DAFTAR ISI
7.... Komplikasi Pada Penyakit Gonore
ASUHAN KEPERAWATAN SIFILIS DAN GONORE
B... Diagnosa Keperawatan Sifilis Dan Gonore
BAB I
PENDAHULUAN
Penderita penyakit menular seksual melonjak mencapi rekor tertinggi
di AmerikaSerikat tahun lalu. Ada lebih dari dua juta kasus klamidia, gonore,
dan sifilis yangterdata secara nasional. Demikian pernyataan pejabat terkait,
seperti dilansir DailyMail.Berdasarkan laporan tahunan Sexually Transmitted
Disease Surveillance yangdirilis Centers for Disease Control and Prevention
(CDC) Amerika Serikat, angka dua juta penderita itu merupakan rekor tertinggi.
Sebagian besar merupakan kasus baru -1,6 juta pada tahun 2016, merupakan
infeksi klamidia, -infeksi bakteri yangmempengaruhi pria dan wanita.Gonore juga
meningkat di antara pria dan wanitatahun lalu, namun kenaikan paling drastis
ada di antara kaum pria, sebanyak 22 persen. Secara nasional, kasus gonore
mencapai 470.000, di mana sebagian besaradalah kasus baru, di antara pria yang
berhubungan seks dengan pria.Sementara,kasus sifilis berjumlah 28.000. Angka
itu meningkat hampir 18 persen dari tahun2015 sampai 2016. Sebagian besar kasus
sifilis terjadi pada pria -terutama gay, biseksual dan pria lain yang
berhubungan seks dengan pria. Namun demikian, jumlahwanita yang menderita
sifilis pun mengalami kenaikan signifikan mencapai 36 persen.Ada lebih dari 600
kasus sifilis di antara bayi yang baru lahir -yang dikenal sebagaisifilis
kongenital, atau meningkat 28 persen dalam satu tahun. (Kompas, Selasa
(26/9/2017).
Untuk itu kami ingin lebih membahas tentang Penyakit Menular Seksual
Sifilis danGonore. Sifilis merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
disebabkan oleh bakteri Treponema pallidum. Sifilis bersifat kronik dan
sistemik karena memilikimasa laten, dapat menyerang hampir semua alat tubuh,
menyerupai banyak penyakit,dan ditularkan dari ibu ke janin (Djuanda, 2015).
Masa laten pada sifilis tidakmenunjukkan gejala klinis, namun pada pemeriksaan
serologis menunjukkan hasil positif (Sanchez, 2008). Sifilis memiliki dampak
besar bagi kesehatan seksual,kesehatan reproduksi, dan kehidupan sosial.
Populasi berisiko tertular sifilismeningkat dengan adanya perkembangan dibidang
sosial, demografik, sertameningkatnya migrasi penduduk (Kemenkes RI, 2011).
Gonore atau kencing nanah adalah salah satu penyakit menular seksual
yang umumdan disebabkan oleh bakteri bernama neisseria gonorrhoeae atau
gonococcus. Bakterigonococcus biasanya ditemukan di cairan penis dan vagina
dari orang yangterinfeksi.Sifilis juga adalah salah satu infeksi menular
seksual. Umumnya, infeksi inimenyebar melalui hubungan seksual dengan orang
yang terinfeks.
1.
Apa yang dimaksud dengan
Penyakit Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?
2.
Apa yang membedakan Penyakit
Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?
3.
Bagimana asuhan keperawatan
Penyakit Menular Seksual Sifilis dan Gonore ?
1.
Tujuan Umum
Penulisan ini dilakukan untuk
mendapatkan informasi terkait AsuhanKeperawatan Penyakit Menular Seksual :
Sifilis dan Gonore.
2.
Tujuan khusus
a.
Dengan pembuatan makalah ini,
mahasiswa diharapkan mampu:a.
b.
Memahami tentang pengertian
Sifilis dan Gonore
c.
Memahami tentang perbedaan
penyakit sifilis dan gonore
d.
Memahami tentang asuhan
keperawatan sifilis dan gonore
Sifilis atau yang biasa disebut
dengan penyakit raja singa adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh
bakteri Treponema Pallidum, masainkubasi 2-6 minggu, kadang-kadangtiga bulan
sesudah kuman masuk kedalam tubuh melalui hubungan seks. (Eni Kusmiran, 2013).
Penyebab penyakit
Sifilis adalah melalui hubungan seksual, namun juga dapat terjadi secara
vertical dari ibu kepada janin dalam kandungan atau saat kelahiran, melalui
produk darah atau transfer jaringan yang telah tercemar, kadang-kadang dapat
ditularkan memalui alat kesehatan. Sifilis dapat mengenai seluruh organ tubuh,
mulai dari kulit, mukosa, jantung hingga susunan saraf pusat dan juga dapat
tanpa manifestasi lesi di tubuh. Faktor lain yang memyebabkan sifilis yaitu:
a.
Hubungan seksual yang Anogenital).
bebas (Genitogenital, Orogenital maupun
b.
Sering berganti pasangan.
c.
Melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
d.
Melakukan hubungan seksual
dengan orang yang mengidap sifilis dan gonore
e.
Kurangnya kebersihan pribadi.
f.
Virulensi kuman yang tinggi.
g.
Kontak langsung dengan lesi
yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.
a.
Klasifikasi dari Penyakit
Sifilis secara khusus, antara lain:
1)
Sifilis Stadium I: Terjadi efek
primer berupa papul, tidak nyeri (indolen). Sekitar 3 minggu kemudian terjadi
penjalaran ke kelenjar inguinal medial.Timbul lesi pada alat kelamin,
ekstragenital seperti bibir, lidah, tonsil, puting susu, jari dan anus, misalnya
pada penularan ekstrakoital.
2)
Sifilis Stadium II: Gejala
konstitusi seperti nyeri kepala, subfebris, anoreksia, nyeri pada tulang,
leher, timbul macula, papula, pustul, dan rupia. Kelainan selaput lendir, dan
limfadenitis yang generalisata.
3)
Sifilis Stadium III: Terjadi
guma setelah 3 - 7 tahun setelah infeksi. Guma dapat timbul pada semua jaringan
dan organ, membentuknekrosis sentral juga ditemukan di organ dalam, yaitu
lambung, paru-paru, dll. Nodus di bawah kulit (dapat berskuma), tidak nyeri.
4)
Sifilis Kongenital:
a)
Sifilis Kongenital Dini: Dapat
muncul beberapa minggu (3 minggu) setelah bayi dilahirkan. Kelainan berupa
vesikel, bula, pemfigus sifilitika, papul, skuma, secret hidung yang sering
bercampur darah, adanya osteokondritis pada foto rontge.
b)
Sifilis Kongenital Lanjut:
Terjadi pada usia 2 tahun lebih. Pada usia 7-9 tahun dengan adanya keratitis
intersial (menyebabkan kebutaan), ketulian, gigi Hutchinson, paresis, perforasi
palatum durum, serta kelainan tulang tibia dan frontalis.
c)
Sifilis Stigmata: Terdapat
garis-garis pada sudut mulut yang jalannya radier, gigi Hutchinson, gigi molar
pertama berbentuk murbai dan penonjolan tulang frontal kepala (frontal
bossing).
a.
Tanda dan Gelaja pada penyakit
Sifilis:
1)
Sifilis primer
Berlangsung selama
10 - 90 hari sesudah infeksi ditandai oleh Chancre sifilis dan adenitis
regional. Papula tidak nyeri tampak pada tempat sesudah masuknya Treponema
pallidum. Papula segera berkembang menjadi ulkus bersih, tidak nyeri dengan
tepi menonjol yang disebut chancre. Infeksinya sebagai lesi primer akan
terlihat ulserasi (chancre) yang soliter, tidak nyeri, mengeras, dan terutama
terdapat di daerah genitalia disertai dengan pembesaran kelenjar regional yang
tidak nyeri. Chancre biasanya pada genitalia berisi Treponema pallidum yang
hidup dan sangat menular, chancre extragenitalia dapat juga ditemukan pada
tempat masuknya sifilis primer. Chancre biasanya bisa sembuh dengan sendirinya
dalam 4 - 6 minggu dan setelah sembuh menimbulkan jaringan parut. Penderita yang
tidak diobati infeksinya berkembang ke manifestasi sifilis sekunder.
2)
Sifilis Sekunder
Terjadi sifilis
sekunder, 2-10 minggu setelah chancre sembuh. Manifestasi sifilis sekunder
terkait dengan spiroketa dan meliputi ruam, mukola papuler non pruritus, yang
dapat terjadi diseluruh tubuh yang meliputi telapak tangan dan telapak kaki;
Lesi pustuler dapat juga berkembang pada daerah yang lembab di sekitar anus dan
vagina, terjadi kondilomata lata (plak seperti veruka, abu-abu putih sampai
eritematosa). Dan plak putih disebut (Mukous patkes) dapat ditemukan pada
membran mukosa, gejala yang ditimbulkan dari sifilis sekunder adalah penyakit
seperti flu seperti demam ringan, nyeri kepala, malaise, anoreksia, penurunan
berat badan, nyeri tenggorokan, mialgia, dan artralgia serta limfadenopati
menyeluruh sering ada. Manifestasi ginjal, hati, dan mata dapat ditemukan juga,
meningitis terjadi 30% penderita. Sifilis sekunder dimanifestasikan oleh
pleositosis dan kenaikan cairan protein serebrospinal (CSS), tetapi penderita
tidak dapat menunjukkan gejala neurologis sifilis laten.
3)
Relapsing sifilis
Kekambuhan
penyakit sifilis terjadi karena pengobatan yang tidak tepat dosis dan jenisnya.
Pada waktu terjadi kekambuhan gejala gejala klinik dapat timbul kembali, tetapi
mungkin juga tanpa gejala hanya perubahan serologinya yaitu dari reaksi STS
(Serologis Test for Syfilis) yang negatif menjadi positif. Gejala yang timbul
kembali sama dengan gejala klinik pada stadium sifilis sekunder. Relapsing
sifilis yang ada terdiri dari:
a)
Sifilis laten: Fase tenang yang
terdapat antara hilangnya gejala klinik sifilis sekunder dan tersier, ini
berlangsung selama 1 tahun pertama masa laten (laten awal). Tidak terjadi
kekambuhan sesudah tahun pertama disertai sifilis lambat yang tidak mungkin bergejala.
Sifilis laten yang infektif dapat ditularkan selama 4 tahun pertama sedang
sifilis laten yang tidak menular berlangsung setelah 4 tahun tersebut. Sifilis
laten selama berlangsung tidak dijumpai gejala klinik hanya reaksi STS positif.
b)
Sifilis tersier:
Sifilis lanjut ini
dapat terjadi bertahun-tahun sejak sesudah gejala sekunder menghilang. Pada
stadium ini penderita dapat mulai menunjukkan manifestasi penyakit tersier yang
meliputi neurologis. kardiovaskuler dan lesi gummatosa, pada kulit dapat
terjadi lesi berupa nodul, noduloulseratif atau gumma. Gumma selain mengenai
kulit dapat mengenai semua bagian tubuh sehingga dapat terjadi aneurisma aorta,
insufisiensi aorta, aortitis dan kelainan pada susunan syaraf pusat
(neurosifilis).
c)
Sifilis kongenital:
Sifilis kongenital
yang terjadi akibat penularan dari ibu hamil yang menderita sifilis kepada
anaknya melalui plasenta. Ibu hamil dengan sifilis dengan pengobatan tidak
tepat atau tidak diobati akan mengakibatkan sifilis kongenital pada bayinya.
Infeksi intrauterin dengan sifilis mengakibatkan anak lahir mati, infantille
congenital sifilis atau sifilis timbul sesudah anak menjadi besar dan bahkan
sesudah dewasa. Pada infantil kongenital sifilis bayi mempunyai lesi - lesi
mukokutan. Kondiloma, pelunakan tulang-tulang panjang, paralisis dan rinitis
yang persisten. Sedangkan jika sifilis timbul sesudah anak menjadi besar atau
dewasa maka kelainan yang timbul pada umumnya menyangkut susunan syaraf pusat
misalnya parasis atau tabes, atrofi nervous optikus dan tuli akibat kelainan
syaraf nervous kedelapan, juga interstitial keratitis, stig mata tulang dan
gigi, saddel nose, saber shin (tulang kering terbentuk seperti pedang) dan
terkadang gigi Hutchinson dapat dijumpai. Prognosis sifilis kongenital tergantung
beratnya infeksi tetapi kelainan yang sudah terjadi akibat neurosifilis
biasanya sudah bisa disembuhkan.
