BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang penulisan
Pada
manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin. Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat
fisik, tetapi pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan
aktivitas biologik berlainan. Struktur dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam
rantai polipeptida yang tersusun dari rangkaian asam amino yang dikenal sebagai
rantai H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000 dan rantai L (rantai
ringan) dengan berat molekul 22.000. Tiap rantai dasar imunoglobulin (satu
unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L. Kedua rantai ini diikat oleh
suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga membentuk struktur yang
simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini adalah penyusunan daerah
simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai daerah domain, yaitu bagian dari rantai
H atau rantai L, yang terdiri dari hampir 110 asam amino yang diapit oleh
ikatan disulfid interchain.
Imunoglobulin
atau antibodi adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum atau
cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Imunoglobulin termasuk dalam famili
glikoprotein yang mempunyai struktur dasar sama, terdiri dari 82-96%
polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat biologik molekul
antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu mengikat antigen
secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin
dari sel mast
2.2
tujuan penulisan
2.2.1 Tujuan umum
- Untuk mengetahui dan memahami tentang immunoglobulin dan
klasifikasinya.
- Untuk menambaha wawasan penulis tentang apa itu immunoglobulin
yang sebenarnya .
2.2.2 Tujuan khusus
Adapun
tujuan penulis membuat makalah uni adlah sebagai salah satu persaratan mengikuti
ujuan semester genap mata kulia imunologi
2.3
metode penulisan
Adapun metode yang digunakan penulis dalam menyusun makalah ini adala metode
kepustakaan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Imunoglobulin
Immunoglobulin
atau antibody adalah sekelompok glikoprotein yang terdapat dalam serum
atau cairan tubuh pada hampir semua mamalia. Immunoglobulin termasuk kedalam
kelompok glikoprotein yang mempunyai struktur dasar yang sama,terdiri dari
83-96% polipeptida dan 4-18% karbohidrat. Komponen polipeptida membawa sifat
biologik molekul antibodi tersebut. Molekul antibodi mempunyai dua fungsi yaitu
mengikat antigen secara spesifik dan memulai reaksi fiksasi komplemen serta
pelepasan histamin dari sel mast. Pada manusia dikenal 5 kelas imunoglobulin.
Tiap kelas mempunyai perbedaan sifat fisik, tetapi pada semua kelas terdapat
tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas biologik berlainan.
Molekul antibody mempunyai dua fungsi yaitu :
- Meningkatkan antigen secara spesifik
- Memulai reaksi fiksasi komplemen serta pelepasan histamin dari sel
mati
- Membantu imunitas melawan beberapa agen infeksi yang disebarkan
melalui darah seperti bacteria, virus, parasit, dan beberapa jamur
- Memberi aktifitas antibody dalam karena gamaglobulin mengandung
sebagian besar antibodyàjaringan serum
- Mengikat dan menghancurkan antigen, namun demikian pengikatan antigen
tersebut kurang memberikan dampak yang nyata kalau tidak disertai fungsi
efektor sekunder. Fungsi efektor sekunder yang penting adalah memacu
aktivasi komplemen, di samping itu merangsang pelepasan histamine oleh
basofil atau mastosit dalam reaksi hipersensitivitas tipe segera
2.2
Struktur Imunoglobulin
Struktur
dasar imunoglobulin terdiri atas 2 macam rantai polipeptida yang tersusun dari
rangkaian asam amino yang dikenal sebagai rantai
- H (rantai berat) dengan berat molekul 55.000
- rantai L (rantai ringan) dengan berat molekul 22.000.
Tiap
rantai dasar imunoglobulin (satu unit) terdiri dari 2 rantai H dan 2 rantai L.
Kedua rantai ini diikat oleh suatu ikatan disulfida sedemikian rupa sehingga
membentuk struktur yang simetris. Yang menarik dari susunan imunoglobulin ini
adalah penyusunan daerah simetris rangkaian asam amino yang dikenal sebagai
daerah domain, yaitu bagian dari rantai H atau rantai L, yang terdiri dari
hampir 110 asam amino yang diapit oleh ikatan disulfid interchain, sedangkan
ikatan antara 2 rantai dihubungkan oleh ikatan disulfid interchain. Rantai L
mempunyai 2 tipe yaitu kappa dan lambda, sedangkan rantai H terdiri dari 5
kelas, yaitu rantai G (γ), rantai A (α), rantai M (μ), rantai E (ε) dan rantai
D (δ). Setiap rantai mempunyai jumlah domain berbeda. Rantai pendek L mempunyai
2 domain; sedang rantai G, A dan D masing-masing 4 domain, dan rantai M dan E
masing-masing 5 domain.
