Thursday 7 October 2021

MAKALAH MORFOFONEMIK

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

1.1  Latar Belakang...................................................................................... 1

1.2  Rumusan Masalah................................................................................. 2

1.3  Tujuan Makalah..................................................................................... 2

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

2.1    Proses Morfofonemik......................................................................... 3

2.2    Proses Perubahan Fonem.................................................................... 6

2.3    Proses Penambahan Fonem................................................................. 8

2.4    Proses Penghilangan Fonem............................................................... 9

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 12

3.1  Kesimpulan......................................................................................... 12

3.2  Saran................................................................................................... 12

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 13

 

 

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1    Latar Belakang Masalah

Dalam setiap bahasa, kata memegang peranan penting dalam membangun sebuah kalimat. Demikian juga dalam bahasa Indonesia. Dalam bahasa Indonesia dikenal berbagai bentuk kata. Jika ditinjau dari bentuknya, kata dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kata dasar dan kata turunan. Kata dasar adalah kata-kata yang belum mendapat imbuhan (afiks) (KBBI, 1997: 451). Kata dasar dapat menjadi dasar bagi pembentukan kata yang lebih kompleks. Misalnya, kata duduk dapat dipakai sebagai dasar untuk membentuk kata menduduki dan mendudukkan.

Pada umumnya kata dasar berupa bentuk bebas, tanpa mengalami proses morfologis apa pun sudah mempunyai waktu mandiri dan mempunyai makna fratikal dalam kalimat, seperti kata duduk. Namun kata itu lebih lazim disebut sebagai kata dasar bebas atau morfem bebas, yaitu morfem yang secara potensial dapat berdiri sendiri dalam suatu bangun kalimat (KBBI, 1997: 665). Kata turunan pada dasarnya merupakan kata yang dibentuk melalui proses transposisi, pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi/R), atau pemajemukan (komposisi).

Beberapa kesalahan berbahasa yang dilakukan oleh penutur bahasa ada kalanya terdapat dalam tataran fonologis, morfologis, sintaksis, dan atau kesalahan logika. Salah satu kesalahan dalam tataran morfologis adalah penggunaan kata dengan morfofonemik yang tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku. Akan tetapi, penggunaan dalam masyarakat sama kuatnya, atau susah dipastikan mana yang benar dan mana yang salah sehingga menimbulkan problematik. Misalnya, adanya bentuk-bentuk mempesona dan menterjemahkan dalam pemakaian bahasa. Sesuai dengan kaidah morfofonemik, seharusnya bentuk yang benar adalah memesona dan menerjemahkan.

Adanya kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan proses morfofonemik lebih disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mengenai kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Padahal, kecermatan berbahasa sangat diperlukan dalam rangka politik bahasa, yakni kecintaan terhadap bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara. Meskipun tidak mempengaruhi makna yang didukung, kesalahan morfofonemik jelas tidak mencerminkan ketaatan dalam berbahasa. Oleh karena itu, kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia perlu dipelajari agar kesalahan penggunaannya dapat diminimalisasi. Seberapa jauh penutur bahasa Indonesia menggunakan kata-kata yang menyimpang dari kaidah morfofonemik? Seperti apakah contoh-contoh kesalahan yang dilakukannya? Tulisan ini akan mencoba mengungkapkan beberapa bentuk menyimpang dalam bahasa Indonesia yang sering muncul dalam pemakaian, baik dalam ragam lisan maupun tulis sehingga memunculkan problematic dalam bahasa Indonesia. Selain itu, tulisan ini juga akan membahas dan meluruskan problematik tersebut dengan berlandaskan pada kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia.

 

1.2    Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah yang akan kami bahas adalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana proses morfofonemik?
  2. Bagaimanakah proses perubahan fonem?
  3. Bagaimana proses penambahan fonem?
  4. Bagaimana proses hilangnya fonem?

 

1.3    Tujuan

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :

  1. Untuk mengetahui proses morfofonemik.
  2. Untuk mengetahui proses perubahan fonem.
  3. Untuk mengetahui proses penambahan fonem.
  4. Untuk mengetahui proses hilangnya fonem.

BAB II

PEMBAHASAN

 

2.1    Proses Morfofonemik

Morfofonemik adalah cabang linguistik yang mempelajari perubahan  bunyi diakibatkan adanya pengelompokkan morfem. Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).

Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis.

