BAB
1
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Ikan merupakan
bahan pangan yang mudah rusak (perishable food) karenanya begitu ikan
tertangkap, maka proses penanganan dalam bentuk pengawetan harus segera
dilakukan. Selama pengolahan ikan, masih banyak bagian-bagian dari ikan, baik
kepala, ekor maupun bagian-bagian yang tidak termanfaatkan akan dibuang. Tidak
mengherankan kalau sisa ikan dalam bentuk buangan dan bentuk-bentuk lainnya
berjumlah cukup banyak, apalagi kalau ditambah dengan jenis-jenis ikan lainnya
yang tertangkap tetapi tidak mempunyai nilai ekonomi dan hanya menjadi tumpukan
limbah (Resmawati, 2012). Dengan berkembangnya agroindustri hasil perikanan
selain membawa dampak positif yaitu
sebagai penghasil devisa, memberikan nilai tambah dan penyerapan tenaga kerja, juga telah memberikan dampak negatif
yaitu berupa buangan limbah. Limbah hasil dari kegiatan tersebut dapat berupa
limbah padat dan limbah cair.
Meningkatnya
produksi ikan akan diiringi pula peningkatan limbah ikan baik berupa kulit dan
sisik ikan. Limbah dari sektor perikanan selain dihasilkan oleh TPI juga
dihasilkan oleh industri-indusrti kecil yang bergerak dibidang pengasapan ikan,
presto ikan, terasi dan ikan asin. Saat ini belum ada upaya untuk mengolah
lebih lanjut limbah kelautan dan perikanan yang berupa kulit dan sisik ikan (Hartati, 2010).
Dari data yang
dapat dikumpulkan Ditjen Perikanan (2007) masih terdapat antara 25 - 30% hasil
tangkapan ikan laut yang akhirnya harus menjadi ikan sisa atau ikan buangan
yang disebabkan karena berbagai hal, diantaranya keterbatasan pengetahuan dan
sarana para nelayan didalam cara pengolahan ikan. Misalnya, hasil tangkapan
masih terbatas sebagai produk untuk dipasarkan langsung (ikan segar), atau
diolah menjadi ikan asin, pindang, terasi serta hasil-hasil olahannya.
Tertangkapnya jenis-jenis ikan lain yang kurang berharga ataupun sama sekali
belum mempunyai nilai dipasaran, yang akibatnya ikan tersebut harus dibuang
kembali.
ikan tersebut
lama kelamaan akan mengalami perubahan yang disebabkan oleh pengaruh fisiologi,
mekanik, kimiawi, mikrobiologi yang dapat menyebabkan kerusakan dan selanjutnya
tidak dapat dikonsumsi (Lubis, 2009). Kemunduran mutu ikan sebagai bahan pangan
disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme pembusuk (Putro, 2008). Suatu usaha
untuk mempertahankan atau menghambat kecepatan kerusakan ikan segar dapat dilakukan
dengan pengawetan. Pengolahan dan pengawetan makanan dibagi menjadi 3, yaitu pengawetan
secara fisika, pengawetan secara kimia dan pengawetan secara mikrobiologi
(Effendi, 2012). Pengawetan secara fisika dengan pengeringan pengawetan secara
kimia dengan penambahan bahan makanan atau pengawet buatan (sintetis), akan
tetapi terkadang bahan kimia cukup berbahaya karena penggunaan yang tidak tepat
seperti penambahan formalin yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Sedangkan
pengawetan secara mikrobiologi dengan memanfaatkan bahan alami atau menumbuhkan
mikroorganisme yang berguna secara selektif. Pengawet alami merupakan jenis
pengawet yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun mikroba. Pengawetan dengan
menggunakan bahan alami sangat aman digunakan, karena berasal dari alam yang
mudah ditemukan yaitu dengan penambahan suatu ekstrak dari tanaman yang memiliki
kandungan senyawa aktif antibakteri, sehingga dapat mengurangi pembusukan atau
kerusakan bahan pangan yang disebabkan oleh aktivitas mikroba serta dapat
memperpanjang daya simpan.
Salah satu
tanaman yang dapat digunakan sebagai pengawet alami alah Anting-anting
(Acalypha Indica L.), tanaman ini dianggap sebagai penganggu tanaman budidaya
yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengawet alami. Hasil penelitian
Sriwahyuni (2010), menunjukkan bahwa adanya senyawa aktif tanin, alkaloid dan
steroid pada ekstrak Acalypha yang dapat menghambat pertumbuhan beberapa
bakteri patogen.
Tanin (atau tanin
nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu senyawa polifenol yang
berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang bereaksi dengan dan
menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik lainnya termasuk asam
amino dan alkaloid, alkaloid adalah
senyawa metabolid sekunder yang bersifat basa, yan mengandung satu atau lebih
atom nitrogen, biasanya dalam cincin heterosiklik, dan bersifat aktif biologis
menonjol,Struktur alkaloid beraneka ragam, dari yang sederhana sampai rumit,
dari efek biologisnya yang menyegarkan tubuh sampai toksik.Satu contoh yang
sederhana adalah nikotina. Nikotin dapat menyebabkan penyakit jantung, kanker
paru-paru, kanker mulut, tekanan darah tinggi, dan gangguan terhadap kehamilan
dan janin. Steroid
Adalah suatu kelompok senyawa yang
mempunyai kerangka dasar siklopentanaperhidrofenantrena, mempunyai empat cincin
terpadu.Senyawa senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Beberapa
steroid penting adalah kolesterol, yaitu steroid hewani yang terdapat paling
meluas dan dijumpai pada hampir semua jaringan hewan. Batu kandung kemih dan
kuning telur merupakan sumber yang kaya akan senyawa ini. Hormon hormon seks
yang dihasilkan terutama dalam testes dan indung telur adalah suatu steroid.