Rantai
dasar imunoglobulin dapat dipecah menjadi beberapa fragmen. Enzim papain
memecah rantai dasar menjadi 3 bagian, yaitu 2 fragmen yang terdiri dari bagian
H dan rantai L. Fragmen ini mempunyai susunan asam amino yang bervariasi sesuai
dengan variabilitas antigen. Fab memiliki satu tempat tempat pengikatan antigen
(antigen binding site) yang menentukan spesifisitas imunoglobulin. Fragmen lain
disebut Fc yang hanya mengandung bagian rantai H saja dan mempunyai susunan asam
amino yang tetap. Fragmen Fc tidak dapat mengikat antigen tetapi memiliki sifat
antigenik dan menentukan aktivitas imunoglobulin yang bersangkutan, misalnya
kemampuan fiksasi dengan komplemen, terikat pada permukaan sel makrofag, dan
yang menempel pada sel mast dan basofil mengakibatkan degranulasi sel mast dan
basofil, dan kemampuan menembus plasenta.
Enzim
pepsin memecah unit dasar imunoglobulin tersebut pada gugusan karboksil
terminal sampai bagian sebelum ikatan disulfida (interchain) dengan akibat
kehilangan sebagian besar susunan asam amino yang menentukan sifat antigenik
determinan, namun demikian masih tetap mempunyai sifat antigenik. Fragmen Fab
yang tersisa menjadi satu rangkaian fragmen yang dikenal sebagai F(ab2) yang
mempunyai 2 tempat pengikatan antigen
2.3
Variabilitas Antibody
Immunoglobulin
merupakan kumpulan protein yang sangat heterogen. Heterogenitas ini disebabkan
oleh susunan asam amino yang berbeda satu dengan yang lain, yang akan
mengakibatkan perbedaan struktur molekul. Hal ini selanjutnya menimbulkan
variabilitas dalam determinan antigenik Ig. Keragaman antibodi tergantung pada
:
- Segmen gen V, D dan J multiple.
- Hubungan kombinasi misalnya hubungan tiap segmen V, tiap segmen
D dan Segmen J
- Kombinasi acak rantai L dan H yang berbeda
- .Mutasi somatic
- Keragaman junctional yang dihasilkan oleh penggabungan yang tepat
selama penyusunan kembali dan mengakibatkan perubahan atau penghilangan
asam amino dalam regio hipervariabel
- Keragaman intersional, yaitu enzim deoksinukleotidil transferase ujung
menyisipkan kelompok kecil nukleotida pada persilangan ( junctional ) V –
D dan D – J ( keragaman regio N ).
Variabilitas antibodi dapat digolongkan berdasarkan :
- Variasi Isotip
Pada
manusia terdapat 9 isotop H chain fungsional. Sesuai dengan sub kelas
Immunoglobulin. Pada orang normal dapat dijumpai 5 kelas immunoglobulin, yaitu
Ig A, Ig D, Ig E, Ig G dan Ig M. Tetapi dalam satu kelas dapat dijumpai
beberapa sub kelas seperti Ig G1, Ig G2, Ig G3 dan Ig G4. Karena semua bagian
konstan H – chain yang terdapat pada berbagai kelas dan sub kelas itu dapat
djumpai pada satu orang maka bagian tersebut dinamakan varian Isotip. Sebutan
varian isotip juga berlaku bagi bagian konstan L – chain kappa dan lamda yang
dapat dijumpai pada semua kelas dan subkelas Ig dan terdapat pada semua orang.
- Variasi Alotip
Determinant
antigen satu varian isotip imnoglobulin satu species dapat juga berbeda dengan
yang lain. Perbedaan ini ditentukan secara genetik dan disebut varian Alotip.
Contohnya ; golongan darah rhesus.
- Variasi Idotip
Adalah determinant Antigen yang diasosiasikan dengan reseptor binding
site. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa antibodi terhadap antigen yang sama
dan diproduksi oleh individu yang berbeda secara genetik, dapat memiliki
idiotip yang sama. Idiotip inilah yang membedakan satu molekul imunoglobulin
dengan molekul imunoglobulin yang lain dalam alotip yang sama. Variasi idiotip
adalah karakterisitik bagi setiap molekul antibodi.
2.4
Klasifikasi Imunoglobulin
Pada
manusia dikenal 5 kelas immunoglobulin,tiap kelas mempunyai perbedaan fisik,
tetpai pada semua kelas terdapat tempat ikatan antigen spesifik dan aktivitas
biologic berlaianan.
Adapun klasifikasi immunoglobulin anatara lain di bagi menjadi dua sub kelas
yakni :
- Ada lima kelas
Imunoglobulin manusia yaitu: IgG, IgM, IgA, IgE dan IgD.
- Perbedaan antara
kelas tersebut bergantung pada perbedaan diantara rantai beratnya. Perbedaan
ini disebut: Isotip.
- Rantai berat IgG
ditandai dengan rantai gama IgM disebut rantai M4, IgA rantai Alfa, IgE rantai
Epsilon, dan IgD rantai Delta.
