Saturday, 9 May 2020

Laporan Praktek Lapang MARGIN PEMASARAN TEMPE PADA CV. SOYA AULA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris artinya memang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukkan dari banyaknya penduduk atau tetangga kerja yang hidup dan bekerja pada sektor pertanian (Mubyarto, 1989). Pembamgunan pertanian di Indonesia bukan hanya berorientasi pada salah satu komoditi pangan tertentu saja, tetapi juga pada komoditi pangan lainnya seperti tanaman hortikultura dan perkebunan ( Sastraadmadja, 1985).
Sektor pertanian dikatakan sebagai sektor yang tangguh karena memang terbukti bahwa sektor pertanian mampu untuk menjadi penghasil bahan pangan, penyedia lapangan kerja, pendorong, munculnya kesempatan berusaha dan bahkan pesatnya industri pun sebagian besar berasal dari industri yang berbahan baku pertanian, penyediaan faktor produksi dan bahkan industri bahan baku seperti industri peralatan pertanian dan pupuk kini berkembang pesat karena berkembangnya sektor pertanian ini, serta sebagai penghasil devisa yang cukup besar.
Agroindustri merupakan kegiatan industri dengan memanfaatkan hasil-hasil pertanian sebagai bahan baku. Perusahaan agroindustri pada umumnya tidak mempunyai lahan pertanian sendiri untuk memproduksi produk pertanian yang dijadikan sebagai bahan baku agroindustri tersebut, sehingga masalah pembelian bahan baku menjadi amat penting bahkan menentukan keberlanjutan usaha agroindustri (Soekartawi, 2000). Salah satu agroindustri yang potensial untuk dikembangkan adalah industri tempe, namun perkembangan industri tempe selalu dihadapkan pada permasalahan yang menyangkut bahan baku utama yaitu kedelai.
Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang penting setelah beras dan jagung. Konsumsi kedelai yang meningkat tidak diimbangi dengan tingkat produksinya, bahkan luas panen dari tahun 2009-2013 menurun dengan rata-rata laju sebesar 6,54% dan produksi kedelai juga menurun dengan rata-rata laju sebesar 5,38%. Terjadinya penurunan luas panen dan produksi sementara permintaan kedelai di dalam negeri terus meningkat, mengakibatkan Indonesia harus mengimpor kedelai untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri. Untuk memenuhinya sejak tahun 1975 posisi Indonesia bergeser dari negara eksportir menjadi negara importer kedelai (Amang dkk, 1996). Kedelai mengandung protein 35%, bahkan pada varietas unggul kadar protein mencapai40%-43%. Sebagian besar kedelai di Indonesia dimanfaatkan untuk memenuhi industri tempe, tahu dan kecap (Adam, 2009).
Produksi kedelai dalam negeri hanya mampu mencukupi 32% konsumsi domestik, sedangkan sisanya harus dicukupi melalui impor (Marlin, 2004). Hal ini karena rata-rata produksi kedelai ditingkat petani masih rendah yaitu 1,3 ton per hektar (Anonymous, 2008). Penggunaan kedelai pada umumnya dimanfaatkan untuk konsumsi masyarakat dan masukan dalam usaha tani berupa bibit. Kedelai yang dikonsumsi masyarakat sebagian besar dalam bentuk olahan yaitu tahu, tempe, susu kedelai, kerupuk tempe dan berbagai bentuk olahan makanan ringan.
Permintaan kedelai pada industri tahu dan tempe lebih tinggi jika dibandingkan untuk industri kecap dan tauco, hal ini dikarenakan permintaan kedelai untuk industri kecap dan tauco tidak terlalu tinggi jika dibandingkan dengan permintaan kedelai pada industri tahu dan tempe (Mahabirama dkk, 2013).
Indonesia merupakan negara produsen tempe terbesar di dunia dan menjadi pasar kedelei terbesar di Asia. Sebanyak 50% dari konsumsi kedelai Indonesia dilakukan dalam bentuk tempe, 40% tahu dan 10% dalam bentuk lain (seperti Tauco, kecap dan lain-lain). Konsumsi tempe rata-rata per orang per tahun di Indonesia saat ini diduga sekitar 6,45 kg (Astawan, 2003).
Provinsi Aceh merupakan salah satu produsen kedelai yang ada di Indonesia, setelah Jawa Timur, Jawa Tengah, Nusa Tenggara Barat. Aceh memiliki potensi lahan dan keadaan iklim yang sesuai untuk pengembangan kedelai. Terpenuhi kedelai di Provinsi Aceh melalui pengadaan dari daerah tingkat II ini dikarenakan tersedianya lahan produksi dan paket teknologi yang ada. Ketersediaan kedelai dalam daerah sangat tergantung pada ketersediaan lahan produksi yang ada di Aceh.
Sektor pertanian sangat berkembang di daerah Aceh, khususnya di Kabupaten Aceh Besar. Di Kabupaten Aceh Besar merupakan salah satu penghasil kedelai di Aceh. Aceh Besar memiliki luas tanam sebesar 855 Ha dengan luas puso sebesar 58 Ha dan luas panen sebesar 134 Ha (BPS, 2013).
Peranan industri kecil terhadap roda perekonomian suatu negara sangat besar,sistem pemasaran produk tersebut mencakup kegiatan produktif yang di lakukan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang ada dalam sistem pemasaran tersebut.pemasaran mempunyai peranan penting dalam membangunan ekonomi, hal ini dapat di lihat dalam menciptakan nilai guna dari suatu barang.Nilai guna yang diciptakan terjadi arena tempat, waktu, bentuk dan kepemilikan. Melalui fungsinya pemasaran memberi nilai tambah dari suatu barang atau komoniti melalui peningkatan mutu dari barang tersebut.
Pemasaran merupakan salah satu dari kegiatan yang pokok yang harus dilakukan oleh para pengusaha termasuk pengusaha tani (agribusinessman) dalam usahanya untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya (survival), untuk mendapatkan  laba,  dan  untuk  berkembang.  Berhasil  tidaknya  usaha  tersebut sangat tergantung pada keahliannya di bidang pemasaran, produksi, keuangan dan sumber daya manusia (Firdaus, 2009).                                                                                                      
Sistem pemasaran pertanian merupakan suatu kesatuan urutan lembaga-lembaga pemasaran yang melakukan fungsi-fungsi pemasaran untuk memperlancarkan aliran produk dari produsen awal ke tangan konsumen akhir dan sebaliknya memperlancar aliran uang, menambah nilai produk yang tercipta oleh kegiatan lembaga-lembaga pemasaran (Said dan Intan, 2006).                                                                                                                                                      
Peluang pasar tempe yang propekti dapat mendorong dan memacu perajin tempe untuk lebih dapat memanfaatan peluang pasar, tidak menutup kemungkinan kesempatan berusaha tempe ini mengundang orang-orang lain yang selama ini yang belum memahami dunia petempean ,dapat menyadari dan memahami bahwa bagaimanapun, usaha tempe kedelai ini akan menjanjikan keuntungan. Tempe akan mengalami peningkatan seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan meningkatnya pendapatan, daya beli masyarakat, serta tumbuhnya kesadaran masyarakat akan kecukupan gizi. Hal ini terlihat dengan banyaknya industri tempe yang tersebar di kota Banda aceh.
Marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga di tingkat produsen dengan harga ditingkat pengecer. Marjin pemasaran hanya menjelaskan perbedaan harga dan tidak menyatakan tentang kuantitas dari produk yang dipasarkan. Selain itu, marjin pemasaran dapat didefinisikan sebagai perbedaan harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima produsen, tetapi dapat juga dinyatakan sebagai nilai dari jasa-jasa pelaksanaan kegiatan tataniaga sejak dari tingkat produsen hingga tingkat konsumen akhir (Hasyim, 2012).
Berdasarkan dari uraian latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk menulis laporan Praktek Lapangan yang berjudul “Margin Pemasaran Tempe Pada CV.SOYA AULA Di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar”.

