Thursday, 7 May 2020

ASKEP GAGAL GINJAL KRONIK


GAGAL GINJAL KRONIK
A.    PENGERTIAN
Gagal Ginjal Kronik (GGK) adalah kemunduran fungsi ginjal yang menyebabkan ketidakmampuan mempertahankan substansi tubuh dibawah kondisi normal (Betz Sowden, 2002  )
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan yang progresif pada nefron yang mengarah pada timbulnya uremia yang secara perlahan-lahan meningkat ( Rosa M. Sacharin, 1996).
Dari kedua pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronis adalah adanya kerusakan fungsi ginjal secara progresif sehingga tubuh akan mengalami gangguan karena ginjal tidak mampu mempertahnkan substansi tubuh dalam keadaan nomal.

B.     ETIOLOGI
1.      Glomerulonefritis
2.      Pielonefritis
3.      Nefrosklerosis
4.      Sindroma Nefrotik
5.      Tumor Ginjal

C.    PATOFISIOLOGI
Ginjal mempunyai kemampuan nyata untuk mengkompensasi kehilangan nefron yang persisten yang terjadi pada gagal ginjal kronik. Jika angka filtrasi glomerolus menurun menjadi 5-20 ml/menit/1,73 m2, kapasitas ini mulai gagal. Hal ini menimbulkan berbagai masalah biokimia berhubungan dengan bahan utama yang ditangani ginjal.
Ketidakseimbangan natrium dan cairan terjadi karena ketidakmampuan ginjal untuk memekatkan urin. Hiperkalemia terjadi akibat penurunan sekresi kalium. Asidosis metabolik terjadi karena kerusakan reabsorbsi bikarbonat dan produksi ammonia. Demineralisasi tulang dan gangguan pertumbuhan terjadi akibat sekresi hormon paratiroid, peningkatan fosfat plasma (penurunan kalsium serum, asidosis) menyebabkan pelepasan kalsium dan fosfor ke dalam aliran darah dan gangguan penyerapan kalsium usus. Anemia terjadi karena gangguan produksi sel darah merah, penurunan rentang hidup sel darah merah, peningkatan kecenderungan perdarahan (akibat kerusakan fungsi trombosit). Perubahan pertumbuhan berhubungan dengan perubahan nutrisi dan berbagai proses biokimia









PATHWAYS
Glomerulonefritis
Pielonefritis, Hidronefrosis
Sindroma Nefrotik
Tumur Ginjal

GFR menurun

GGK

 

Sekresi protein
terganggu
 





Sindrom uremik
Retensi natrium
 


CES
 

Tekanan kapiler
 

Volume interstisial
 

Edema
 


Kelebihan voleme cairan

 


Sekresi eritropoietin
 

Produksi Hb turun
 

Suplai oksigen ke jaringan
 


Gangguan perfusi jaringan

Hiperphospatemia
 

Pruritus
 


Gangguan integritas kulit

Gangguan keseimbangan
asam basa
 

Produksi asam
 

Asidosis metabolik

Urokrom tertimbun di kulit
 


Perubahan warna kulit




D.    MANIFESTASI KLINIK

Meskipun gejala yang dialami anak bervariasi berdasarkan proses penyakit yang berbeda – beda, penyakit paling umum yang berhubungan dengan GGK adalah sebagai berikut :
1.     Ketidakseimbangan cairan
a.  Kelebihan cairan : edema, oliguri, hipertensi, gagal jantung kongestif
b.      Penipisan volume vaskuler : poliuria, penurunan asupan cairan,  dehidrasi
2.     Ketidakseimbangan elektrolit
a.        Hiperkalemia : gangguan irama jantung, disfungsi miokardial
b.       Hipernatremia : haus, stupor, takikardia, membran kering, peningkatan refleks tendon profunda, penurunan tingkat kesadaran
c.        Hipokalemia dan hiperfosfatemia : iritabilitas, depresi, kram otot, parastesia, psikosis, tetani
d.       Hipokalemia : penurunan reflek tendon profunda, hipotonia, perubahan EKG
3.     Ensefalopati dan neuropati uremik
a.  Gatal gatal
b.  Kram dan kelemahan otot
c.  Bicara tidak jelas
d. Parastesia telapak tangan dan telapak kaki
e.  Konsentrasi buruk
f.   Mengantuk
g.  Tanda tanda peningkatan tekanan intrakranial
h.  Koma
i.    Kejang
4.     Asidosis : takipnea
5.     Anemia dan disfungsi sel darah
a.  Pucat
b.  Kelemahan
c.  Perdarahan ( stomatitis, feses berdarah )
6.     Disfungsi pertumbuhan
a.  Pertumbuhan tulang yang abnormal
b.  Perkembangan seksual yang terhambat
c.  Malnutrisi dan pelisutan otot
d. Selera makan buruk
e.  Nyeri tulang
f.   Ketidakteraturan menstruasi.