- Struktur dasar
immunoglobulin terdiri dari 12 gugusan yang masing-masing dibentuk dari
kira-kira 110 asam amino. Tiap rantai berat dibentuk oleh 4 (empat) gugusan
serupa itu dan tiap rantai ringan dibentuk oleh 2 (dua) gugusan tersebut.
- Kemampuan suatu
molekul antibodi untuk bergabung dengan antigen tergantung pada suatu tempat yang
disebut: tempat pengikatan antigen (Fab). Di sini suatu sekuens asam amino
tertentu membentuk konfigurasi yang merupakan pasangan dari konfigurasi
antigen.
- Sekuens ini
berbeda pada masing-masing antibodi dengan spesifitas. Sendiri-sendiri dan ditentukan
oleh gen-gen variabel. Gugusan variabel pada rantai ringan dan berat disebut VL
dan VH. Tiap-tiap daerah ini mengandung bagian-bagian yang mempunyai asam amino
yang lebih bervariasi daripada yang lain. Daerah ini disebut daerah hiper
variabel dan merupakan tempat pengikatan antigen.
- Bagian lain dari
molekul antibodi tersebut mengandung sekuens satu sama lain. Daerah-daerah
tetap ini pada tiap-tiap molekul dari kelas antibodi mana pun, baik pada rantai
ringan maupun berat, Cl maupun CH. Gugusan tetap ini menentukan aktivitas
biologik tertentu dari molekul tersebut
Adapun klasifikasi immunoglobulin anatara lain di bagi menjadi yakni :
2.4.1 Immunoglobulin Sebagai
Rantai Panjang
imunoglobulin
sebagai rantai panjang tiap kelas mempunyai berat molekul,masa paruh, dan
aktivitas biologic yang berbeda.
- 1. Immunoglobulin G (
IgG )
- Merupakan antibodi dominan pada reaksi skunder dan menyusn pertahanan
yang penting melawan bakteri dan virus. IgG merupakan satu- satunya
antibody yang dapat melintasi plasenta. Oleh karena itu merupakan
immunoglobulin yang palinyg di temukan pada bayi yang baru lahir.
- IgG mempunyai struktur dasar immunoglobulin yang terdiri dari dua
rantai berta H dan dua rantai ringan L. IgG rantai berat H yang
dihubungkan oleh ikatan sulfida, oleh karena itu imonoglobulin ioni
mempunyai dua tempat pengikatan antigen yang identik maka disebut bivalen.
- IgG manusia mempunyai koefisien sedimentasi 7 S dengan berat molekul
sekitar 150.000. Pada orang normal IgG merupakan 75% dari seluruh jumlah
immunoglobulin.
- IgG mempunyai empat subkelas,masing masing mempunyai perbedaan yang
tidak banyak dengan perbandingan jumlah sebagai berikut :
- IgG1 dengan
jumlah 40-70%
- IgG2 dengan
jumlah 4-20%
- Igg3 dengan
jumlah 4-8%
- IgG4 dengan
jumlah 2-6%
- masa paruh IgG adalah 3 minggu kecuali subkelas IgG3 yang hanya
mempunyai masa paruh satu minggu. Kemampuan meningkat komplemen setiap
subkelas juga tidak sama seperti IgG3> IgG1 > igG2 > IgG4.sedangkan
IgG4 tidak dapat mengikat komplemen dari jalur klasik tetapi melalui jalur
internal.
- 2. Immunoglobulin M (
IgGn M )
- Antibodi berukuran paling besar mrupakan immunoglobulin yang
dproduksi pada awal respon imunitas primer
- igN terdapat pada semua permukaan sel B yang belum aktif dan tersusun
atas lima unit L2 ( masing masing hamper sama IgG) dan satu molekul rantai
J (joining)
- berat molekul 900.000 yang mempunyai total selurpuluh tempat
pengikatan antigen yang identik oleh karena itu disebut bervalensi 10.
- Merupakan immunoglobulin yang paling efisien dalam proses aglutinasi
dan reksi antigen – antibody lainya serta penting juga dalam pertahanan
melawan bakteri dan virus.
- Menunjukan afinitas yang rendah terhadap antigena dengan determinan
tunggal (hapten)
- IgM merupakan 10% dari seluruh jumlah immunoglobulin dengan koefisien
sedimen 19 S dan berat molekul 850.000-1000.000. molekul ini mempunyai 12%
dari beratnya karbohidrat.
- Antibidi IgM adalah antibody yany pertama kali timbul pada respon imun
terhadap antigen dan antibody yangt utama pada golongan darah secara
utama.
- 3. Immunoglobulin A (
IgA )
- Immunoglobulin dengan rantai berat Alfa, terdapat pada cairan tubuh
dan permukaan organ sekresi, konsentrasi tinggi pada mukosa saluran
pernapasan dan pencernaan (saluran yang sering terpapar mikroorganisme)
dan juga terdapat pada air mata, kolostrum dan susu ibu. IgA berfungsi
sebagai alat pertahanan pertama terhadap invasi mikroorganisme
- Merupakan kelas Ig kedua terbanyak dalam serum dan juga merupakan
imunoglubulin utam pda hasil sekresi misalnya susu, saliva dan air mata
serta sekresi traktus respiratorius ,intestinal dan genital.