Morfofonemik bahasa Indonesia dapat dibedakan menjadi enam macam yaitu:

1.         Penghilangan bunyi

2.         Penambahan bunyi

3.         Perubahan bunyi

4.         Perubahan dan penambahan bunyi

5.         Perubahan dan penghilangan bunyi

6.         Peloncatan bunyi

Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari sifat pembentukannya.  Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis. Menurut Harimurti Kridalaksana, proses morfofonemik terjadi atas 10 yaitu:

1.      Pemunculan fonem

2.      Pengekalan fonem

3.      Pemunculan dan pengekanan fonem

4.      Pergeseran fonem

5.      Perubahan dan pergeseran fonem

6.      Pelepasan fonem

7.      Peluluhan fonem

8.      Penyisipan fonem secara historis

9.      Pemunculan fonem berdasarkan poka asing

10.  Variasi fonem bahasa sumber

Menurut Zaenal Arifin dan Junaiyah  Kedua ahli bahasa ini mengelompokkan proses morfofonemik pada afiks-afiks yang mengalaminya.

a.       Morfofonemik Prefiks meng-

Ada tujuh peristiwa morfofonemik pada prefiks meng-, yaitu :

1)      Jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, /x/ bentuk meng- tetap meng-/men-/.

Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung

2)      Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /l/, /m/, /n/, /r/, /y/, atau /w/, bentuk tersebut akan menjadi me-

Misalnya : melalui, meronta, meyakini, mewariskan

3)      Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /d/, atau /t/, prefiks tersebut berubah menjadi men-

Misalnya : mendengar, menulis

4)      Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /b/, /p/, atau /f/, prefiks tersebut berubah menjadi mem-

Misalnya : membawa, memarkir, memfitnah

Fonem /f/ berasal dari bahasa asing maka tidak diluluhkan. Pada kata patuhi dan pakai, fonem /p/ luluh. Akan tetapi, peluluhan itu tidak terjadi jika fonem /p/ merupakan bentuk yang mengawali prefiks per- atau dasarnya berawal dengan per- dan pe- tertentu.

Misalnya : mempelajari, memperbincangkan

5)      Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /c/, /j/, dan /s/, bentuk meng- berubah menjadi men-, meny-, men-,

Misalnya : mencubit, mencopot, menjadikan, menjajakan, menyapu

6)      Jika prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang bersuku satu, bentuk meng- berubah menjadi menge-

Misalnya : mengetik, mengerem, mengepel, mengebom

7)      Jika verba yang berdasar tunggal direduplikasi, dasarnya diulangi dengan mempertahankan peluluhan konsonan pertamanya. Dasar yang bersuku satu mempertahankan unsur nge- di depan dasar yang direduplikasi. Sufiks (jika ada) tidak ikut direduplikasi, misalnya : menulis-nulis, menari-nari, mengelap-ngelap

 

b.      Morfofonemik Prefiks per-

Ada tiga peristiwa morfofonemik pada prefiks per-, yaitu:

1)      Prefiks per- berubah menjadi pe- apabila ditambahkan pada dasar yang dimulai fonem /r/ atau dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/

Misalnya : perasa, peraba, pekerja, peserta

2)      Prefiks per- berubah menjadi pel- apabila ditambahkan pada bentuk dasar ajar.  pelajariMisalnya : per- + ajari

3)      Prefiks per- tidak mengalami perubahan bentuk jika bergabung dengan dasar lain di luar kaidah 1 dan 2 di atas.

Misalnya : perdalam, perluas, perkaya, perindah, perbaiki

 

c.       Morfofonemik Prefiks ber-

Ada empat peristiwa morfofonemik pada prefiks ber-, yaitu :

1)      Prefiks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /r/

Misalnya : beransel, berupa, berenang, berendam

2)      Prefks ber- berubah menjadi be- jika ditambahkan pada dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /er/

bekerjaMisalnya : ber + kerja

besertaber + serta

berkaryaBandingkan dengan : ber + karya

berkurbanber + kurban  

dalam kedua kata tersebut prefiks ber tidak berubah karena suku pertamanya tidak berakhir dengan /er/ tetapi /ar/ dan /ur/.

3)      Prefiks ber- berubah menjadi bel- jika ditambahkan pada dasar tertentu

 belajarMisalnya : ber + ajar

4)      Prefiks ber- tidak berubah bentuknya apabila digunakan dengan dasar di luar kaidah 1-3 di atas.

berlayarMisalnya : ber + layar 

bermainber +main 

berperanber+peran

 

d.      Morfofonemik Prefiks ter-

Morfofonemik ter mengalami dua peristiwa morfofonemik yaitu:

1)      Jika suku pertama kata dasar berakhir dengan bunyi /er/, fonem /r/ pada prefiks ter- ada yang muncul dan ada pula yang tidak.

terpercayaMisalnya : ter + percaya 

tercerminter + cermin

2)      Di luar kaidah di atas, ter- tidak berubah bentuknya.

terpilihMisalnya : ter + pilih 

terbawater + bawa

 

2.2    Proses Perubahan Fonem

Proses perubahan fonem terjadi karena adanya pertemuan fonem meng-dan peng- dengan bentuk dasarnya. Fonem /ng/ pada kedua morfem berubah menjadi /m,n,/ hingga morfem meng-, berubah menjadi mem-, meny-,dan meng dan morfem peN- berubah menjadi pem-, pen-, peny-, dan peng-,.

