BAB
1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Profesi keperawatan
merupakan ladang amal, ilmu dan kemanusiaan. Hal ini dikarenakan bahwa perawat
tidak hanya berfokus pada pelayanan yang diberikan kepada pasien atau sering
disebut sebagai Patient Centered Care (PCC) tapi juga perawat memberikan
pelayanan dengan melibatkan keluarga pasien atau sering disebut Family Centered
Care (FCC). Dalam kaitannya dengan PCC, perawat selalu berada disisi pasien,
menjaga pasien dan memberikan terapi atau tindakan keperawatan baik mandiri
maupun kolaborasi medis kepada pasien. Peran perawat juga sangat terlihat
begitu berarti pada kondisi pasien kritis di tatanan ruang intensive care unit
(pembahasan terkait ICU dan pasien kritis sudah ada di blog ini pada posting
sebelumnya…silahkan bisa dibaca juga pada postingan sebelumnya). Di ICU perawat
harus stanby memonitor kondisi pasien secara terus menerus dan tidak boleh
lengah. Jika perawat lengah dalam memonitor kondisi pasien kritis, akan dapat
berdampak sangat serius pada pasien tersebut. Misalnya dalam hal pemantauan
kondisi pasien kritis dengan gangguang jantung, perawat harus benar-benar
memonitor hemodinamik pasien tersebut. Hemodinamik yang tidak stabil, misalnya
tekanan darah turun dan frekuensi heart rate juga turun bisa menyebabkan
berkurangnya perfusi ke seluruh jaringan tubuh. Hal ini dapat berakibat pada
terjadinya MODS (Multiple Organ Dysfunction Syndrome) yaitu kegagalan beberapa
fungsi organ karena suplay oksigen ke organ-organ tersebut berkurang. Suplay
oksigen yang turun akan menyebabkan jaringan tersebut tidak bisa melakukan
metabolism aerob (metabolism dengan menggunakan oksigen supaya didapatkan
energy dengan jumlah yang dibutuhkan tubuh) melainkan metabolism anaerob
(metabolism tanpa menggunakan oksigen). Metabolism anaerob ini jika berlanjut
terus produk yang dihasilkan adalah asam laktat. Penumpukan asam laktat yang
terlalu banyak ini sifatnya dapat merusak jaringan, sehingga jaringan mulai
dari hipoksia bahkan sampai bisa nekrosis.
Keluarga
berdasarkan teori keluarga itu dipandang sebagai suatu hubungan saling
ketergantungan dan saling keterikatan. Antar anggota keluarga memiliki rasa
kasih sayang yang kuat dan saling memiliki, bahkan ketika ada salah satu
anggota keluarga yang sakit, anggota keluarga yang lain akan merasakan
kesedihan dan selalu mendampingi supaya cepat sembuh (Gavaghan & Carroll,
2009). Beberapa penelitian atau studi banyak yang menjelaskan dampak anggota
keluarga yang sakit terhadap unit keluarga. Dampak tersebut antara lain akan
menimbulkan permasalahan psikologis pada anggota keluarga yang tidak sakit
bahkan jika masalah psikologis tersebut tidak segera diatasi maka dapat memicu
terjadinya permasalahan fisik seperti timbulnya kondisi fisik yang menurun
sehingga mudah terkena penyakit. Pada unit ICU, perawat harus menyadari apa
yang menjadi kebutuhan keluarga dengan anggota keluarga yang sedang dirawat
karena kondisi yang kritis. Akan tetapi, menurut Cannon (2011) antara perawat
dan keluarga mempunyai alokasi waktu yang tidak sama, sehingga jarang sekali
bertemu saat conference, saat dilakukan prosedur tindakan dan saat visitasi
pasien. Perawat cenderung mengesampingkan keluarga saat melakukan conference
dan saat dilakukan prosedur tindakan, padahal ini sangan penting bagi keluarga
pasien. Keluarga akan kebingungan jika mereka tidak memahami lingkungan ICU dan
tidak tahu kondisi anggota keluarganya yang dirawat. Bahkan keluarga dapat
memberikan kesimpulan atau persepsi yang salah terkait kondisi pasien atau
pelayanan, jika mereka tidak lengkap dalam menerima informasi dan pengetahuan
dari perawat di ruang ICU. Hal ini seuai dengan studi dari Morrison (1997)
bahwa keluarga pasien terkejut atau kaget saat berada di dalam lingkungan ICU
karena merasa tidak ada perbedaan antara siang dan malam, suara yang berisik
karena banyaknya alarm alat monitoring pasien yang berbunyi, dan banyaknya
selang dan kabel kabel yang ada di pasien.