- Fungsi immunoglobulin ini melindumgi membran mukosa dari serangan
bakteri dan virus. Kehadiranya dalam kolostrum dapat membantu system imun
bayi yang baru lahir.membatasi absorbs antigen yang berasal dari makanan.
- Tiap molekul IgA (berat molekul 400.000) terdiri dari dua unit H2 L2
dan satu molekul yang terdiri atas rantai J dan component sekresi.
- Bebrapa IgA terdapat dalam serum sebagai monomer dalam H2
L2 terdapat dua sub kelas yaiyu : IgA1 dan IgA2’.
- 4. Immunoglobulin
D (IgD)
- IgD merupakan immunoglobulin yang terendah dalam tubuh dibanding
dengan immunoglobulin lain.
- Konsentrasi IgD dalam serum kira-kira 3 – 50 µg per mil serum.
- Molekul IgD juga terdapat pada membran limphosit B bersama dengan IgM
monomer dan berperan dalam diferensiasi sel B.
- Aktifitas biologik molekul-molekul IgE umumnya tidak jelas, tapi
kadang-kadang aktifitasnya berhubungan dengan IgD, contohnya terhadap
penicillin, toksin diftei dan autoantibody tertentu.
- IgD tidak dapat melewati plasenta dan tidak dapat pada serum tali
pusat.
- 5. Immunoglobulin E
(IgE)
- Immunoglobulin yang bertanggung jawab terhadap reaksi hipersensifitas,
diantaranya reaksi atopik dan anafilaktik. Biasanya ditemukan dalam jumlah
tinggi pada pasien akibat hipersensitifitas, misalnya: asma, bronchiale,
renitis, eksem, dll. IgE dibentuk secara lambat, berfungsi di luar
sirkulasi dalam keadaan aktif terikat dengan sel khusus, sehingga tak
berkeliling mencari antigen, tapi menunggu antigen datang ke tempat
terikat. Satuan dari IgE adalah nanogram/ml.
- Mengandung 2 (dua) rantai ringan kapa atau lamda dan 2 (dua) rantai
berat epsilon.
- Berat molekulnya 190.000 Dalton dan mempunyai empat gugus tetap.
- IgE terdapat dalam serum manusia dalam konsentrasi rendah sekali,
kira-kira 10 ng/dl-1.
- IgE terikat kuat pada mast cell dan setelah bereaksi dengan antigen
akan memacu mast cell untuk mengeluarkan histamine dan heparin.
2.4.2 Immunoglobulin Sebagai Rantai
Pendek
- Antibodi Imun (Immunoglobulin)
Adalah antibodi yang terbentuk karena terpapar antigen tertentu dan bersifat
spesifik artinya antibodi ini akan aktif jika ada antigen yang merangsang
pembentukannya sifat fisika-kimianya yang dipakai untuk mengklasifikasi
antibodi sebagai berikut:
- Ø Kelarutannya dalam garam dan solvens
- Ø Mobilitas elektroforesis
- Ø Besar molekul
- Ø Sedimentasi dalam ultrasentrifus
Jenis antibodi imun menurt hubungan reaksinya dengan
antigen
- ·Antitoksin
- ·Aglutinin
- ·Presipitin
- ·Lisin
- ·Opsonin
- ·Antibodi pelindung
- ·Antibodi pengikat komplemen
- ·Ab “Blocking” dan “non-presipitating”
2. Antibodi
Alamiah
Adalah antibodi yang terbentuk secara natural berdasarkan golongan darah.
Misalnya:
- Golongan darah A mempunyai antibodi B
- Golongan darah B mempunyai antibodi A
- Golongan darah AB mempunyai antibodi O
- Golongan darah O mempunyai antibodi A dan antibodi AB
- Antibodi Monoklonal
Adalah
antibodi yang spesifik terhadap satu macam epitop. Dalam pembuatan antibodi
monoclonal dapat dilakukan dengan cara in vitro dan in vivo. Secara in vitro
antibodi monoclonal diproduksi dengan cara hibridisasi sel myeloma dan sel
limfa, kemudian di biakan pada mikroplate 9b well dan diinkubasi pada incubator
37 ºC mengandung CO2 5%, sedangkan secara in vivo setelah
hibridisasi dinokulasikan pada ruang peritioned pada mencit, kemudian cairan
asites diisolasikan dan dimurnikan sebagai antibodi monoclonal Tahap pembuatan
antibodi monoclonal
- Imunisasi
- Fusi
- Seleksi hibridoma
- Seleksi kolona
- Pembiakan
2.5 Pengertian antigen
Antigen molekul asing yang
dapat menimbulkan respon imun spesifik dari limfosit pada manusia dan hewan.