E.     PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1.      Tes darah
Ó BUN dan kreatinin serum meningkat
Ó Kalium serum meningkat
Ó Natrium serum meningkat
Ó Kalsium serum menurun, fosfor serum meningkat, PH serum dan HCO3 menurun
Ó Hb, Ht, trombosit menurun
Ó Asam urat meningkat, kultur darah positif
2.      Tes urin
Ó Urinalisis
Ó Elektrolit urin, osmolalitas dan berat jenis
Ó Urin 24 jam
3.      EKG
4.      Rontgen dada
5.      Biopsi Ginjal

F.     PENATALAKSANAAN
1.      Stabilkan keseimbangan cairan dan elektrolit
2.      Dukung fungsi kardiovaskuler
3.      Cegah infeksi
4.      Tingkatkan status nutrisi
5.       Kendalikan perdarahan dan anemia
6.      Lakukan dialisis
7.      Transplantasi ginjal

G.    ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN GGK

1.     PENGKAJIAN
a.      Kaji adanya tanda dan gejala kelebihan volume cairan ( edema, kulit tegang dan mengilat, asupan lebih besar daripada keluaran dan berat badan bertambah )
b.      Kaji adanya tanda dan gejala penurunan curah jantung, kekurangan olume cairan dan pola nafas tak efektif
c.      Kaji adanya tanda dan gejala masalah masalah kolaboratif potensial berikut ini : syok,infeksi, kelebihn cairan, hipertensi, gagal jantung, edema pulmonal, ketidakseimbangan elektrolit, koma, kejang
d.     Kaji adanya tanda dan gejala infeksi
e.      Kaji pertumbuhan dan perkembangan biopsikososial dan spiritual anak
f.       Kaji tingkat aktivitas dan respon koping anak
g.      Kaji kemampuan keluarga untuk penatalaksanaan dan melakukan koping terhadap perawatan jangka panjang dan kebutuhan anak mereka.

2.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
a.      Kelebihan volume cairan
b.      Resiko tinggi kekurangan volume cairan
c.      Perubahan pola eliminasi urin
d.     Penurunan curah jantung
e.      Pola nafas tidak efektif
f.       Resiko tinggi kerusakan integritas kulit
g.      Resiko tinggi cidera
h.      Resiko tinggi infeksi
i.        Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan
j.        Resiko tinggi penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif
k.      Resiko tinggi perubahan proses keluarga
l.        Resiko tinggi perubahan tumbang