Perawat sebagai pemberi pelayanan
kesehatan yang selama 24 jam mendampingi pasien harus memberikan kontribusi
dalam perannya sebagai perawatan terutama membanu anak dan keluarga unuk
meperoleh pengalaman positif selama hospitalisasi. Perawat anak harus memiliki
pemahaman yang lebih dalam mengenal pertumbuhan dan perkembangan anakuntuk
merencanakan asuhan keperawatan yang sesuai sehingga membantu anak dan keluarga
untuk beradaptasi dengan kondisi yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
baik eksternal maupun internal (Potter & Perry, 2007).
Dalam praktik keperawatan anak,
asuhan keperawatan yang diterapkan berdasarkan padafilosofi keperawatan anak.
Filosofi keperawatan anak merupakan keyakinan atau pandangan yang dimiliki oleh
perawat untukmemberikan pelayanan kepada anak. Salah satunya adalah Family
Center Care (perawatan yang berfokus pada keluarga). Family Center Care
menekankan pentingnya keterlibatan keluarga dalam memberikan perawatan pada
anak di rumah sakit (Hidayat, 2008).
Family Center care (FCC) merupakan
pendekatan yang digunakan dalam memberikan pelayanan kesehatan pada anak dengan
melibatkan orang tua. Family Center Care juga menekankan keterlibatan orang tua
atau keluarga anak dalam pemberian asuhan keperawatan pada anak di rumah sakit
(hidayat, 2008). Keluarga didukung dalam peran pemberian asuhan keperawatan dan
keputusan dengan melihat keluarga sumeber kekuatan dalam masalah
keperawatan(Wong, 2008).
Penerapan Family Center Care
bermanfaat untuk meningkatkan kerjasama yang optimal pada keluarga dalam
pengambilan keputusan berdasarkan informasi dari keluarga (Saleeba, 2008).
Tujuan penerapan Family Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner &
Sudard (1986dalam Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua
merawat anak mereka dalam proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat
dengan aturan yang berlaku.
Pelaksanaan Family Center Care pada
rumah sakit anak di negara-negara maju sudah terstandar dengan baik, namun di
Indonesia kemungkinan dapat diterapkan tetapi untuk mewujudkannya secara ideal
tidak mudah, karena banyak petugas terutama perawat yang belum memahami family
Center Care. Kondisi ini mengakibatkan asuhan keperawatan sering terjebak dalam
kegiatan rutinitas di rumah sakit (Purmailani 2014).
Family Center Care merupakan suatu
metode perawatan bagi anak dan keluarganya, tidak hanya ditujukan padaindividu
tetapi semua anggota keluarga dianggap sebagai menerima perawatan. Konsep FCC
didasrkan padasejumlah elemen pendukung yang diantaranya: adanya pengakuan
bahwa keluarga merupakan konstanta dalamkehidupan anak, pengakuan terhadap
kekuatan keluarga, serta fasilitas koaborasi antara keluarga pasien dengan
tenaga professional kesehatan (Institute for patient and family centered care,
2011).
Patient and family Centered care
setelah sekian lama dilupakan, kini concern dalam penyelenggaraan pelayanan
kesehatan. Dahulu, dokter adalah captain of ship yang menjadi center dalam
segala hal yang terkait dengan pengambilan keputusan dan tanggung jawab dalam
pelayanan kesehatan kepada pasien.perubahan paradigm ini tidak lain bertujuan
untuk mendapatkan outcomes pelayanan kesehatan yang lebih baik, pengalokasian
sumber daya yang tepat, dan mencapai kepuasan pasien dan keluarga yang lebih
besar.halini dimungkinkan karena patien and family centered care adalah
pendekatan yang melibatkan pasien.keluarga pasien dan staf dalam pembuatan
kebijakan,program kesehatan, fasilitas yang didapatkan, dan program perawatan
dari hari ke hari. (Piper, 2009).
