BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.)
merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain gandum dan
padi. Sebagai sumber karbohidrat utama di Amerika Tengah dan Selatan, jagung
juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa
daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan
jagung sebagai pangan pokok. Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga
ditanam sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya
(dari biji), dibuat tepung (dari biji, dikenal dengan istilah tepung jagung
atau maizena), dan bahan baku industri (dari tepung biji dan tepung
tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku
pembuatan furfural. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanam
sebagai penghasil bahan farmasi.
Jagung
merupakan salah satu komuditas utama yang banyak dibudidayakan oleh masyarakat
terutama di Indonesia. Jumlah jagung yang diproduksi oleh masyarakat belum
cukup untuk memenuhi permintaan pasar karena masih banyak masyarakat yang belum
mengetahui tentang bagaimana cara membudidayakan jagung yang benar dan baik dan
tanah atau lahan untuk tanaman jagung telah banyak dialih fungsikan sebagai
gedung-gedung dan lain-lain.
Perusahaan
swasta pun juga belum memproduksi jagung secara optimal. Jagung juga sebagai
makanan pokok di suatu daerah tertentu dan diubah menjadi beberapa makanan
ringan yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat sehingga kebutuhan akan jagung
meningkat di masyarakat.
Hasil
tanaman jagung juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu masih belum
optimalnya penyebaran varietas unggul dimasyarakat, pemakaian pupuk yang belum
tepat, penerapan teknologi dan cara bercocok tanam yang beum diperbaiki. Usaha
untuk meningkatkan produksi tanaman jagung adalah peningkatan taraf hidup
petani dan memenuhi kebutuhan pasar maka perlu peningkatan produksi jagung yang
memenuhi standard baik kualitas dan kuantitas jagung yan dihasilkan tetapi
dalam melakukan hal tersebut perlu mengetahui atau memahami karakteristik
tanaman jagung yang akan ditanam seperti morfologi, fisiologi dan agroekologi
yang diperlukan oleh tanaman jagung sehingga dapat meningkatkan produksi jagung
di Indonesia.
Banyak kegunaan
tanaman jagung selain sebagai makanan tetapi jagung dapat dijadikan sebagai
tepung, jagung rebus, jagung bakar dan lain-lain sehingga dapat meningkatkan
permintaan untuk tanaman jagung. Semakin banyak permintaan pasar maka akan
meningkatkan jumlah permintaan sehingga produksi tanaman atau barang akan
semakin menurun karena stok barang semakin menipis serta meningkatkan harga
barang.
Jagung juga
mengandung karbohidrat yang sangat banyak dibutuhkan oleh masyarakat. Keunggulan
komparatif dari tanaman jagung banyak diolah dalam bentuk
tepung, makanan ringan atau digunakan untuk bahan baku pakan ternak. Hampir
seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk keperluan manusia baik langsung
maupun tidak langsung. Sejalan dengan perkembangan industri pengolah jagung
dan perkembangan sektor peternakan, permintaan akan jagung
cenderung semakin meningkat.
Banyak pendapat dan
teori mengenai asal tanaman jagung, tetapi secara umum para ahli sependapat
bahwa jagung berasal dari Amerika Tengah atau Amerika Selatan. Jagung secara
historis terkait erat dengan suku Indian, yang telah menjadikan jagung sebagai
bahan makanan sejak 10.000 tahun yang lalu.
a. Teori Asal Asia
Tanaman jagung yang ada
di wilayah Asia diduga berasal dari Himalaya. Hal ini ditandai oleh
ditemukannya tanaman keturunan jali (jagung jali, Coix spp) dengan famili
Aropogoneae. Kedua spesies ini mempunyai lima pasang kromosom. Namun teori ini
tidak mendapat banyak dukungan.
b. Teori Asal Andean
Tanaman jagung berasal
dari dataran tinggi Andean Peru, Bolivia, dan kuador. Hal ini dukung oleh
hipotesis bahwa jagung berasal dari Amerika elatan dan jagung Andean mempunyai
keragaman genetic yang luas terutama di daratan tinggi peru. kelemahan teori
inia adalah ditemukannya kerabat liar seperti teosinte di dataran tinggi
tersebut. Mangelsdorf seorang ahli biologi evolusi yang menghususkan perhatian
pada tanamn jagung menampik hipotesis ini.
c. Teori Asal Meksiko
Banyak ilmuwan percaya
bahwa jagung berasal dari Meksiko, karena jagung dan spesies liar jagung
teosinte sejak lama ditemukan di daerah tersebut, dan masih ada di habitat asli
hingga sekarang. Ini juga mendukung ditemukannya fosil tepung sari dan tongkol
jagung dalam gua, dan kedua spesies mempunyai keragaman genetic yang luas.