Bakteri Treponema
masuk ke dalam tubuh manusia mengalami kontak, organisme dengan cepat menembus
selaput lendir normal atau suatu lesi kulit kecil dalam beberapa jam. Kuman
akan memasuki limfatik dan darah dengan memberikan manifestasi infeksi
sistemik. Pada tahap sekunder, SSP merupakan target awal infeksi, pada
pemeriksaan menunjukkan bahwa lebih dari 30 % dari pasien memiliki temuan
abnormal dalam cairan cerebrospinal (CSF). Selama 5-10 tahun pertama setelah
terjadinya infeksi primer tidak diobati, penyakit ini akan menginvasi meninges
dan pembuluh darah, sehingga dapat mengakibatkan neuro sifilis meningo
vaskuler. Kemudian parenkim otak dan sumsum tulang belakang mengalami kerusakan
sehingga terjadi kondiri parenchy matous neuro sifilis. Terlepas dari tahap
penyakit dan lokasi lesi, hispatologi dari sifilis menunjukkan tanda-tanda
endotelial arteritis. Endotelial arteritis disebabkan oleh pengikatan
spirochaeta dengan sel endotel yang dapat sembuh dengan jaringan parut.
Pemeriksaan T.Pallidum:
1)
Pemeriksaan serum dari lesi
kulit kemudian dilihat bentuk dan pergerakannya dengan mikroskop lapangan gelap.
Diperiksa 3 hari berturut-turut jika hasilnya hari I dan II negatif, kmd lesi
dikompres dengan larutan garam faali kmd diperiksa hasilnya negatif bukan
berarti hasilnya bukan sifilis, mungkin karena kumannya terlalu sedikit
2)
Treponema tampak putih pada latar
belakang gelap. gerakannya berputar melawan porosnya, bergerak perlahan
melintasi bidang pandang.
Tes Serologis Sifilis (TSS).
1.
Untuk mengetahui sensitifitas
dan spesifisitas.
2.
Sensitifitas adalah kemampuan
untuk bereaksi pada penyakit sifilius.
3.
Spesifisitas berarti kemampuan
nonreaktif pada penyakit bukian sifilis.
4.
Pada SI hasilnya negative
5.
Pada S II dini reaksi menjadi
positif agak kuat, akan menjadi sangat kuat pada S II lanjut.
6.
Pada S III reaksinya menurun
lagi menjadi positif lemah atau negatif.
a.
Penatalaksanaan Medis:
Penderita sifilis diberi antibiotik
penisilin (paling efektif). Bagi yang alergi penisillin diberikan tetrasiklin
4×500 mg/hr, atau eritromisin 4×500 mg/hr. atau doksisiklin 2×100 mg/hr. Lama
pengobatan 15 hari bagi SI & S II dan 30 hari untuk stadium laten.
Eritromisin diberikan bagi ibu hamil, efektifitas meragukan. Doksisiklin
memiliki tingkat absorbsi lebih baik dari tetrasiklin yaitu 90-100%, sedangkan
tetrasiklin hanya 60-80%. Obat lain adalah golongan sefalosporin, misalnya
sefaleksin 4x500 mg/hr selama 15 hari, Sefaloridin memberi hasil baik pada
sifilis dini, Azitromisin dapat digunakan untuk SI dan SII.
1)
Sifilis primer dan sekunder
·
Penisilin benzatin G dosis 4,8
juta unit IM (2.4juta unit/kali) dan diberikan 1 x seminggu.
·
Penisilin prokain dalam aqua
dengan dosis 600.000 unit injeksi IM sehari selama 10 hari.
·
Penisilin prokain +2% alumunium
monostearat, dosis total 4,8 juta unit, diberikan 2,4 juta unit/kali sebanyak
dua kali seminggu.
2)
biarkan Sifilis
·
Penisilin benzatin G dosis
total 7,2 juta unit
·
Penisilin G prokain dalam aqua
dengan dosis total 12 juta unit.
·
Penisilin prokain +2% alumunium
monostearat, dosis total 7,2 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali
seminggu).
3)
Sifilis III
·
Penisilin benzatin G dosis
total 9,6 juta unit
·
Penisilin G prokain dalam aqua
dengan dosis total 18 juta unit (600.000 unit).
·
Penisilin prokain + 2% alumunium
monostearat, dosis total 9,6 juta unit (diberikan 1,2 juta unit/kali, dua kali
seminggu).
4)
Untuk pasien sifilis I dan II
yang alergi terhadap penisilin, dapat diberikan
·
Tertrasiklin 500mg/oral, 4x
sehari selama 15 hari.
·
Eritromisin 500mg/oral, 4x
sehari selama 15 hari.
5)
Untuk pasien sifilis laten
lanjut (> 1 tahun) yang alergi terhadap penisilin. dapat diberikan:
·
Tetrasiklin 500mg/oral. 4x
sehari selama 30 hari
·
Eritromisin 500mg/oral, 4x
sehari selama 30 hari.
*kontra indikasi pada wanita hamil,
menyusui, dan anak anak.
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien
dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1)
Bahaya PMS dan komplikain
2)
Pentingnya mamatuhi pengobatan
yang diberikan
3)
Cara penularan PMS dan
pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
4)
Hindari hubungan seks sebelum
sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.
5)
Pentingnya personal hygiene
khususnya pada alat kelamin.
6)
Cara-cara menghindari PMS di
masa mendatang.
a.
Komplikasi pada penyakit
Sifilis;
Tanpa pengobatan, sifilis dapat
membawa kerusakan pada seluruh tubuh. Sifilis juga meningkatkan resiko infeksi
HIV, dan bagi wanita, dapat menyebabkan gangguan selama hamil. Pengobatan dapat
membantu mencegah kerusakan di masa mendatang tapi tidak dapat memperbaiki
kerusakan yang telah terjadi.