Antigen meliputi molekul yang dimilki virus, bakteri, fungi, protozoa dan
cacing parasit. Molekul antigenic juga ditemukan pada permukaan zat-zat asing
seperti serbuk sari dan jaringan yang dicangkokkan. Sel B dan sel T
terspesialisasi bagi jenis antigen yang berlainan dan melakukan aktivitas
pertahanan yang berbeda namun saling melengkapi (Baratawidjaja 1991: 13;
Campbell,dkk 2000: 77).
2.6 Letak Antigen
Antigen ditemukan di permukaan seluruh
sel, tetapi dalam keadaan normal, sistem kekebalan seseorang tidak bereaksi
terhadap sel-nya sendiri.Sehingga dapat dikatakan antigen merupakan sebuah zat
yang menstimulasi tanggapan imun, terutama dalam produksi antibodi.Antigen
biasanya protein atau polisakarida, tetapi dapat juga berupa molekul
Iainnya.Permukaan bakteri mengandung banyak protein dan polisakarida yang
bersifat antigen, sehingga antigen bisa merupakan bakteri, virus, protein,
karbohidrat, sel-sel kanker, dan racun.
2.6 Karakteristik
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai berikut:
Karakteristik antigen yang sangat menentukan imunogenitas respon imun adalah sebagai berikut:
·
Asing (berbeda dari self )
Pada umumnya, molekul yang dikenal sebagai
self tidak bersifat imunogenik, jadi
untuk menimbulkan respon imun, molekul harus dikenal sebagai nonself.
·
Ukuran molekul
Imunogen yang paling poten biasanya
merupakan protein berukuran besar. Molekul dengan berat molekul kurang dari
10.000 kurang bersifat imunogenik dan yang berukuran sangat kecil seperti asam
amino tidak bersifat imunogenik.
·
Kompleksitas kimiawi dan struktural
Jumah tertentu kompleksitas kimiawi sangat
diperlukan, misalnya homopolimer asam amino kurang bersifat munogenik
dibandingkan dengan heteropolimer yang mengandung dua atau tiga asam amino yang
berbeda.
·
Determinan antigenic (epitop)
Unit terkecil dari antigen kompleks yang dapat
dikat antibody disebut dengan determinan antigenic atau epitop. Antigen dapat
mempunyai satu atau lebih determinan. Suatu determinan mempunyai ukuran lima
asam amino atau gula. Tatanan genetic penjamu
Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
Dua strain binatang dari spesies yang sama dapat merespon secara berbeda terhadap antigen yang sama karena perbedaan komposisi gen respon imun.
Dosis, cara dan waktu pemberian antigen
Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang diberikan).
Respon imun tergantung kepada banyaknya natigen yang diberikan, maka respon imun tersebut dapat dioptmalkan dengan cara menentukan dosis antigen dengan cermat (termasuk jumlah dosis), cara pemberian dan waktu pemberian (termasuk interval diantara dosis yang diberikan).
3.4. Pembagian Antigen
1. Secara fungsional
1. Secara fungsional
b.
Imunogen, yaitu molekul besar (disebut molekul pembawa).
a. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
a. Hapten, yaitu kompleks yang terdiri atas molekul kecil.
2 .Pembagian antigen menurut epitop
a. Unideterminan, univalent yaitu hanya satu
jenis determinan atau epitop pada
satu molekul.
b. Unideterminan, multivalent yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalent yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d .Multideterminan, multivalent yaitu banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14).
b. Unideterminan, multivalent yaitu hanya satu determinan tetapi dua atau lebih determian tersebut ditemukan pada satu molekul.
c. Multideterminan, univalent yaitu banyak epitop yang bermacam-macam tetapi hanya satu dari setiap macamnya (kebanyakan protein).
d .Multideterminan, multivalent yaitu banyak macam determinan dan banyak dari setiap macam pada satu molekul (antigen dengan berat molekul yang tinggi dan kompleks secara kimiawi). (Baratawidjaja 1991: 14).
3.
Pembagian antigen menurut spesifisitas
a.
Heteroantigen, yaitu antigen yang terdapat pada jaringan dari spesies
yang berbeda.
b. Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari spesies yang berbeda.
e. Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja 1991: 14-15: Sell : 9–10).
b. Xenoantigen yaitu antigen yang hanya dimiliki spesies tertentu.
c. Alloantigen (isoantigen) yaitu antigen yang spesifik untuk individu dalam satu spesies.
d. Antigen organ spesifik, yaitu antigen yang dimilki oleh organ yang sama dari spesies yang berbeda.
e. Autoantigen, yaitu antigen yang dimiliki oleh alat tubuh sendiri (Baratawidjaja 1991: 14-15: Sell : 9–10).
4. Pembagian
antigen menurut ketergantungan terhadap sel T
a. T dependent yaitu antigen yang memerlukan
pengenalan oleh sel T dan sel B untuk dapat menimbulkan respons antibodi.