Hormon jantan disebut androgen dan hormon betina estrogen, dan hormon kehamilan
progestin..Menurut penelitian Pambudi (2014), kandungan flavon, flavonol,
khalkon dan isoflavon pada organ daun tanaman anting-anting dapat berpotensi
sebagai sumber antioksidan dan antimikroba. Dari beberapa senyawa yang
tergolong dalam flavonid tersebut isoflavon ialah senyawa yang berpotensi
sebagai antimikroba. Hasil penelitian mengenai kandungan dan manfaat tanaman anting-anting
berpotensi sebagai antibakteri. Menurut Govindarajan (2008), ekstrak etil
asetat anting-anting dapat berpotensi sebagai anti bakteri. Hasil penelitian
Imrosi (2015), menyatakan bahwa anting-anting dapat dimanfaatkan sebagai
antifungal (antijamur) bahan alternatif dalam mengendalikan beberapa patogen.
1.1
Tujuan
Adapun pratikum ini
bertujuan :
a.Untuk memenuhi tugas
mata kuliah limbah hasil perikanan.
b.untuk mengetahui
apakah limbah hasil perikanan dapat digunakan sebagai pakan kucing
c.mengkaitkan limbah hasil
perikanan dengan tanaman anting anting.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian limbah
hasil perikanan
Limbah
hasil perikanan adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis,
yang ketika mencapai jumlah atau kosentrasi tertentu, dapat menimbulkan dampak
negatif bagi lingkungan (Gintings, 1992). Sedangkan menurut Setiyawan (2010)
limbah merupakan hasil sisa produk utama dari suatu proses yang berasal dari
bahan dasar atau bahan bantu proses tersebut. Lebih lanjut Setiyawan (2010) menyatakan
limbah juga dapat diartikan sebagai buangan yang kehadirannya pada suatu saat
dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis.
Limbah
yang dihasilkan dari kegiatan perikanan masih cukup tinggi, yaitu sekitar 20 –
30% dari produksi ikan yang telah mencapai 6.5 juta ton pertahun. Hal ini
berarti sekitar 2 juta ton terbuang sebagai limbah. Limbah yang dihasilkan dari
kegiatan perikanan adalah berupa : 1) ikan rucah yang bernilai ekonomis rendah
sehingga belum banyak dimanfaatkan sebagai pangan; 2) bagian daging ikan yang
tidak dimanfaatkan dari rumah makan, rumah tangga, industri pengalengan, atau
industri pemfiletan; 3) ikan yang tidak terserap oleh pasar, terutama pada
musim produksi ikan melimpah; dan 4) kesalahan penaganan dan pengolahan (Ditjen
Perikanan, 2007).
2.1.1
Limbah Industri Perikanan
Limbah
pada dasarnya adalah suatu bahan yang terbuang atau dibuang dari suatu sumber
aktivitas manusia maupun proses alam dan belum mempunyai nilai ekonomis, bahkan dapat mempunyai nilai ekonomi negatif
karena penanganan untuk membuang atau membersihkan memerlukan biaya yang cukup
besar disamping dapat mencemari lingkungan. Menurut Laksmi dan Rahayu (1993)
penanganan limbah yang kurang baik
merupakan masalah di dalam usaha industri termasuk industri perikanan yang
menghasilkan limbah pada usaha penangkapan, penanganan, pengangkutan,
distribusi, dan pemasaran. Limbah sebagai buangan industri perikanan
dikelompokkan menjadi tiga macam berasarkan wujudnya yaitu limbah cair, limbah
padat, dan limbah gas. Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair.
Air limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal, bisnis,
dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi dapat
juga merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam lingkungan.
Limbah cair yang dihasikan oleh industri pengolahan ikan mempunyai pH mendekati
7 (netral), yang disebabkan oleh adanya dekomposisi bahan-bahan yang mengandung
protein dan banyaknya senyawa-senyawa amonia.
Kandungan limbah cair industri perikanan
tergantung pada derajat kontaminasi dan juga mutu air yang digunakan untuk
proses (Gonzales dalam Heriyanto, 2006). Bau yang timbul dari limbah cair
perikanan disebabkan oleh dekomposisi bahan- bahan organik yang menghasilkan
senyawa amina mudah menguap, diamina dan amoniak. Limbah cair industri
perikanan memiliki kandungan nutrien, minyak, dan lemak yang tinggi sehingga
menyebabkan tingginya nilai COD (Chemical Oxygen Demand), apa itu COD ? COD adalah
pengukuran kebutuhan oksigen untuk mengoksidasi senyawa terlarut dan partikel
organic di air. Terutama berasal dari
proses penyiangan usus dan isi perut serta proses pemasakan (Mendezet
a1, 1992 dalam Sari, 2005).