3.     INTERVENSI KEPERAWATAN
a.      Pantau statua cairan dan elektrolit
§  Catat dengan akurat asupan dan keluaran
§  Pertahankan pembatasan cairan
§  Pantau status hidrasi
§  Berikan diuretik dan pantau respon anak terhadapnya
§  Berikan obat obatan untuk mempertahankan keseimbangan  elktrolit
§  Berikan terapi dialisis sesuai instruksi
b.      Dukung fungsi kardiovaskuler dan paru
§  Pantau adanya kelebihan cairan
§  Pantau adanya tanda tanda dehidrasi
§  Pantau adanya perubahan EKG yang berhubungan dengan ketidakseimbangan elktrolit
§  Pantau tanda tanda vital, termasuk tekanan darah, pemberian antihipertensi sesuai indikasi
§  Berikan produk darah sesuai instruksi
c.      Pertahankan integritas kulit dan cegah terjadinya infeksi
§  Mandikan pasien tiap hari dan berikan perawatan mulut dengan sering
§  Bantu pasien untuk miring kiri dan kanan sesuai kebutuhan: cegah terjadinya dekubitus
§  Lakukan pencegahan perdarahan
§  Hindari kontak pasien dengan pengunjung infeksius
§  Pertahankan sterilitas semua jalur jalur invasif dan lakukan pengantian balutan serta perawatan jalur jalur tersebut seperlunya dan tepat waktu
§  Pantau adanya tanda tanda infeksi
d.     Tingkatkan pertumbuhan dan nutrisi klien
§  Bantu klien dalam memilih makanan yang disukainya dengan menyarankn diet yang rendah kalium, rendah natrium, rendah fosfor, tinggi kalsium, tinggi protein.
§  Pantau status pertumbuhan pasien dengan mengkaji kecenderungan pertumbuhan
§  Berikan makanan enteral atau IV seperlunya
§  Berikan vitamin, suplemen kalsium dan pengikat osfat
§  Berikan dukungn psikososial pada klien dan keluarga.


















DAFTAR PUSTAKA


  1. Betz Cecily L, Sowden Linda A. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatri. Jakarta : EGC.
  2. Sacharin Rosa M. (1996). Prinsip Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa : Maulanny R.F. Jakarta : EGC.
  3. Price Sylvia A, Wilson Lorraine McCarty. (1995). Patofisiologi. Jakarta : EGC.
  4. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI. (2000). Ilmu Kesehatan Anak. Jilid  2. Jakarta : Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK UI
  5. ……….,The Merck Manual of Diagnosis and Therapy. Chronic renal Failure.Sec.17.Ch222.http://www.vh.org/adult/provider/familymedicine.
      html
  1. Nanny.S,(2001).Intisari online.Disiplin Ketat Penderita Gagal Ginjal. www. Indomedia.com/intisari/2001/juni/Terapi_601.htm.
  2. Agha, I.A,(2003). Medical Encyclopedia. Chronic Renal Failure.Departement of medicine, renal division, St. Louis University
  3. Horne M.M, Swearingen P L,(2000).Keseimbangan Cairan,Elektrolit Dan Asam Basa. Jakarta : EGC
  4. Wong and whaley. (1996). Clinical Manual of Pediatric Nursing



















ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR


ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN FRAKTUR


I.        PENGERTIAN

      Fraktur cruris adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya, terjadi pada tulang tibia dan fibula. Fraktur terjadi jika tulang dikenao stress yang lebih besar dari yang dapat diabsorbsinya. (Brunner & Suddart, 2000)

II.     JENIS FRAKTUR
a.       Fraktur komplet : patah pada seluruh garis tengah tulang dan biasanya mengalami pergeseran.
b.       Fraktur tidak komplet: patah hanya pada sebagian dari garis tengah tulang
c.       Fraktur tertutup:  fraktur tapi tidak menyebabkan robeknya kulit
d.      Fraktur terbuka: fraktur dengan luka pada kulit atau membran mukosa sampai ke patahan tulang.
e.       Greenstick: fraktur dimana salah satu sisi tulang patah,sedang sisi lainnya membengkak.
f.        Transversal: fraktur sepanjang garis tengah tulang
g.       Kominutif: fraktur dengan tulang pecah menjadi beberapa frakmen
h.       Depresi: fraktur dengan fragmen patahan terdorong ke dalam
i.         Kompresi: Fraktur dimana tulang mengalami kompresi (terjadi pada tulang belakang)
j.         Patologik: fraktur yang terjadi pada daerah tulang  oleh ligamen atau tendo pada daerah perlekatannnya.