Sebagai contoh adalah antigen protein.
b. T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel Tuntuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.(Baratawidjaja 1991: 15).
b. T independent yaitu antigen yang dapat merangsang sel B tanpa bantuan sel Tuntuk membentuk antibodi. Antigen tersebut berupa molekul besar polimerik yang dipecah di dalam badan secara perlahan-lahan, misalnya lipopolisakarida, ficoll, dekstran, levan, dan flagelin polimerik bakteri.(Baratawidjaja 1991: 15).
5. Pembagian antigen menurut sifat
a. Hidrat arang (polisakarida)
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibodi. Respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respon imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE.
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan univalent. (Baratawidjaja 1991: 15)
e. Reaksi Antigen dan Antibodi
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh.Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi sebagai reseptor antigen.Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas.Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:
1. Primer
Hidrat arang pada umumnya imunogenik. Glikoprotein dapat menimbulkan respon imun terutama pembentukan antibodi. Respon imun yang ditimbulkan golongan darah ABO, mempunyai sifat antigen dan spesifisitas imun yang berasal dari polisakarida pada permukaan sel darah merah.
b. Lipid
Lipid biasanya tidak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. Lipid dianggap sebagai hapten, sebagai contoh adalah sphingolipid.
c. Asam nukleat
Asam nukleat tdak imunogenik, tetapi menjadi imunogenik bila diikat oleh protein carrier. DNA dalam bentuk heliksnya biasanya tidak imunogenik. Respon imun terhadap DNA terjadi pada penderita dengan SLE.
d. Protein
Kebanyakan protein adalah imunogenik dan pada umunya multideterminan univalent. (Baratawidjaja 1991: 15)
e. Reaksi Antigen dan Antibodi
Dalam lingkungan sekitar kita terdapat banyak substansi bermolekul kecil yang bisa masuk ke dalam tubuh.Substansi kecil tersebut bisa menjadi antigen bila dia melekat pada protein tubuh kita yang dikenal dengan istilah hapten. Substansi-substansi tersebut lolos dari barier respon non spesifik (eksternal maupun internal), kemudian substansi tersebut masuk dan berikatan dengan sel limfosit B yang akan mensintesis pembentukan antibodi.
Sebelum pertemuan pertamanya dengan sebuah antigen, sel-sel-B menghasilkan molekul immunoglobulin IgM dan IgD yang tergabung pada membran plasma untuk berfungsi sebagai reseptor antigen.Sebuah antigen merangsang sel untuk membuat dan menyisipkan dalam membrannya molekul immunoglobulin yang memiliki daerah pengenalan spesifik untuk antigen itu. Setelah itu, limfosit harus membentuk immunoglobulin untuk antigen yang sama. Pemaparan kedua kali terhadap antigen yang sama memicu respon imun sekunder yang segera terjadi dan meningkatkan titer antibodi yang beredar sebanyak 10 sampai 100 kali kadar sebelumnya. Sifat molekul antigen yang memungkinkannya bereaksi dengan antibodi disebut antigenisitas.Kesanggupan molekul antigen untuk menginduksi respon imun disebut imunogenitas.
Terdapat berbagai kategori Interaksi antigen-antibodi, kategori tersebut antara lain:
1. Primer
Interaksi tingkat primer adalah saat
kejadian awal terikatnya antigen dengan antibodi pada situs identik yang kecil,
bernama epitop.
2. Sekunder
Interaksi tingkat sekunder
terdiri atas beberapa jenis interaksi, di antaranya:
a. Netralisasi
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan.Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Adalah jika antibodi secara fisik dapat menghalangi sebagian antigen menimbulkan effect yang merugikan.Contohnya adalah dengan mengikat toksin bakteri, antibody mencegah zat kimia ini berinteraksi dengan sel yang rentan.
b. Aglutinasi
Adalah jika sel-sel asing yang masuk, misalnya bakteri atau transfusi darah yang tidak cocok berikatan bersama-sama membentuk gumpalan
c. Presipitasi
Adalah jika komplek antigen-antibodi yang terbentuk berukuran terlalu besar, sehingga tidak dapat bertahan untuk terus berada di larutan dan akhirnya mengendap.
d. Fagositosis
Adalah jika bagian ekor antibodi yang berikatan dengan antigen mampu mengikat reseptor fagosit (sel penghancur) sehingga memudahkan fagositosis korban yang mengandung antigen tersebut.
e. Sitotoksis
Adalah saat pengikatan antibodi ke antigen juga menginduksi serangan sel pembawa antigen oleh killer cell (sel K). Sel K serupa dengan natural killer cell kecuali bahwa sel K mensyaratkan sel sasaran dilapisi oleh antibodi sebelum dapat dihancurkan melalui proses lisis membran plasmanya.