2.1.2
Jenis-jenis Limbah Hasil Perikanan
Usaha perikanan selain menghasilkan nilai ekonomis yang tinggi, tetapi
juga ikut berperan dalam menghasilkan limbah. Limbah yang dominan dari usaha
perikanan adalah limbah dan cemaran yang berupa limbah cair yang membusuk
sehingga menghasilkan bau amis/busuk
yang sangat menganggu estetika lingkungan (Ditjen Perikanan, 2007), sedangkan
menurut Dewantoro (2003) limbah yang dihasilkan dari industri pengolahan hasil
perikanan umumnya dapat di golongkan menjadi 3 kelompok yaitu:
a.Limbah
Padat
Limbah padat
bersifat basah dan dihasilkan oleh usaha perikanan berupa
potongan-potongan ikan yang tidak dimanfaatkan. Limbah ini berasal dari proses
pembersihan ikan sekaligus mengeluarkan isi perutnya yang berupa jerohan dan
gumpalan-gumpalan darah. Selain itu, limbah ini juga berasal dari proses
cleaning, yaitu membuang kepala, ekor, kulit, dan bagian tubuh ikan yang lain,
seperti sisik dan insang (Setiyawan, 2010). Karena proses ini melibatkan banyak
aktifitas yang lain, maka juga dihasilkan limbah padat yang kering berupa
sisa/potongan karton kemasan, plastik, kertas, kaleng, tali pengemas, label
kemasan dan potongan sterofoam, dan sebagainya. Kondisi limbah padat kering ini
dapat dalam keadaan bersih (belum terkontaminasi oleh bahan lain) maupun sudah
dalam keadaan terkontaminasi oleh bahan lain seperti ikan/udang, bahan pencuci
produk, darah, dan lendir ikan (Dwicaksono et al. 2013).
Menurut
Dewantoro(2003) komposisi limbah padat usaha perikanan terdiri dari: (1) Daging
merah sebanyak 25%, (2) Bone (kepala, duri, ekor) sebanyak 55%, (3) Isi perut
(jerohan dan darah) sebanyak 15% dan (4) Karton, plastik, dan lain-lain
sebanyak 5%.
Limbah berupa daging merah, bone
(kepala, duri, ekor), isi perut, dan karton atau plastik tersebut akan
menimbulkan masalah yang serius terhadap lingkungan apabila tidak dikelola
dengan baik. Permasalahan yang mungkin timbul adalah adanya bau amis dari
potongan ikan yang disertai bau busuk karena proses pembusukan sehingga mengundang
datangnya berbagai faktor penyakit diantaranya lalat dan tikus (Fitria, 2008).
b.Limbah
Cair
Limbah cair dari hasil perikanan dapat berupa
sisa cucian ikan/udang, darah dan lendir ikan, yang banyak mengandung minyak
ikan sehingga menimbulkan bau amis yang menyengat. Limbah cair ini merupakan
limbah yang dominan dari usaha perikanan karena selama proses, membutuhkan air
dalam jumlah yang cukup banyak. Limbah cair juga berasal dari sanitasi dan
toilet pada lokasi usaha tersebut (Gintings, 1992).
2.2.
Tanaman Anting-anting (Acalypha Indica L.)
Anting-anting
adalah tanaman liar yang memiliki nama latin acalypha Indica L. Tanaman ini sangat sering kita jumpai di
pekarangan rumah, kebun, pinggir jalan, pinggir sungai, hampir setiap tempat
ada tanaman ini. Anting-anting tumbuh dengan sendirinya di mana saja, karena
tanaman ini tergolong tanaman rumput yang mudah untuk tumbuh. Tanaman
anting-anting memiliki bentuk daun bulat lonjong. Letak daun tanaman ini
berselang seling. Bentuk ujung dan pangkal daun tanaman anting-anting berbentuk
lancing, sedangkan bagian pinggir daun bergerigi. Panjang daun tanaman ini
ialah 2,5 cm hingga 8 cm serta lebarnya seitar 1,5 cm hingga 3,5 cm. Tanaman
anting-anting adalah salah satu jenis tanaman obat herbal ataupun tradisional.
Tanaman anting-anting dibeberapa daerah, terutamnya di Indonesia dikenal Cekamas, Lelatang, Kucing-kucingan,
Rumput kekosongan, Rumput bolong-bolong, Wonggole dan sebagainya, sedangkan di
Cina dikenal dengan sebutan Tie xian.
2.2.1
Klasifikasi Tanaman Anting-anting (Acalypha Indica L.)
Menurut
Dalimartha (2013), tanaman anting-anting diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom: Plantae
Subkingdom: Trachebionta
Super divisi: Spematophyta
Divisi: Magnoliophyta
Kelas: Magnoliopsida
Sub Kelas: Rosida
Ordo: Euphorbiales
Famili:
Euphorbiaceae
Genus: Acalypha
Spesies: Acalypha australis
2.2.2
Morfologi Tanaman Anting-anting (Acalypha Indica L.)
Menurut
Heyne (1987) morfologi tanaman anting-anting adalah sebagai berikut:
1. Daun
Ciri daun anting-anting adalah daun
tunggal, berbentuk belah ketupat, berwarna hijau, panjang 3-4 cm, lebar 2-3 cm,
ujung runcing, tepi bergerigi, terletak menyebar di sepanjang pohon dan batang.
