan momen. Pondasi ini hanya sesuai untuk
lokasi dengan kondisi tanah cukup baik. Tanah dapat dikatakan mempunyai kondisi
cukup baik apabila mempunyai daya dukung lebih dari 1kg/cm2.
2. Pondasi Beton Bertulang, merupakan pondasi yang dibuat dari bahan beton
bertulang. Pondasi ini mempunyai kekuatan atau tahanan terhadap gaya tekan dan
tarik. Dengan demikian, maka pondasi ini mampu menahan mohen hingga batas
tertentu. Pondasi ini dapat dipasang di semua keadaan tanah, dengan catatan
perlu dihitung luas tampangnya.
3.
Pondasi dengan bahan baja, merupakan pondasi yang dibuat khusus untuk
tiang pancang. Jenis pondasi ini tidak dapat berdiri sendiri, maka harus
dikombinasikan dengan pondasi lain yang mempunyai permukaan cukup lebar.
F. Klasifikasi Berdasarkan
Kedalaman Pondasi
- Pondasi Dangkal ( Shallow
Foundation )
Disebut Pondasi
dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa
meter masuknya ke dalam tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan
ialah pondasi menerus yang biasa pada rumah-rumah, dibuat dari beton atau
pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah
keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi beberapa jenis :
- Pondasi
Setempat ( Single Footing )
- Pondasi
Menerus ( Continuous Footing )
- Pondasi
Pelat ( Plate Foundation )
- Pondasi
Cakar Ayam
- Pondasi
Sarang Laba-laba
- Pondasi
Grid
- Pondasi
Gasing
- Pondasi
Hypar
1.
a Pondasi Setempat (Single Footing)
Pondasi
setempat; dibuat pada bagian yg terpisah (di bawah kolom pendukung/kolom
struktur, tiang, dsb), juga biasa digunakan pada konstruksi bangunan kayu di
daerah rawa-rawa. Pada bangunan sementara sering juga digunakan penumpu batu
alam massif yang bertarah dan diletakkan di atas permukaan tanah yang
diratakan.
Adapun ciri-ciri pondasi setempat
adalah :
1. Jika tanahnya keras, mempunyai
kedalaman > 1,5 meter
2. Pondasi dibuat hanya di bawah
kolom
3. Masih menggunakan pondasi
menerus sebagai tumpuan men-cor sloof, tidak digunakan untuk mendukung beban. Adapun
bentuk-bentuk dari pondasi setempat antara lain:
1. Pondasi pilar, dari pasangan
batu kali berbentuk kerucut terpancung.
2. Pondasi sumuran, dari galian
tanah berbentuk bulat sampai kedalaman tanah keras, kemudian diisi adukan beton
tanpa tulangan dan batu-batu besar.
3. Pondasi umpak, dipakai untuk
bangunan sederhana. Pondasi umpak dipasang di bawah setiap tiang penyangga.
Antara tiang dihubungkan dengan balok kayu di bagian bawah tiang, di bagian
atas tiang menyatu dengan atapnya.Pondasi kayu dibuat keluar permukaan tanah
sampai ketinggian ± 1 meter.
Pondasi umpak dapat dibuat dari
bahan-bahan sebagai berikut:
1. Pasangan bata yg disusun bertangga
1. Pasangan bata yg disusun bertangga
2. Pasangan batu kali
3. Cor beton tidak bertulang;
4. Batu alam yang dibentuk menjadi
lunak
Gambar I.1 Pondasi
Setempat
1.b
Pondasi Menerus (Continuous Footing)
Pondasi menerus (Pondasi Langsung)
dapat digunakan pada tanah yang seragam.
Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
Ciri-ciri Pondasi menerus adalah :
• Ukuran sama besar dan terletak
pada kedalaman yang sama;
• Dipasang di bawah seluruh dinding
penyekat dan kolom;
• Biasanya digunakan sebagai pondasi
bangunan tidak bertingkat;
• Untuk tanah lembek, dibuat dari
sloof memanjang bagian bawah diperlebar menjadi pelat.
Gambar I.2 Pondasi Menerus
1.c
Pondasi Pelat (Plate Foundation)
Pondasi pelat biasanya seluas
ukuran gedung. Pondasi ini membagi beban secara merata ke tanah bangunan.
Pondasi pelat ini biasa digunakan
dalam hal:
• Daya dukung tanah jelek atau
beban bangunan yang tinggi;
• Raster atau jarak-jarak tiang/dinding
kurang dari 8 meter;
• Beban bangunan yang tinggi sudah
dibagi merata oleh konstruksi atas;
• Pada daerah rawan banjir, pondasi
ini akan mencegah meresapnya air dari bawah (tanah).
Gambar I.2 Pondasi
Pelat
1.d
Pondasi Cakar Ayam
Merupakan salah
satu rekayasa keteknikan di bidang pondasi, hasil temuan Prof. Dr. Ir.