1)
Benjolan kecil atau tumor:
Disebut gummas, benjolan-benjolan ini dapat berkembang dari kulit, tulang,
hepar, atau organ lainnya pada sifilis tahap laten. Jika pada tahap ini
dilakukan pengobatan, gummas biasanya akan hilang.
2)
Masalah kardiovaskular: Ini semua
dapat meliputi bulging (aneurysm) dan inflamasi aorta, arteri mayor, dan
pembuluh darah lainnya. Sifilis juga dapat menyebabkan valvular heart desease,
seperti aortic valve stenonis.
3)
Infeksi HIV
Orang dewasa dengan penyakit menular
seksual sifilis atau borok genital lainnya mempunyai perkiraan dua sampai lima
kali lipat peningkatan resiko mengidap HIV. Lesi sifilis dapat dengan mudah
perdarahan, ini menyediakan jalan yang sangat mudah untuk masuknya HIV ke
aliran darah selama aktivitas seksual.
4)
Komplikasi kehamilan dan bayi
baru lahir
Bayi yang mengidap sifilis dari ibunya
akan mati, salah satunya melalui keguguran, atau dapat hidup namun dengan umur
beberapa hari saja. Resiko untuk lahir premature juga menjadi lebih tinggi.
Gonorea adalah
suatu penyakit menular seksual yang disebabkan oleh bakteri Neisseria Gonoree.
Masa inkubasi (masa tunas) adalah 2 10 hari sesudah kuman masuk ke tubuh
melalui hubungan seks. (Eni Kusmiran, 2013).
Penyebab penyakit
Gonore adalah Bakteri Neisseria
gonorrhoeae dibawah mikroskop cahaya tampak sebagai diplokokus berbentuk
biji kopi dengan lembar 0,8 dan bersifat tahan asam. Kuman ini bersifat gram
negative, tampak di luar dan di dalam leukosit polimorfonuklear, tidak dapat
bertahan lama di udara bebas, cepat mati pada keadaan kering, tidak tahan pada
suhu di atas 39°C, dan tidak tahan zat desinfektan.
Faktor lain yang
memyebabkan gonorea yaitu:
a.
Hubungan seksual yang bebas (Genitogenital.
Orogenital maupun Anogenital).
b.
Sering berganti pasangan.
c.
Melakukan hubungan seksual
tanpa menggunakan alat kontrasepsi yang aman.
d.
Melakukan hubungan seksual
dengan orang yang mengidap sifilis dan gonore.
e.
Kurangnya kebersihan diri.
f.
Virulensi kuman yang tinggi.
g.
Kontak langsung dengan lesi
yang mengandung Bakteri Treponema Pallidum.
a.
Gonore akut Dengan geja klinis:
dysuria, urethritis, servisitis, dan kolpitis dengan keputihan banyak seperti
nanah encer, berwarna kunng atau kuning kehijauan. Bila penyakit ini lebih
meluas dapat menyebabkan vovokolpitis dan bartolinitis akut.
b.
Gonore kronis; Ini adalah
penyakit kelamin yang telah menyebar: Endometritis, Endosalpingitis, dan
Palveoperitonitis. Ketika kuman memasuki aliran darah, radang sendi dan
endokarditis terjadi.
Tanda dan Gejala pada penyakit
Gonore:
a.
Pada pria:
1)
Gejala awal gonore biasanya
timbul dalam waktu 2-7 hari setelah terinfeksi.
2)
Gejalanya berawal sebagai rasa
tidak enak pada uretra kemudian diikuti nyeri ketika berkemih
3)
Disuria yang timbul mendadak,
rasa buang air kecil disertai dengan keluarnya lendir mukoid dari uretra.
4)
Retensi urin akibat inflamasi
prostat
5)
Keluarnya nanah dari penis.
b.
Pada wanita:
1)
Gejala awal biasanya timbul
dalam waktu 7-21 hari setelah terinfeksi.
2)
Penderita seringkali tidak
merasakan gejala selama beberapa minggu atau bulan (asimtomatis).
3)
Jika timbul gejala, biasanya
bersifat ringan. Namun, beberapa penderita menunjukkan gejala yang berat
seperti desakan untuk berkemih
4)
Nyeri ketika berkemih.
5)
Keluarnya cairan dari vagina
6)
Demam
7)
Infeksi dapat menyerang leher
rahim, rahim, indung telur, uretra, dan rektum serta menyebabkan nyeri pinggul
yang dalam ketika berhubungan seksual wanita dan pria homoseksual yang
melakukan hubungan seks melalui anus, dapat menderita gonore di rektumnya. Penderita
akan merasa tidak nyaman disekitar anusnya dan dari rektumnya keluar cairan.
Daerah disekitar anus tampak merah dan kasar serta tinja terbungkus oleh lendir
dan nanah.
Bakteri Gonore
menyerang epitel kolumner baik pada uretra,
rectum, kunjungtiva pria maupun kanalis
servikalis atau endoserviks pada wanita serta dapat pula mencapai tuba falopii, ovarium saat terjadi menstruasi. Selain itu dapat menyebar pada
membran mukosa di luar vagina pada duktus
atau glandula di sekitar vulva dengan
jenis epitel yang sama yaitu epitel kolumner.
Bakteri Gonore
mempunyai pili beberapa protein permukaan sehingga dapat melekat pada sel
epitel kolumner dan menuju ruang subepitelial, serta dengan adanya
lipooligosakarida yang terdapat pada gonokok akan menimbulkan invasi dan
destruksi sel epitel mukosa secara progresif juga pada lapisan sub mukosa
disertai dengan respons dari lekosit polimorfonuklear yang hebat Peradangan dan
destruksi sel epitel tersebut menimbulkan duh tubuh mukopurulen.
a.
Spesimen
Spesimen dapat diambil dari uretra,
endoservik, vagina, rektum, orofaring, konjungtiva, cairan tubuh yang steril
(cairan sinovial cairan pleura/peritoneum). Namun bergantung pada usia, dan
jenis kelamin penderita gonore yang akan diambil untuk bahan pemeriksaan. Pada
pria lokasi pengambilan spesimen di uretra, menggunakan swab yang dimasukan dan
diputar selama 5 detik. Sedangkan pada wanita, swab pada endoservik dan diputar
selama 10 detik. Pengambilan spesimen digunakan untuk pemeriksaan apusan dengan
pewarnaan gram, kultur, dan uji sensitivitas antibiotik.
b.