2. Batang
Ciri batang tanaman anting-anting adalah
memilii batang bulat kecil berdiamter 0,35-1 cm, dengan tinggi berkisar 30-60
cm, berbatang tegak, berambut halus dan berwarna hijau.
4. Bunga
Ciri bunga anting-anting adalah bunga
majemuk berbentuk bulir, keluar dari ketiak daun dan ujung cabang.
5. Buah dan Biji
Ciri buah dan anting-anting adalah buah
bulat, hitam dan biji bulat memanjang.
Untuk
dapat menyakinkan apakah pohon tersebut adalah pohon anting anting atau tidak
kita dapat mengeceknya dengan tes sederhana, yaitu cukup mencabut pohon
tersebut sampai akarnya lalu biarkan beberapa saat, maka ecara otomatis akan
berdatangan para kucing untuk memakan akar tanaman tersebut.karena memang
bagian akar lah yang mempunyai manfaat lebih bagi berbagai penyembuhan.bahkan
untuk kucing sekalipun berguna untuk pencernaannya.
2.2.3
Kandungan Kimia dan Efek Farmakologis
Anting-anting
memiliki rasa pahit dan bersifat sejuk. Dikarenakan terdapat senyawa tannin,
dimana Tanin (atau tanin nabati, sebagai lawan tanin sintetik) adalah suatu
senyawa polifenol yang berasal dari tumbuhan, berasa pahit dan kelat, yang
bereaksi dengan dan menggumpalkan protein, atau berbagai senyawa organik
lainnya termasuk asam amino dan alkaloid. Kandungan kimia tumbuhan ini belum
banyak diketahui, tetapi kegunaan dari tumbuhan ini telah banyak diketahui dari
pengalaman turun-temurun. Salah satu zat
yang dikandung adalah astringen (1 zat yg menyebabkan pengerutan jaringan
sehingga dapat mengurangi sekresi (dipakai sbg obat luar untuk merawat kulit)
yang dapat digunakan untuk menghentikan pendarahan (hemostatik). Asam karbonat(Asam
karbonat adalah asam organik dengan rumus kimia H2CO3. Asam karbonat termasuk
asam lemah) yang terkandung pada tumbuhan anting anting memberikan efek
antidiabetik,antioksidan,anti aging, glucoronidase, inhibitor. Efek
farmakologis yang dimiliki oleh anting-anting di antaranya antibiotik, antiradang,
peluruh kencing, sebagai astringen, dan menghentikan pendarahan.
2.2.4.
Khasiat dan Manfaat Tanaman Anting-anting (Acalypha Indica L.)
1. Obat disentri
Khasiat
daun anting-antingbisa Anda gunakan untuk mengobati penyakit disentri. Daun
yang satu ini mampu menjadi obat herbal yang alami untuk mengatasi disentri.
Anda tidak akan mengalami efek samping dari daun ini. Jika
anda mengalami penyakit disentri pasti sangat tidak menyenangkan karena anda
akan sulit dalam melakukani berbagai aktivitas. Oleh karena itu anda bisa
menggunakan daun anting-anting sebagai solusinya. Caranya hampir sama dengan
ramuan pada penyakit berak darah, mimisan dan batuk hanya saja minumlah ramuan
ini secara rutin 5 hingga 10 hari. Jika disentri masih saja tidak kunjung
sembuh, anda sebaiknya segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut ke dokter
untuk mendapatkan diagnose yang tepat karena bisa jadi yang anda alami bukan
disentri melainkan gejala dari penyakit lainnya yang lebih parah.
2. Mengatasi batuk
Khasiat
daun anting-anting ampuh untuk mengatasi batuk. Daun ini bermanfaat dalam
meredakan batuk dengan cara mencairkan dahak di dalam tenggorokan Anda.
Hasilnya, dahak tersebut bisa dengan mudah dikeluarkan.
3. Mengobati luka pada kulit
Khasiat
daun anting-anting untuk kulit ampuh menyembuhkan luka yang ada di kulit. Daun
ini akan mempercepat penyembuhan luka, menghentikan pendarahan, dan
mengeringkan luka dengan alami dan cepat.
4. Mengatasi diare
Khasiat
daun anting-anting juga baik untuk digunakan sebagai obat diare. Daun ini punya
fungsi anti bakteri yang ampuh. Bakteri di dalam pencernaan Anda akan dibuang
dari tubuh sehingga tidak menimbulkan diare lagi. Jika
anda mengalaminya sebaiknya segera siapkan daun anting-anting satu genggam
tangan dan rebuslah dengan 2 gelas air. Tunggulah rebusan tersebut hingga
menjadi 1 gelas saja dan kemudian dinginkan, setelah siap saring dan minumlah
ramua tersebut secara rutin sebanyak 2 kali sehari ½ gelas. Jika anda tidak
suka dengan rasanya anda bisa menambahkan gula jawa dan daun salam atau daun
sereh. Dengan itu anda akan mendapatkan rasa yang lebih enak dan aroma yang
lebih segar.
5. Menghentikan muntah darah
Khasiat
daun anting-anting dapat menghentikan muntah darah. Daun ini akan mengatasi
rasa mual di perut Anda dan membantu tubuh untuk menghentikan pendarahan yang
keluar dari mulut, sehingga tidak memicu muntah darah kembali.