1.2    Tujuan Praktek Lapangan
Adapun  tujuan praktek lapangan ini adalah :
1.      Mengkaji  pola saluran pemasaran Tempe pada CV.Soya Aula  Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
2.      Mengkaji biaya,keuntungan margin pemasaran Tempe pada CV. Soya Aula  Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar
3.      Mengetahui saluran pemasaran Tempe pada CV.Soya Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar yang paling efisien secara ekonomi

1.3    Manfaat Praktek Lapangan
Adapun kegunaan praktek lapangan ini adalah:
1.      Bagi yang praktek lapangan ini, bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memproleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Abulyatama.
2.      Bagi pemerintah, sebagai dasar pengambilan kebijakan hasil dari praktek lapangan ini di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran,bahan pertimbangan dan evaluasi terhadap penetapan kebijakan, terutama kaitannya dengan pemasaran Tempe pada CV. Soya Aula Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
3.      Bagi produsen, hasil praktek ini dapat memberikan informasi tentang pentingnya pemasaran sehingga dapat bermanfaat bagi petani.
4.      Bagi lembaga pemasaran, hasil praktek lapangan ini dapat memberikan informasi tentang saluran pemasaran yang paling efisien sehingga dapat bermanfaat bagi masing-masing lembaga pemasaran.
5.      Bagi pembaca dan peminat permasalahan yang sama, hasil praktek lapangan ini di harapkan dapat memberikan tambahan informasi dan pengetahuan.