3. Tersier
Interaksi tingkat tersier adalah munculnya
tanda-tanda biologik dari interaksi antigen-antibodi yang dapat berguna atau
merusak bagi penderitanya. IMUNOLOGI UMUM
Sistem imun adalah semua mekanisme yang di gunakan untuk mempertahankan
ke utuhan tubuh sebagi perlindungan terhadap bahaya yang dapat di timbulkan
oleh berbagai bahan dalam dalam lingkungan hidup.
Pertahanan tersebut terdiri atas sistem imun spesifik
adaptive/acquired dan nonspesifik natural/innate. Respons imun spesifik
bergantung pada adanya pemaparan benda asing, pengenalan, kemudian reaksi
terhadapnya. Sebaliknya, Sebaliknya, respons nonspesifik terjadi sesudah
pemaparan inisial dan pemaparan lanjutan terhadap benda asing. Kemudian terjadi
diferensiasi selektif self dan nonself di mana respons nonspesifik ini tidak
bergantung pada pengenalan spesifik. Respons imunologik menjalankan 3 fungsi
yaitu pertahanan, homeostatis, dam pengawasan.
Fungsi pertama
sistem imun adalah pertahanan melawan invasi mikroorganisme yang telah mengisi
renungan ahli imunolgi lebih dari 100 tahun yang lalu. Jika elemen pertahanan
selular berhasil menyebar, maka hospes akan muncul sebagai pemenang dalam
perjuangan melawan mikroorganisme. Akan tetapi, apabila elemen-elemen ini hiperaktif,
tanda-tanda tertentu yang tidak di inginkan seperti alergi, dan
hipersensitivitas akan muncul. Sebaliknya, apabila elemen-elemen ini hipoaktif,
kerentanan terhadap infeksi ulang akan bertambah seperti terlihat pada penyakit
defisiensi imun.
Fungsi kedua,
homeostasis memenuhi segala kebutuhan umum dari organisme multiselular untuk
mempertahankan keseragaman jenis sel tertentu. Homeostasis ini memperhatikan
fungsi degenerasi dan katabolik normal dari isi tubuh dengan pembersih
elemen-elemen sel yang rusak seperti eritrosit dan lekosit dalam sirkulasi.
Elemen-elemen sel ini mungkin rusak selama perjalanan hidup normal atau sebagai
akibat yang merugikan. Contoh penyimpangan homeostasis adalah penyakit autoimun
di mana mekanisme homeostasis pada penyakit ini terlalu ditingkatkan.
Fungsi ketiga dari sistem imun masih baru
dikenal dan disebut sebagai fungsi pengawasan diri surveillance. Fungsi
pengawasan ini memonitor pengenalan jenis-jenis sel abnormal yang secara tetap
selalu timbul dalam tubuh. Sel-sel mutan ini dapat terjadi secara spontan atau
disebabkan oleh pengaruh virus tertentu atau zat-zat kimia. Sistem imun diberi
tugas pengenalan dan pembuangan benda-benda baru yang di dapat yang sebagian
besar dari tugas ini terjadi di permukaan sel. Kegagalan mekanisme ini di
tetapkan sebagai penyebab utama perkembangan penyakit-penyakit neoplasma.
Imunisasi
Imunisasi teta nus toksoid (vaksin tetanus toksoid) merupakan salah satu
upaya yang dilakukan dalam rangka pencegahan penyakit tetanus. Tetanus adalah
penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri Bakteri Clostridium tetani yang
tinggal di tanah, debu, barang berkarat, kotoran hewan, dsb. Imunisasi tetanus
toxoid menghadapkan individu untuk sejumlah kecil bakteri yang menyebabkan
tubuh untuk mengembangkan kekebalan terhadap penyakit.
Imunisasi tetanus toksoid vaksin dapat membantu mencegah tetanus.
Imunisasi tetanus toksoid dibuat untuk orang 7 tahun ke atas. Setelah seseorang
selesai pada jadwal imunisasi primer, dosis imunisasi tetanus toksoid yang
dibutuhkan 10 tahun sepanjang hidup. Konsultasikan dengan dokter tentang
imunisasi tetanus toxoid untuk bisa terjadwal.
Hal-Hal Penting Sebelum Imunisasi
Tetanus Toksoid
Siapapun yang memiliki reaksi alergi yang mengancam nyawa setelah dosis
vaksin tetanus tidak harus mendapatkan satu dosis lagi. Sebelum menerima
imunisasi tetanus toksoid, katakan kepada dokter hal hal berikut ini:
• Memiliki
HIV atau AIDS atau penyakit lain yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh;
• Menggunakan
obat yang mempengaruhi sistem kekebalan tubuh (misalnya steroid, obat
anti-penolakan);
• Menderita
kanker
• Menerima
pengobatan kanker dengan sinar-x, radiasi, atau obat.
• Hamil
atau sedang menyusui
Tanyakan pada penyedia layanan kesehatan untuk informasi lebih lanjut,
sebab imunisasi tetanus toksoid tidak direkomendasikan dalam beberapa kasus.