6. Obat BAB berdarah
Manfaat
daun anting-anting juga bagus untuk mengatasi kesulitan BAB atau buang air
besar. BAB yang sudah terlalu parah akan membuat saluran pembuangan di tubuh
Anda menjadi berdarah dan juga infeksi. Penyakit
berak darah tidak boleh disepelekan karena bisa membuat penyakit yang lebih
serius terutama di daerah organ pencernaan. Penyakit batuk juga meskipun
dianggap sepele namun jika tidak kunjung sembuh akan sangat berbahaya bagi
tubuh anda bukan itu saja jika anda mengalami mimisan juga perlu diwaspadai
karena hal itu mengindikasikan bahwa terjadi peradangan di dalam pembuluh darah
sehingga menyebabkan pendarahan melalui hidung.
Cara mengobati beberapa penyakit
tersebut anda bisa menyiapkan 30 hingga 60 gram daun anting-anting yang telah
kering. Kemudian rebuslah daun tersebut dengan 4 gelas air hingga tersisa 2
gelas air saja. setelah itu biarkan hingga cukup dingin, saring dan minumlah
ramuan tersebut secara rutin sebanyak 2 kali sehari. Lakukanlah secara rutin
hingga penyakit yang dirasakan sembuh.
7. Mengatasi penyakit dermatitis
8. Melancarkan saluran kemih
BAB
III
METODOELOGI
3.1.
Waktu
dan Tempat
Pratikum Limbah
Hasil Perikanan tentang pemanfaatan limbah hasil perikanan dengan
tanaman anting anting menjadi pakan ternak alami untuk kucing yang mempunyai
kandungan gizi tinggi dan mudah didapat, yang dilaksanakan pada hari selasa
tanggal 14 mei 2019 dimulai 09.00 wib
sampai dengan selesai. Bertempat di Kos Putri,rukoh,Darussalam. Metode yang
saya gunakan adalah metode sederhana tidak ada perlakuan khusus hanya saja
adanya uji organoleptik. Dimana pengujian ini hanya menggunakan alat indra manusia.
3.2.
Alat
yang Digunakan
Adapun alat yang
digunakan selama pratikum berlangsung adalah seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1. Alat yang digunakan
No
|
Alat
|
Fungsi
|
Gambar
|
1
|
blender
|
Menggiling bahan
|
|
2
|
Wadah/ember
|
Penampung bahan
|
|
3
|
sendok
|
Pengaduk/pengambil bahan
|
|
4
|
Pisau
|
Untuk membersihkan/memotong
limbah dan tanaman
|
|
5
|
Air
|
Membersihkan dan perebusan
|
|
6
|
Timbangan
|
Untuk menimbang dan memisahkan
|
|
7
|
plastik
|
Menampung
|
|
8
|
Bleut (ayaman),seng,triplek
|
Untuk menjemur hasil
|
|
9
|
Panic
|
Untuk wadah merebus
|
|
10
|
kompor
|
Untuk memasak
|
|
11
|
Ayakan/penampung
|
Saringan
|
|
3.3
Bahan
yang Digunakan
Adapun sampel yang digunakan selama
pratikum berlangsung adalah seperti pada tabel berikut ini :
Tabel 1. bahan yang digunakan
no
|
Sampel
|
Gambar
|
1
|
Dedak padi
|
|
2
|
Tanaman anting anting
|
|
3
|
Limbah ikan (insang,daging,isi dalam)
|
|
3.4
Prosedur
kerja
BAB IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
4.1.Data Pengamatan
Adapun dari hasil pengamatan saya
memperoleh hasil seperti tabel dibawah ini.
Tabel 3 Data Pengamatan pakan kucing dari limbah ikan
(basah)
Tanggal
|
Waktu
|
Tekstur
|
Bau
|
Dimakan
|
14 mei 2019
|
Sore
|
Basah dan halus
|
Bau khas ikan
|
Habis
|
15 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Basah dan halus
|
Bau mulai menyengat
|
Ada sisa
|
16 mei 2019
|
Sore
|
Basah dan halus
|
Bau menyengat
|
Tidak dimakan
|
Tabel 4 Data
Pengamatan pakan kucing dari limbah ikan (setengah kering)
Tanggal
|
Waktu
|
Tekstur
|
bau
|
Dimakan
|
15 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Padat
|
Bau khas ikan
|
Habis
|
16 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Padat
|
Bau khas ikan
|
Habis
|
17 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Padat
|
Bau seperti ikan asin
|
Ada sisa (dipilah pilah hanya
diambil akar pohon anting anting saja)
|
18 mei 2019
|
Sore
|
Padat
|
Bau menyengat
|
Tidak dimakan
|
Tabel 5 Data Pengamatan pakan kucing dari
limbah ikan (kering)
Tanggal
|
Waktu
|
Tekstur
|
Bau
|
dimakan
|
16 mei 2019
|
Sore
|
Kering
|
Bau khas ikan
|
Habis
|
17 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Kering
|
Bau seperti ikan asin
|
Dipilah dipilah dan ada sisa
|
18 mei 2019
|
Pagi dan sore
|
Kering
|
Bau seperti ikan asin
|
Dipilah pilah dan ada sisa
(dimakan sedikit)
|
19 mei 2019
|
Sore
|
Kering
|
Bau seperti ikan asin
|
Hanya dicium tidak dimakan
|
4.2.pembahasan
pada kesempatan kali ini saya melakukan
pratikum guna memenuhi tugas Limbah Hasil Perikanan, namun kali ini saya
mencoba melakukannya dengan mengkombinasi
tanaman Anting-anting (Acalypha Indica L.), Dedak, dan Limbah hasil
perikanan. Dan sasaran saya adalah kucing, dengan tujuan pakan yang saya buat
ini tidak hanya berguna untuk makanan kucing namun berguna untuk obat
pencernaan kucing khususnya. Seperti yang sudah terlansir pada jurnal kedokteran yarsi 18 (1) : 029-037
(2010) yang mengatakan bahwa tanaman anting anting juga dapat berpengaruh
terhadap kualitas sperma yang di hasilkan. Dikarenakan terdapat zat kimia
didalam akarnya.