Apusan
Kuman Neisseria
gonorrhoeae diperiksa secara langsung dari eksudat uretra dan endoservik dengan
pewarnaan Gram. Hasil dikatakan positif bila ditemukan adanya diplokokus gram
negatif dengan bentuk seperti ginjal di dalam dan atau diluar sel lekosit PMN.
Apusan dengan spesimen eksudat uretra memiliki spesifisitas (99%) dan
sensitivitas (95%) lebih tinggi daripada eksudat endoservik dengan spesifisitas
(95%) dan sensitivitas (50%).
c.
Kultur
Saat ini
pemeriksaan mikrobiologi yang digunakan untuk diagnosis infeksi Neisseria
gonorrhoeae adalah kultur dan apusan. Setelah pengambilan sampel, oleskan
dengan segera sampel pada media untuk kultur kuman ini. Media yang digunakan
adalah media selektif yang diperkaya salah satunya Thayer Martin Agar.
Selanjumtnya harus di inkubasi pada suhu 35°-37°C. dengan atmosfer yang
mengandung 5%-10% CO2 selama 18-24 jam. Dalam waktu tersebut akan tumbuh koloni
kuman berbentuk cembung, permukaanya mengkilat, berdiameter 0,5-1,0 mm. Setelah
inkubasi lebih dari 24 jam ukuran koloni akan bertambah lebar dengan permukaan
yang lebih kasar dan mengkilat. Namun tidak diperbolehkan inkubasi lebih dari
48 jam dikarenakan koloni tidak dapat bertahan dan dapat terjadi autolysis.
7.
Komplikasi Pada Penyakit Gonore
a.
Komplikasi pada pria:
1)
Prostatitis
2)
Cowperitis
3)
vesikulitis seminalis
4)
Epididimitis
5)
Cystitis dan infeksi traktus
urinarius superior
b.
Komplikasi pada wanita:
1)
Komplikasi uretra
2)
Bartholinitus
3)
Endometritis dan metritis
4)
Salphingitis atau penyakit
radang panggul (PRP). PRP yang simptomatik ataupun asimptomatik dapat
mengakibatkan jaringan parut pada tuba sehingga menyebabkan infertilitas atau
kehamilan ektopik.
a.
Penatalaksanaan Medik
Keparahan |
Obat dan Dosis |
Nonkomplikata (Rawat jalan) |
Ceftriaxone 250 mg IM sekali (dianjurkan) Ceftizoxime 500 mg IM sekali Cefotaxime, 1 g IM sekali Ciprofloxacin 500 mg PO sekali Norfloxacin 800 mg PO sekali Cefuroxime Axetil 1 g PO secali Probenesid 1 gram Spectinomycin 2 g IM sekali |
Komplikata (rawat inap) Diseminata Endokarditis atau meningitis, Salpingitis |
Ceftriaxone 1 g IM atau IV setiap 24 jam Ceftizocime 1 g IV setiap 8 jam Cefotaxime 1 g IV setiap 8 jam Ceftriaxone, 1-2 g IV setiap 12 jam selama 2-4 minggu Cefoxitin 2 g IV setiap 6 jam atau Cefotetan 2 g IV setiap 12 jam ditamah Doxycycline 100 mg IV atau PO setiap 12 jam atau Clindamysin 900 mg IV setiap jam ditambah Gentamicyn 2 mg/kg/IV sebagai dosis awal kemuudian 1,5 mg/kg/IV
setiap jam |
b.
Penatalaksanaan Keperawatan
Memberikan pendidikan kepada pasien
dengan menjelaskan hal-hal sebagai berikut:
1)
Bahaya PMS dan komplikain.
2)
Pentingnya mamatuhi pengobatan
yang diberikan.
3)
Cara penularan PMS dan
pengobatan untuk pasangan seks tetapnya.
4)
Hindari hubungan seks sebelum
sembuh dan memakai kondom jika tidak dapat dihindarkan lagi.
5)
Pentingnya personal hygiene
khususnya pada alat kelamin.
6)
Cara-cara menghindari PMS di
masa mendatang.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
Asuhan Keperawatan dengan
Sifilis
Tuan S. berumur 37 tahun mengatakan nyeri
pada daerah genitalia dari semenjak 2bulan terakhir. Rasa nyeri bertambah parah
setelah beraktivitas dan pada saat malam hari.Tuan S
jugamengeluhkan
gejala-gejala flu, seperti
demam dan pegal-pegal, sertakemerahan pada kaki dan tangan
Tuan S. bekerja sebagai wiraswastawan dan
sering bepergian ke luar kota dalamjangka
waktu yang lama,
berpisah dengan anak
dan istrinya. Tn.
S kadang-kadangmemenuhi kebutuhan
seksnya dengan pekerja
seks komersial dan
tidak sukamenggunakan kondom
karena tidak nyaman. Tn. S juga masih tetap melakukan hubunganseksual dengan
istrinya apabila pulang.
Tn.
S merasa cemas
kalau dirinya mungkinmengidap penyakit
sifilis dansebelumnya juga
pernah menderita infeksi pada genitalia. Tn. S mengakui tidak teraturminum obat
karena lupa. Tn. S juga khawatir menularkan penyakitnya kepada istrinya,serta
merasa sangat bersalah.Pemeriksaan tanda vital : TD = 120/90 mmHg, N =
88x/menit, RR = 22x/menit, suhu=
38oC.Pada pemeriksaan genitalia,
pada daerah genitalia
keadaannya tidak bersihterdapat luka kemerahan dan terdapat
bintik bintik di daerah inguinal dan ditemukanadanya ulkus kemerahan pada
penis.
a.