Individu dengan penyakit ringan seperti pilek, dapat divaksinasi. Mereka yang
sedang sakit biasanya harus menunggu sampai mereka pulih sebelum mendapatkan
imunisasi vaksin tetanus toksoid.
Toksoid
Tetanus vaksin dapat diberikan pada waktu yang sama dengan vaksin
lainnya. Yang perlu jadi catatan adalah dosis untuk imunisasi tetanus toxoid
harus sesuai dengan rekomendasi dokter, selain itu vaksin (apapun bentuknya,
termasuk juga obat) mampu menyebabkan masalah serius, seperti reaksi alergi
parah. Risiko imunisasi vaksin tetanus toksoid menyebabkan luka serius, atau
kematian, sangat kecil. Reaksi alergi yang serius termasuk pembengkakan bibir,
lidah, atau wajah, kesulitan bernafas, pucat, penutupan tenggorokan, pusing,
atau detak jantung cepat.
Efek samping lain yang kurang serius,
seperti nyeri kemerahan, atau bengkak di mana suntikan imunisasi tetanus
toksoid itu diberikan. Efek samping biasanya mulai dalam hitungan jam untuk
satu atau dua hari setelah vaksinasi. Toksoid
adalah sebuah toksin bakteri yang dimodifikasi agar tidak beracun (umumnya
dengan formaldehida), tetapi tetap memiliki kemampuan untuk merangsang
pembentukan antitoksin (antibodi) sehingga menghasilkan kekebalan aktif.
Contohnya termasuk toksoid botulinum, tetanus, dan difteri
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit
dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit
yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata
imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya
akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga
untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu: imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya. Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
Tujuan dari diberikannya suatu imunitas dari imunisasi adalah untuk mengurangi angka penderita suatu penyakit yang sangat membahayakan kesehatan bahkan bisa menyebabkan kematian pada penderitanya. Beberapa penyakit yang dapat dihindari dengan imunisasi yaitu seperti hepatitis B, campak, polio, difteri, tetanus, batuk rejan, gondongan, cacar air, tbc, dan lain sebagainya.
Macam-macam / jenis-jenis imunisasi ada dua macam, yaitu: imunisasi pasif yang merupakan kekebalan bawaan dari ibu terhadap penyakit dan imunisasi aktif di mana kekebalannya harus didapat dari pemberian bibit penyakit lemah yang mudah dikalahkan oleh kekebalan tubuh biasa guna membentuk antibodi terhadap penyakit yang sama baik yang lemah maupun yang kuat.
Teknik atau cara pemberian imunisasi umumnya dilakukan dengan melemahkan virus atau bakteri penyebab penyakit lalu diberikan kepada seseorang dengan cara suntik atau minum / telan. Setelah bibit penyakit masuk ke dalam tubuh kita maka tubuh akan terangsang untuk melawan penyakit tersebut dengan membantuk antibodi. Antibodi itu uumnya bisa terus ada di dalam tubuh orang yang telah diimunisasi untuk melawan penyakit yang mencoba menyerang.
Manfaat Imunisasi
·
Manfaat untuk anak
·
Manfaat untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan biaya
pengobatan bila anak sakit. Mendorong keluarga kecil apabila si orang tua yakin
bahwa anak-anak akan menjalani masa anak-anak dengan aman.
·
Manfaat untuk orang tua
Yang disebut orang tua adalah mereka yang
berusia di atas 55 tahun dimana kekebalan tubuhnya mulai menurun. Jadwal
vaksinasi dewasa dapat dimajukan, misalnya menjadi 40 tahun, jika orang tua
tersebut menderita diabetes (kencing manis) atau penyakit lainnya yang
menyebabkan kekebalan tubuhnya menurun.
·
Manfaat untuk negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan
bangsa yang kuat dan berakal sehat untuk melanjutkan pembangunan negara.
·
Manfaat untuk orang sekitar
Di lingkungan yang mayoritas telah
diimunisasi, maka mereka yang belum diimunisasi biasanya juga terhindar dari
penyakit yang sehubungan dengan imunisasi tersebut, karena memang di lingkungan
tersebut tidak ada orang yang terjangkit penyakit tersebut. Oleh karena itu
eradikasi atau menghilangkan sesuatu penyakit dari lingkungan tersebut,
misalnya Polio dilakuakan tidak perlu mencapai 100 persen, jika yang
diimunisasi telah mencapai 90 persen, maka telah dianggap berhasil.
Cara Imunisasi
Imunisasi dapat dilakukan dengan beberapa cara,
ada yang diberikan secara suntikan ke otot, kulit atau lapisan bawah kulit
maupun ada yang diberikan melalui tetesan cairan ke mulut.
BAB III
PENUTUP
Saran Penulis
mengharapkan,semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menambah wawasan bagi
para pembaca,dan merupakan tambahan referensi untuk ilmu pengetahuan khususnya
tentang imunoglobulin. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini.