BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Semakin banyaknya masalah
menyebabkan banyak kegiatan harus dilakukan berdasarkan perencanaan yang
cermat. Anggaran salah satu bentuk dari berbagai rencana yang mungkin disusun,
meskipun tidak setiap rencana dapat disebut sebagai anggaran. Anggaran
perusahaan mencakup berbagai kegiatan operasional yang saling berkaitan dan
saling mempengaruhi satu sama lainnya. Perusahaan sebagai salah satu unit
ekonomi perlu memiliki program yang tepat. Perusahaan sebagai lembaga ekonomi umumnya
mengejar keuntungan, dan karenannya menggunakan kriteria efisiensi sebagai alat
pengukurnya. Karena itulah perusahaan membutuhkan alat perencana dan pengendali
keuntungan. Dalam hal ini anggaran perusahaan berfungsi sebagaimana RAPBN bagi
pemerintah dalam merencanakan dan mengendalikan program pembangunan ekonomi.
Dalam suatu perusahaan, bahan baku
merupakan salah satu elemen yang penting karena bahan baku menjadi dasar
berlangsungnya suatu produksi. Perusahaan harus selalu mempertimbangkan secara
masak tentang berapa besarnya jumlah bahan baku yang harus ada sebelum memulai
suatu kegiatan produksi. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan
pengendalian terhadap bahan baku maupun biaya yang ditimbulkan. Untuk menjaga
kelancaran produksi harus dipertimbangkan secara matang mengenai tersediannya
bahan baku agar dapat memenuhi keperluan produksi jangka pendek maupun jangka
panjang.
Dalam pengendalian bahan baku, salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran
pembelian bahan baku. Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang.
Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian dari anggaran bahan
baku ?
2.
Apa tujuan penyusunan anggaran bahan
baku ?
3.
Apa saja jenis - jenis anggaran
bahan baku ?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui anggaran bahan baku
2.
Untuk mengetahui tujuan penyusunan anggaran
bahan baku
3.
Untuk mengetahui jenis - jenis
anggaran bahan baku
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bahan Baku
Dalam pengendalian bahan baku, salah
satu cara yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah dengan membuat anggaran
pembelian bahan baku. Bahan baku dapat dianggarkan dalam satuan (unit) uang.
Anggaran pembelian bahan baku berisi rencana kuantitas bahan baku yang harus
dibeli oleh perusahaan dalam periode waktu mendatang. Ini harus dilakukan
secara hati-hati terutama dalam hal jumlah dan waktu pembelian.
Anggaran Bahan Baku
adalah semua anggaran
yang berhubungan dan merencanakan secara lebih
terperinci tentang penggunaan
bahan baku untuk proses produksi selama periode yang
akan datang. Bahan baku yang
digunakan dalam proses
produksi dikelompokkan menjadi
Bahan Baku Langsung (Direct Material) dan Bahan Baku Tak Langsung (Indirect
Material). Bahan baku
langsung adalah semua
bahan baku yang merupakan
bagian barang yang jadi yang
dihasilkan. Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bahan
baku langsung ini mempunyai hubungan yang erat
dan sebanding dengan jumlah
barang jadi yang
dihasilkan. Sehingga biaya bahan
baku langsung merupakan
biaya variable bagi perusahaan. Bahan baku
tak langsung adalah
bahan mentah yang ikut
berperan dalam proses produksi, tetapi
tidak secara langsung tampak pada barang jadi
yang dihasilkan. Seandainya barang jadi
yang dihasilkan adalah meja dan
kursi kayu merupakan bahan baku
baku langsung, sedangkan
paku dan cat merupakan bahan baku tak langsung.
Anggaran bahan
baku hanya merencanakan
kebutuhan dan penggunaan bahan baku langsung. Bahan mentah
tak langsung akan
direncanakan dalam anggaran biaya
overhead pabrik.
- Fungsi
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Ada 2 fungsi penting anggaran bahan baku, yaitu:
a.
Sebagai dasar untuk menyusun budget
pembelian bahan mentah, jumlah satuan bahan mentah yang dibeli ditentukan oleh
beberapa banyak satuan bahan mentah yang dibutuhkan oleh berapa banyak satuan
bahan mentah dibutuhkan dalam proses produksi.
b.
Sebagai dasar untuk menyusun anggran
biaya bahan mentah besarnya biaya bahan mentah ditentukan oleh berapa banyak
satuan bahan mentah tersebut dibutuhkan untuk proses produksi.
Sebagai Data dan informasi untuk
menyusun anggaran kebutuhan bahan mentah
- Manfaat
Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Anggaran bahan baku mempunyai 3 kegunaan pokok yaitu :
a.
Sebagai pedoman kerja.
b.
Sebagai alat untuk menciptakan
koordinasi kerja.
c.
Sebagai alat untuk melakukan
pengawasan kerja.
- Data
dan Informasi Untuk Menyusun Anggaran Kebutuhan Bahan Baku
Data dan informasi digunakan untuk
menyusun anggaran kebutuhan bahan baku adalah:
a.
Rencana produksi yang tertuang dalam
anggaran yang akan diproduksi. Khususnya tentang jumlah dari masing-masing
jenis barang yang akan diproduksi dari waktu ke waktu selama periode tertentu.
b.
Berbagai standar pemakaian bahan
baku dari masing-masing bahan baku untuk proses produksi, yang ditetapkan dan
berlaku di perusahaan. Standar pemakaian bahan baku diperlukan untuk
mengendalikan efisiensi pemakaian bahan baku (controlling).
Ada 2 metode yang menetapkan standar
data dan informasi dalam perusahaan, yaitu:
a.
Data historis atau data pengalaman
diwaktu-waktu yang telah lalu.
Caranya adalah dengan melihat jumlah unit yang dihasilkan di
suatu waktu yang lalu dan kemudian membandingkan dalam satuan jumlah satuan
unit bahan mentah yang habis terpakai untuk waktu produksi pada bulan tersebut,
maka dari hasil itu dapat diketahui penggunaan bahan mentah rata-rata untuk
unit produk.
b.
Data penelitian khusus. Pada data
penelitian khusus dengan mengabaikan data pengalaman di waktu-waktu yang telah
lalu. Cara ini misalnya dapat dilakukan dengan :
Mengukur secara fisik barang jadi yang telah selesai
diproduksi, agar dapat diketahui jumlah satuan unit bahan baku yang dipakai
untuk menghasilkan produk tersebut. Misalnya PT. Charisma yang bergerak dalam
produksi mebel akan menghasilkan meja
dan kursi. Maka, hal yang dilakukan adalah mengukur meja dan kursi yang telah
selesai diproduksi, hal ini dimaksudkan
untuk mengetahui kebutuhan bahan baku berupa kayu yang dipakai.
Melakukan penelitian dan pengukuran
secara laboratories terhadap produk yang dihasilkannya. Hal ini biasanya
dipakai pada barang atau produk yang tidak mudah diukur penggunaan bahan baku
secara visual, tanpa bantuan alat khusus, Misal obat-obatan, minuman, kosmetik,
dll.
Mengadakan percobaan-percobaan
proses produksi secara efisien, sambil diukur pemakaian bahan mentahnya.
2.2 Tujuan Penyusunan Anggaran
Bahan Baku
Secara ringkas tujuan penyusunan angaran bahan baku, antara
lain :
1.
Memperkirakan jumlah kebutuhan bahan
baku
2.
Memperkirakan jumlah pembelian bahan
baku yang diperlukan
3.
Sebagai dasar untuk memperkirakan kebutuhan dana
yang diperlukan Untuk
melaksanakan pembelian bahan baku.
4.
Sebagai dasar penyusunan biaya produksi,
yakni memperkirakan komponen harga
pokok pabrik karena penggunaan bahan baku dalam proses produksi.
5.
Sebagai dasar melaksanakan fungsi
pengawasan bahan baku.
2.3 Jenis - jenis Anggaran Bahan
Baku
Anggaran Bahan Baku ini terdiri dari empat jenis anggaran,
yaitu :
1.
Anggaran Kebutuhan
Bahan Baku (Unit
of Direct Materials
Used Budget)
Anggaran Kebutuhan
Bahan Mentah disusun
untuk merencanakan jumlah fisik
bahan baku langsung
yang diperlukan, bukan
nilainya dalam rupiah.
Secara terperinci anggaran ini harus
dicantumkan :
a.
Jenis barang jadi yang dihasilkan.
b.
Jenis bahan baku yang digunakan.
c.
Bagian-bagian yang dilalui dalam
proses produksi.
d.
Standar penggunaan bahan baku.
e.
Waktu penggunaan bahan baku.
Standar penggunaan bahan
(SP) adalah bilangan yang menunjukkan berapa satuan bahan baku yang
diperlukan untuk
menghasilkan 1 (satu) satuan barang jadi.
Contoh:
Standar Penggunaan
= 2, untuk
barang jadi A
dan bahan baku
X. Artinya untuk menghasilkan
unit barang A diperlukan 2 unit bahan baku X.
Manfaat dari anggaran kebutuhan
bahan baku berguna sebagai dasar
untuk penyusunan Anggaran
Pembelian Bahan Baku dan Angaran
Biaya Bahan Baku.
Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi penyusunan kebutuhan anggaran bahan baku, yaitu:
1)
Anggaran Unit
yang akan Diproduksi,
khususnya rencana tentang
jenis (kualitas) dan jumlah
(kuantitas) barang yang
akan diproduksi dari waktu
ke waktu selama
periode yang akan
datang. Semakin besar jumlah unit yang akan diproduksi, akan semakin besar pula
jumlah unit bahan bakunya, semakin
kecil jumlah unit
yang akan diproduksi,
akan semakin kecil pula
jumlah unit bahan
baku yang dibutuhkan
untuk proses produksi.
2)
Berbagai standar
pemakaian bahan (
Standard Usage Rate
) dari masing-masing jenis
bahan baku untuk
proses produksi yang
telah ditetapkan
perusahaan. Dalam rangka
mengetahui jumlah unit
bahan baku yang dibutuhkan untuk
proses produksi, pada
umumnya perusahaan telah menetapkan
standar-standar pemakaian tiap-tiap
jenis bahan baku. Untuk
menetapkan angka-angka standard
ini dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu :
a)
Dengan cara yang
mendasarkan diri pada
data historis atau
pengalaman dari periode
waktu yang lalu.
Dengan membandingkan antara jumlah
produk yang dihasilkan
pada suatu periode
dengan jumlah bahan baku yang
digunakan untuk berproduksi pada
periode yang sama.
b)
Dengan cara yang
mendasarkan diri pada
penelitian-penelitian khusus di dalam pabrik atau dengan melihat angka
penggunaan rata-rata yang ditentukan secara statistik.
2.
Anggaran Pembelian Bahan Baku
Anggaran Pembelian
Bahan Baku berisi
rencana kuantitas bahan baku yang harus dibeli oleh perusahaan
dalam periode waktu mendatang. Ini harus
dilakukan secara hati-hati terutama
dalam hal jumlah
dan waktu pembelian.
Apabila jumlah bahan
baku yang dibeli
terlalu besar akan mengakibatkan berbagai
resiko, misalnya
bertumpuknya bahan baku
di gudang yang mungkin
itu dapat mengakibatkan
penurunan kualitas, terlalu lamanya bahan baku yang bergiliran
untuk diproes, atau biaya penyimpanan yang menjadi lebih besar. Apabila jumlah
bahan baku yang
dibeli terlalu kecil,
juga akan mendatangkan resiko
berupa terhambatnya kelancaran proses
produksi akibat
kehabisan bahan baku, serta timbulnya biaya tambahan untuk
mencari bahan baku pengganti secepatnya.
1)
Jumlah Pembelian yang
paling Ekonomis (economical order quantity).
Hal yang perlu dipikirkan oleh
perusahaan selain besarnya kebutuhan juga
besarnya jumlah bahan
baku setiap kali
dilakukan pembelian,yang
menimbulkan biaya paling
rendah tetapi tidak
mengakibatkan kekurangan bahan baku. Jumlah pembelian dapat dihitung dengan
EOQ (Economical Order
Quantity). Dalam EOQ
ini dipertimbangkan 2 jenis biaya yang bersifat varibel, yaitu :
a.
Biaya Pemesanan
Yaitu biaya - biaya
yang dikeluarkan sehubungan
dengan kegiatan pemesanan bahan baku.
Biaya ini berubah
- ubah sesuai
dengan frekuensi pemesanan, semakin tinggi pemesanannya semakin tinggi
pula biaya pemesannanya. Sebaliknya biaya ini berbanding terbalik dengan jumlah
(kuantitas) bahan baku
setiap kali pemesanan.
Hal ini disebabkan karena semakin besarnya jumlah setiap kali pemesan
dilakukan, berarti frekuensi pemesanan menjadi semakin rendah.
Contoh :
biaya - biaya
persiapan pemesanan, biaya
administrasi,biaya pengiriman pesanan, dll.
b.
Biaya Penyimpanan
Yaitu biaya - biaya
yang dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan penyimpanan bahan baku yang
telah dibeli. Biaya
ini juga berubah sesuai dengan
jumlah bahan baku
yang disimpan. Semakin
besar jumlah bahan baku setiap kali pemesanan maka biaya penyimpanan
akan semakin besar pula.
Jelaslah bahwa biaya penyimpanan mempunyai sifat yang
berlawanan dengan biaya pemesanan.
Contoh :
biaya pemeliharaan, biaya asuransi,
biaya perbaikan kerusakan, dll.
2)
Waktu Pembelian Bahan Mentah
Untuk menjaga
kelancaran proses produksi
tidak cukup ditentukan jumlah bahan baku yang
dibeli. Harus ditentukan pula
kapan pemesanan bahan baku
harus dilakukan agar
bahan baku itu
dapat datang tepat pada waktu
dibutuhkan. Bahan baku yang datang terlambat akan mengakibatkan
terganggunya kelancaran proses produksi. Kadang-kadang perlu
dicari bahan baku
pengganti agar proses produksi
tidak berhenti. Biaya-biaya
yang terpaksa dikeluarkan karena keterlambatan datangnya
bahan baku disebut Stock Out Cost.
Sebaliknya, bahan mentah yang datangnya terlalu
awal akan menimbulkan masalah
pula. Harus disediakan tempat penyimpanan dan harus ditanggung
pula biaya pemeliharaan ekstra.
Biaya-biaya yang
dikeluarkan karena bahan
baku dating terlalu awal
diebut Extra Carrying Cost.
Karena itu
dalam menentukan waktu
pemesanan bahan baku
perlu diperhatikan factor
Lead Time. Lead
Time adalah jangka
waktu sejak dilakukannya pemesanan
sampai datangnya bahan
abku yang dipesan dan siap untuk digunakan dalam
proses produksi. Setelah diperhitungkan factor
lead time, maka
akan dapat ditentukan Reorder Point. Reorder
Point adalah saat
di mana harus
dilakukan pemesanan kembali bahan
baku yang diperlukan.
Jadi
untuk merencanakan saat
pemesanan bahan baku
pasa periode mendatang, perlu
diperhatikan factor Lead
Time, Extra Carrying
Cost dan Stock Out
Cost. Dalam melakukan
pengamatan dengan data historis, harus dilakukan terhadap beberapa
data untuk kemudian dihitung probabilitasnya dari total
pengamatan.
3)
Bentuk Dasar Anggaran Pembelian
Bahan Baku telah diuraikan
sebelumnya bahwa anggaran
pembelian bahan baku dapat
disusun apabila total
kebutuhan bahan baku
untuk suatu periode telah ditentukan, dengan perhitungan
sebagai berikut :
Persediaan Akhir xx Kebutuhan bahan baku untuk produksi xx +
Jumlah kebutuhan xx
Persediaan Awal xx
± Pembelian Bahan Baku
xx
Dalam anggaran pembelian bahan baku dicantumkan :
a.
Jenis bahan yang digunakan dalam
proses produksi.
b.
Jumlah yang harus dibeli.
c.
Harga per satuan bahan mentah.
3.
Anggaran Persediaan Bahan Baku
Dalam penyusunan Anggaran Kebutuhan
Bahan Baku dan Anggaran Pembelian
Bahan Baku di
muka, tampak bahwa
masalah nilai persediaan awal dan persediaan akhir bahan
baku selalu diperhitngkan. Setiap
perusahaan mempunyai kebijkasanaan dalam menilai persediaan yang
berbeda.