Pengkajian
Perawat menghubungkan
riwayat sifilis dengan kategori berikut
a. Anamnesa
1) Tanyakan kepada klien sejak kapan mengeluh
nyeri
2) Bagaimana
dan berupa apa
saja kelainan pada
awalnya dan apakahmenyebar/menetap
3) Apakah ada sensasi panas, gatal serta cairan
yang menyertai
4) Obat
apa saja yang
telah dipakai dan
bagaimana pengaruh obat
tersebutapakah membaik, memburuk, atau menetap
5) Apakah
klien mengeluh adanya
nyeri pada tulang,
nyeri pada kepala,mengeluh kesemutan, mati rasa (sebagai
tanda kerusakan neorologis)
6) Tanyakan social ekonomi keluarga, jumlah
anggota keluarga, gaya hidup danpenyakit keluarga/individu sekitarnya
7) Bagaimana aktivitas seksual (pernah/sering
melakukan seks beresiko missalberganti-ganti
pasangan, oral/anal seks,
homo seksual, melakukan
denganPSK)
8) Apakah
ada tanda-tanda kelainan
pada alat kelamin
pasangan sepertikemerahan,
muncul benjolan, dan vesikel
9) Bagaimana dengan urin klien apakah bercampur
darah, urin tidak lancar, nyerisaat berkemih
10) Apa disertai dengan febris, anoreksia
11) Pada sifilis kongietal selain anamnesa
diatas, perlu ditanya orang tua apakahpernah keluar secret bercampur darah dari
hidung, perforasi palatum durum,gangguan
pengelihatan dan pendengaran, gangguan berjalan,
sertaketerlambatan tumbuh kembang
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
a) Adanya eritema dan papula, macula, postula,
vesikula dan ulkus
b) Timbulnya lesi pada alat kelamin ekstra
genital, bibir, lidah, tonsil, jari dananus
c) Kelainan selaput lender dan limfa
denitisd)Kelainan pada mata dan telingae)Kelainan pada tulang dan gaya berjalan
2) Palpasi
Adanya
pembesaran limfe, adanya nyeri tekan
3) Auskultasi
Perubahan
suara pada paru-paru, jantung dan system pencernaan
b.
Diagnosa Keperawatan
a. Hipertermi b/d proses infeksi d/d adanya
peningkatan suhu tubuh (lebih dari 37,2drajat celcius) kulit teraba hangat
b. Nyeri
akut b/d agen
cedera biologis d/d
laporan nyeri secara
verbal, sikapmelindungi area
nyeri, wajah tampak meringis, klien tampak gelisah.
c. Kerusaka integritas kulit b/d peradangan
pada lapisan kulit d/d adanya tandaelfloresensi
d. Gangguan citra tubuh b/d penyakit d/d respon
non verbal terhadap perubahanactual pada tubuh ( bentuk/ struktur dan fungsi
perasaan negative terhadap tubuh)
e. Kurang pengetahuan b/d ketidakmampuan
mengenal pemyakit d/d pengungkapansecara verbal ketidaktahuan penyakit
permintaan informasi
f. Risiko nutrisi kurang dari kebutuhan b/d
respon nyeri
g. Risiko tinggi cidera b/d disfungsi
sensorikh.Risiko keterlambatan tumbuh kembang b/d infeksi kongietal
c.
Rencana Keperawatan
No |
Tujuan dan kriiteria hasil |
Intervensi |
Rasional |
1. |
Setelah
dilakukan asuhan keperawatandiharapkan suhu tubuh dalam
rentangnormal, dengan kriteria hasil: ·
Suhu
tubuh normal (36,5-37,2drajat celcius) ·
Akral teraba
hangat, tidakkemerahan ·
Turgor
kulit elastic ·
Mukosa
bibir lembab |
1. Pantau
suhupasien 2. Berikankompres hangat 3. Anjurkanpasien untuk
banyakminum 4. Anjurkanpasienuntukmenggunakanpakaian yang
tipisdan mudah menyerapkeringat 5. Kolaborasi dalam pemberiancairan
intravena6.Kolaborasi dengan tim medisdalam pemberianantipiretik |
1. Suhu
diatas 37,2drajat celcius
menunjukkan proses infeksius 2. Membantumengurangi demam 3. Untuk mengganti cairan tubuh yang hilang 4. Memberikan rasa nyaman dan
pakaian tipismudah
menyerap keringatdan tidak
merangsang peningkatan suhu tubuh 5. Pemberian cairansangat penting
bagi pasien dengan suhu
tubuh yangtinggi 6. Antipiretik untuk menurunkan panas tubuhpasien |
2. |
Setelah
dilakukan asuhan
keperawatan diharapkan nyeri berkurang/ hilang
dengan criteria hasil: ·
Pasien
tidak mengeluh nyeri ·
Skala
nyeri 0-4 ·
Pasien
tidak gelisah |
1. Kaji TTV 2. Kaji
keluhan lokasi,
intensitas,frekuensi dan waktu terjadinya nyeri 3. Dorong ekspresi, perasaan tentang nyeri 4. Ajarkan tehnik relaksasi 5. Jelaskan
dan bantu pasien dengan tindakan pereda nyeri
nonfarmakologi dan non infasif 6. Kolaborasi dengan dokter pemberian analgesic sesuai indikas |
1. TTV dapat menunjukkan tingkat perkembangan pasien 2. Mengindikasikan kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda
perkembangan atau resolusi komplikasi 3. Pernyataan memungkinkan pengungkapan emosi
dan meningkatkan mekanisme
koping 4. Memfokuskan kembali perhatian,meningkatkan
relaksasi dan meningkatkan rasa control yang dapat
menurunkan ketergantungan farmakologis 5. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
nonfarmakologi lainnya telah
menunjukkan keefektifan dalam mengurangi nyeri 6. Analgetik
membloklintasan nyeri sehingga nyeri dapat berkurang |
3. |
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan diharapkan integritas kulit
membaik secara optimal, dengan criteria hasil: ·
Pertumbuhan jaringanmeningkat ·
Keadaan
luka membaik ·
Luka menutup ·
Mencapai
penyembuhan lukatepat waktu |
1. Kaji kerusakan kulit
yang terjadi pada klien 2. Catat
ukuran atau warna,kedalaman
luka dan kondisi sekitar luka 3. Lakukan perawatan luka dengan tehnik steril 4. Bersihkan area perianal
dengan membersihan feses
dengan air mengalir 5. Kolaborasi dengan tim
medis dalam pemberian obat
antibiotic atopikal |