Perawat merupakan salah satu tenaga
professional kesehatan yang berperan dalam upaya meningkatkan kesehatan pasien
dan keluarga melalui kegiatan promosi kesehatan. Dalam penerapan di lapangan,
perawat memegang peranan sebagai agen pembawa perubahan (change agent), sebagai
fasilitator dalam pemberdayaan, dan sebagai praktisi pembuat strategi (Piper,
2009).
Oleh karena itu perawat harus
memiliki pengetahuan dan kompetensi yang cukup dalam pelaksanaan Family Center
Care sehingga asuhan keperawatan dapat berjalan dengan baik. Pengetahuan
(knowledge) juga diartikan sebagai hasilpengindraan manusia atau hasil tahu
seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, dan
sebaginya), dengan sendirinya pada waktu penginderaan sehingga menghasilkan
pengetahuan. Hal tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan
persepsi terhadap objek (Notoadmojo, 2007).
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis ingin
mengetahui dengan jelas tentang Family Center Care.
C.
Tujuan
penulisan
1) Mendeskripsikan
pengertian Family Center Care
2) Mendeskripsikan
Tujuan Family Center Care
3) Mendeskripsikan
Elemen Family Center care
4) Mendeskripsikan
Prinsip Family Center Care
5) Kebijakan
terkait Family Center Care
6) Stategi
dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Pengertian
Family Center Care (FCC)
Family Center Care (FCC)
didefinisikan oleh Association for the Care ofChildren’s Health (ACCH) sebagi
filosofi dimana pemberi perawatan mementingkan dan melibatkan peran penting
dari keluarga, dukungan keluarga akan membangun kekuatan,mebantu untuk membuat
suatu pilihan yang terbaik, dan meningkatkan pola normalyangada dalam
kesehariannya selama anak sakit dan menjalani penyembuhan.
Family CenterCare didefinisikan
menurut Hanson (dalam Dunst dan Trivette 2009) sebagai pendekatan inovatif
dalam merencanakan, melakukan dan mengevaluasi tindakan keperawatan yang
diberikan didasarkan pada manfaat hubungan antara perawat dan keluarga yaitu
orang tua.
Stower (1992 dalam Fiane, 2012),
family Center Care merupakan suatu pendekatan yang holistic. Pendekatan Family
Center Care tidak hanya memfokuskan asuhan keperawatan kepada anak sebagi klien
atau individu dengan kebutuhan biologis, psikologi, social, dan spiritual
(biopsikospiritual) tetapi juga melibatkan keluarga sebagai bagian yang konstan
dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan anak.
Menurut Van dan
Kautz (2007) menjelaskan bahwa selama pasien dirawat di rumah sakit terutama di
ICU, perawat mempunyai peran dalam memberikan dukungan dalam keluarga,
mempertahankan integritas keluarga, dan membantu anggota keluarga untuk mampu
membantu merawat pasien. Perawat harus bisa menjadi sarana yang memberikan
strategi untuk lebih mendekatkan keluarga dalam pelayanan pasien kritis di ICU,
karena akan memberikan keuntungan secara psikis dan fisiologis bagi keluarga
dan bagi pasien (Cannon, 2011). Pasien akan lebih merasa diperhatikan jika
keluarga lebih dekat dengannya, sedangkan keluarga juga lebih tenang karena
lebih dekat dengan pasien.
Beberapa tindakan
yang dapat diterapkan sebagai bentuk aplikasi di tatanan klinik terkait
penerapan Family Centered Care (FCC):
1.
Orientasi keluarga:
Mengorentasikan keluarga di lingkungan tatanan klinis atau ICU baik
lingkungannya, peralatan-peralatannya, dan tindakan medisnya.
2.
Terbentuknya Family
Care Specialist (FCS): Perawat yang tergabung dalam FCS ini yang mengkoordinasi
dan bertanggungjawab dalam menerapkan strategi supaya keluarga juga terlibat
dalam perawatan pasien kritis
3.
Visitasi terbuka:
visitasi dengan melibatkan keluarga didalamnya
4.
Mengijinkan
keluarga untuk ada didekat pasien selama pasien dilakukan tindakan/prosedur
5.
Dibentuk dan
dijalankannya family support group
6.
Mendorong
keterlibatan keluarga dalam perawatan
Inti dari FCC
adalah melibatkan keluarga dalam perawatan pasien di ICU. FCC tidak hanya
meningkatkan kepuasan keluarga, tetapi juga bagi perawat supaya memandang bahwa
pasien itu adalah bagian dari suatu sistem keluarga. Keluarga harus
berpartisipasi secara tepat dalam keterlibatannya merawat anggota keluarganya
yang sedang sakit. Keluarga tidak hanya terlibat tetapi juga membutuhkan
informasi. Informasi yang disediakan oleh tim medis dan keperawatan akan mengurangi
kecemasan yang dialami oleh keluarga. Perawat juga harus mampu memelihara
keutuhan dan dukungan keluarga selama fase stress yang dialami oleh keluarga
tersebut.
Gill (1993, dalam Fiane, 2012) yang
menyebutkan bahwa Family Center Care merupakan kolaborasi bersama antara orang
tua dan tenaga professional. Kolaborasi orang tua dan tenaga professional dalam
membentukmendukung keluarga terutama dalam aturan perawatan yang mereka lakukan
merupakan filosofi Family Center Care.kemudian, secara lebih spesifik
dijelaskan bahwa filosofi Family Center Care yang dimaksudkan merupakan dasar
pemikiran dalam keperawatan anak yang digunakan untuk memberikan asuhan
keperawatan kepadaanak dengan melibatkan keluarga sebagai focus utama
perawatan. Kutipan definisi dari para ahli diatas memberikan bahwa dalam
penerapan Family Center Care sebgai suatu pendekatan holistic dan filosofi
dalam keperawatan anak. Perawat sebagai tenaga professional perlu melibatkan
orang tuas dalam perawatan anak. Adapun peran perawat dalam menerapkan Family
Center Care adalah sebagai mitra dan fasilitator dalam perawatan anak dirumah
sakit.
B.
Tujuan
Family Center Care
Tujuan penerapan konsep Family
Center Care dalam perawatan anak, menurut Brunner and Suddarth (1986 dalam
Fretes, 2012) adalah memberikan kesempatan bagi orang tua untuk merawat anak
mereka selama proses hospitalisasi dengan pengawasan dari perawat sesuai dengan
aturan yang berlaku.
Selain itu Family Center Care juga
bertujuan untuk meminimalkan trauma selama perawatan anak dirumah sakit dan
meningkatkan kemandirian sehingga peningkatan kulaitas hidup dapat tercapai.
C.
Element
Family Center Care
Menurut Shelton (1987, dalam
Fretes, 2012), terdapat beberapa elemen Family Center Care, yaitu:
1.
Perawat menyadari bahwa
keluarga adalah bagian yang konstan dalam kehidupan anak, sementara system
layanan dan anggota dalam system tersebut berfluktuasi.
Kesadaran perawat bahwa keluarga adalah bagian yang
konstanmerupakan hal yang penting. Fungsi perawat sebagai motivator menghargai
dan menghormati peran keluarga dalam merawat anak serta bertanggung jawab penuh
dalam mengelola kesehatan anak. Selain itu, perawat mendukung perkembangan
social dan emosional, serta memenuhi kebutuhan anak dalam keluarga.oleh karena
itu, dalam menjalankan system perawatan kesehatan,keluarga dilibatkan dalam
membuat keputusan, mengasuh,mendidik,dan melakukan pembelaan terhadap hak
anak-anak mereka selama menjalani masa perawatan. Eputusan keluarga dalam
perawatan anak merupakan pertimbangan yang utama karena keputusan ini
didasarkan pada mekanisme koping dan kebutuhan yang ada dalam keluarga. Dalam
pembuatan keputusan, perawat memberikan saran yang sesuai namun keluarga tetap
berhak memutuskan layanan yang ingin didapatkannya. Beberapa hal yang
diterapkan untuk menghargai dan mendukung individualitas dan kekuatan yang
dimiliki dalam satu keluarga seperti :
1) Kunjungan
yang dibuat dirumah keluarga atau ditempat lain dengan waktu dan lokasi yang
disepakati bersama keluarga.