Sedijatmo. Kostruksi ini terdiri dari plat beton bertulang dengan tebal 10 - 12
cm dan bagian bawahnya diberi pipa-pipa beton bertulang yang menempel kuat pada
plat tersebut. Mirip seperti akar serabut pada tanaman kelapa yang dapat tumbuh
tinggi menjulang di pantai berpasir yang daya ikatnya rendah, pile atau
pipa-pipa beton mencengkeram ke dalam tanah dan plat betonnya mengikat
pile-pile tersebut sehingga menjadi satu kesatuan yang monolit.
Dasar pemikiran
Iahirnya pondasi cakar ayam ialah memanfaatkan tekanan tanah pasif, yang pada
sistem pondasi lain tak pernah dihiraukan. Plat beton yang tipis itu akan
mengambang di permukaan tanah, sedangkan kekakuan plat ini dipertahankan oleh
pipa-pipa yang tetap berdiri akibat tekanan tanah pasif. Dengan demikian maka
plat dan konstruksi di atasnya tidak mudah bengkok.
Bagi daerah yang
bertanah lembek, pondasi cakar ayam tidak hanya cocok untuk mendirikan gedung,
tapi juga untuk membuat jalan dan landasan. Satu keuntungan lagi, sistem ini
tidak memerlukan sistem drainasi dan sambungan kembang susut.
Gambar I.3 Pondasi
Cakar Ayam
1.e
Pondasi Sarang Laba-laba
Pondasi ini
memiliki kelebihan jika dibandingkan dengan pondasi konvensional yang lain
diantaranya yaitu KSSL memiliki kekuatan lebih baik dengan penggunaan bahan
bangunan yang hemat dibandingkan dengan pondasi rakit (full plate) lainnya,
mampu memperkecil penurunan bangunan karena dapat membagi rata kekuatan pada
seluruh pondasi dan mampu membuat tanah menjadi bagian dari struktur pondasi,
berpotensi digunakan sebagai pondasi untuk tanah lunak dengan mempertimbangkan
penurunan yang mungkin terjadi dan tanah dengan sifat kembang susut yang
tinggi, menggunakan lebih sedikit alat-alat berat dan bersifat padat karya,
waktu pelaksanaan yang relatif cepat dan dapat dilaksanakan secara industri
(pracetak), lebih ekonomis karena terdiri dari 80% tanah dan 20% beton
bertulang dan yang paling penting adalah ramah lingkungan karena dalam
pelaksanaan hanya menggunakan sedikit menggunakan kayu dan tidak menimbulkan
kerusakan bangunan serta tidak menimbulkan kebisingan disekitarnya.
Gambar I.4 Pondasi
Sarang Laba – Laba
G.
Daya
Dukung Pondasi Dangkal
Pemilihan
pondasi perlu mempertimbangkan faktor tanah,diantaranya adalah struktur tanah
(macam tanah), kekuatan tanah (σt), kedalaman ( t ) yang dipilih, letak
permukaan air tanah. Tidak lupa pula harus mempertimbangkan faktor beban
diantaranya adalah jumlah lantai, tinggi bangunan dan besarnya/panjang bentang.
Penentuan macam pondasi dan model pondasi terutama didasarkan pada kemudahan
pengerjaan dan efisiensi, letak daya dukung tanah merupakan faktor utama untuk
menentukan macam dan model.
Disebut Pondasi dangkal jika Df ≤B
Keruntuhan
ini terjadi jika pondasi berada pada pasir padat dan lempung kaku.
Pasir
padat jika :
1.
120 < qc 30 è
SPT
2.
Dr > 0,60 è
Kepadatan relative
Lempung
Kaku jika :
1.
Dari data sondir diperoleh qc > 60 kg/cm2
2.
Cu > 10 t/m2 è
qu/2=Cu
3.
NSPT > 8
b.
Lokal shear Failure
Keruntuhan ini terjadi jika pondasi
berada pada pasir agak padat dan lempung agak kaku.
Pasir
agak padat jika :
1.
40 < qc < 120
2.
10 < NSPT < 30
3.
0,4 < Dr qc > 60
4.
5< Cu < 10 t/m2
5.
4 < NSPT < 8
c.
Punching shear Failure
Keruntuhan
ini terjadi jika pondasi berada pada lempung lunak dan pasir gembur. Untuk
kasus ini persamaan perhitungan pondasi dangkal tidak berlaku.
H.
Beberapa Faktor Yang
Dipertimbangkan Terhadap Perencanaan dan Pelaksanaan Pondasi Dangkal
·
Air Tanah (m.a.t)
Berdampak
terhadap kapasitas dukung, stabilitas keseluruhan, ganguan dewatering
(mengeringkan sumur tetangga), dan teknik pelaksanaan (lempung becek
diinjak-injak pekerja secara berlebihan dapat merusak kap dukung tanah).
·
Pondasi
Baru Dekat dengan Pondasi Lama
Pondasi
lama akan terbawa turun juga akibat beban pondasi baru. Solusinya dengan
pengaturan jarak yang cukup (sebaran beban 1:1) atau gunakan sheet pile.
Suku ke-2 kapasitas dukung tanah akan
hilang, sehingga kapasitas dukung menjadi berkurang. Solusi dengan pengaturan
jarak yang cukup (sebaran 1:1) atau gunakan sheet pile/buis beton.
·
Pondasi di atas tanah
pasir yang tidak padat
Masalah
yang timbul adalah setlement, erosi air baik dipermukaan maupun didalam tanah.
Untuk mencegah dampak erosi permukaan diperlukan kedalaman pondasi yang cukup,
namun untuk erosi yang ada dalam tanah diusahakan jangan ada pemompaan atau
aliran air.
·
Pondasi
di atas tanah ekspansif
Sifat
tanah ekspansif : pada saat basah mengembang dan pada saat kering tanah
menyusut baik ke arah vertikal (dominan) maupun horisontal
Solusi
: Mengganti tanah dengan tanah yang baik, perbaikan tanah dengan bahan kimia
(semen/kapur), pengontrolan kadar air agar tidak terjadi penyusutan dan
pengembangan.
Untuk
pondasi dapat dipasang rongga pengatur kembang susut.
·
Pondasi
di atas tanah lempung non-ekspansif
Laminating Clays (lempung keras tapi
berlapis dan bercelah) akan menyebabkan bidang licin jika ada air hujan
sehingga qu tidak bisa ditetapkan besarnya. Disarankan menggunakan residual
strength-nya. Lempung lunak akan menimbulkan masalah setlement dan kapasitas
dukung yang rendah dan jenis tanah ini dapat mengalir dan menggeser tiang
pancang.
·
Pondasi
di atas timbunan yang tidak direncanakan
Jika akan mendesain pondasi di atas
timbunan yang tidak direncanakan perlu diyakinkan dahulu materialnya apa, dan
keseragaman/kepadatannya bagaimana. Apakah materialnya berupa sampah, puing
bangunan, tanah bekas tanaman atau kayu. Masalah yang timbul adalah perbadaan
setlement akibat kepadatan dan keseragaman yang berbeda-beda.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Disebut
Pondasi dangkal karena kedalaman masuknya ke tanah relatif dangkal, hanya beberapa meter masuknya ke dalam
tanah. Salah satu tipe yang sering digunakan ialah pondasi menerus yang
biasa pada rumah-rumah, dibuat
dari beton atau pasangan batu, meneruskan beban dari dinding dan kolom bangunan ke tanah keras. Pondasi dangkal dapat dibedakan menjadi
beberapa jenis :
- Pondasi
Setempat ( Single Footing )
- Pondasi
Menerus ( Continuous Footing )
- Pondasi
Pelat ( Plate Foundation )
- Pondasi
Cakar Ayam
- Pondasi
Sarang Laba-laba
- Pondasi
Grid
- Pondasi
Gasing
- Pondasi
Hypar
Semua jenis pondasi diatas digunakan sesuai
dengan kebutuhan, tergantung pada struktur tanah, kekuatan tanah, kedalaman
yang dipilih, dan lain-lain
DAFTAR PUSTAKA
Ariestadi,
Dian, 2008, Teknik Struktur Bangunan Jilid 2 untuk SMK, Jakarta : Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, h. 258 – 266.
Ir.Respati.sri,1995.”PONDASI”,Penerbit
Pusat Pengembangan Program Studi Teknik Sipil, Bandung.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat
Allah SWT atas segala rahmat serta kasih sayang dan karunia-Nya yang
telah diberikan kepada seluruh ciptaan-Nya, shalawat dan salam semoga
dilimpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW.
Alhamdulillah berkat kemudahan yang diberikan Allah SWT, saya dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PONDASI DANGKAL”.
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi saya pada
khususnya, dan bagi para pembaca pada umumnya. Aamiin.
Saya sebagai
penyusun sangat menyadari bahwa dalam Penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang ditujukan untuk membangun.
Lampoh
Keude, 08 April 2019
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang........................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Pengertian
Pondasi Dangkal.................................................................... 3
B. Jenis Dan Fungsi
Pondasi Dangkal......................................................... 3
C. Syarat-syarat
Perencanaan Pondasi Dangkal.......................................... 5
D. Macam-macam
Pondasi Menurut Fungsi dan Perletakannya.................. 6
E. Macam-macam
Pondasi Menurut Bahan yang Digunakan ..................... 8
F. Klasifikasi
Berdasarkan Kedalaman Pondasi........................................ 10
G. Daya Dukung
Pondasi Dangkal............................................................ 15
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 20
A
Kesimpulan............................................................................................... 20
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 21
No comments:
Post a Comment