 Perubahan-perubahan itu bergantung pada kondisi dasar yang mengikutinya. Dalam hal ini bunyi/N/ harus menjadi bunyi nasal yang artikulator dan daerah artikulasinya sama homorgan dengan bunyi pertama bentuk dasarnya. Misalnya, meN- berubah menjadi mem- apabila melekat pada bentuk dasar yang diawali fonem b sebab bunyi nasal yang homorgan dengan b/ adalah/m/.

  1. Fonem /ng/ pada morfem meng- dan peng- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinyaberawal dengan /f,b,f/

Misalnya :

meng-  +  paksa           =          memaksa

meng-  +  bantu           =          membantu

peng-   +  bantu           =          pembantu

meng-   +  fitnah         =          memfitnah

peng-    +  fitnah         =          pemfitnah

  1. Fonem /n/ pada meng- dan peng- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dari fonem /t,d,s/.

Misalnya :

men-  +  tulis   =          menulis

pen-   +  datang           =          pendatang

men   +  supporf          =          menssupport

  1. Fonem /ng/ pada morfem men- dan pen- berubah menjadi /Å„/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s,s,c,j/.

Misalnya :

meN-  +  sapu  =          menyapu

peN-   +   cari  =          peÅ„cari

peN-   +   judi  =          penjudi

  1. Fonem /ng/ pada meng- dan peng- berubah menjadi /ᶯ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /k,g,x,h dan vokal / .

Misalnya :

 meN-  +  kacau           =          mengacau

 peN-   +  garis            =          penggaris

meN-  +  angkut          =          mengangkut

Dapat diketahui juga akibat bergabungnya morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} dengan bentuk dasarnya, terjadi perubahan fonem /r/ menjadi /l/. Fonem /r/ pada morfem {ber-}, {per-}, {per-an}, dan {memper-i} berubah menjadi /l/ apabila bertemu bentuk dasar ajar. Kondisi inilah yang disebut berdistribusi komplementer (Sumadi, 2010:143).

Terjadi juga pada perubahan morfem {praktek} menjadi {praktik} apabila bertemu dengan afiks –an atau afiks –um. Dalam kajian morfologi, kondisi ini disebut berdistribusi komplementer. Dengan kata lain, morfem {praktek} dan {praktik} merupakan alomorf. Hal yang sama terjadi pada bentuk dasar apotik dan kata apoteker. Morfem {apotik} berubah menjadi {apotek} apabila bertemu dengan afiks –er (Sumadi, 2010:143).

 

2.3    Proses Penambahan Fonem

Proses penambahan fonem terjadi karena adanya pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasar yang terdiri atas dua suku kata.

  1. Fonem tambahannya adalah /g/, sehingga meN- berubah menjadi menge-

Misalnya :

meN-  +  bom  =          mengebom

peN-   +  bor    =          pengebor

            meN- + bur     =          mengebur

  1. Fonem tambahan /e/ juga terjadi pada :

peN- + bentuk dasar satu suku kata sehingga :

peN- => penge-

Contoh :

                peN- + bom => pengebom

                peN- + cat => pengecat

                peN-+ las => pengelas

#namun pada contoh-contoh diatas selain penambahan fonem / / juga terjadi proses penambahan fonem yaitu fonem /N/ => /n,/

akibat pertemuan morfem

Terjadi penambahan fonem /?/ apabila bentuk dasar berakhir dengan vocal /a/

 
 

 

 


-an + bentuk dasar

Ke-an + bentuk dasar

peN-an + bentuk dasar

 

contoh :

                -an + terka => terkaan/terka?an/

                Ke-an + raja => kerajaan /keraja?an/

                peN-an + ada => pengadaan/pengada?an/

 

  1. Penambahan fonem  /w/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan/u,o,aw/

Contoh :

                peN-an + temu => pertemuan / pertemuwan

                peN-an + toko => pertokoan / pertokowan

                peN-an + kacau/kacaw => pengacauan / pengacauwan

 

  1. Penambahan fonem  /Y/ apabila bentuk dasar berakhiran dengan /i,ay/

Contoh :