Pakan merupakan salah satu faktor terpenting,
besarnya pengaruh pakan terhadap pertumbuhan hewan terutama kucing menyebabkan
biaya yang dikeluarkan untuk pakanpun tidak bisa dianggap ringan. Efisiensi
terhadap pengolahan pakan mempunyai arti yang sangat penting guna menekan biaya
pakan. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan mengganti bahan pakan
yang relatif mahal dengan bahan yang relatif murah namun tetap memperhatikan nilai gizi dan
ketersediaan bahan pengganti.
Saya terinspirasi dari salah satu siswi
SMP yang berhasil membuat limbah menjadi pakan kucing yang bernilai ekonomis
dan bermutu tinggi. Berkat olahannya dia berhasil membawa harum nama Indonesia
sebagai salah satu pembuat pakan kucing dari olahan limbah sebagai peserta
termuda di tingkat internasional dan mendapatkan mendali emas. Dia menggunakan
bahan limbah ikan, sisa nasi, telur, dan pengawet alami. Berbeda dengan saya,
saya menggunakan bahan seperti limbah ikan, dedak padi, telur, dan tanaman
anting anting. Kenapa saya menggunakan bahan tersebut dan sedikit berbeda cara
pengolahan serta bahan yang digunakan ?, karena dedak padi dan nasi itu sama
sama berasal dari padi hanya saja kandungan gizi keduanya berbeda dimana Dedak padi berasal dari sisa penggilingan
padi. Komposisi kimia dari dedak padi adalah sebagai berikut :
– Air : 10% – serat kasar : 10%
– protein kasar : 7,5% – lemak : 2,25%
– abu : 7,5%
Kemudian pengawet alami yang saya
pakai adalah tanaman anting anting. Pengawet
alami merupakan jenis pengawet yang berasal dari tumbuhan, hewan maupun
mikroba. Pengawetan dengan
menggunakan bahan alami
sangat aman digunakan.
Salah satu tanaman yang
dapat digunakan sebagai
pengawet alami ialah
Anting-anting (Acalypha IndicaL.), Senyawa aktif
yang terdapat pada
daun anting-anting yaitu alkaloid, catachol,flavonoid, senyawa
fenol, saponin dan
steroid yang dapat menghambat aktivitasmikroba (Masih,
2011). Nah bagaimana senyawa tersebut dapat menghambat aktivitas bakteri
? jawabannya karena Flavonoid merupakan senyawa pereduksi yang baik, menghambat
banyak reaksi oksidasi, baik secara enzim maupun non enzim. Flavonoid merupakan
golongan terbesar senyawa fenol (Sjahid, 2008). Mekanisme kerja flavonoid
berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap
protein extraseluler yang mengganggu keutuhan membran sel bakteri. Mekanisme
kerjanya dengan cara mendenaturasi protein sel bakteri dengan membentuk ikatan
hydrogen kompleks dengan protein sel bakteri ,sehingga struktur dinding sel dan
membran sitoplasma bakteri yang mengandung protein menjadi tidak stabil dan
kehilangan aktivitas biologinya. merusak membran sel tanpa dapat diperbaiki
lagi yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein ekstrakulikuler sehingga
membran sel bakteri rusak dan diikuti dengan masuknya air yang tidak terkontrol
ke dalam sel bakteri hal ini menyebabkan pembekakan dan akhirnya membran sel
bakteri pecah (Juliantina 2008).
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ekstrak etil asetat anting-anting dapat
berpotensi sebagai anti
bakteri(Govindarajan, 2008). Menurut
hasil penelitian tersebut, maka
senyawa aktif antibakteri
pada daun anting-anting
dapat digunakan sebagai pengawet
alami.
