DAFTAR ISI
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 3 Stroke Hemoragik dan Iskemik
Gambar 4 Algorirma Stroke Gajah Mada
DAFTAR TABEL
Tabel 12Pemeriksan angota gerak atas
Tabel 13Pemeriksan anggota gerak bawah
Tabel 14 Pemeriksan Darah Lengkap
Tabel 15 Pemeriksan Kimia Klinis
Tabel 17 Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
BAB I
PENDAHULUAN
Penyakit
serebrovaskuler /cerebrovascular disease (CVD) merupakan penyakit sistem
persarafan yang paling sering dijumpai. Stroke merupakan bagian dari CVD.
Menurut World Health Organization (WHO), stroke adalah manifestasi
klinis dari gangguan fungsi serebri fokal atau global yang berkembang dengan
cepat atau tiba-tiba, berlangsung lebih dari 24 jam atau berakhir dengan
kematian, dengan tidak tampaknya penyebab lain selain penyebab vaskular.
Berdasarkan American Heart Association (AHA) stroke ditandai sebagai
defisit neurologi yang dikaitkan dengan cedera fokal akut dari sistem saraf
pusat (SSP) yang disebabkan oleh pembuluh darah, termasuk infark serebral,
pendarahan intraserebral (ICH) dan pendarahan subaraknoid (SAH).
Stroke
terjadi ketika jaringan otak terganggu karena berkurangnya aliran darah atau
oksigen ke sel-sel otak. Terdapat dua jenis stroke yaitu iskemik stroke dan
hemoragik. Stroke iskemik terjadi karena berkurangnya aliran darah sedangkan
stroke yang terjadi karena perdarahan ke dalam atau sekitar otak disebut stroke
hemoragik. Perdarahan yang terjadi pada stroke hemoragik dapat dengan cepat
menimbulkan gejala neurologik karena tekanan pada struktur saraf di dalam
tengkorak. Stroke hemoragik lebih jarang terjadi dibanding stroke iskemik akan
tetapi stroke hemoragik menyebabkan lebih banyak kematian.
Penyakit
stroke merupakan penyebab kematian utama di hampir seluruh RS di Indonesia,
sekitar 15,4%. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI tahun 2013
menunjukkan telah terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia dari 8,3
per mil (tahun 2007) menjadi 12,1 per mil (tahun 2013). Prevalensi penyakit
Stroke tertinggi di Sulawesi Utara (10,8per mil), Yogyakarta (10,3 per mil),
Bangka Belitung (9,7 per mil) dan DKI Jakarta (9,7 per mil).
BAB II
LAPORAN
KASUS
Nama
: Ny. C
Usia : 81 tahun
Jenis
Kelamin : Perempuan
Alamat
: Gampong Baro, Aceh Besar
Agama
: Islam
Pekerjaan
: IRT
No
Rm : 150331
Tanggal
Masuk RS : 30/10/2021
1. Keluhan
Utama
Tidak bisa bicara
2. Riwayat
Penyakit Sekarang
Pasien
datang ke IGD didampingi oleh keluarganya dengan keluhan tidak bisa berbicara tiba – tiba 5 jam SMRS, mulut merot
(+), Pasien tidak mau respon saat diajak bicara, mata terbuka. Kelemahan kedua
tungkai (+). Riwayat nyeri kepala disangkal, riwayat penurunan kesadaran
disangkal. Hal ini di alami pasien saat
sedang beristirahat di siang hari dan kelemahan semakin memberat sehingga
mengakibatkan pasien sulit berjalan. Demam (-), batuk (-),
mual dan muntah (-), penurunan kesadaran (-), BAB dan BAK normal.
3. Riwayat
Penyakit Dahulu
·
Hipertensi : Disangkal
·
Dislipidemia : Diakui
·
Diabetes : Disangkal
·
Stroke : Disangkal
·
Penyakit Jantung : Disangkal
·
Trauma Kepala : Disangkal
·
Kejang : Disangkal
·
Asam Urat : Diakui
·
Maag : Diakui
4. Riwayat
Penyakit keluarga
·
Hipertensi: Disangkal
·
Penyakit Jantung : Disangkal
·
Diabetes: Disangkal
5. Riwayat
penggunaan obat
·
Obat Asam urat (nama obat tidak ingat)
·
Obat maag (nama obat tidak ingat)
·
Obat kolesterol (nama obat tidak ingat)
6. Riwayat
Kebiasaan
·
Sering mengkonsumsi
makanan lemak dan bersantan.
1. Status
generalis
Keadaan
umum : Lemah
Kesadaran
: Apatis
GCS :
E4V2M6
2. Tanda
Vital :
a. Tekanan
Darah : 139/78 mmHg
b. Nadi :
72x/i
c. Suhu :
36,9 °C
d. Respirasi
Rate :
20x/i
e. Saturasi
O2 : 98%
3. Status
Internus
-
Kepala/leher
·
Normocephali
·
Wajah
simetris
·
deformitas
(-)
·
bengkak (-)
·
Pembesaran KGB -/-
·
Pembesaran kelenjar tiroid -/-
-
Mata
·
Konjungtiva
anemis -/-
·
Sklera
ikterik -/-
·
Reflek
Cahaya +/+
·
Pupil
isokor +/+
-
Telinga/hidung
·
Deformitas
(-)
·
nyeri (-)
·
Sekret/
darah (-)
·
Septum
nasi berada ditengah
-
Mulut/faring
·
Mukosa
tidak pucat, hiperemis
·
Tonsil
T1/T1
·
Uvula
ditengah
-
Thorax
§ Paru
Inspeksi : Bentuk dada normal,pergerakan kedua
dada simetris
Palpasi : Taktil fremitus simetris, sama kuat
Perkusi : sonor pada seluruh lapang paru
Auskultasi : Vesikuler +/+, wheezing -/-, ronki -/-
§ Jantung
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : Iktus kordis tidak teraba,
Perkusi : Pekak, batas jantung normal
Auskultasi : BJ I >BJ II, murmur, (-) gallop (-)
4.