Tetapi pada
dasarnya kebijaksanaan tentang penilaian persediaan dapat
dikelompokkan menjadi :
a.
Kebijaksanaan FIFO (First In First
Out)
b.
Kebijaksanaan LIFO (Last In First
Out)
Dalam kebijaksanaan FIFO,
bahan mentah yang lebih
dahulu digunakan untuk produksi adalah bahan mentah yang lebih dahulu
masuk di gudang, sehingga sering
diterjemahkan Masuk Pertama
Keluar Pertama. Dengan kata
lain, penilaian bahan
baku di gudang
nilainya diurutkan menurut
urutan waktu pembeliannya. Perlu
diperhatikan dahulu oleh
perusahaan, kebijaksanaan mana yang akan dipilih.
Hal penting dalam rangka penyusunan Anggaran Persediaan Bahan
Baku dan Anggaran
Biaya Bahan Baku
yang habis digunakan, karena
adanya perbedaan factor
perbedaan harga dari
waktu ke waktu. Harga
bahan baku mungkin
berbeda dari waktu
ke waktu, dan
ini perlu diperhatikan karena
nilai bahan baku yang ada
di dalam gudang
dan dipakai untuk produksi juga
berbeda dari waktu ke waktu.
Karena itu harus diperhitungkan, apakah bahan mentah digunakan secara LIFO atau
FIFO.
Salah satu
tujuan penyusunan Anggaran
Perusahaan Bahan Baku adalah
untuk pengawasan, tingkat
persediaan bahan baku
di gudang yang
tidak terkontrol akan
sangat membahayakan perusahaan
sendiri. Dengan mendasarkan diri
pada Anggaran Persediaan
Bahan Baku, maka
dapat dilihat apakah penggunaan bahan baku dan bahan baku yang tersisa
sebagai persediaan sesuai dengan rencana semula ataukah terjadi penyimpangan.
Besarnya bahan baku
yang harus tersedia untuk
kelancaran proses produksi
tergantung pada beberapa factor, seperti :
a.
Volume produksi selama satu
periode waktu tertentu
(dapat dilihat pada Anggaran Produksi).
b.
Volume Bahan
Baku Minimal, yang
disebut safety stock
(persediaan besi).
c.
Besarnya pembelian yang ekonomis.
d.
Estimasi tentang
naik turunnya harga
bahan baku pada
waktu-waktu mendatang.
e.
Biaya-biaya penyimpanan dan
pemeliharaan bahan baku.
f.
Tingkat kecepatan bahan baku rusak.
Persediaan Besi
Persediaan besi
adalah persediaan minimal bahan
baku yang harus dipertahankan untuk menjamin kelangsungan
proses produksi. Di muka telah disinggung sedikit bahwa
persediaan bahan besi merupakan
salah satu factor yang
harus dipertimbangkan dalam menentukan saat dilakukannya pemesanan bahan baku (Re
Order Period).Besarnya persediaan besi
ditentukan oleh beberapa
factor, antara lain :
a.
Kebiasaan leveransir menyerahkan bahan
baku yang dipesan, apakah selalu tepat
pada waktunya atau
tidak. Apabila leveransir selalu tepat
waktu dalam menyerahkan
pesanan kita maka
resiko kehabisan bahan mentah
relative kecil, sehingga
persediaan besi tidak terlalu
besar. Sebaliknya, bila
leveransir biasanya terlambat datang maka resiko kehabisan bahan
mentah terlalu besar, sehingga perlu ada persediaan besi yang besar pula.
b.
Jumlah bahan
baku yang dibeli
setiap kali pemesanan.
Apabila jumlah bahan baku
yang dibeli besar,
maka persediaan rata-rata
di atas persediaaan besi
besar pula, sehingga
resiko kehabisan bahan baku relative kecil, begitu pula
sebaliknya.
c.
Dapat diperkirakan atau
tidaknya kebutuhan bahan
baku secara tepat. Bagi perusahaan yang
dapat memperkirakan jumlah kebutuhan bahan
baku secara tepat, maka
resiko kehabisan bahan baku
kecil (karena bahan
baku yang dibutuhkan
sudah disediakan sepenuhnya),
begitu pula sebaliknya.
d.
