Saturday, 13 November 2021

Laporan Beternak kambing Etawa (PE)

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.    Latar Belakang

Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di pedesaan,karena telah diketahui kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu kambing mempunyai kemmpuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit

Oleh sebab itu, karena di Aceh begitu banyak warung nasi yang menyajikan gulai kambing sebagai menu andalan nya, dan permintaan susu kambing (PE) yang tinggi, kami selaku mahasiswa melihat prospek yang menjanjikan dan berkelanjutan, usaha bisnis rumahan yang ramah lingkungan.

Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.

Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalah Pemeliharaan yang masih bersifat tradisional, Terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi, Keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksi Manajemen pakan yang kurang baik.

 

 

 

 

B.     Adapun tujuan dan kegunaan Kuliah Lapangan ini adalah sebagai berikut:

  1. Tujuan

Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktek lapangan ini adalah sebagai berikut:

a.       Mengetahui cara pemeliharaan kambing PE

b.      Mengetahui cara pemberian pakan

c.       Mengetahui cara pengendalian penyakit

  1. Kegunaan

Mampu merasakan dan menganalisa masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan  kambing PE, yang pada gilirannya mampu menerapkan strategi yang tepat untuk pemecahannya  serta memberi tambahan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan di bidang peternakan, dan Mahasiswa memiliki pengalaman praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE  sebagai bekal kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.

 


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.      Usaha Beternak Kambing

Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003). Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.

Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.

Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer  dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi  terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).

Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka  bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.

 

B.         Pembahasan

Beternak kambing, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan karena;

  1. Tidak memerlukan lahan yang luas
  2. Memilikidaya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungansehingga mudah dipelihara  Dan dikembangkan    
  3. Untuk berkembang biak tidak memerlukanwaktu yang lama
  4. Bahan pakan tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi

 

C.        Hasil Pengamatan dipeternakan bapak sayuti malik dapat dijelaskan sebagai  berikut:

1.      Perencanaan Usaha

a.       Kalo kita ingin melakukuan usaha itu kita harus buat perencanaan.

b.      Karena kalo kita salah membuat perencanaan berarti kita merencanakan kegagalan.

c.       Jadi kita harus merencanakan sematang mungkin.

d.      Kita harus  rajin-rajin membaca buku panduan beternak kambing.

2.      Setelah memulai usaha

a.       Kita harus ada alat yang cukup.

b.      Kita ada yang namanya mesin pecincang rumput.

c.       Mempunyai lahan pertanian untuk pakan ternak.

3.      Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.

Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di peternakan kambing ettawa FARM, sudah mulai melakukan rekording pada ternak.Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak, penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan.

 

D.        Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang blum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).

Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.

 

E.       Pakan

Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.

Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).

Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).

Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak dengan perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%, bungkilkacang tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5% sebagai pakan tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput seperti:rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput alam dan dedaunan,seperti daun lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang dan daun kaliandra.

Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk memacu pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant (GS)berupa Bio-N-Plus.

 

F.       Metode Pemberian Pakan

Komposisi rumput dan daunan untuk kambing :

Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan

Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan

Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan

Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan

 

G.       Perkandangan

Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.

Kambing sebaiknya dipelihara dalam kandang untuk:

a.       Memudahkan dalam pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan

b.      Memudahkan dalam pemberian pakan.

c.       Menjaga keamanan ternak.

Bentuk dan Ukuran Kandang:

a.       Harus tertutup bagus.

b.      Posisi kandang itu tidak terlalu tertutup sehingga cahaya matahari bisa masuk.

c.       Pembersihan kandang dijaga.Kandang jangan kotor Kalo kandang kotor penyakit akan datang lagi.

 

 

Ukuran:

a.       Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)

b.      Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor

c.       Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor

d.      Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak

 

H.      Pengendalian Penyakit

Kegiatan pengendalian penyakit yang dilakukan meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja.Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali.Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang.Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.

Penanganan ternak yang sakit di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) sudah cukup baik. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5 liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2 tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.

Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit.Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang dipanaskan.Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk mencegah anemia.

1.      Kendala dalam berternak kambing PE:

a.       Masih banyak kendala.

b.      Kata pak sayuti malik sudah sejauh ini kendala sudah dihadapinya.

c.       Sakit anka kambing, mencret anak kambing.

d.      Penyakit matitis, randang ambing, ambingnya bengkak.

e.       Cuaca

f.       Banyak anak-anak kambing masuk angin.

 

I.         Pemberian Obat pada Ternak yang Sakit.

Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral. Obat cacing Dovenix ± 1 ml dan yang disuntikan di bawah kulit (Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu, ternak disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.

Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml.

Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.

Penanganan limbah di Peternakan ini, belum maksimal. Limbah padat di peternakan ini hanya di tampung saja, tidak diolah lebih lanjut.Limbah cair hanya dibuang, belum dikelola dengan baik.

 

J.        Pemasaran

                 Pasar susu kambing diaceh tidak banyak:

a.        1 hari Cuma ada 3-5 botol.

b.       Dalam 1 liter harga susuRp. 60.000.

c.        Kalo kita dapat sekitar 2-3 liter/hari kita bisa dapat hasilnya 180.000

d.      .180.000 itu untuk biaya operasional dan untuk gaji pekerja.

pemotong rumput 20.000 per/hari.

 

 

 

 

BAB III

METODE KULIAH LAPANGAN

 

A.      Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kuliah Lapangan

Waktu pelaksanaan Praktek Lapangan (PL) adalah pada hari sabtu jam 00:11. WIB s/d selesai, Desember 2015 Di Desa Lamduroe Tungkop, Kec. Darussalam, Kab. Aceh Besar.

Tempat pelaksanaan Praktek Lapangan (PL) adalah Di peternakan Kambing Ettawa FARM, Milik Bapak. SAYUTI, SP,MP. Yang berlokasi di tungkop, Kab. Aceh Besar. Perusahaan Peternakan ini telah berdiri mulai tahun 2013, dan masih ber operasi sampai dengan sekarang.

 

B.       Jenis Dan Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan

Adapun jenis dan bentuk kegitan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1.        Pengenalan nama Perusahan dan pimpinannya

2.        Mempelajari cara pengambilan bibit, perawatan, dan pemasaran susu dengan danging pada  ternak kambing PE

3.        Pemberian pakan tambahan/(konsentrat) dan  Pengobatan pada ternak yang sakit.

4.        Sanitasi kandang

5.        Nama-nama kambing Bapak sayuti malik:

a.       Dono (jantan)

b.      Gading.(jantan)

 


BAB IV

KESIMPULAN

 

A.      Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek  Lapangan di Peternakan kambing Ettawa FARM adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi, pengendalian penyakit dan sistem perkandangannya, Dan kami selaku mahasiswa mendapatkan ilmu dan informasi baru.

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Anonimus. 2009. Kambing Etawah. Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing     kacang(Diakses 17 April 2013)

 

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).

 

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung

 

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

 

Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and Nutrition.Seventh Edition. Kendall/ Hunt Publishing Company, Dubuque.

 

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

 

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

 

Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.