Status
Neurologis
·
Pemeriksaan
N. Cranialis
N. I (Olfaktorius)
Pemeriksaan Saraf Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Daya Penghidung |
Normosomia |
Normosomia |
Tabel
1N I
N. II
(Opticus)
Pemeriksaan Saraf
Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Ketajaman
Penglihatan (visus) |
Normal |
Normal |
Lapangan pandang |
Normal |
Normal |
Funduskopi |
Tidak dilakukan |
Tidak dilakukan |
Pengenalan Warna |
Tidak dilakukan |
Tidak dilakukan |
Tabel 2N II
N. III
(Okulomotorius)
Pemeriksaaan Saraf
Kranial |
Mata Kanan |
Mata Kiri |
Ptosis |
(-) |
(-) |
Pupil -
Bentuk
-
Diameter -
Reflek
Cahaya a. Langsung (RCL) b.Tidak langsung
(RCTL) |
Bulat, isokor 3 mm (+) (+) |
Bulat, isokor 3 mm (+) (+) |
Gerakan Bola Mata -
Atas -
Bawah -
Medial -
Medial
Atas |
(+) (+) (+) (+) |
(+) (+) (+) (+) |
Tabel
3N III
N.IV
(Throklearis)
Pemeriksaan Saraf
kranialis |
Mata Kanan |
Mata Kiri |
Posisi bola mata |
normal |
Normal |
Gerakan bola mata -
Medial
ke bawah |
(+) |
(+) |
Tabel
4N IV
N.V
(Trigeminus)
Pemeriksaan Saraf
Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Sensibilitas -
Oftalmikus -
Maksila -
Mandibula |
(+) (+) (+) |
(+) (+) (+) |
Mengunyah |
(+) |
(+) |
Reflek Kornea |
(+) |
(+) |
Tabel
5N V
N. VI
(Abdusens)
Pemeriksaan Saraf
Kranialis |
Mata Kanan |
Mata Kiri |
Posisi bola
mata |
normal |
Normal |
Gerakan bola mata -
Lateral |
(+) |
(+) |
Tabel
6N VI
N. VII
(Facialis)
Pemeriksaan Saraf
Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Motorik -
Mengangkat
alis -
Menyeringai -
Meniup -
Memperlihatkan
gigi -
Sudut
bibir |
(+) (+) (-) (+) (+) |
(+) (+) (-) (+) (+) |
Sensorik -
Daya
kecap lidah 2/3 anterior -
Sekresi
air mata |
Tidak dilakukan Tidak dilakukan |
Tidak dilakukan Tidak
dilakukan |
Tabel
7N VII
N.
VIII (Vestibulotrochlearis)
Pemeriksaan Nervus
Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Nervus cochlearis -
Gesekan
Jari -
Tes
rinne -
Tes
Weber -
Tes
Swabach |
Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan |
Normal Tidak dilakukan Tidak dilakukan Tidak dilakukan |
Nervus vestibularis -
Nystagmus |
Tidak lakukan |
Tidak lakukan |
Tabel
8N
VIII
N. IX
(Glossofaringus) dan N. X (Vagus)
Uvula |
Simetris |
Reflex muntah |
Tidak dilakukan |
Daya kecap lidah 1/3
posterior |
Tidak
dilakukan |
Tabel
9N IX
dan X
N. XI
(Aksesorius)
Pemeriksaan Nervus
Kranialis |
Kanan |
Kiri |
Memalingkan Kepala |
(+) |
(+) |
Meangkat bahu |
(+) |
(+) |
Tabel
10N XI
N. XII
(Hypoglosus)
Deviasi Lidah |
(+) ke kanan saat isirahat (+) ke kiri saat dijulurkan |
Atrofi Lidah |
(-) |
Kekuatan otot lidah |
berkurang |
Tabel
11N XII
·
Pemeriksaan Motorik,
Sensorik, Reflex
Anggota Gerak Atas
Pemeriksaan Anggota Gerak
Atas |
Kanan |
Kiri |
Motorik §
Pergerakan §
Kekuatan §
Tonus |
Terdapat kelemahan 4 Hipotonus |
Terdapat
kelemahan 4 Hipotonus |
Sensibilitas §
Taktil §
Nyeri |
(-) (-) |
(+) (+) |
Refleks
fisiologis §
Biseps §
Triceps §
Brachioradialis |
(-) (-) (-) |
(+) (+) (+) |
Refleks
patologis §
Tromner §
Hoffman |
(-) (-) |
(-) (-) |
Tabel 12Pemeriksan
angota gerak atas |
Anggota Gerak Bawah
|
Kanan |
Kiri |
Motorik §
Pergerakan §
Kekuatan §
Tonus |
Tidak dapat
pergerakan 1 Hipotonus |
Tidak dapat pergerakan 1 Hipotonus |
Sensibilitas
§
Taktil (raba) §
Nyeri |
(-) (-) |
(+) (+) |
Refleks
fisiologis §
Patella §
Achilles |
(-) (-) |
(-) (-) |
Refleks
patologis §
Oppenheim §
Babinski §
Chaddock §
Schaeffer §
Gordon §
Gonda §
Bing §
Rosolimo |
(-) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-) |
(-) (+) (-) (-) (-) (-) (-) (-) |
Tabel 13Pemeriksan anggota gerak bawah
·
Pemeriksaan