Teosinte dipercaya sebagai nenek moyang tanaman jagung. Jagung telah
dibudidayakan di Amerika Tengah mecsiko bagian selatan sekitar 8000 – 10.000
tahun yang lalu.dari penggalian di temukan jagung berukuran kecil, yang
diperkirakan usianya mencapai sekitar 7000 tahun. Menurut pendapat beberapa
ahli botani teosinte Zea mays spp.sebagai nenek moyang tanaman jagung merupakan
tumbuhan liar yang berasal dari lembah sungai Balsas. Lembah di meksiko
selatan. Bukti genetic antropologi arkeologi menunjukkan bahwa daerah asal
jagung adalah di Amerika Selatan daerah ini jagung tersebar dan di tanam di
seluruh dunia.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun
yang menjadi permasalahan dalam makalah ini adalah bagaimana cara
membudidayakan jagung dengan baik dan benar.
1.3 Tujuan
Tujuan
pada makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara membudidayakan jagung
dengan baik dan benar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Botani Tanaman Jagung
Klasifikasi Tanaman :
Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Liliopsida (berkeping satu /
monokotil)
Sub Kelas : Commelinidae
Ordo : Poales
Famili : Poaceae (suku rumput-rumputan)
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L
Jagung merupakan tanaman semusim (annual). Satu siklus
hidupnya diselesaikan dalam 80-150 hari. Paruh pertama dari siklus merupakan
tahap pertumbuhan vegetatif dan paruh kedua untuk tahap pertumbuhan generatif.
Tinggi tanaman jagung sangat bervariasi. Meskipun tanaman jagung umumnya
berketinggian antara 1m sampai 3m, ada varietas yang dapat mencapai tinggi 6m.
Tinggi tanaman biasa diukur dari permukaan tanah hingga ruas teratas sebelum
bunga jantan. Meskipun beberapa varietas dapat menghasilkan anakan (seperti
padi), pada umumnya jagung tidak memiliki kemampuan ini.
Akar jagung tergolong akar serabut yang dapat mencapai
kedalaman 8 m meskipun sebagian besar berada pada kisaran 2 m. Pada tanaman
yang sudah cukup dewasa muncul akar adventif dari buku-buku batang bagian bawah
yang membantu menyangga tegaknya tanaman.
Batang jagung tegak dan mudah terlihat, sebagaimana sorgum
dan tebu, namun tidak seperti padi atau gandum. Terdapat mutan yang batangnya
tidak tumbuh pesat sehingga tanaman berbentuk roset. Batang beruas-ruas. Ruas
terbungkus pelepah daun yang muncul dari buku. Batang jagung cukup kokoh namun
tidak banyak mengandung lignin.
Daun jagung adalah daun sempurna. Bentuknya memanjang. Antara
pelepah dan helai daun terdapat ligula. Tulang daun sejajar dengan ibu tulang
daun. Permukaan daun ada yang licin dan ada yang berambut. Stoma pada daun
jagung berbentuk halter, yang khas dimiliki familia Poaceae. Setiap stoma
dikelilingi sel-sel epidermis berbentuk kipas. Struktur ini berperan penting
dalam respon tanaman menanggapi defisit air pada sel-sel daun.
Jagung memiliki bunga jantan dan bunga betina yang terpisah
(diklin) dalam satu tanaman (monoecious). Tiap kuntum bunga memiliki struktur
khas bunga dari suku Poaceae, yang disebut floret. Pada jagung, dua floret
dibatasi oleh sepasang glumae (tunggal: gluma). Bunga jantan tumbuh di bagian
puncak tanaman, berupa karangan bunga (inflorescence). Serbuk sari berwarna
kuning dan beraroma khas. Bunga betina tersusun dalam tongkol. Tongkol tumbuh
dari buku, di antara batang dan pelepah daun. Pada umumnya, satu tanaman hanya
dapat menghasilkan satu tongkol produktif meskipun memiliki sejumlah bunga
betina. Beberapa varietas unggul dapat menghasilkan lebih dari satu tongkol
produktif, dan disebut sebagai varietas prolifik. Bunga jantan jagung cenderung
siap untuk penyerbukan 2-5 hari lebih dini daripada bunga betinanya
(protandri).
2.3 Cara Budidaya Tanaman Jagung
a) Penyiapan
Benih
v Persyaratan
Benih
Bermutu
tinggi, baik mutu genetik, fisik maupun fisiologinya. Benih berasal dari
varietas unggul (daya tumbuh besar, murni, tidak mengandung kotoran, tidak
tercemar hama dan penyakit). Benih yang terjamin adalah benih bersertifikat.