                -an + hari => harian / hariyan

                -an + lambai/lambay => lambaian / lambaiyyan

                ke-an + lestari => kelestarian

 

Pada contoh-contoh tersebut di atas jelaslah bahwa selain proses penambahan fonem /É™/, terjadi juga proses perubahan fonem, ialah perubahan fonem /N/ menjadi /ɧ/. Akibat pertemuan morfem {–an}, {ke-an}, dan {peN-an} dengan bentuk dasarnya, terjadi penambahan fonem /Ê”/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan vocal /a/, penambahan /w/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /u/, /o/, dan /aw/, dan terjadi penambahan /y/ apabila bentuk dasar itu berakhir dengan /i/ dan /ay/.

 

2.4    Proses Penghilangan Fonem

Proses hilangnnya fonem /ng/ pada meng-dan peng- terjadi karena adanya pertemuan morfem meng- dan peng- dgan bentu dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w,dan nasal/.

Misalnya :

meng-  +   lerai            =          melerai

per-     +   ragakan       =          peragakan

ber-     +   rapat            =          berapat

Berdasarkan pendapat dari Harimurti dengan Ramlan, maka kita akan mengklasifikasikan kedua pendapat tersebut sehingga terdapat delapan jenis morfofonemik, yaitu:

  1. Proses Perubahan Bunyi

Misalnya :

meng-   +   fitnah        =          memfitnah

peng-    +   undang      =          pengundang

peng-    +   khutbah     =          pengkhutbah

  1. Proses Penambahan Bunyi

Misalnya :

PeN-an  +   sandra      =          penyandra

Ke-an    +        punya  =          kepunyaan

-an+  buka                   =          pembukaan

  1. Proses Penghilangan Bunyi

Misalnya :

ber-   +  rumah =          berumah

ter-    +  rasa    =          terasa

per-   +  ramping          =          peramping

  1. Proses pengekalan bunyi

misalnya :

ter-  +    pukul =          terpukul

ber-  +   hasil   =          berhasil

  1. Proses Perubahan dan Penambahan bunyi

Misalnya :

men-  +   las     =          mengelas

peN-  +   cat    =          pengecat

  1. Proses Perubahan dan Penghilangan bunyi

Misalnya :

meN-   +   suplai          =          mensuplai

meN-   +          kensel  =          mengkensel

 

  1. Proses perubahan dan pengekalan bunyi

Misalnya :

meng-    +  kukur         =          mengkukur

peng-     +        kaji      =          pengkaji

  1. pergeseran/ perubahan posisi fonem ( konsonan)

Misalnya : 

teliti + peng-an  menjadi   /pe-ne-li-ti-yan/

bantu   +  an    menjadi   /ka-ji-yan/

bantu + -an      menjadi   /ban-tu-wan/

  1. Fonem-fonem /p,t,s,k/ pada awal morfem akan hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN-

Contoh :

meN- + paksa => memaksa

meN- + tulis => menulis

meN- + sapu => menyapu

meN- + karang => mengarabg

peN- + pangkas => pemangkas

peN- + tulis => penulis

peN- + sapu => penyapu

peN- + karang => pengarang


BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

Setelah kita memaparkan hasil dari makalah ini maka simpulannya adalah morfofonemik menjelaskan beberapa kaidah-kaidah dengan penambahahan afiksasi seperti, prefiks meng-, per-, ber-, ter-, di-,dan kan- dan Juga sufiks –i dan –an.

Morfofonemik juga memiliki proses yang terbagi menurut Harimurti Kridalaksana yaitu proses yang secara otomatis dan proses yang tidak otomatis, dan proses morfofonemik menurut Ramlan  terbagi tiga proses yaitu : Proses perubahan fonem, proses penambahan fonem dan proses penghilangan fonem.

 

3.2    Saran

Dengan mengkaji masalah morfofonemik diharapkan kita mampu memahami masalah-masalah berbahasa agar tidak terjadi kesalahan dari pemahaman berbahasa yang kita miliki

 


DAFTAR PUSTAKA

 

 

Alwi, Hasan, dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Edisi ketiga, Jakarta : Balai Pustaka.

Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdiknas. 2003. Morfologi Bahasa Indonesia. Jakarta : Direktorat PLP.

Keraf, Gorys.1980. Tata Bahasa Indonesia untuk Sekolah Lanjutan Atas. Ende-Flores: Penerbit Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:

PT.Gramedia Pustaka Utama.

Ramlan,M. 1997. Morfologi: Suatu Tinjauan Deskriptif. Yogyakarta: CV.Karyono.

Verhaar. 2006. Asas-asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada Press.