Koordinasi gait keseimbangan:
▪ Cara berjalan :
Tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Romberg-Tes :
Tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Dysmetria :
Tidak dilakukan pemeriksaan
▪ Tes tunjuk hidung : Tidak dilakukan pemeriksaan
·
SIRIRAJ
SCORE :
= (2,5xS) + (2xM) + (2xN)
+ (0,1xD) – (3xA) – 12
= (2,5x0) + (2x0) + (2x0) + (0,1x116) – (3x1) – 12
= (11,6)
–
(3) –
12
= -3,4Ã Infark Serebral
·
GADJAH
MADA : Penurunan kesadaran(-),
nyeri kepala(-), refleks Babinski (+) Ã Stroke Iskemik akut atau stroke infark
2.4 Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Hasil
laboratorium tanggal 8
November 2021
Pemeriksaan |
Hasil |
Satuan |
Nilai
Rujukan |
|||
Darah
Lengkap |
||||||
Hemoglobin |
10,3 |
g/dL |
13,0-18,0 |
|||
Eritrosit |
4,24 |
10^6/µl |
4,4-5,9 |
|||
Hematokrit |
31,2 |
% |
42,0-52,0 |
|||
MCV
|
73,6 |
fl |
80,0-96,0 |
|||
MCH |
24,3 |
pg |
28,0-33,0 |
|||
MCHC |
33,0 |
g/dl |
33,0-36,0 |
|||
RDW-SD |
49,1 |
fl |
35,0-47,0 |
|||
RDW-CV |
18,4 |
% |
11,5-14,5 |
|||
Leukosit |
17,6 |
10^3/µl |
4,0-10,0 |
|||
Hitung jenis |
||||||
Eosinofil |
0,1 |
% |
2,0-4,0 |
|||
Basofil |
0,2 |
% |
0-1 |
|||
Neutrofil |
88,4 |
% |
40,0-70,0 |
|||
Limfosit |
7,2 |
% |
20,0-40,0 |
|||
Monosit |
4,1 |
% |
2,0-8,0 |
|||
EOH# |
0,02 |
10^3/µl |
|
|||
BASO# |
0,04 |
10^3/µl |
|
|||
NEUT# |
15,53 |
10^3/µl |
|
|||
LYMPH# |
1,27 |
10^3/µl |
|
|||
MONO# |
0,72 |
10^3/µl |
|
|||
Rasio N/L |
12,2 |
|
<3,13 |
|||
IG% |
2,3 |
% |
|
|||
IG# |
0,41 |
10^3/µl |
|
|||
Trombosit |
196 |
10^3/µl |
150-450 |
|||
PDW |
13,0 |
Fl |
9,0-13,0 |
|||
MPV |
10,7 |
Fl |
7,2-11,1 |
|||
P-LCR |
30,9 |
% |
15,0-25,0 |
|||
PCT |
0,21 |
% |
0,150-0,400 |
|||
Tabel
14
Pemeriksan Darah Lengkap
Hasil Pemeriksaan
Kimia Klinis tanggal 8 November 2021
Pemeriksaan |
Hasil |
Satuan |
Nilai Rujukan |
Glukosa Ad Random |
98 |
mg/dL |
70-160 |
Tabel
15 Pemeriksan
Kimia Klinis
Hasil Pemeriksaan Urinalisa tanggal 8 November 2021
Pemeriksaan |
Hasil |
Satuan |
Nilai
Rujukan |
Urinalisa Makroskopik |
|||
Warna |
Kuning |
|
|
Kekeruhan |
Keruh |
|
|
Berat Jenis |
1,015 |
|
1,000 – 1,030 |
PH |
8,0 |
|
5,0-8,0 |
Glukosa |
Negatif |
mg/dl |
Negatif |
Bilirubin |
Negatif |
|
Negatif |
Keton |
Negatif |
mg/dl |
Negatif |
Urobilinogen |
0,1 mg/dl |
(Normal) |
Negatif |
Eritrosit |
+++ (250) |
RBC/ul |
Negatif |
Protein |
+(30) |
mg/dl |
Negatif |
Nitrit |
Positif |
|
Negatif |
Leukosit Esterase |
++(75) |
WBC/uL |
Negatif |
Sediment Mikroskop |
|||
Eritrosit |
PENUH |
/lpb |
0-2 |
Leukosit |
PENUH |
/lPb |
0-5 |
Epitel Squamous |
0-2 |
/lpb |
<10 |
2. Ct-Scan
|
Interprestasi ·
Tampak lesi hipodens ·
Sulci dan gyri diluar
lesi baik ·
Tak tampak deviasi
midline structure ·
Pons dan cerebellum
normal ·
Orbita, mastoid
normal Kesan ·
Subacute
infarction
di lobe frontal dan parietal kiri. |
Gambar 1 CT Scan
3,EKG
Gambar 2 EKG
a. Diagnosa banding:
·
Stroke Iskemik ( Trombus / Emboli)
·
Stroke Hemoragik
b. Diagnosa klinis : Afasia global ec Stroke Iskemik
c. Diagnosa topis :
Stroke Iskemik
d. Diagnosa etiologi : Trombus
a.
IVFD Ringer Lactat 20 gtt/i
b.
Iv. Citicolin 500 mg/ 18 jam
c.
Iv. mecobalamin
500 mg/12 jam
d.
Iv. Piracetam 1gr/12 jam
e.
Iv. Omeprazole 1 vial/12 jam
f.
Aspilet 1x 80 mg
Ad vitam
: bonam
Ad functionam : dubia ad bonam
Ad sanationam : bonam
/11/21 |
S: Sulit bicara (+), nyeri kepala (-), mulut merot (-), kelemahan tungkai kanan
dan kiri (+), sulit menelan (-),kejang (-), BAB dan BAK dalam batas normal O: ·
GCS: E4V2M6 ·
TD:127 / 67mmHg
·
HR:
55x /menit ·
RR:
20 x/ menit ·
Suhu :
36,9 ˚c ·
Motorik 1111
| 1111 A: Afasia global ec.