Saponin
merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang
dihasilkan terutama oleh tanaman. Berdasarkan struktur kimianya, saponin
dikelompokkan menjadi tiga kelas utama yaitu kelas streroid, kelas steroid
alkaloid, dan kelas triterpenoid. Sifat yang khas dari saponin antara lain
berasa pahit, berbusa dalam air. Mekanisme triterpenoid sebagai antibakteri
adalah bereaksi dengan porin (protein transmembran) pada membran luar dinding
sel bakteri, membentuk ikatan polimer yang kuat sehingga mengakibatkan rusaknya
porin. Rusaknya porin yang merupakan pintu keluar masuknya senyawa akan
mengurangi permeabilitas membran sel bakteri yang akan mengakibatkan sel
bakteri akan kekurangan nutrisi, sehingga pertumbuhan bakteri terhambat atau
mati (Rachmawati, 2009). Senyawa alkaloid memiliki mekanisme penghambatan
dengan cara mengganggu komponen penyusun peptidoglikan pada sel bakteri,
sehingga lapisan dinding sel tidak terbentuk secara utuh dan menyebabkan
kematian sel tersebut (Juliantina, 2008). Selain itu, menurut Gunawan (2009),
menyatakan bahwa di dalam senyawa alkaloid terdapat gugus basa yang menggandung
nitrogen akan bereaksi dengan senyawa asam amino yang menyusun dinding sel
bakteri dan DNA bakteri. Reaksi ini mengakibatkan terjadinya perubahan struktur
dan susunan asam amino. sehingga akan menimbulkan perubahan keseimbangan
genetik pada rantai DNA sehingga akan mengalami kerusakan akan mendorong
terjadinya lisis sel bakteri yang akan menyebabkan kematian sel pada bakteri.
Pratikum
saya mulai pada jam 09.00 wib dengan langkah pertama saya yaitu pencarian
limbah di Pelabuhan Lampulo, limbah yang saya dapatnya ada 3 yaitu bagian
insang, daging dan bagian dalam. Kemudian langkah selanjutnya yaitu pembersihan
dan penyortiran, pencucian limbah dilakukan berulang kali sampai limbah cair
yang ada di limbah padat tidak keluar lagi mengingat bagian insang bnyak
mengeluarkan darah dan proses yang dilakukan cepat supaya tidak bertambah
infeksi bakteri dan mikroba yang ada pada limbah, kemudian setelah semua
selesai langsung dimasukkan ke dalam panci untuk melakukan proses perebusan ini
tujuannya agar bakteri virus pada ikan ini mati atau berkurang, temperature
yang tinggi akan menyebakan ikan atau limbah menjadi Matang
atau masak dan siap dikonsumsi Enzim dalam tubuh ikan rusak dan kerusakan
kimiawi terhambat, Cairan dalam tubuh ikan mengalami evaporasi, Bakteri pada
permukaan tubuh terbunuh. Namun jangan salah ada juga bakteri yang masih hidup
di temperature yang tinggi. Perebusan dilakukan dengan tempo waktu yang berbeda
yaitu insang ±25 menit, bagian dalam ±15
menit ,dan daging ±5 menit. Ini dikarenakan jumlah setiap bagian limbah berbeda
maupun dari teksturnya sendiri, seperti insang yang agak sedikit keras dari
bagian tubuh yang lain. Kemudian setiap bagian diangkat dan di tiriskan di
tempat saringan, ini bertujuan untuk mengambil limbah nya saja. Selama
penirisan dan didiamkan di atas saringan, ambil akar anting anting untuk
dibersihkan dari tanah yang menempel di akarnya, kenapa hanya akarnya saja yang
di ambil? Dikarenakan akarnya sangat disenangi kucing. Kucing suka tanaman
juga? Yaps kucing memang termasuk hewan karnivora tetapi kucing juga suka
dengan tanaman anting-anting ini. Bukan untuk makanan tetapi hanya sekedar
untuk “vitamin” tambahan baginya. Karena kucing mempunyai pencernaan yang buruk
dan memerlukan serat tambahan dari tanaman ini. Pada tanaman ini terdapat
kandungan yang sangat bermanfaat bagi kucing maupun manusia. Beberapa zat yang
terkandung dalam akar kucing atau anting-anting seperti Zat Astringen, Asam Karbonat, Tanin, Kaempfelol.
kucing
merupakan hewan dengan pencernaan yang buruk. Jadi kucing membutuhkan asupan
serat dalam hal ini tanaman anting-anting atau rumput teki sebagai penambah
serat. Oleh sebab itu kita sering menemukan kucing muntah rumput pada saat
hairball. Langkah selanjutnya yaitu penimbangan, kenapa harus ditimbang karna
tanaman anting anting ini akan berbahaya bagi si kucing jika dikomsumsi secara
berlebihan dan timbangan untuk akar anting anting 1 : 10 dari limbah yang
timbangan keseluruhannya 2666 gram kemudian dedak 1 : 20 dari limbah
keseluruhan, meskipun begitu karna dedak merupakan serat kasar dan kering maka
jumlah yang terlihat pada dedak banyak , dan jika digunakan berlebihan kucing
tidak mau memakannya dikarenakan kucing lebih menyukai makanan basah daripada
kering. Kemudian setelah semua selesai campurkan semua bahan termasuk telur,
dan aduk hingga rata. Bisa langsung dikasih makan untuk si kucing atau jika
ingin makanan tidak terlalu cair saya mencoba mengeringkannya dengan bantan
sinar matahari maka dari itu terdapat makanan basah, padat ,dan kering.
Dan
hasil yang saya dapatkan makanan kucing dari
olahan limbah dapat bertahan ± 7 hari lamanya dengan berbeda kriteria baik
basah, padat, dan kering. Dimana yang basah hanya dimakan selama 2 hari, yang
padat dimakan selama 3 setengah hari, dan yang kering dimakan selama 3 hari.
Mengapa demikian?