1. Menjadi
data dasar untuk memberikan
informasi intervensi
perawatan luka apa
yang akan dipakai dan
jenis larutan apa yang dipakai 2. Memberikan informasi dasar
tentang kebutuhan dan petunjuk tentang sirkulasi 3. Perawatan luka dengan tehnik
steril dapat mengurangi kontaminasi kuman masuk kearea luka 4. Mencegah
meserasi dan menjaga perianal tetapkering, menjaga kebersihan
kulit serta mencegah komplikasi 5. Mengurangi tekanan pada area yang sama |
4. |
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan
diharapkan terpenuhinya pengetahuan
pasien tentang kodisi penyakit, dengan criteria hasil: ·
Mengungkapkan
pengertian tentang proses penyakit pencegahan, perawatan tindakan yang dibutuhkan dengan kemungkinan komplikasi ·
Mengenal perubahan gaya hidup/tingkah laku untuk
mencegah terjadinya komplikasi |
1. Kaji
tingkat pengetahuan pasien 2. Lakukan komunikasi dua
arah untuk menggali
informasi tentang persepsi diri
dan manajemen koping pasien 3. Lakukan simulasi personal hygine dan perawatan luka pada
area yang terjadi efloforasi terutama ulkus 4. Beri informasi pasien/orang terdekat tentang perawatan pasien di rumah sakit dan
dirumah (hygine dan pentingnya pengomsusian obat sesuai dosis)
serta komplikasi jika
pengobatan tidak dilakukan. 5. Beri informasi tentang bahaya perilaku sex beresiko dan cara
penanggulangan/ pencegahan serta
komplikasi |
1. Memberikan data besar untuk
mengetahui tingkat
pemahaman pasien tentang
penyakit. 2. Peningkatan koping positif akibat adanya gangguan citra tubuh, klien mau menerima
kondisinya dan mau bersosialisasikan 3. Memandirikan klien dan
keluarga untuk hygine yang terjaga dapat meminimalkan resiko infeksi dapat
mempercepat proses penyembuhan 4. Informasi dibutuhkan untuk
meningkatkan perawatandiri, untuk
menambah kejelasan
efektivitas pengobatan
dan mencegah komplikasi 5. Merubah
persepsidan perilaku sex
yang beresiko menularan penyakit |
d.
Implementasi Keperawatan
No |
Implementasi |
1, |
1.
Memantau
suhu pasien 2.
Memberikan kompres dingin 3.
Memberikan
minum 1500-2000 cc 4.
Memberikan cairan intravena 5.
Memberikan
obat antipiretik.Paracetamol 500 mg |
2. |
1. Mengkaji TTV 2. Mengajarkan tehnik relaksasi dengan
mengajarkan tehnik nafas dalam 3. Member
obat analgesic asam mefenamat
500mg |
3. |
1. Mengkaji kerusakan kuli 2. .Melakukan tindakan perawatan luka 3. Memberikan obat antibiotic optikal amoxcilin 200mg |
4. |
1. Memberikan Penkes tentang penyakit
yang dialami pasien |
e.
Evaluasi Keperawatan
· Dx.I suhu tubuh normal (36-37 drajat
celcius), kulit tidak panas, tidak
kemerahan,turgor kulit elastis, mukosa bibir lembab
· Dx II, pasien tidak mengeluh nyeri, skala
nyeri 0-1, pasien tidak gelisah
· Dx
III pertumbuhan jaringan
meningkat, keadaan luka
membaik, luka menutup,pencapai penyembuhan luka tepat
waktu
· Dx IV mengungkapkan pengertian tentang
proses penyakit, pencegahan, perawatantindakan yang dibutuhkan dengan
kemungkinan komplikasi. Mengenal perubahangaya hidup dari tingkah laku untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
A.
Asuhan Keperawatan Dengan Gonore
a.
Pengkajian
1. Identitas Nama, umur, jenis
kelamin, agama, suku bangsa, pekerjaan, pendidikan, status perkawinan, alamat,
Tgl MRS, dll
2. Keluhan utama
Biasanya nyeri (saat kencing).
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan apakah px pernah menderita penyakit berat
(sinovitis, artritis).
4. Riwayat Penyakit Sekarang
P = Tanyakan penyebab terjadinya infeksi ?
Q = Tanyakan bagaimana gambaran rasa nyeri tersebut.
R = Tanyakan pada daerah mana yang sakit, apakah menjalar ?
S = Kaji skala nyeri untuk dirasakan.
T = Kapan keluhan dirasakan ?
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tanyakan pada keluarga pasien apakah ada anggota keluarga
pasien yang menderita
penyakit yang sama seperti yang diderita px sekarang.
6.
Pemeriksaan
Fisik
a)
Tingkat
Kesadaran
Ø GCS ? 4. 5. 6
Ø TTV ?
b) Pengkajian Persistem
Ø Sistem Integumen
Biasanya
terjadi inflamasi jaringan sekitar uretra, genital lesions dan skin rashes.
Ø Sistem Kardiovaskuler
Kaji
apakah bunyi jantung normal / mengalami gangguan.
Ø Sistem Pernafasan
-
Amati
pola pernafasan
-
Auskultasi
patu-paru
-
Kaji
faring, apakah ada peradangan/tidak.
Ø Sistem pencernaan
-
Kaji
mulut dan tenggorokan termasuk toksil.
-
Apakah
terdapat diare/tidak.
Ø Sistem perkemihan
Biasanya
pasien mengalami dysuria dan kadang-kadang ujung uretra disertai darah.
Ø Sisten muskuluskeletal
Biasanya
pasien tidak mengalami kesulitan bergerak
Ø Anus
Biasanya
pasien mengalami inflamasi jaringan akibat infeksi.
7. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari
Ø Kebutuhan nutrisi
Kaji
intak dan out put nuttrisi dan cairan.
Ø Kebutuhan eliminasi
Kaji frekuensi, warna, dan bau urin (isak).
Ø Kebutuhan Alvi
Kaji warna, konsistensi, dan bau.
Ø Kebutuhan Aktivitas
Klien dengan GO biasanya aktivitasnya tisak begitu terganggu.
Ø Kebutuhan Kebersihan diri
-
Kaji berapa kali mandi, gosok gigi, mencuci rambut dan
memotong kuku.
-
Klien dengan GO harus selalu menjaga kebersihan dan kesehatan
diri.
8. Pengkajian Psikososial dan
Spiritual
Ø Psikologis : Biasanya px
merasa gelisah dan distress adanya ketakutan.