Stroke Iskemik |
Th/
• inj.
Omeprazole 1 Vial/12 jam • Inj.
Piracetam 1 gr/12 jam 500mcg/12 jam • Inj. Citicoline 1000 mg/12 jam • Inj. Mecobalamin 250 mg/12 jam • Aspilet
tab 1x 80
mg • Amlodipin 1x10 mg |
/11/21 |
S: Sulit bicara (+), nyeri kepala (-), mulut merot (-), kelemahan tungkai
kanan dan kiri (+), sulit menelan (-),kejang (-), BAB dan BAK dalam batas
normal O: • GCS: E4V2M6 • TD:151 /77
mmHg • HR: 55 x / menit • RR:
22 x/ menit • Suhu: 36,7˚c • Motorik 1111|1111 A: Afasia global ec
Stroke Iskemik |
Th/
•
inj. Omeprazole 1 Vial/12 jam •
Inj. Piracetam 1 gr/12 jam 500mcg/12
jam •
Inj. Citicoline 1000 mg/12 jam •
Inj. Mecobalamin 250 mg/12 jam •
Aspilet tab 1x 80 mg •
Amlodipin 1x10 mg |
/11/21 |
S: Sulit bicara (+),
nyeri kepala (-), mulut merot (-), kelemahan tungkai kanan dan kiri (+),
sulit menelan (-),kejang (-), BAB dan BAK dalam batas normal O: • GCS: E4V2M6 • TD:138 /82
mmHg • HR:
66x / menit • RR: 22 x/ menit • Suhu: 36,9
˚c • Motorik 1111 | 1111 A: Afasia global ec
Stroke Iskemik |
Th/ •
inj. Omeprazole 1 Vial/12 jam •
Inj. Piracetam 1 gr/12 jam 500mcg/12
jam •
Inj. Citicoline 1000 mg/12 jam •
Inj. Mecobalamin 250 mg/12 jam •
Aspilet tab 1x 80 mg • Amlodipin
1x10 mg |
/11/21 |
S: Sulit bicara (+), nyeri kepala (-), mulut
merot (-), kelemahan tungkai kanan dan kiri (+), sulit menelan (-),kejang
(-), BAB dan BAK dalam batas normal O: • GCS: E4V2M6 • TD: 132/75mmHg
• HR: 71 x / menit • RR: 22 x/ menit • Suhu: 36,7
˚c • Motorik: 1111 | 1111 A: Afasia global ec
Stroke Iskemik |
Th/ •
inj. Omeprazole 1 Vial/12 jam •
Inj. Piracetam 1 gr/12 jam 500mcg/12
jam •
Inj. Citicoline 1000 mg/12 jam •
Inj. Mecobalamin 250 mg/12 jam •
Aspilet tab 1x 80 mg • Amlodipin
1x10 mg |
Tabel 16 Follow up ruangan
Resume
DISKUSI DAN PEMBAHASAN
Telah dilakukan pemeriksaan pada pasien perempuan usia 81 tahun, yang dirawat
dibangsal RSUD Meuraxa Banda Aceh dengan diagnosis klinik: Afasia global et causa
stroke iskemik. Diagnosis klinis ditegakkan berdasarkan anamnesis dan
pemeriksaan fisik. Dari anamnesis ditemukan,
pasien datang ke IGD didampingi oleh keluarganya dengan keluhan sulit bicara, tungkai kanan dan kiri
tiba-tiba lemah, yang terjadi 5 jam
sebelum masuk ke rumah sakit, hal ini di alami pasien saat sedang beristirahat
di siang hari dan kelemahan semakin memberat sehingga pasien sulit untuk
berjalan. Demam (-), batuk (-), mual dan muntah (-), penurunan kesadaran (-),
BAB dan BAK normal.
Gejala lain seperti sulit menelan, rasa baal,
keluhan yang mendahului seperti, nyeri kepala hebat, mengantuk, demam, mimisan,
kejang, muntah, trauma disangkal oleh pasien. Riwayat penyakit dahulu pasien tidak
pernah mengalami keadaan serupa sebelumnya, tetapi memiliki riwayat dislipidemia yang tidak terkontrol. Riwayat hipertensi dan diabetes Mellitus disangkal
Pada pemeriksaan ditemukan kondisi umum tampak lemah,
Apatis, E4 V2 M6, tekanan darah 139/78 mmHg, nadi 72x/i, respiratory rate
22x/I, suhu 36,9° C, pada pemerikssaan
neurologis ditemukan kelemahan pada
tungkai kanan dan kiri, ditemukan reflex
babinsky positif pada pemeriksaan reflek patologis pada kaki kanan dan kiri.
Pemeriksaan
penunjang yang dilakukan berupa pemeriksaan darah lengkap yang menunjukan hasil
leuksosit sedikit meningkat, pada hitung jenis P-LCR sedikit meningkat dan pada
gula darah puasa, gula darah dalam batas
normal. selanjutnya dilakukan pemeriksaan EKG
yang menunjukan hasil yang normal juga. Penatalaksaan secara umum bisa
dilakukan istirahat dengan bed rest, IVFD Ringer Lactat 20 gtt/I,
Iv. Citicolin 500 mg/ 18 jam, Iv. mecobalamin 500 mg/12
jam, Iv. Piracetam 1 gr/12 jam, Iv. Omeprazole 1 vial/12 jam,
Aspilet 1x80 mg,
Amlodipine 1x10 mg.