1.4    Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh informasi yang tepat dan yang baik,maka metode yang di gunakan dalan penulisan ini yaitu metode kasus data yang di perlukan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer di peroleh dari hasil wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan yang telah di persiapkan terlebih dulu ,yang terpilih CV. Soya Aula yang terpilih mengambil sampel. Sedangkan data sekunder di peroleh dari studi perpustaka, piblikasi ilmiah yang terkait dengan penelitian ini.

1.5    Sistematika Penulisan
Dalam penulisan ini laporan praktek lapangan ini penulis akan menguraikan secara sistematis, isinya berdasarkan bab demi bab.
BAB 1 Pendahuluan : Pada bab ini membahas tentang latar belakang, tujuan praktek lapangan, manfaat praktek lapangan dan metode pengumpulan data.
BAB II Tinjauan Pustaka : Pada bab ini menjelaskan tentang deskipsi tempe, sejarah singkat tempe,  penelitian terdahulu, pemasaran, margin pemasaran, tempe dan manfaat tempe.
BAB 11I Gambaran Umum CV. Soya Aula : Pada bab ini membahas tentang  letak batas dan luas daerah, aktifitas, perkembangan, kelemahan perusahaan, keadaan penduduk ,dan sosial ekonomi.
BAB 1V Hasil Praktek Lapang dan Pembahasan  : Pada bab ini membahas tentang karakteristik pengusaha, saluran pemasaran, margin pemasaran dan keuntungan pemasaran.
BAB V Kesimpulan dan Saran : Pada bab ini membahas tentang kesimpulan dan saran.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Penelitan Terdahulu
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh (Fathur J.Rahman, 2015) menyatakan bahwa terdapat 3 pola pemasaran tempe. Marjin pola pemasaran I yaitu: pedangang pengecer/warung Rp 1.500/potong, marjin pola pemasaran II yaitu: pengumpul/keliling Rp 1.500/potong,  marjin pola pemasaran III yaitu: pedagang pengumpul keliling dan pedagang pengeceng Rp 1.000/potong, pola pemasaran IV yaitu: pedagang pengecer/warung Rp 1.000/potong, pola pemasaran V yaitu: pedagang pengumpul/keliling Rp 1.500/potong.
Dari hasil penelitian yang di lakukan oleh (Ananda D., dkk, 2014). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat dua saluran pemasaran tahu dan tempe, yaitu meliputi : Produsen → Konsumen Akhir dan Produsen → Pedagang Pengecer → Konsumen Akhir.

2.2    Pemasaran
Pemasaran merupakan fungsi organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan dan memberikan nilai kepada pelanggan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap organisasi (Kotler P. dan keller, 2009).
Menurut Assauri (1996), pemasaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan, karena pemasaran merupakan pintu terdepan untuk mengalirnya dana kembali ke dalam perusahaan.  Kelancaran masuknya kembali dana dari hasil operasi sangat ditentukan oleh bidang pemasaran.  Pencapaian keuntungan usaha perusahaan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan memasarkan produk perusahaan dengan harga yang menguntungkan.
Hanafiah dan Saefudin (1983) mengartikan pemasaran atau tataniaga sebagai kegiatan yang bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan dari barang dan jasa, dan tataniaga merupakan suatu tindakan yang produktif.
Semua kegiatan ekonomi, tidak terkecuali pemasaran, menghendaki adanya efisiensi.  Menurut Mubyarto (1995), sistem pemasaran dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat, yaitu:
a)      Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada konsumen dengan biaya serendah mungkin.
b)      Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang telah ikut serta di dalam kegiatan produksi dan kegiatan pemasaran komoditas tersebut. Pengertian adil disini adalah perbandingan antara pengorbanan yang dikeluarkan dan keuntungan yang diperoleh setiap komponen pemasaran berada dalam keseimbangan.

2.3    Margin Pemasaran (Tata Niaga)
Marjin pemasaran adalah perbedaan harga suatu barang yang diterima produsen dengan harga yang di bayar konsumen yang terdiri dari: biaya – biaya untuk menyalurkan atau memasarkan dan keuntungan lembaga pemasaran atau marjin itu adalah perbedaan harga pada suatu tingkat pasar dari harga yang dibayar dengan harga yang diterima (Saifuddin, 2002).
Marjin pemasaran atau marjin tataniaga adalah perbedaan antara harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen(Napitupulu, 2006).
Marjin dapat didefinisikan dengan dua cara, yaitu : Pertama, marjin pemasaran merupakan perbedaan antara harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani. Kedua, marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran (Sudiyono, 2002)

2.4    Tempe
Tempe adalah salah satu produk fermentasi yang umumnya berbahan baku kedelai yang difermentasi dan mempunyai nilai gizi yang baik. Fermentasi pada pembuatan tempe terjadi karena aktivitas kapang Rhizopus oligosporus. Fermentasi pada tempe dapat menghilangkan bau langu dari kedelai yang disebabkan oleh aktivitas dari enzim lipoksigenase. Fermentasi kedelai menjadi tempe akan meningkatkan kandungan fosfor. Hal ini disebabkan oleh hasil kerja enzim fitase yang dihasilkan kapang Rhizopus oligosporus yang mampu menghidrolisis asam fitat menjadi inositol dan fhosfat yang bebas. Jenis kapang yang terlibat dalam fermentasi tempe tidak memproduksi toksin, bahkan mampu melindungi tempe dari aflatoksin. Tempe mengandung senyawa anti bakteri yang diproduksi oleh kapang tempe selama proses fermentasi (Koswara, 1995).
Tempe merupakan sumber protein yang baik. Setiap 100 gram tempe mengandung 18-20 gram zat protein dan 4 gram zat lemak (Tarwotjo, 1998). Tempe juga memiliki berbagai sifat unggul seperti mengandung lemak jenuh rendah, kadar vitamin B12 tinggi, mengandung antibiotik, dan berpengaruh baik pada pertumbuhan badan. Selain itu asam-asam amino pada tempe lebih mudah dicerna oleh tubuh jika dibandingkan dengan kacang kedelai. Vitamin B12 yang terdapat pada tempe diproduksi oleh sejenis bakteri Klabsiella peumoniae. Kekurangan vitamin B12 ini dapat menghambat pembentukan sel darah merah (Koswara, 1995).
Bahan baku utama produksi tempe ialah kedelai (Glycine max (L) Merr). Menurut Ketaren (1986), secara fisik setiap kedelai berbeda dalam hal warna, ukuran dan komposisi kimianya. Perbedaan secara fisik dan kimia tersebut dipengaruhi oleh varietas dan kondisi dimana kedelai tersebut dibudidayakan.
Tabel 1. Komposisi kimia kedelai dan tempe per 100 gram bahan
Komponen
Kedelai
Tempe Kedelai
Protein (g)
30,2
18,3
Lemak (g)
15,6
4,0
Karbohidrat (g)
30,1
12,7
Air (g)
20,0
64,0
Sumber : Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI., 1979
Tempe memiliki manfaat baik dari segi nutrisi maupun manfaat kesehatan. Sebagai sumber nutrisi, tempe berperan sebagai sumber protein dan mineral besi. Sebagai obat dan penunjang kesehatan, tempe berperan sebagai anti diare (misalnya dalam pembuatan super oralit dari 40-50 g tempe) dan anti bakteri. Senyawa anti bakteri pada tempe dapat menghambat sembilan jenis bakteri gram postitif dan satu jenis bakteri gram negatif, yaitu: Streptococcus lactis, S. cremoris, Leuconostoc dextranicum, L. mesenteroides, Staphylococcus aureus, Bacillus subtillis, Clostridium botulinum, C. sporogenes, C. butyricum, dan Klebsiella pneumoniae (Syarief, 1999). Wang dan Hesseltine (1981) menyatakan bahwa Rhizopus oligosporus bahkan dapat mencegah akumulasi aflatoksin yang ada pada kedelai dengan melakukan hidrolisis.






BAB III
GAMBARAN UMUM DAERAH PRAKTEK LAPANGAN

3.1    Sejarah Berdirinya CV. Soya
CV.Soya Aula merupakan salah satu pabrik atau industri yang memproduksi tempe yang berada di atas lahan seluas 2000 meter berlokasi di Jln. Balee Krueng Raba, Gampong Reuloh Kecamatan Ingin jaya Kabupaten Aceh Besar. CV. Soya Aula berdiri pada tahun 2001 yang dulu terletak di lampaseh, akan tetapi masih skala kecil atau skala rumah tangga dengan modal usaha pertama Rp 5 juta dari modal sendiri.
Akan tetapi pada tahun 2004 gelombang tsunami menggulung usaha tempe ini dan membuat usaha tempe ini tidak berproduksi untuk beberapa tahun. Sedikit demi sedikit dengan tambahan modal dan dukungan dari istri, kerabat dan lembaga nirlaba asing. Pelaku industri tempe ini mampu memperbesar produksi hingga sekarang. Dalam sekali produksi CV. Soya Aula ini mampu menghasilkan 17.900 potong/harinya dengan variasi dan bentuk tempe yang berbeda-beda dan juga dengan harga yang berbeda-beda.
Pada awalnya pelaku industri tempe hanya bekerja dengan istrinya dan sekarang CV. Soya Aula sudah mempekerjakan sekitar 40 pekerja, yang terdiri dari 65% perempuan dan 35% laki-laki. Dan tenaga kerja tersebut berasal dari daerah tempat berproduksinya tempe soya di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
13
Usaha produksi Tempe di CV. Soya  Aula masih memakai peralatan secara manual dan hanya sanggup memproduksi 2,5 ton kedelai perharinya, dengan menggunakan peralatan seperti ini produksi tempe soya jugak sangat di nikmati di pasaran, bukan hanya di Banda Aceh atau Aceh Besar saja, permintaan tempe soya juga datang dari seluruh Aceh. Dan produk tempe soya ini sudah terdaftar di kementerian Hukum dan HAM sejak tahun 2012.

3.2    Lokasi Dan Letak CV.Soya Aula
Gampong Reuloh merupakan salah satu gampong yang ada di pemukiman pagar Air di Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Gampong Reuloh memiliki kawasan yang tidak terlalu luas dan memiliki hamparan areal persawahan mencapai 15 Ha dan lahan non pertanian seluas 20 Ha. Secara geografis letak batas wilaya admitrasi Gampong Reuloh adalah sebagai berikut:
a)      Sebelah Barat berbatasan dengan Gampong Jurong Penjera
b)      Sebelah Timur berbatasan dengan Gampong Ateuk Deah Tanoh
c)      Sebelah Utara berbatasan dengan Gampong Tanjong
d)     Sebelah Selatan berbatasan dengan Gampong Meunasah Ajee
Dengan luas wilayah keseluruhan Gampong Reuloh mencapai 35 Ha yang terdiri dari 2 Dusun, dengan jumlah penduduk adalah 858 jiwa/orang yang terdiri dari 433 laki-laki dan perempuan,dari 190 KK (Kepala Keluarga ).



3.3    Perkembangan CV.Soya Aula
Sejak awal berdirinya pada tahun 2001 sampai saat ini CV. Soya Aula terus berkembang. Di awali keinginan untuk memiliki usaha pribadi dengan modal awal Rp 5 juta dari hasil menjual sepeda motor. Pada awal berdirinya usaha ini pelaku industri tempe hanya bekerja dengan hanya di bantu oleh istrinya.                                                                                                                    Perusahaan ini juga memiliki relasi sangat banyak, baik dari dari instansi pemerintah setempat maupun dari pihak swasta. Selain itu CV. Soya Aula juga menjadi distributor kacang kedelai yang dibelinya dari medan lalu di jual kembali ke Aceh terutama Banda Aceh dan Aceh Besar.

3.4    Aktivitas Kegiatan CV.Soya Aula
Dalam tinjauan penelitian di CV.Soya Aula aktifitas atau kegiatan yang peneliti lihat di lapangan adalah proses pengolahan tempe kedelai dengan teknologi sederhana,serta tidak memerlukan ketrampilan khusus.Untuk memperoleh tempe kedelai yang baik,kita prlu menggunakan kedelai yang berkualitas yang baik.








BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1    Karakteristik pengusaha Tempe CV. Soya Aula
Pada penelitian pemasaran tempe  CV. Soya Aula ini, analisis data yang di lakukan meliputi umur responden, tingkat pendidikan responden, pengalaman mengusahakan Tempe Soya Aula, status pekerjaan usaha tempe CV. Soya Aula Di Gampong Reuloh  Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
            Adapun karakteristik responden bisa dilihat pada tabel 2 dibawah ini :

Tabel 2. Rata-rata karakteristik pengusaha tempe di daerah praktek lapangan Tahun 2020

No
Karakteristik pengusaha
Satuan
Rata-Rata
1
Umur
Tahun
43
2
Pendidikan
Tahun
9
3
Pengalaman
Tahun
18
4
Tanggungan
Jiwa
6
       Sumber : data primer tahun 2020
a.    Umur Pengusaha
Usia merupakan salah satu faktor yang berpengaruh pada keberhasilan suatu usaha Tempe Soya Aula ini akan lebih baik di lakukan oleh pengusaha yang berusia produktif karena tenaga yang digunakan lebih baik di bandingkan pengusaha yang berusia nonproduktif. Pengusah tempe CV. Soya Aula tersbut yang bernama Basri Ubit yang berusia usia 43 tahun di harapkan pengusaha mampu membaca pasar dan memanfaatkan peluang untuk mengangkatkan penerima usahanya. Golongan usia 43 tahun adalah golongan usia produktif yaang dianggap dapat bekerja dan berkonstribusi secara ekonomi maupun sosial kepada yang lain.
b.    Tingkat Pendidikan Pengusaha  
Pendidikan merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap pola pikir pengusaha dalam menjalankan usahanya dan dalam pengambilan keputusan dalam hal pemasaran tempe CV. Soya Aula yang di produksi nya. Selain itu pendidikannya 9 tahun tamatan SMP, juga akan mempengaruhi dalam penyerapan inovasi yang dapat di terapkan dalam kegiatan uasahanya.
c.    Lama Mengusahakan Tempe CV. Soya Aula
Lama mengusahakan tempe CV. Soya Aula merupakan faktor yang mempengaruhi terhadap usahanya tempe CV. Soya Aula tersebut. Semakin lama usaha tempe CV. Soya Aula di lakukan, mengindikasikan bahwa pelaku dari usaha tersebut semakin paham tentang usahanya yang di jalankan 18 tahun.
d.   Status pekerjaan
Status pekerjaan nya pengusaha tempe CV. Soya Aula  pada pabrik milik sendiri. Usaha ini di lakukan untuk menambah pendapatan keluarga dengan tanggungan 6 0rang dan untuk meningkatnya kesejahteraan keluarganya.
e.    Usaha Tempe CV. Soya Aula
Usaha tempe CV. Soya Aula merupakan langkah awal sebelum terjadinya pemasaran tempe hingga ke konsumen atau ke pasar. Pengusaha tempe sebagai produsen berusaha untuk memasarkan atau memproduksi tempe tersebut di hasilkan dapat di terima pasar atau konsumen.