Perbandingan antara
biaya penyimpanan bahan
baku dan biaya ekstra
karena kehabisan bahan
baku. Apabila biaya
penyimpanan tampak lebih besar
daripada biaya ekstra
akibat kehabisan bahan baku
maka tidak perlu
adanya persediaan besi
yang terlalu besar, begitu pula
sebaliknya.
2.4 Bentuk Dasar Anggaran
Persediaan Bahan Baku
Dalam Anggaran Persediaan
Bahan Baku perlu
diperinci hal-hal sebagai berikut :
1)
Jenis bahan baku yang digunakan
2)
Jumlah masing-masing jenis bahan
baku yang tersisa
sebagai persediaan
3)
Harga per unit masing-masing jenis
bahan baku,Nilai bahan baku yang disimpan sebagai persediaan.
- Anggaran
Biaya Bahan Baku yang Habis Digunakan dalam Produksi
Tentu tidak
semua bahan baku
yang tersedia akan
habis digunakan untuk produksi.
Hal ini disebabkan karena 2 hal, yakni :
a.
Perlu adanya persediaan akhir, yang
akan menjadi persediaan awal periode berikutnya.
b.
Perlu adanya persediaan besi agar
kelangsungan produksi tidak terganggu akibat kehabisan bahan baku.
Bahan mentah
yang telah digunakan
dalam proses produksi
harus dihtung nilainya. Rencana
besarnya nilai bahan
baku yang habis
digunakan dalam proses produksi
dituangkan dalam suatu
anggaran tersendiri disebut Anggaran Bahan Baku yang Habis
Digunakan.Manfaat disusunnya Anggaran
Bahan Baku yang
Habis Digunakan antara lain adalah
;
a.
Untuk keperluan Produk Costing,
yaitu perhitungan harga pokok barang yang dihasilkan perusahaan.
b.
Untuk keperluan pengawasan
penggunaan bahan baku.
Bentuk Dasar Anggaran Biaya Bahan
Baku yang Habis Digunakan Dalam anggaran ini standar penggunaan bahan baku
masih diperhatikan, tetapi tidak dicantumkan pada Anggaran KebutuhanBahan Baku.
Anggaran biaya bahan baku yang habis digunakan perlu memperinci hal-hal :
a.
Jenis bahan baku yang digunakan.
b.
Jumlah masing-masing jenis bahan
baku yang habis digunakan untuk produksi.
c.
Harga per unit masing-masing jenis
bahan baku.
d.
Nilai masing-masing bahan baku yang
habis digunakan dalam proses produksi.
e.
Jenis barang yang (dihasilkan dan)
menggunakan bahan baku.
f.
Waktu penggunaan bahan baku.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1.
Anggaran Bahan Baku
adalah semua anggaran
yang berhubungan dan merencanakan secara lebih
terperinci tentang penggunaan
bahan baku untuk proses produksi selama periode yang
akan datang.
2.
Secara ringkas tujuan penyusunan
angaran bahan baku, antara lain, memperkirakan jumlah kebutuhan bahan baku,
memperkirakan jumlah pembelian bahan baku yang diperlukan, sebagai dasar
untuk memperkirakan kebutuhan dana
yang diperlukan untuk melaksanakan pembelian bahan baku, sebagai dasar
penyusunan biaya produksi, yakni
memperkirakan komponen harga pokok pabrik karena penggunaan bahan baku
dalam proses produksi, sebagai dasar melaksanakan fungsi pengawasan bahan baku.
3.
Jenis – jenis anggaran bahan baku
ada empat yaitu anggaran kebutuhan bahan baku, anggaran pembelian bahan baku,
anggaran persediaan bahan baku dan anggaran biaya bahan baku yang habis
digunakan dalam produksi.
DAFTAR PUSTAKA
http://elib.unikom.ac.id/download.php?id=80022
, diakses pada tanggal 11 september 2013
Munandar,M.
1995. Budgeting. Yogyakarta : BPFE ± UGM.
Rudianto.
2009. Penganggaran. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Shim, Jae
K., Joel, G Siegel. 2000. Budgeting. Jakarta : Erlangga.
Welch, G.A.
1993. Penyusunan Anggaran Perusahaan. Jakarta : Bumi.
No comments:
Post a Comment