Ini dikarenakan
cepatnya terjadi pertumbuhan mikroba didalam pakan tersebut, seperti yang telah
kita pelajari sebelumnya proses penurunan mutu pada ikan. walaupun telah
dilakukan perebusan pada limbah tidak dapat menjamin mikroba terbunuh semua
dikarenakan masih ada mikroba yang masih bertahan dan mikroba yang tumbuh dari
berbagai faktor lainnya. Biasanya ikan hanya bisa bertahan sebentar sebelum
pembusukan jika tidak ditangani dengan betul. Sama halnya dengan ini mikroba
pada limbah akan terus berkembang biak jika tidak ditangai dengan baik. Dan
pratikum yang saya lakukan ini hanya mengandalkan tanaman anting anting sebagai
penghambat pertumbuhan mikroba didalamnya. Seperti penelitian yang dilakukan
oleh sinha dan bandhiopanhay, 2012
yang menyatakan bahwa tanaman ini digunakan sebagi obat tradisional karena
memiliki aktivitas anti bakteri dan aktivitas anti fungi, ekstrak etanol anting
anting mampu menghambat pertumbuhan bakteri dan semakin tinggi konsentrasi
ekstrak anting anting akan semakin pula hambatan untuk pertumbuhan bakteri
seperti penelitian yang dilakukan oleh nanang
bahkan sampai konsentrasi 25% penghambat bakteri pada tanaman ini semakin
tinggi.
Tidak
hanya berguna sebagai penghambat mikroba tanaman anting anting ini sangat baik
dikomsumsi oleh kucing karna memiliki banyak manfaat bagi si kucing serta memberikan
rasa dan bau yang khas untuk menarik perhatian si kucing, jika tidak percaya
coba saja dengan cara simpel yaitu cabut tanaman anting anting beserta akarnya
dan letakkan di tempat biasa ada kucing maka para kucing akan berdatangan untuk
memakannya. Lalu apa hubungannya dengan pratikum ini? Limbah atau sisa buangan
ikan yang tidak dipakai biasanya tidak terlalu disenangi oleh sang kucing,
apalagi bagian dalam ikan sangat susah bagi sikucing untuk memakannya. Mereka
akan memilih milih dalam pengambilan limbah dikarenakan selain indera penciuman
kucing yang bagus terdapat juga indera pengecap yang tajam untuk memilih
makanan si kucing, tidak heran jika ada kucing kadang memakan atau tidaknya
makanan tersebut karna sudah duluan langsung direspon oleh tubuh.
Makanan
basah kucing yang bertahan 2 hari dikarenakan adanya proses oksidasi asam
didalamnya yang menyebabkan suatu senyawa oksida yang dapat bereaksi dengan air
dan menghasilkan larutan yang bersifat asam. Contoh SO3 + H2O =H2SO4 (asam
sulfat), SO2 + H2O =H2SO3 (asam sulfit) dan lain lain.yang dapat menyebabkan
sikucing tidak mau lagi memakannya kemudian bertambahnya mikroba yang tumbuh.
Kemudian makanan padat kucing hanya bisa bertahan 3 hari dikarenakan kandungan
air yang dimiliki lebih sedikit dari pada yang basah, yang menyebabkan proses
oksidasinya sedikit terlambat namun proses mikrobanya tetap cepat dimana
ditandai dengan perubahan dari segi bentuk dan bau yang semakin menyengat. Dan
yang ketiga yaitu makanan kering, biasanya kucing kurang menyukai makanan
kering disebabkan kurangnya kandungan air yang dimiliki makanan kering sehingga
menyebakan kucing sulit mencerna, di pratikum ini kucing memakan selama 3 hari
setelah itu nafsu makan untuk makanan ini berkurang. Meskipun oksidasi dari
makanan ini susah karna kadar air namun karna adanya perubahan aroma yang
ditimbulkan menyebabkan kucing kurang menyukainya meskipun hanya mencium cium
makanan tersebut. Kenapa di cium ? karna akar anting anting tetap menyisakan
aroma yang khas sebelum kering totalnya yang membuat kucing menyukainya.
Disebabkan adanya senyawa metabolit yang tidak hanya berfungsi untuk obat
tradisional ,racun namun dapat menghasilkan aroma makanan.
4.3.Diagram hasil
Adapun hasil yang didapat berdasarkan
diagram adalah sebagai berikut
BAB
V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pratikum yang
telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa limbah yang dihailkan oleh sector
perikanan baik TPI rumah tangga atau lainnya dapat diolah menjadi makanan
kucing dengan dibantu oleh tanaman anting anting dan bahan lainnya namun daya
tahan yangsangat minim. Namun selain itu makanan ini mengandung kandungan gizi
yang bagus untuk kucing dan sebagai obat bagi pencernaannya.
5.2.saran
sebaiknya
dilakukan pengolahan yang lebih bagus untuk mempertahankan daya awet makanan
kucing dari limbah tersebut dan perlu pengujian dan rincian yang lebih luas.
5.3. gambar
Tabel 4 gambar
dari seluruh pratikum
No
|
Gambar
|
Keterangan
|
1
|
|
Pencarian limbah
|
2
|
|
Pembersihan
|
3
|
|
penyortiran
|
4
|
|
Perebusan
|
5
|
|
Penyaringan
|
6
|
|
penimbangan
|
7
|
|
penghalusan
|
8
|
|
Pencampuran bahan
|
DAFTAR
PUSTAKA
No comments:
Post a Comment