4.2     Sistem Pemasaran
Sistem pemasaran pada tempe CV. Soya Aula di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar adalah tenaga kerja mengatar langsung ke pasar-pasar yang ada di Aceh Besar. Dan ada juga konsumen datang membeli langsung di pabrik Tempe Soya Aula tersebut. Untuk  harga produk tempe CV. Soya Aula bervariasi yaitu:.
Tabel  2.   Jenis dan harga tempe  pada CV. Soya Aula di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar.
NO
Jenis / ukuran
Satuan (Bungkus /Rp)
Harga (Rp)
1
70 gram
2.550 bks
700
2
110 gram
3.600 bks
1.000
3
140 gram
4.000 bks
1.250
4
220 gram
6.750 bks
2.000
5
Jumbo (Besar)
1.000 bks
5.000
Sumber : Data primer,2020
              Bedasarkan tabel diatas bisa di lihat jenis-jenis dan  ukuran tempe serta harga tempe untuk setiap ukuran tempe.

4.3    Saluran Pemasaran
Saluran pemasaran merupakan serangkaian organisasi yang saling tergantung dan terlibat dalam proses untuk menjadikan suatu produk atau jasa untuk digunakan atau dikonsumsi. Fungsi saluran pemasaran sangatlah penting khususnya dalam melihat tingkat harga di masing-masing lembaga pemasaran (Soekartawi, 1989)
Adapun saluran pemasaran yang digunakan oleh pengusaha tempe CV.Soya Aula untuk menjual tempe kepada konsumen  adalah sebagai berikut:
a.      
Pengecer
Produsen
Konsumen
Saluran pemasran I
 

Gambar 1.Saluran 1 Pemasaran Usaha Tempe         
Berdasarkan Gambar 1 diatas dapat dilihat pemasaran yang dilakukan pada usaha tempe CV. Soya Aula dengan memasarkan hasil produksinya ke pasar-pasar terdekat seperti pasar lambaro, pasar ulee kareng, pasar penayong, pasar setui dan pasar sekitaran Aceh Besar. Dengan menjual hasil produksi tempe CV.Soya Aula ke pengecer yang ada di pasar-pasar tersebut, setelah itu pengecer menjualnya kembali pada konsumen dengan harga yang lebih tinggi. Harga tempe dari produsen ke pengecer bervariasi menurut ukuran.yang ukuran 70 gram dijual oleh produsen 700.00 kepada pengecer, kemudian pengecer menjualnya kembali kepada konsumen dengan harga Rp 1.000, yang ukuran 110 gram di jual oleh  produsen ke pengecer Rp 1.000 dan pengecer menjualnya lagi ke konsumen  dengan harga Rp 1.500,yang ukuran 140 gram di jual oleh produsen ke pengecer dengan harga Rp 1.250 kepada pengecer lalu menjualnya lagi ke konsumen dengan harga Rp 2.000 dan  Yang ukurannya 220 gram di jual oleh produsen dengan harga Rp 2.000 kepada pengecer kemudian pengecer menjualnya lagi kepada konsumen dengan harga Rp 2.500. Serta tempe berukuran Jumbo (Besar) di jual oleh produsen Rp 5.000 kepada pengecer, pengecer menjualnya lagi ke konsumen dengan harga Rp 5.5000.

b.      Saluran pemasaran II
produsen
konsumen
 

 Gambar 2.Saluran Pemasaran II Usaha Tempe
            Berdasarkan Gambar diatas dapat dilihat pemasaran di tempe CV. Soya Aula di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. yaitu masyarakat setempat atau konsumen datang langsung ke tempat pabrik tempe CV. Soya Aula. Harganya beda  dan  lebih murah di bandingkan di pasar.