2) Perawat
mengkaji keluarga berdasarkan kebutuhan keluarga
3) Orangtua
adalah bagian dari keluarga yang menjadi focus utama dari perawatan yang
diberikan mereka turut merencanakan perawatan dan peran mereka dalam perawatan
anak.
4) Perencanaan
perawatan yang diberikan bersifat komprehensif dan perawatan memberikan semua
perawatan yang dibutuhkan misalnya perawatan pada anak, dukungan kepada orang
tua, bantuan keuangan, hiburan dan dukungan emosional (Shelton 1987 dalam
Fretes, 2012).
2.
Memfasilitasi kerjasama
antara keluarga dan perawat disemua tingkat pelayanan kesehatan, merawat anak
secara individual, pengembangan program, pelaksanaan dan evaluasi serta
pembentukan kebijakan. Halini ditujukan ketika :
a. Kolaborasi
untuk memberikan perawatan kepada anak peran kerjasama anatar orang tua dan
tenaga professional sangat penting dan vital. Keluarga bukan sekedar sebagai
pendamping, tetapi terlibat dalam pemberian pelayanan kesehatan kepada anak
mereka. Tenaga professional memberikan pelayanan sesuai dengan keahlian dan
ilmu yang mereka peroleh sedangkan orang tua berkontribusi dengan memberikan
informasi tentang anak mereka. Dalam kerjasama antara orang tua dengan tenaga
professional, orang tua bias memberikan masukan untuk perawatan anak mereka.
Tapi, tidak semua tenaga professional dapat menerima masukan yang diberikan.
Beberapa disebabkan karena kurangnya pengalaman tenaga professional dalam
melakukan kerjasama dengan orang tua (Shelton 1987 dalam Fretes, 2012).
b. Kerjasama
dalam mengembangkan masyarakat dan pelayanan rumah sakit. Pada tahap ini
anak-anak dengan kebutuhan khusus merasakan manfaat dari kemampuan orang tua
dan perawat dalam mengembangkan, melaksanakan dan mengevaluasi program. Hal
yang harus diutamakan pada tahapini adalah kolaborasi dengan bidang yang lain
untuk menunjang proses perawatan. Family Ceenter Care meberikan kesempatan
kepada orang tua dengan professional untuk berkontribusi melalui pengetahuan
dan pengalaman yang mereka miliki untuk mengembangkan perawatan terhadap anak
di rumah sakit. Pengalaman merawat anak membuat orang tua dapat memberikan
perspektif yang penting, berkaitan dengan perawatan anak serta cara perawat
untuk menerima dan mendukung keluarga (Shelton 1987, dalam Fretes, 2012).
c. Kolaborasi
dalam tahap kebijakan Familiy Center Care dapat tercapai melalui kolaborasi
orang tua dan tenaga professional dalam tahap kebijakan.
Kolaborasi ini untuk memberikan manfaat kepada orang
tua, anak dan tenaga professional. Orang tua bias menghargai kemampuan yang
mereka miliki dengan memberikan pengetahuan mereka tentang system pelayanan
kesehatan serta kompetensi mereka. Keterlibatan mereka dalam membuat keputusan
menambah kulaitas pelayanan kesehatan.
3.
Menghormati
keanekaragaman ras, etnis budaya dan social ekonomi dalam keluarga.
Tujuannya adalah untuk menunjang keberhasilan
perawatan anak mereka dirumah sakit dengan mempertimbangkan tingkat
perkembangan anak diagnosamedis.halini akan menjadi sulit apabila program
perawatan diterapkan bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut dalam keluarga
(Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
4.
Mengakui kekuatan
keluarga dan individualitas serta memperhatikan perbedaan mekanisme koping
dalam keluarga. Elemen ini mewujudkan dua konsep yang seimbang pertama, Family
Center Care harus menggambarkan keseimbangan anak dan keluarga.