Jagung hibrida berpotensi produksi tinggi, namun mempunyai kelemahan yaitu
harga benih lebih mahal, dapat digunakan maksimal 2 kali turunan.
v Penyiapan Benih
1) Benih jagung komposit dapat diperoleh dari penanaman sendiri,
dari jagung yang tumbuh sehat.
2) Dari tanaman terpilih, diambil jagung yang tongkolnya besar,
barisan biji lurus dan penuh tertutup rapat oleh klobot, dan tidak terserang
oleh hama penyakit.
3) Tongkol dipetik setelah lewat fase matang fisiologi dengan
ciri: biji mengeras dan sebagian besar daun menguning.
4) Tongkol dikupas dan dikeringkan, bila benih akan disimpan
dalam jangka lama, setelah dikeringkan tongkol dibungkus dan disimpan di tempat
kering.
5) Dari tongkol kering, diambil biji bagian tengah. Biji di
bagian ujung dan pangkal tidak digunakan sebagai benih.
6) Daya tumbuh benih lebih dari 90%. Benih yang dibutuhkan
adalah sebanyak 20-30 kg/ha.
v Perlakuan Benih
Sebelum benih ditanam, sebaiknya dicampur dengan fungisida,
terutama apabila diduga akan ada serangan jamur. Bila diduga akan ada serangan
lalat bibit dan ulat agrotis, sebaiknya benih dimasukkan ke dalam lubang
bersama-sama dengan insektisida butiran dan sistemik.
b) Pengolahan Media Tanam
Pengolahan tanah bekas pertanaman padi dilaksanakan setelah
membabad jermi. Jerami dapat digunakan sebagai mulsa/penutup tanah setelah
jagung ditanam. Kegunaan mulsa yaitu mengurangi penguapan tanah, menghambat
pertumbuhan gulma, menahan pukulan air hujan dan lama kelamaan mulsa menjadi
pupuk hijau. Pengolahan tanah pada lahan kering cukup sampai dengan kedalaman
10 cm dan semua limbah digunakan sebagai mulsa.
Pada saat pengolahan tanah setiap 3 m perlu disiapkan saluran
air sedalam 20 cm dan lebar 30 cm yang berfungsi untuk memasukkan air pada saat
kekurangan air dan pembuangan air pada saat air berlebih. Tanah dengan pH
kurang dari 5,0, harus dikapur 1 bulan sebelum tanam. Jumlah kapur yang
diberikan 1-3 ton/ha untuk 2-3 tahun disebar merata atau pada barisan tanaman,
Dapat pula digunakan dosis 300 kg/ha per musim tanam dengan cara disebar pada
barisan tanaman atau menggunakan mineral zeolit dengan dosis sesuai dengan
petunjuk produsen.
c) Teknik Penanaman
v Penentuan Pola Tanaman
1. Tumpang sari (Intercropping); Penanaman lebih dari 1 tanaman
(umur sama atau berbeda).
2. Tumpang gilir (Multiple Cropping), dilakukan secara beruntun
sepanjang tahun dengan mempertimbangkan faktor-faktor lain untuk mendapat
keuntungan maksimum.
3. Tanaman bersisipan (Relay Cropping): dengan cara menyisipkan
satu/beberapa jenis tanaman selain jagung. Misalnya waktu jagung menjelang
panen disisipkan kacang panjang.
4. Tanaman Campuran (Mixed Cropping): penanaman terdiri atas
beberapa tanaman dan tumbuh tanpa diatur jarak tanam maupun larikannya. Pada
pola ini lahan efisien, tetapi riskan terhadap hama dan penyakit.
v Pembuatan Lubang Tanam
Lubang tanam dibuat dengan tugal sedalam 3-5 cm, tiap lubang
diisi 1 butir benih. Jarak tanam disesuaikan dengan umur panen. Jagung berumur
≥ 100 hari jarak tanam 40 x 100 cm (2 tanaman /lubang). jagung.berumur 80-100
hari, jarak tanamnya 25 x 75 cm (1 tanaman/lubang). Sedangkan jagung. berumur
< 80 hari, jarak tanam 20 x 50 cm (1 tanaman/lubang).
v Cara Penanaman
Saat tanam tanah dalam keadaan lembab dan tidak tergenang.