III.  ETIOLOGI
a.       Trauma
b.       Gerakan pintir  mendadak
c.       Kontraksi otot ekstem
d.      Keadaan patologis : osteoporosis, neoplasma

IV.  PATYWAYS

Trauma langsung                                                trauma tidak langsung                                       kondisi patologis
 


                                                                      FRAKTUR
nyeri
 
                                                               
Diskontinuitas tulang        pergeseran frakmen tulang            
 

Perub jaringan sekitar                                                                         kerusakan frakmen tulang
 

Pergeseran frag  Tlg                laserasi kulit:        spasme otot                tek. Ssm tlg > tinggi dr kapiler
                                           
Kerusakan integritas kulit
 
                                       putus vena/arteri       peningk tek kapiler reaksi stres klien
deformitas
                                   perdarahan            pelepasan histamin         melepaskan katekolamin
gg. fungsi                                                                                
                                                                  protein plasma hilang               memobilisai asam lemak
                          kehilangan volume cairan
Gg mobilitas fisik
 
                                                                                  edema                   bergab dg trombosit
Shock hipivolemik
 
                                         
                                                                                                                     emboli
        penekn pem. drh
                                                                                          menyumbat pemb drh
                                                       penurunan perfusi jar
                         
gg.perfusi jar
 
                                                                       
 


V.     MANIFESTASI KLINIS

a.       Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya samapi fragmen tulang diimobilisasi, hematoma, dan edema
b.       Deformitas karena adanya pergeseran fragmen tulang yang patah
c.       Terjadi pemendekan tulang yang sebenarnya karena kontraksi otot yang melekat  diatas dan dibawah tempat fraktur
d.      Krepitasi akibat gesekan antara fragmen satu dengan lainnya
e.       Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit

VI.  PEMERIKSAAN PENUNJANG
a.       Pemeriksaan foto radiologi dari fraktur : menentukan lokasi, luasnya
b.       Pemeriksaan jumlah darah lengkap
c.       Arteriografi : dilakukan bila kerusakan vaskuler dicurigai
d.      Kreatinin : trauma otot meningkatkanbeban kreatinin untuk klirens ginjal
VII.     PENATALAKSANAAN

a.       Reduksi fraktur terbuka atau tertutup : tindakan manipulasi fragmen-fragmen tulang yang patah sedapat mungkin  untuk kembali seperti letak semula.
b.       Imobilisasi fraktur
      Dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna
c.       Mempertahankan dan mengembalikan fungsi
 Reduksi dan imobilisasi harus dipertahankan sesuai kebutuhan
 Pemberian analgetik untuk mengerangi nyeri
 Status neurovaskuler (misal: peredarandarah, nyeri, perabaan gerakan) dipantau
 Latihan isometrik dan setting otot diusahakan untuk meminimalakan atrofi disuse dan meningkatkan peredaran darah

VIII.  KOMPLIKASI
a. Malunion : tulang patah telahsembuh dalam posisi yang tidak seharusnya.
b. Delayed union : proses penyembuhan yang terus berjlan tetapi dengan kecepatan yang lebih lambat dari keadaan normal.
c. Non union : tulang yang tidak menyambung kembali

IX.  PENGKAJIAN
1.       Pengkajian primer
-          Airway
Adanya sumbatan/obstruksi jalan napas oleh adanya penumpukan sekret akibat kelemahan reflek batuk
-          Breathing
Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas, timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur, suara nafas terdengar ronchi /aspirasi



-          Circulation
TD dapat normal atau meningkat , hipotensi terjadi pada tahap lanjut, takikardi, bunyi jantung normal pada tahap dini, disritmia, kulit dan membran mukosa pucat, dingin, sianosis pada tahap lanjut
2.       Pengkajian sekunder
a.Aktivitas/istirahat
z  kehilangan fungsi pada bagian yangterkena
z  Keterbatasan mobilitas
b.       Sirkulasi
z  Hipertensi ( kadang terlihat sebagai respon nyeri/ansietas)
z  Hipotensi ( respon terhadap kehilangan darah)
z  Tachikardi
z  Penurunan nadi pada bagiian distal yang cidera
z  Cailary refil melambat
z  Pucat pada bagian yang terkena
z  Masa hematoma pada sisi cedera
c.       Neurosensori
z  Kesemutan
z  Deformitas, krepitasi, pemendekan
z  kelemahan
d.      Kenyamanan
z  nyeri tiba-tiba saat cidera
z  spasme/ kram otot
e.              Keamanan
z  laserasi kulit
z  perdarahan
z  perubahan warna
z  pembengkakan lokal