Hal ini berarti dalam menemukan masalah pada anak, maka
kelebihan dari anak dan keluarga harus dipertimbangkan dengan baik. Kedua,
menghargai dan menghormati mekanisme koping dan individualitas yang dimiliki
oleh anak maupun keluarga dalam kehidupan mereka.
5.
Memberikan informasi
yang lengkap dan jelas kepada orang tua dan secara berkelanjutan dengan dukungan penuh.
Memberikan informasi kepada orang tua bertujuan
untuk mengurangi kecemasan yang dirasakan orang tua terhadap perawat anak
mereka. Selain itu,dengan demikian informasi orang tua akan merasa menjadi
bagian yang penting dalamperawatan anak. Ketersediaan informasi tidak hanya
memiliki pengaruh emosional, melainkan hal ini merupakan factor kritikal dalam
melibatkan partisipasi orang tua secara penuh dalam proses membuat keputusan
terutama untuk setiap tindakan medis dalam perawatan anak mereka (Shelton, 1987
dalam Fretes, 2012).
6.
Mendorong dan
memfasilitasi keluarga untuk saling mendukung
Pada bagian ini, Shelton menjelaskan bahwa dukungan
yang lain yang dapat diberikan kepada keluarga adalah dukungan antar keluarga.
Elemen ini awalnya diterapkan pada perawatan anak-anak dengan kebutuhan khusus
misalnya down syndrome atau autism. Perawat ataupun tenaga professional yang
lain memfasilitasi keluarga untuk mendapatkan dukungan dari keluarga lain yang
juga memiliki masalah yang sama mengenai anak mereka. Dukungan antara keluarga
ini berfungsi untuk: 1) Saling memberikan dukungan dan menjalin hubungan
persahabatan dan 2) bertukar informasi mengenai kondisi dan perawatan anak 3)
memanfaatkan dan meningkatkan system pelayanan yang ada untuk kebutuhan
perawatan anak mereka.
7.
Memahami dan
menggabungkan kebutuhan dalam setiap perkembangan bayi, anak-anak, remaja dan
keluarga mereka kedalam system perawatan kesehatan
Pemahaman dan penerapan setiap kebutuhan dalam perkembangan
anak mendukung perawat untuk menerapkan pendekatan yang komprehensif terhadap
anak dan keluarga agar mampu dalam melewati setiap tahap perkembangan dengan
baik (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
8.
Menerapkan kebijakan
yang komprehensif dan program yang memberikan dukungan emosional dan keuangan
untk memenuhi kebutuhan keluarga.
Dukungan kepadakeluarga bervariasi dan berubah
setiap waktu sesuai dengan kebutuhan keluarga tersebut. Jenis dukungan yang
diberikan misalnya mendukung keluarga untuk memenuhi waktu istirahat mereka,
pelayanan home care,pelayanan konseling,promosi kesehatan, program bermain,
serta koordinasi layanan kesehatan yangada untuk membantu keluarga memanfaatkan
layanan kesehatan yang ada untuk menunjang kebutuhan layanan kesehatan secara
finansial. Dukungan yang baik dapat membantu menurunkan stress yang dialami
oleh keluarga karena ketidakseimbangan tuntutan keadaan kondisi dengan
ketersediaan tenaga yang dimiliki oleh keluarga saat mendampingi anak selama dirawat dirumah sakit. Oleh
karena itu perawat harus kritis dalam mengkaji kebutuhan keluarga sehingga
dukungan dapat diberikan dengan tepat termasuk mempertimbangkan kebijakan yang
berlaku baik dirumah sakit maupun untuk menunjang dukungan yang akan diberikan
kepada keluarga. (Shelton, 1987 dalam Fretes, 2012).
9.
Merancang system
perawatan kesehatan yang fleksibel, dapat dijangkau dengan mudah dan responsive
terhadap kebutuhan keluarga teridentifikasi
Sistem pelayanan kesehatan yang fleksibel didasarkan
pada pemahaman bahwa setiapanak memiliki kebutuhan terhadap layanan kesehatan
yang berbeda maka layanan kesehatan yang ada harus menyesuaikan dengan
kebutuhan dan kelebihan yang dimiliki oleh anak dan keluarga.oleh karena itu,
tidak hanya satu intervensi kesehatan untuk semua anak tetapi lebih dari satu
intervensi yang berbeda untuk setiap anak.