4.4  Margin Pemasaran
Margin pemasaran didefinisikan dengan dua cara, yaitu:
1.      Margin pemasaran adalah selisih harga yang di bayar konsumen akhir dan harga yang di terima produsen.
2.      Margin pemasaran merupakan menunjukkan perbedaan harga di tingkat lembaga dalam sistem pemasaran .
Kenaikan margin pemasaran dapat terjadi karna adanya peningkatan jasa pemasaran.







Tabel 3. Harga dan margi pemasaran saluran 1 dan saluran II

No

Lembaga Pemasaran
Saluran I
Saluran II
Harga Jual
Harga Beli
Harga Jual
Harga Beli
1.
Produsen
-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo

Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000

-
-
-
-
-

Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000

-
-
-
-
-
2.
Pengecer
-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo

Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000

Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000

-
-
-
-
-

-
-
-
-
-
3.
Konsumen
-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo

Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000

-
-
-
-
-

Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000

-
-
-
-
-

            Bedasarkan Tabel diatas Besar margin pemasaran berbeda di setiap saluran pemasaran tempe di karenakan lembaga melakukan fungsi pemasaran dan penetapan jumlah keuntungan berbeda satu dengan yang lain (Sudiyono,2001).

4.5  Biaya Pemasaran
Pada saluran pemasaran I lembaga pemasaran yang terlibat, adalah pengecer mengeluarkan biaya transportasi (Bensin) dan biaya pakir. Dan pada saluran pemasaran II lembaga pemasaran (pengecer) mengeluarkan biaya transpontasi, bensin dan uang pakir


4.6  Keuntungan Pemasaran
Tabel 4 . Biaya Pemasaran, Keuntungan dan Total Margin
Saluran
Distribusi
Lembaga
Pemasaran
Beli
(Rp)
Jual
(Rp)
Biaya
Pemasaran
Keuntungan
(Rp)
Total Margin (Rp)
1
Produsen

-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000



Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000


Rp 1.000
Rp 1.500
Rp 2.000
Rp 2.500
Rp 6.000


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


Rp 100
Rp 200
Rp 250
Rp 200
Rp 300


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


Rp 200
Rp 300
Rp 500
Rp 300
Rp 700


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


Rp 300
Rp 500
Rp 750
Rp 500
  Rp 1000


-
-
-
-
-
Pengecer

-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo
Konsumen

-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
-Ukuran Jumbo

2
Produsen

-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
- Ukuran Jumbo

Konsumen
-Ukuran 70 gram
-Ukuran 110 gram
-Ukuran 140 gram
-Ukuran 220 gram
- Ukuran Jumbo


-
-
-
-
-


Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000



Rp 700
Rp 1.000
Rp 1.250
Rp 2.000
Rp 5.000


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-


-
-
-
-
-



BAB  V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1    Kesimpulan
Berdasarkan hasil pembahasan ,maka penulis mengambil kesimpulan yaitu:
1.      Terdapat 2 (dua) macam saluran pemasaran di daerah penelitian praktek lapangan, yaitu saluran  pemasaran 1 prrodusen→pengecer→Konsumen ,saluran pemasaran 11 produsen→konsumen.
2.      Biaya pemasaran  total  pada pemasaran 1 untuk pengecer, untuk ukuran tempe 70 gram Rp 100 dengan keuntungan Rp 200 per bungkus, untuk ukuran 110 gram Rp 200 dengan keuntungan Rp 300 per bungkus, untuk ukuran 140 gram Rp 250 dengan keuntungan Rp 500 per bungkus, untuk ukuran 220 gram Rp 200 dengan keuntungan Rp 300 per bungkus, ukuran jumbo Rp 300 dengan keuntungan Rp 700 per bungkus. Dan pada saluran pemasaran ke II tidak biaya pemasaran dan keuntungan.
3.      Saluran pemasaran I memiliki margin pemasaran yang bervariasi untuk tiap-tiap jenis tempe yang di produksi, untuk ukuran 70 gram margin pemasarannya adalah Rp 300 per bungkus, ukuran 110 gram margin pemasaran Rp 500 per bungkus, ukuran 140 gram margin pemasaran Rp 750 per bungkus, ukuran 220 gram margin pemasaran Rp 500 per bungkus, ukuran jumbo margin pemasarannya adalah Rp 1.000 per bungkus.
5.2    Saran
Berdasarkan hasil penelitian praktek lapangan tersebut maka dapat dapat di saran kan sebagai berikut :
1.      Kepada pengusaha, dengan memproduksi tempe CV Soya Aula yang lebih baik dan sebaiknya menjual langsung ke konsumen tanpa melalui parantara agar mendapat keuntungan yang lebih tinggi.
2.      Kepada Pemerintah, Agar kiranya pemerintah menominalkan biaya retribusi yang harus dibayarkan oleh lembaga pemasaran dan pengusahan dalam proses pemasaran tempe.
3.      Kepada penelitian selanjutnya, Penulis berharap penelitian praktek lapangan ini dapat bermanfaat bagi para penelitian selanjutnya yang melakukan penelitian praktek lapangan mengenai margin pemasaran tempe CV.Soya Aula  di Gampong Reuloh Kecamatan Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar .










DAFTAR PUSTAKA




Adam, J., 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid III. Dalam: Dislipidemia. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FakultasKedokteran Universitas Indonesia, pp. 1948-1954.

Amang  B,  Sawit  MH,  Rachman  A. 1996.Ekonomi Kedelai di Indonesia. Bogor (ID): IPB Press.

Ananda D., Suparmin dan Ibrahim. 2014. Analisa Pemasaran Tahu dan Tempe Di Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

Anonymous, 2008. Ketersediaan Teknologi dalam Mendukung Peningkatan Produksi Kedelai Menuju Swasembada. Siaran Pers, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
www. Litbang,deptan.go.id

Astawan, 2003. “mengemukakan bahwa Indonesia merupakan Negara Produsenn Tempe Terbesar di dunia dan menjadi Pasar Kedelai Tebesar Di Asia”.

Assauri, 1996. Manajemen Pemasaran : Dasar, Konsep, dan Strategi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. 406 hlm.

BPS, 2013, Luas dan Produksi Tanaman Kedelai menurut Kabupaten/Kota. Badan Pusat Statistik Indonesia.

Direktorat Gizi Departemen Kesehatan RI. 1979. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Binatara Aksara. Jakarta. 58 hlm.

Fathur, J.Rahman. 2015. Analisis Marjin Pemasaran Tempe Suatu Kasus di Desa  Kenanga  Kecamatan  Sindang  Kabupaten  Indramayu  Tahun  2014.
                 
Firdaus, M. (2009). Manajemen Agribisnis.  Bumi Aksara. Jakarta.

Hanafiah, A.M. dan A.M. Saefuddin. 1983. Tataniaga Hasil Pertanian. Penerbit UI. Jakarta.

Hasyim, A.I. 2012. Tataniaga Pertanian. Diktat Kuliah.  Fakultas Pertanian Universitas Lampung.
Koswara, S. 1995. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta. 131 hlm.

Kotler P. dan keller, 2009. Manajemen Pemasaran. Jilid I. Edisi Ke 13 Jakarta: Erlangga.

Mahabirama, A.K., Kuswanti, H., Daryanto, S., dan Winandi, R. 2013. Analisis Efisiensi dan Pendapatan Usahatani Kedelai di Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. Jurnal Apl. Manajemen 11 : 197-206.

Marlin, A.H. 2004. Kebijakan perdagangan Internasional Komoditas pertanian Indonesia. AKP Vol. 2, No. 2; 135-156.

Mubyarto, 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.

Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta : Edisi Ke-Tiga.LP3S

Napitupulu, Bismar, 2006, Tataniaga Pemasaran, Penerbit Airlangga, Jakarta

Said,  E.  Gumbira  dan  Intan,  A.  Harizt.  2006. Manajemen Agribisnis. Ghalia. Indonesia. Jakarta.

Saifuddin, 2002, Ekonomi Pertanian, Penerbit Alumni Bandung.

Sastraatmadja, Entang., 1985. Ekonomi pertanian. Indonesia Masalah, Gagasan dan Strategi. Penerbit Angkasa, Bandung.

Soekartawi. 1995. Analisis Usahatani. Jakarta (ID): UI-Press.

Sudiyono. 2002.Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang. Malang: UMM Press.

Syarief,  1999. Wacana Tempe Indonesia. Surabaya

Tarwotjo, C. Soejoeti. 1998. Dasar-Dasar Gizi Kuliner. Grasindo.Jakarta.148 hlm.

Wang, H. L. dan C. W. Hesseltine. 1981. Use of microbial cultures in legumes and cereal products. Food Technol. 1:79.







DAFTAR GAMBAR









Gambar 3. Wawancara bersama dengan pemilik CV. Soya Aula









Gambar 4. Proses pengemasan tempe









Gambar 5. Jenis tempe ukuran 70 gram








Gambar 6. Jenis tempe ukuran 110 gram












Gambar 7. Jenis tempe ukuran 140 gram








Gambar 8. Jenis tempe ukuran jumbo















Gambar 9. Penyerahan piagam kepada CV. Soya Aula

No comments:

Post a Comment