X.     DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
a. Kerusakan mobilitas fisik b.d cedera jaringan sekitasr fraktur, kerusakan rangka neuromuskuler
Tujuan : kerusakn mobilitas fisik dapat berkurang setelah dilakukan tindakan keperaawatan
Kriteria hasil:
z  Meningkatkan mobilitas pada tingkat paling tinggi yang mungkin
z  Mempertahankan posisi fungsinal
z  Meningkaatkan kekuatan /fungsi yang sakit
z  Menunjukkan tehnik mampu melakukan aktivitas
                                      Intervensi:
            a. Pertahankan tirah baring dalam posisi yang diprogramkan
b. Tinggikan ekstrimutas yang sakit
c. Instruksikan klien/bantu dalam latian rentanng gerak pada ekstrimitas yang sakit dan tak sakit
d.Beri penyangga pada ekstrimit yang sakit diatas dandibawah fraktur ketika bergerak
e. Jelaskan pandangan dan keterbatasan dalam aktivitas
f.  Berikan dorongan ada pasien untuk melakukan AKS dalam lngkup keterbatasan dan beri bantuan sesuai kebutuhan’Awasi teanan daraaah, nadi dengan melakukan aktivitas
g. Ubah psisi secara periodik
h. Kolabirasi fisioterai/okuasi terapi
b.Nyeri b.d spasme tot , pergeseran fragmen tulang
   Tujuan ; nyeri berkurang setelah dilakukan tindakan perawatan
   Kriteria hasil:
 Klien menyatajkan nyei berkurang
 Tampak rileks, mampu berpartisipasi dalam aktivitas/tidur/istirahat dengan tepat
 Tekanan darahnormal
 Tidak ada eningkatan nadi dan RR
Intervensi:
a.                  Kaji ulang lokasi, intensitas dan tpe nyeri
b.                 Pertahankan imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
c.                    Berikan lingkungan yang tenang dan berikan dorongan untuk melakukan aktivitas hiburan
d.                 Ganti posisi dengan bantuan bila ditoleransi
e.                  Jelaskanprosedu sebelum memulai
f.                  Akukan danawasi latihan rentang gerak pasif/aktif
g.                   Drong  menggunakan tehnik manajemen stress, contoh : relasksasi, latihan nafas dalam, imajinasi visualisasi, sentuhan
h.                 Observasi tanda-tanda vital
i.                   Kolaborasi : pemberian analgetik

C.         Kerusakan integritas jaringan b.d fraktur terbuka , bedah perbaikan
Tujuan: kerusakan integritas jaringan dapat diatasi setelah tindakan perawatan
Kriteria hasil:
z  Penyembuhan luka sesuai waktu
z  Tidak ada laserasi, integritas kulit baik

Intervensi:
a.       Kaji ulang integritas luka dan observasi terhadap tanda infeksi atau drainae
b.      Monitor suhu tubuh
c.       Lakukan perawatan kulit, dengan sering pada patah tulang yang menonjol
d.      Lakukan alihposisi dengan sering, pertahankan kesejajaran tubuh
e.       Pertahankan sprei tempat tidur tetap kering dan bebas kerutan
f.       Masage kulit ssekitar akhir gips dengan alkohol
g.      Gunakan tenaat tidur busa atau kasur udara sesuai indikasi
h.      Kolaborasi emberian antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA


1.       Tucker,Susan Martin (1993). Standar Perawatan Pasien, Edisi V, Vol 3. Jakarta. EGC
2.       Donges Marilynn, E. (1993). Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta. EGC
3.       Smeltzer Suzanne, C (1997). Buku Ajar Medikal Bedah, Brunner & Suddart.  Edisi 8. Vol  3. Jakarta. EGC
4.       Price Sylvia, A (1994), Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jilid 2 . Edisi 4. Jakarta. EGC