Apabila tanah kering, perlu diairi, kecuali bila diduga 1-2 hari lagi hujan
akan turun. Jumlah benih per lubang tergantung keinginan, bila dikehendaki 2
tanaman per lubang maka benih yang dimasukkan 3 biji/lubang, bila dikehendaki 1
tanaman/lubang, maka benih yang dimasukkan 2 biji/lubang.
v Lain-lain
Di lahan irigasi jagung ditanam pada musim kemarau. Di sawah
tadah hujan ditanam pada akhir musim hujan. Di lahan kering ditanam pada awal
musim hujan dan akhir musim hujan.
d) Pemeliharaan
1) Penjarangan dan
Penyulaman
Apabila dalam 1 lubang tumbuh 3 tanaman dan hanya dikehendaki
2 atau 1, tanaman yang tumbuh paling tidak baik, dipotong dengan pisau atau
gunting yang tajam tepat di atas permukaan tanah. Pencabutan tanaman secara
langsung tidak boleh dilakukan, karena akan melukai akar tanaman lain. Benih yang tidak tumbuh/mati perlu disulam,
kegiatan ini dilakukan 7-10 hari sesudah tanam. Penyulaman menggunakan benih
dari jenis yang sama.
2) Penyiangan
Penyiangan dilakukan 2 minggu sekali. Penyiangan pada tanaman
muda menggunakan tangan, cangkul kecil, garpu. Penyiangan harus hati-hati agar
tidak mengganggu perakaran yang belum kuat mencengkeram tanah.
3) Pembumbunan
Pembumbunan bersamaan dengan penyiangan dan pemupukan pada
umur 6 minggu. Tanah di kanan dan kiri barisan jagung diurug dengan cangkul,
kemudian ditimbun di barisan tanaman, membentuk guludan memanjang. Pembubunan
juga dilakukan bersamaan penyiangan kedua.
4) Pemupukan
Pemupukan perlu memperhatikan jenis, dosis, waktu dan cara
pemberian pupuk. Pada umumnya varietas unggul lebih banyak memerlukan pupuk
dibandingkan dengan varietas lokal.
Pertanaman jagung perlu dipupuk dengan pupuk organik
15.000-20.000kg/ha disebar merata saat pengolahan tanah atau disebar dalam
larikan dengan dosis 300 kg/ha. Pupuk buatan diberikan secara tugal/larikan sedalam ± 10 cm pada
kedua sisi tanaman dengan jarak 7 cm. Pada jarak tanam yang rapat pupuk dapat
diberikan di dalam larikan yang dibuat di kiri kanan barisan tanaman.
5) Pengairan dan
Penyiraman
Setelah benih ditanam, dilakukan penyiraman secukupnya,
kecuali bila tanah telah lembab. Pengairan diperlukan pada saat pembentukan
malai dan tongkol. Pemberian air pada pertanaman jagung cukup sampai tingkat
kapasitas lapang atau tidak sampai tergenang. Pertanaman jagung yang terlalu
kering dapat diairi melalui saluran pemasukan air. Air yang diberikan cukup
hanya menggenangi selokan yang ada, dibiarkan satu malam dan pada pagi harinya
sisa air dibuang.
6) Pengendalian
hama dan penyakit
Untuk pengendalian hama dan penyakit pada tanaman jagung
dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:
A.
Kultur
teknis
v Pembakaran tanaman
v Pengolahan tanah yang intensif
B.
Pengendalian
fisik / mekanis
v Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang
terserang kemudian memusnahkannya.
v Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak
40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak
tanaman berumur 2 minggu.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1. Dari berbagai pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
2. Dalam perencanaan usaha pertanian khususnya budidaya tanaman jagung
perlu mengetahui kondisi lingkungan yang sesuai dengan tanaman jagung.
3. Perencanaan yang disusun akan membutuhkan beberapa biaya yang
diperlukan dalam usaha pertanian sehingga mempermudah dalam pengambilan
keputusan pada usaha pertanian.
3.2
Saran
1. Usaha bidang pertanian dengan budidaya tanaman jagung sangat
menguntungkan dilihat dari analisis ekonominya tetapi dalam usaha perlu adanya
perencanaan yang matang agar tidak terjadi kesalahan dalam biaya maupun
budidaya tanamannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://a289431visidanmisi.blogspot.com/2012/02/budidaya-tanaman-jagung.html. Diakses pada
tanggal 10 November 2012.
Al
Omran et al. 2012. Management of Irrigation Water Salinity in
Greenhouse Tomato Production under Calcareous Sandy Soil and Drip
Irrigation. Journal Of Agricultural Science And Technology. Vol
14:939-950.
Fitter
dan Hay. 1992. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Kartasapoetra,
Ance Gunarsih. 1990. Klimatologi Pengaruh Iklim Terhadap Tanah dan
Tanaman. Jakarta: Bumi Aksara.
http://putrajayatani.blogspot.com/2011/09/pengendalian-hama-dan-penyakit-pada.html. Diakses pada
tanggal 11 November 2012.
Salisbury
dan Ross. 1995. Fisiologi Tumbuhan Jilid Dua Biokimia Tumbuhan Edisi
Keempat. Bandung: ITB.
No comments:
Post a Comment