Selain layanan yang fleksibel, dalam Family Center
Care juga mendukung agar layanan kesehatan mudah diakses oleh anak dan keluarga
misalnya system pembayaran layanan kesehatan yang dipakai selama anak menjalani
perawatan di rumah sakit baik menggunakan asuransi atau jaminan kesehaatan
pemerintah dan swasta, konsultasi kesehatan, prosedur pemeriksaan dan
pembedahan, layanan selama anak menjalani rawat inap dirumah sakitdan
sebagainya. Oleh karena itu perawat harus mengkaji kebutuhan anak atau keluarga
terhdap akses layanan kesehatan yang dibutuhkan lalu melakukan intervensi
sesuai dengan kebutuhan anak dan keluarga. Apabila layanan kesehatan yang
direncanakan fleksibel dan dapat diakses oleh anak dan keluarga maka layanan
kesehatan tersebut akan lebih responsive karena memprioritaskan kebutuhan anak
dan keluarga (Shelton,1987 dalam Fretes, 2012).
D.
Prinsip
FCC menurut Potter & Perry (2007)
1.
Martabat dan kehormatan
Praktisi keperawatan mendengarkan dan menghormati
pandangan dan pilihan pasien. Pengetahuan,nilai, kepercayaan, dan latar
belakang budaya pasien dan keluarga bergabung dalam rencana dan intervensi
keperawatan.
2.
Berbagi informasi
Praktisi keperawatan berkomunikasi dan memberikan
informasi yang berguna bagi pasien dan keluarga dengan benar dan tidak memihak
kepada pasien dan keluarga. Pasien dan keluarga menerima informasi setiap
waktu, lengkap, akurat agar dapat berpartisipasi dalam perawatan dan
pengambilan keputusan.
3.
Partisipasi
Pasien dan keluarga termotivasi berpartisipasi dalam
perawatan dan pengambilan keputusan sesuai dengan kesepakatan yang telah mereka
buat.
4.
Kolaborasi
Pasien dan keluarga juga termasuk kedalam komponen
dasar kolaborasi. Perawat berkolaborasi dengan pasien dan keluarga dalam
pengambilan kebijakan dan pengembangan program, implementasi dan evaluasi,
desain fasilitas kesehatan dan pendidikan professional terutama dalam pemberian
perawatan (Potter & Oerry 2007).
E.
Kebijakan
terkait Family Center Care (Harson 1997 dalam Fiane, 2012) adalah :
1.
Pengaturan
jadwalkegiatan untuk anak-anak
Mengatur jadwal aktivitas anak pada saat dirawat
dengan melibatkan anak dan orang tua. Pengaturan jadwal dengan berdasarkan
aktivitas yang dilakukan dirumah seperti jam mandi, makan, nonton televisi,
bermain.pengaturan jadwal ini akan membantu anak beradaptasi,meningkatkan
control diri terhadap aktivitas selama dirawat dan meminimalkan kejaadian anak
kekurangan istirahat seperti : anak sedang istirahat kemudian ada suster yang
memberikan tindakan pada anak, sehingga waktu istirahat anaak berkurang.
2.
Fasilitas kemandirian
anak
Anak dilibatkan dalam proses keperawatan dengan
melibatkan kemandirian melalui self care seperti: mengatur jadwal
kegiatan,memilih makanan,mengenakan baju, mengatur waktu tidur. Prinsip
tindakan ini adalah perawat respek terhadap individualitas pasien dan keputusan
yang diambil.
3.
Berikan pemahaman atau
informasi
Anak pra sekolah memiliki kemampuan kognitif
berfikir magis yang mengakibatkan kesalahan interpretasi terhadap sakit sebagai
hukuman.petugas kesehatan memberikan informasi yang jelas tentang prosedur yang
akan dilakukan, berikan kesempatan anak memegang alat yang akan dilakukan,
misalnya stetoskop atau kompetensi anak selama dan menggunakan sebagai dasar
pengalaman untuk dimasa mendatang.
4.
Mempertahankan
sosialisasi
Memfasilitasi terbentuknya support group diantara
orang tua dan anak, sehingga orang tua dan anak mendapatkan dukungan dari
lingkungan. Misalnya grup orang tua dengan talasemia, grup anak dengan penyakit
asma. Perawat dapat memfasilitasi grup untuk tukar menukar pengalaman selama
merawat anak baik melalui kegiatan informal atau formal seperti seminar.
5.
Fasilitas
Ruangan pengkajian khusus untuk anak.pengadaan
ruangan khusu yang menjamin privacy orang tua untuk menjelaskan riwayat
kesehatan anak akan memberikan dampak orang tua tidak ragu-ragu, tidak khawatir
informasi dipertahankan oleh tenaga kesehatan.setelah data tentang anak
didapatkan petugas kesehatan dapat melibatkan orang tua dalam perencanaan
asuhan keperawatan anak yang merupakan salah satu prinsip Family Center Care.
Selain itu terkait dengan konsep autraumatik care dan hospitalisasi, maka ruang
rawat anak perlu didekorasi (Room’s setting, colour, pictures) untuk
meningkatkan rasa nyaman toddler dan ruang tindakan harus dapat menurunkan
kecemasan toddler. Diperlukan juga adanya ruangan bermain dan berbagai macam
permainan (Toys in pediatric room) untuk menunjang dan menstimulasi tumbuh
kembang, menurunkan stranger ansietas, takut dalam pain, dan hospitalization.
6.
Menyediakan ruangan
bermain
Pengadaan ruang bermain akan membantu anak
beradaptasi selama perawata dirumah sakit. Kegiatan bermain akan memberikan
stimulasi perkembangan motoric halus, kasar, personal social dan bahasa pada
anak.kegiatan bermain akan menimbulkan perasaan relaks pada anak dan
meminimalkan kebosanan selama perawatan. Anak dengan bermain diharapkan dapat
mengekspresikan kekreatifan dan perasaan (Dennis, 2012).
F.
Stategi
dan evaluasi pelaksanaan Family Center Care pada anak prasekolah
1.
Sosialisasi kepada
pihak yang terlibat, terutama pembuat kebijakan
2.
Aplikasi pilot projek
pada area yang kecil dan evaluasi keberhasilan
Evaluasi pelaksanaan Faily Center Care akan nampak
pada Syandar Operasional Prosedur (SOP) dalam penerapan FCC misalnya adanya SOP
komunikasi yang baik, inform consent, discharge planning dsb.
3.
Pengembangan Family
Center Care pada unit yang lebih besar (Wong, 2008).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tumbuh kembang anak sangat
berpengaruh pada kreatifitas anak yang terus berjalan sesuai tingkat usianya,
hal ini harus diperhatikan oleh perawat khususnya bagi anak-anak yang dirawat
inap. Menjadi perhatian perawat karena takutnya anak yang mengalami rawat inap
akan menjadi bosan dan tidak mau dirawat. Oleh karena itu Family Center care
sangat baik jika dapat diaplikasikan di Indonesia dan distandarkan seperti
Negara-negara lainnya.
B.
Saran
Bagi
perawat dan para mahasiswa keperawatan agar lebih berkreatifitas dalam
memberikan asuhan keperawatan kepada anak-anak agar lebih bersabar dan perhatian
kepada anak-anak sehingga anak-anak tidak bosan selama rawat di rumah sakit.
DAFTAR
PUSTAKA:
Cannon,
S. 2011. Family Centered Care in the Critical Care Setting. Dimens Crit Care
Nurs. 30(5):241/245
Gavaghan
SR & Carroll DL. 2009. Families of Critically Ill Patients and the Effect
of Nursing Interventions. Dimens Crit Care Nurs. 29(3):28-33.
Morrison
M. 1997. Body-Guarded: The Social Aesthetics of Critical Care. In: deRase M,
Grace VM, eds. Bodily Boundaries, Sexualized Genders and Medical Discourse.
Palmerston North, New Zealand: The Dunmore Press Ltd.
Van
Horn E, Kautz D. 2007. Promotion of Family Integrity in the Acute Care Setting.
Dimens Crit Care Nurs. 26(3):101-107.
No comments:
Post a Comment