BAB III
TINJAUAN
PUSTAKA
Menurut
World Health Organization (WHO),
stroke merupakan suatu manifestasi klinis dari gangguan fungsi serebral baik
fokal ataupun menyeluruh yang serangannya berlangsung secara cepat dan
merupakan penyebab kematian. Secara umum stroke dibagi menjadi dua, yaitu
stroke non-hemoragik (stroke iskemik) dan stroke hemoragik.1
Berdasarkan
mekanisme stoke dibedakan menjadi 2:
1. Stroke Iskemik
Stroke
iskemik terjadinya penyumbatan di pembuluh darah diotak, stroke iskemik terdiri
dari dua yaitu:
·
Stroke iskemik trombus
Stroke yang disebabkan karena adanya penyumbatan
lumen pembuluh darah otak karena trombus yang makin lama makin menebal,
sehingga aliran darah menjadi tidak lancar. Penurunan aliran darah ini
menyebabkan iskemia.Trombosis serebri adalah obstruksi aliran darah yang
terjadi pada proses oklusi satu atau lebih pembuluh darah lokal.2
·
Infark iskemik
Dapat diakibatkan oleh emboli yang timbul dari lesi
ateromatus yang terletak pada pembuluh yang lebih distal. Gumpalan-gumpalan
kecil dapat terlepas dari trombus yang lebih besar dan dibawa ke tempat-tempat
lain dalam aliran darah.2
2. Stroke Hemoragik
Stroke
hemoragik merupakan stroke
perdarahan yang terdiri:
·
Perdarahan Intra
Cerebral
Mekanisme perdarahan intraserebral yang sering
terjadi yaitu faktor hemodinamik yang berupa peningkatan tekanan darah.
Hipertensi kronis menyebabkan pembuluh darah arteriol yang berdiameter 100-400
mikrometer mengalami perubahan yang patologik. Perubahan tersebut berupa
lipohyalinosis, fragmentasi, nekrosis fibrinoid, dan mikroaneurisma (Charcot
Bouchard) pada arteria perforans kecil di otak. Kenaikan tekanan darah
secara mendadak ini dapat menginduksi pecahnya pembuluh darah.
·
Perdarahan Subarachnoid
Penyebab perdarahan subarachnoid yang paling sering
yaitu aneurisma. Aneurisma merupakan lesi yang didapatkan karena berkaitan
dengan tekanan hemodinamik pada dinding arteri percabangan dan perlekukan. Hal
ini disebabkan oleh kurangnya lapisan elastika eksterna pada dindingnya.
Gambar 3 Stroke Hemoragik dan Iskemik
Kelompok
faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi merupakan kelompok faktor risiko
yang ditentukan secara genetik atau berhubungan dengan fungsi tubuh yang normal
sehingga tidak dapat dimodifikasi. Yang termasuk kelompok ini antara lain usia,
jenis kelamin, ras, riwayat stroke dalam keluarga, serta riwayat serangan transient
ischemic attack atau stroke sebelumnya. Kelompok faktor risiko yang dapat
dimodifikasi merupakan akibat dari gaya hidup seseorang dan dapat dimodifikasi,
yang meliputi hipertensi, diabetes mellitus, dislipidemia, penyakit jantung,
merokok, alkohol, obesitas, dan penggunaan kontrasepsi oral.3,5
Stroke
iskemik adalah kumpulan gejala defisit neurologis akibat gangguan fungsi otak
akut baik fokal maupun global yang mendadak, disebabkan oleh berkurangnya atau
hilangnya aliran darah pada parenkim otak, retina atau medulla spinalis, yang
dapat disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah arteri maupun vena, yang
dibuktikan dengan pemeriksaan imaging dan/atau patologi.6
Stroke
iskemik mencakup stroke trombosis dan stroke emboli. Stroke thrombosis adalah
stroke yang disebabkan oleh karena adanya sumbatan yang terjadi akibat
pembentukan trombus di pembuluh darah otak. Stroke trombotik disebut juga
infark putih. Stroke emboli adalah jenis stroke iskemik yang disebabkan oleh
bekuan darah yang disebabkan proses emboli. Emboli tersebut berlangsung cepat
dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik.6
Stroke
iskemik dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa kelompok berdasarkan gambaran klinik, patologi
anatomi, sistem pembuluh darah dan stadiumnya.
·
Berdasarkan patologi
anatomi dan penyebabnya, stroke iskemia dibedakan menjadi: 5
a) Trombosis
serebri:
Adanya
bekuan darah atau plak yang terbentuk didalam pembuluh arteri yang akan
menyuplai darah ke otak sehingga aliran darah ke otak akan terhambat.
b) Emboli
serebri:
Adanya
bekuan darah atau plak di dalam jantung atau pembuluh darah arteri besar
sehingga aliran darah ke otak akan terganggu.
·
Berdasarkan stadium/pertimbangan waktu:
a)
TIA (Transcient Ischemic Attack): serangan
stroke sementara yang berlangsung kurang dari 24 jam gejala defisit
neurologisnya. TIA menyebabkan penurunan jangka panjang dalam aliran darah ke
suatu bagian dari otak. TIA biasanya berlangsung selama 10-30 menit. Ini merupakan suatu tanda bahwa akan terjadi
serangan stroke selanjutnya sehingga TIA tidak boleh diabaikan begitu saja.
b)
RIND (Reversible Ischemic
Neurologic Deficit): kondisi
RIND hampir sama dengan
TIA, bedanya RIND
berlangsung lebih lama.
Defisit neurologis yang terjadi pada RIND berlangsung lebih dari
24 jam dan gejala akan menghilang kurang dari 7 hari. RIND juga tidak
meninggalkan gejala sisa.
c)
Progressing
stroke atau stroke
in-evolution: defisit neurologis berlangsung secara bertahap dari yang
ringan sampai berat sehingga makin lama makin memberat. Stroke ini merupakan
jenis yang sulit ditentukan prognosisnya dan termasuk yang terberat akibatnya
dapat mengarah ke kondisi yang lebih buruk.
d)
Completed
stroke: merupakan gangguan pada pembuluh darah
otak yang menyebabkan defisit neurolgis akut yang berlangsung lebih dari 24
jam. Defisit neurologis menetap dan tidak berkembang lagi. Stroke jenis ini
akan menimbulkan gejala sisa.
1. Strok Trombus
Efek
yang muncul pada stroke infark cukup cepat, hal ini diakibatkan karena
ketidakmampuan otak untuk menyimpan glukosa dan ketidakmampuan untuk melakukan
metabolism secara anaerob. Trombus yang
menyumbat arteri serebral dan menyebabkan iskemia pembuluh darah di wilayah
sekitarnya. Mekanisme cedera neuron pada tingkat sel diakibatkan oleh hipoksia
atau anoksia. Cedera neuron akibat iskemia merupakan suatu proses biokimia yang
aktif yang senantisa berkembang. Kekurangan oksigen dan glukosa akan menguras
energi sel yang tersimpan untuk mempertahankan potensi membran dan gradien ion
transmembran.
Kalium
yang keluar dari sel akan memicu depolarisasi masuknya kalsium dan juga memicu
pelepasan glutamate melalui glia glutamat transporter. Sinaptic
glutamate akan mengaktivasi excitatory amino acid receptors
bergabung dengan kalsium dan natrium ion channels. 25 Influx kalsium
dalam post sinap yang berlebihan ini akan mengakibatkan depolarisasi dan edema
akut. Influx kalsium yang melebihi batas akan mengakibatkan aktivasi
enzim-enzim yang dependent kalsium (protease, lipase, nuklease).
Enzim tersebut bersama hasil metabolismenya, seperti eicosanoids dan
radikal bebas akan mengakibatkan pemecahan plasma membran dan elemen
sitoskeletal yang akan berakibat pada kematian sel.
Urutan
kejadian tersebut dikenal dengan istilah excitotoxicity karena peran excitatory
asam amino seperti glutamate. Jika
iskemia yang terjadi belum luas maka akan mengakibatkan pertahanan kehidupan
sel yang lebih lama, seperti yang terdapat pada perbatasan atau penumbra yang
mengelilingi pusat iskemik pada otak prose biokomia ini melibatkan ekspresi
protein yang terlibat dalam apoptosis sel, seperto Bcl (B-cell
Lymphoma)-2-family protein dan caspases (proenzim cystein protease).
Otak
yang normal membutuhkan aliran darah dengan debut 100 ml/cm3 /menit. Begitu
mulai terjadi terbentuknya trombus di pembuluh darah otak, secara bertahap akan
terjadi penurunan aliran darah dan bila proses ini terus berlanjut akan terjadi
penurunan aliran darah yang sampai pada batas kritis yaitu bila aliran darah kurang
dari 20 ml/cm3 /menit di mana aliran darah pada tahap itu akan mengakibatkan
kerusakan sel otak yang sifatnya menetap. Yang terjadi pada otak setiap terjadi
stroke yaitu ada daerah yang mengalami infark atau kematian sel dan daerah otak
yang mengalami iskemik. Yang masih berpotensi untuk kembali normal asalkan
mendapat penanganan yang tepat disebut dengan penumbra.
Stroke
trombotik paling sering diakibatkan oleh trombus trombosit yang membentuk plak
inflamatorik pada arteri serebri media (MCA/ Middle cerebral artery) atau
arteri karotis interna. Hal ini menyebabkan nekrosis likuefaktif yang biasanya
tetap pucat karena kurangnya reperfusi. Otak memperliatkan area infark yang
berbentuk baji yang terjadi pada bagian tepi korteks serebri; 1-2 hari setelah
infark, timbul edema dengan hilangnya 26 demarkasi antara substansia grisea dan
ala; pemecahan mielin juga terjadi. Suatu area kistik dan gliosis reaktif
(proliferasi astrositik pada tepi infark) terjadi pada minggu-minggu setelah
infark.
2.
Stroke Emboli
Embolus
terjadi dari agregasi platelet, trombus, platelet-trombi, kolesterol, kalsium,
bakteri, dan lain-lain. Paling banyak debris emboli terdiri dari agregasi
platelet. Tidak ada mekanisme tunggal yang mendasari terjadi kardioemboli.
Emboli sekunder karena kelainan katub/chamber (misal AF, acute myocard infark)
terjadi akibat stasis, sedangkan lainnya karena keterlibatan valvular akibat
ketidaknormalan endotel yang berhuungan dengan material seperti platelet,
bakteri, dan lain-lain.
Saat
emboli mencapai sirkulasi serebri, akan menyebabkan obstruksi arteri yang
memvaskularisasi otak tersebut sehingga terjadi iskemia pada neuron dan
pembuluh darah dalam area iskemia itu. Berlawanan dengan trombus, emboli lemah
dalam berikata dengan dinding vaskuler dan umumnya bermigrasi ke distal. Saat
terjadi reperfusi pada arteriol dan kapiler yang mengalami kerusakan,
menyebabkan perdarahan pada area yang mengalami infark. Hal ini lebih sering
berkaitan dengan kardioemboli daripada penyebab stroke iskemik lainnya.
Dampak
neurologis dari stroke emboli tidak hanya tergantung pada wilayah pembuluh
darah yang tersumbat tetapi juga pada kemampuan embolus menyebabkan vasospasme
dan bertindak sebagai iritan di vaskuler. Vasospasme dapat terjadi di segmen
pembuluh darah di mana terdapat embolus atau dapat melibatkan seluruh cabang
arteri. Vasospasme cenderung terjadi pada pasien yang lebih muda, mungkin
karena pembuluhnya yang lebih lentur dan kurang aterosklerotik.
Gejala gangguan fungsi otak pada stroke sangat
tergantung pada daerah otak yang terkena. Defisit neurologis yang
ditimbulkannya dapat bersifat fokal maupun global, yaitu : 8
·
Kelumpuhan sesisi/kedua
sisi, kelumpuhan satu ekstremitas, kelumpuhan otot-otot penggerak bola mata,
kelumpuhan otot-otot untuk proses menelan, bicara, dan sebagainya.
·
Gangguan fungsi
penghidu.
·
Gangguan fungsi
penglihatan.
·
Gangguan fungsi
pendengaran.
·
Gangguan fungsi omatic
sensoris.
·
Gangguan fungsi
kognitif, seperti :
gangguan atensi, memori,
bicara verbal, gangguan mengerti
pembicaraan, gangguan pengenalan ruang, dan sebagainya.
·
Gangguan global berupa
gangguan kesadaran.
1. Anamnesis
Stroke harus dipertimbangkan pada setiap pasien yang
mengalami defisit neurologi akut (baik fokal maupun global) atau penurunan
tingkat kesadaran. Tidak terdapat tanda atau gejala yang dapat membedakan
stroke hemoragik dan non hemoragik meskipun gejala seperti mual muntah, sakit
kepala dan perubahan tingkat kesadaran lebih sering terjadi pada stroke hemoragik.
Beberapa gejala umum yang terjadi pada stroke meliputi hemiparese, monoparese,
atau qudriparese, hilangnya penglihatan monokuler atau binokuler, diplopia,
disartria, ataksia, vertigo, afasia, atau penurunan kesadaran tiba-tiba.
Meskipun gejala-gejala tersebut dapat muncul sendiri namun umumnya muncul
secara bersamaan.8
·
Penentuan waktu
terjadinya gejala-gejala tersebut juga penting untuk menentukan perlu tidaknya
pemberian terapi trombolitik. Beberapa faktor dapat mengganggu dalam mencari
gejala atau onset stroke seperti:
·
Stroke terjadi saat
pasien sedang tertidur sehingga kelainan tidak didapatkan hingga pasien bangun
(wake up stroke).
·
Stroke
mengakibatkan seseorang sangat tidak mampu untuk mencari pertolongan.
·
Penderita atau
penolong tidak mengetahui gejala-gejala stroke.
·
Terdapat beberapa
kelainan yang gejalanya menyerupai stroke seperti kejang, infeksi sistemik,
tumor serebral, subdural hematom, ensefalitis, dan hiponatremia.
STROKE ISKEMIK |
STROKE HEMORAGIK |
-Onset
saat istirahat, kec. Emboli -Usia:tua -Faktor
resiko: HT,DM dan dislipidemia. -Kesadaran
baik, kec. Emboli -Peningkatan
TIK(-) -Edem
papil (-) -Tanda
peringatan(+) TIA -Bradikardi
(+) hari ke-4 |
-Onset
saat beraktivitas -Usia muda -Faktor
resiko: HT, Aneurysma. -Kesadaran
menurun -Peningkatan
TIK(+) -Edem
papil(+) -Tanda
peringatan (-) -Perangsangan
meningeal(+) -Bradikardi(+) hari ke-1 |
Tabel
17 Perbedaan Stroke Iskemik dan Stroke Hemoragik
Untuk mendapatkan diagnosis dan penentuan jenis patologi stroke, segera ditegakkan
dengan, skor stroke:
·
Skor Siriraj
Tabel 18 Siriraj Score
(2,5
x kesadaran) + (2 x muntah) + (2 x nyeri kepala) + (0,1 x diastolik) – (3 x
atheroma) – 12
Interpretasi:
>
+1 = stroke hemoragik
<
-1 = stroke iskemik
Nilai
antara -1 sampai +1 = tidak dapat ditentukan Dipastikan lebih lanjut dengan CT
scan.
·
Gajah Mada Skor
Gambar
4 Algorirma Stroke Gajah Mada
2.
Pemeriksaan Fisik
1)
Stroke Trombosis8
·
Tekanan darah: tekanan
darah harus segera diukur untuk melihat ada tidaknya hiertensi (salah satu
faktor risiko)
·
Pemeriksaan opthalmoscopy
retina dapat membuktikan adanya proses emboli pada sirkulasi anterior.
·
Pemeriksaan pada leher
dapat memperlihatkan ada tidaknya pulsus karotis dan adanya bruit pada carotid.
·
Pemeriksaan jantung
dapat memperlihatkan ada tidaknya aritmia dan murmur.
·
Palpasi pada arteri temporalis berguna untuk
mendiagnosis giant cell arteritis di mana pembuluh darah tersebut akan
terasa keras, nodular dan tanpa pulsus.
·
Pemeriksaan neurologi, bertujuan untuk mencari
defisit neurologi dan menentukan lokasi anatomosis infark. Pemeriksaan
neurologi meliputi: pemeriksaan kesadaran, pemeriksaan fungsi luhur,
pemeriksaan meningeal sign, pemeriksaan nervus kranialis, pemeriksaan motorik,
pemeriksaan sensorik, pemeriksaan otonom, pemeriksaan cerebellum, pemeriksaan
refleks fisiologis, pemeriksaan refleks patologis.
2) Stroke Emboli8
·
Pemeriksaan vital sign:
temperatur, tekanan darah, sinus ritme, kualitas karotis dan adanya bruit, dan
kualitas suara jantung dan adanya murmur.
·
Pemeriksaan neurologis menetukan defsisit neurologis
yang mengklasifikasikan sebagai salah satu sindrom klinis stroke yang dapat
memprediksi pembuluh darah yang terlibat dan mekanisme penyumbatan pembuluh
darah.
·
Pemeriksaan kelainan
jantung seperti disritmia jantung (contoh: fibrilasi atrium), adanya bising
jantung (contoh: stenosis mitral), gagal jantung kongestif (contoh: setelah
miokard infark akut).
3.
Pemeriksaan Penunjang
1) Stroke
Trombosis8
·
Pemeriksaan darah:
darah lengkap, LED, GDA, kolesterol
·
Elektrokardiografi:
untuk melihat ada tidaknya miokard infark, aritmia, atrial fibrial yang dapat
menjadi faktor predisposisi pada stroke.
·
CT-scan atau MRI: untuk
membedakan apakah stroke disebabkan oleh suatu infark ataupun perdarahan, dam
untuk menyingkirkan lesi akibat tumor maupun abses yang dapat memiliki gejala
mirip stroke.
·
Cerebral angiografi: intracranial angiografi
digunakan untuk mengidentifikasi lesi carotid ekstrakranial yang dapat
dioperasi.
·
Ultrasonografi: untuk
mendeteksi adanya stenosis atau oklusi pada arteri carotid interna.
·
Echocardiografi: untuk
melihat ada tidaknya kelainan jantung yang dapat menyebabkan stroke emboli.
2)
Stroke Emboli8
·
Pemeriksaan radiologis:
CT scan kepala (gambaran infark luas), MRI dan MRA.
·
Pemeriksaan EKG 12
lead: untuk mendeteksi pasien yang diduga adanya AF dan acute myocard infark.
·
Pemeriksaan skor
Framingham dan skor CHADS2 digunakan untuk memprediksi risiko stroke pada
pasien dengan AF.
·
Pemeriksaan foto
thoraks.
·
Pemeriksaan glukosa
darah, elektrolit, BUN, kreatinin, darah lengkap dengan trombosit,
international normolized ratio (INR) dan protrombin time (PT) dan activated
partial tromboplastin time (Aptt), C reactive protein (CRP) atau erythrocyte
sedimentation rate (ESR) dan kultur darah.
·
Pemeriksaan
ekokardiografi.
1. Tatalaksana
Umum
·
Stabilisasi jalan nafas dan pernafasan
·
Stabilisasi hemodinamik (infus kristaloid)
·
Pengendalian tekanan intrakarnial ( manitol jika diperlukan)
·
Pengendalian kejang (terapi anti kejang jika diperlukan)
·
Analgetik dan antipeuritik, jika diperlukan
·
Gastroprotektor, jika diperlukan
·
Manajmen nutrisi
·
Pencegahan DVT dan emboli paru: heparin atau LMWH
2. Tatalaksana
Spesifik
·
Trombolisis intravena: antiplatelet dosis 0.6-0.9 mg/kg BB, pada stroke
iskemik onset<6 jam.
·
Terapi endovaskular: Tromboktomi mekanik, pada stroke iskemik dengan
oklusi karotis interna dan pembuluh darah intrakranial, onset <8 jam.
·
Manajmen hipertensi (Nicardipin, ARB, ACE-Inhibitor, Calcium, Antagonist,
beta blocker, dieuretik).
·
Manajmen gula darah (insulin, anti diabetik oral)
·
Pencegahan stroke skunder (antiplatelet: aspirin, clopidogrel,
cilostaszol, atau antikoagulan: warfarin, dabigtaran, rivaroxaban).
·
Neroprotektor (citicolin, piracetam, pentoxyviline, DLBS 10333)
·
Perawatan diunit stroke
·
Neurorestorasi/ Neurorehabilitasi
3.2.7 Prognosis
Secara umum 80% pasien dengan
stroke hidup selama 1 bulan dengan 10 years survival rate sekitar 35%. Setengah
hingga sepertiga pasien yang mampu melewati fase akut stroke mampu mendapatkan
fungsi yang kembali normal, hanya 15% membutuhkan perawatan institusional. 8
Prognosis stroke infark emboli
sebenarnya ditentukan oleh kejadian emboli berikutnya dan penyakit yang
mendasari seperti gagal jantung, bakterial endokarditis, malignancy, dan
lain-lain. 8
DAFTAR PUSTAKA
1. Munir B. Neurologi Dasar. 2nd ed. Jakarta:
Sagung Seto; 2015.
2. Nugraha RA, Astari RV, Herardi R.
Perbandingan Profil Lipid Darah pada Pasien Stroke Iskemik dan Stroke
Hemografik di RSUP Fatmawati tahun 2018. Semin Nas Ris Kedokt. 2020:8-14.
3. Que BJ, Afflen Z van. Stroke Iskemik Emboli
dengan Transformasi Hemoragik. Molucca Medica. 2017;10(1):82-94.
4. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Panduan Praktik Klinis Neurologi. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf
Indonesia; 2016.
5. L T, K K. Sinopsis Organ System Neurologi.
(Sasmita PK, ed.). Tangerang Selatan: KARISMA Publishing Group; 2014.
6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
Pedoman-PengendalianStroke.pdf. 2013.
7. Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.
Acuan Panduan Praktik Klinis Neurologi. (Kurniawan M, Suharjanti I, Pinzon RT,
eds.). Jakarta; 2016.
8.
Purnomo H, Dalhar M, Noersyahdu H, et al. Buku Ajar Neurologi. (Rianawati SB,
Munir B, eds.). Jakarta: Sagung Seto; 2017.