Ø Social : Biasanya px merasa
kesepian dan takut di toluk dalam pergaulan.
Ø Spiritual : Bagaimana ibadah
px selama sakit
b.
Diangnosa Keperawatan
1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi
jaringan.
2.
Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan
dengan sifat menular dari darah dan ekresi tubuh
3.
Isolasi social berhubungan dengan rasa takut penolakan actual
diri orang lain.
c.
Intervensi dan Rasional
Dx 1.
Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Tanda-tanda:\
-
Merintih dan terenga-rengah
-
Gelisah dan memejamkan mata
-
Tidur satu arah dengan posisi tertentu
Kriteria
hasil:
-
Setelah
dilakukan asuhan keperawatan nyeri berkurang/hilang
Intervensi
1. Kaji keluhan nyeri, perhatikan lokasi
intensitas (skala 1 10) frekuensi dan waktu.
Rasional
:
Mengindikasikan
kebutuhan untuk intervensi dan tanda-tanda perkembangan komplikasi.
2. Dorong pengungkapan perasaan
Rasional
:
Mengurangi
rasa takut dan ansietas sehingga mengurangi persepsi akan intensitas rasa
sakit.
3. Berikan tindakan kenyamanan misal : perubahan
posisi tubuh.
Rasional
:
Meningkatkan
relaksasi / menurunkan tegangan otot.
4. Dorong penggunaan teknik relaksasi mis :
bimbingn imajinasi, visualisasi latihan nafas dalam.
Rasional
:
Memfokuskan
kembali perhatian, meningkatkan rasa kontrol dan dapat meningkatkan kemampuan
koping.
5. Kolaborasi dengan tenaga medis dan pemberian
analgesik.
Rasional
:
Mempercepat
proses penyembuhan.
Dx 2. Resiko tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan
dengan sifat menular dari darah dan ekresi tubuh.
Intervensi :
1. Ajarkan klien untuk menghindari kontak
seksual dengan banyak pasangan. Rasional :
Gonorhoe
dapat menular melalui kontak seksual dan kotak darah.
2. Buang jarum dan benda tajam pada wadah tahan
tembus yang di letakkan pada area penggunaan.
Rasional
:
Mencegah
tertusuk jarum secara tidak sengaja dengan peralatan yang terkontaminasi.
3. Anjurkan menggunakan handuk sendiri-sendiri.
Rasional
:
Handuk
memberi barier dari kontak dengan sekresi dan ekskresi infeksius.
Dx.
3. Isolasi sosial yang berhubungan dengan rasa takut akan penolakan diri. Tanda-Tanda
:
-
Tampak
depresi, cemas, atau marah.
-
Ketidak
mampuan untuk konsentrasi dan membuat keputusan tak berguna.
Kriteria
Hasil :
Setelah dilakukan tindakan asuhan keperawatan
dapat mengekspresikan kesedihannya.
Intervensi
:
1. Anjurkan px untuk ikut serta dalamaktivitas
yang disukai.
Rasional :
Membantu Pasien menemukan kesenangan dan makna
beraktivitas.
2. Anjurkan pasien untuk kontak dengan orang yang
tidak menolaknya.
Rasional :
Memberikan pasien kesempatan untuk membina
hubungan saling percaya dan berbagi perasaan.
3. Luangkan waktu bersama pasien saat hadirnya
orang pendukung.
Rasional :
Kehadiran perawat dapat membantu memodalisasi
nilai pasien dan memberi modal peran bagi orang lain bagaimana berinteraksi.
4. Ajarkan pasien tentang transmisi bakteri.
Rasional:
Mengurangi rasa takut kontak umum dan
kebutuhan isolasi.
d.
Implementasi Keperawatan
·
Bimbingan
dan pengarahan (counseling dan leaching)
·
Memberikan
dorongan sosial dan emotional.
·
Memberikan
perawatan diri sendiri (self care). Meningkatkan sikap-sikap seksual yang
sehat.
e.
Evaluasi
·
Menyebutkan
faktor-faktor yang menyebabkan infeksi sekarang dengan STDS (Multi Partner
Seksual ; tidak mempraktekkan safe sex).
·
Menjelaskan
mengapa terapi harus dilakukan.
·
Menjelaskan
mengapa pasien tidak boleh melakukan aktivitas seksual sementara terjadi
infeksi-infeksi STDS.
·
Menjelaskan
apa yang dimaksud Safe Sex
Ø . DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø 1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Ø 2. Resiko
tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat
Ø menular
dari darah dan ekseri tubuh.
Ø 3. Isolasi
sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.
Ø . DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø 1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Ø 2. Resiko
tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat
Ø menular
dari darah dan ekseri tubuh.
Ø 3. Isolasi
sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.
Ø . DIAGNOSA KEPERAWATAN
Ø 1. Gangguan
rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan inflamasi jaringan.
Ø 2. Resiko
tinggi terhadap transmisi infeksi yang berhubungan dengan sifat
Ø menular
dari darah dan ekseri tubuh.
Ø 3. Isolasi
sosial berhubungan rasa takut penolakan aktual diri orang lain.
BAB IV
PENUTUP
Sifilis dan gonore adalah suatu penyakit menular seksual yang
diakibatkan oleh bakteri. Dimana sifilis memiliki tanda gejala tidak nyeri dan
ada lesi sekitar yang terkena pada area. Sedangkan gonore atau kencing nanah
memiliki tanda dan gejala adanya nanah pada kelamin.
Kita
sebagai perawat perlu untuk memahami perbedaan penyakit sifilis dan gonore dan
bagaimana cara pencegahanya. Dan kita perlu menerapkan perencanaan keperawatan
yang sesuai dengan kasus yang didapatkan pada penderita sifilis maupun gonore.
Djuanda, A.
2015. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin.
Edisi 7. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.
KEMENKES RI.
2011. Buletin Jendela Data dan Informasi Kesehatan. Jakarta: Kementrian
Kesehatan RI.
Sanchez, M.R.
2008. Syphillis dalam Fitzpatricks
Dermatology in General Medicine. Edisi
Amerika Serikat: McGraw Hill.
https://123dok.com/document/qormvl0q-asuhan-keperawatan-pada-pasien-sipilis.html