DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR........................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ..................................................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................
vi
2.1 Sejarah
dan perkembangan Berdirinya Instansi
2.2.3 Bidang
Kegiatan Instansi
3.1 Waktu
dan Tempat Pelaksanaan
3.3.4 Manajemen Pemberian Pakan
3.3.5 Pengelolaan kualitas air
3.3.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit
4.7 Pengendalian Hama Dan Penyakit
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bidang
kegiatan instalasi4
Gambar 3. Proses Pengeringan…………………………………………………..14
Gambar 4. Pemasangan KIncir…………………………………………………..15
Gambar
6. Proses Pemasukan air ke petakan Tambak
Gambar 8. Proses Pengadukan pakan …………………………………………...20
Gambar 9.
Proses pemberian pakan……………………...………………………21
Gambar 10. Pembuangan Kelekap……………………………………………….22
Gambar 11. Pengapuran………………………………………………………….23
Gambar 12. Pengontrolan
pakan Ancho.....................…………………………..24
Gambar 13. Proses Sampling…………………………………………………….25
Gambar
14. Pagar biosecuriti.......................
Gambar 15. Panen.................................................................................................29
DAFTAR TABEL
1. Alat yang digunakan saat
Praktikum.................................................................5
2. Bahan yang digunakan saat Praktikum..............................................................6
3. Dosis dan jumlah
probiotik...............................................................................17
4. Jumlah dan padat tebar
benur...........................................................................18
5. Jadwal pemberian
pakan...................................................................................19
6. Bahan dan dosis campuran
pakan.....................................................................20
7. Alat yang digunakan saat
panen.......................................................................29
Lampiran 1. Foto saat
pelaksanaan KKB
1
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Salah satu tujuan akhir dari pendidikan
sarjana (S1) adalah terampil dalam dunia kerja, khususnya di bidang sesuai
dengan apa yang dipelajari mahasiswa selama proses perkuliahan. Tetapi dalam
proses perkuliahan, materi-materi yang dipelajari kebanyakan masih bersifat
teori dan praktek laboratorium. Sehingga mahasiswa belum mempunyai keterampilan
yang sinkronis di dunia kerja. Oleh karena itu, mahasiswa diwajibkan untuk
magang. Magang inilah yang nanti bertujuan untuk melatih mahasiswa agar
terampil di dalam dunia kerja yang nyata.
Klinik
Kompetisi Bidang (KKB) adalah penerapan seseorang mahasiswa/ mahasiswi pada
dunia kerja nyata yang sesungguhnya, yang bertujuan untuk mengembangkan
keterampilan dan etika serta untuk mendapatkan kesempatan dalam menerapkan ilmu
yang berkaitan dengan kurikulum pendidikan. Pengertian praktik kerja lapangan
atau magang adalah salah satu program yang bertujuan untuk mendapatkan
pengalaman kerja dalam suatu perusahaan atau intansi pemerintah maupun milik pribadi dapat
mengimplementasikan teori yang didapat dalam perkuliahan dan mempraktekan ilmu
tersebut dalam dunia nyata.
Di Indonesia udang vanamei dibudidayakan mulai tahun 2000 setelah
menurunnya produksi udang windu (Panaeus
monodon) karena adanya berbagai masalah yang dihadapi dalam proses
produksi, baik secara teknis maupun non teknis. Beberapa tahun terakhir pelaku
usaha budidaya udang windu beralih membudidayakan udang vaname dikarenakan
udang vanamei lebih tahan terhadap serangan penyakit dan perubahan iklim. (Choeronawati et al., 2019).
Beberapa keunggulan udang vaname diantaranya adalah memiliki tingkat
kelangsungan hidup (survival rate) yang
lebih tinggi daripada udang jenis lainnya, memiliki produktivitas yang tinggi,
dapat dilakukan penebaran dengan densitas yang tinggi (100-300 ekor/m2)
(Purnamasari et al., 2017).
Selain itu udang vaname lebih tahan terhadap penyakit, memiliki pertumbuhan
yang cepat, lebih responsif terhadap
pemberian pakan dan waktu peme pemeliharaan yang relatif singkat yakni sekitar
90-100 hari (Novika, 2019).
Dengan
keunggulan yang di miliki udang vannamei, Perkembangan budidaya udang vanamei
di Aceh beberapa tahun terakhir ini mengalami kenaikan yang cukup baik.
Produktivitas ekspor udang di Aceh pada tahun 2016 mencapai 102.425 ton, tahun
2017 mencapai 176.361 ton. Menurut data BPS tahun 2018 ekspor udang mencapai
1.476.132 ton naik 546,12 persen dibanding tahun sebelumnya (Suhana, 2018).
Pembudidaya di aceh beberapa tahun terakhir pembudidaya udang windhu beralih
membudidayakan udang vannamei. Perubahan budidaya dilakukan untuk tetap dapat
mempertahankan produksi udang di Aceh dan membuat Aceh tetap menjadi salah satu
produsen udang di Indonesia, tidak hanya pada pemasaran dalam negeri tapi juga
pemasaran pasar internasional (Murni,
2019).
1.2
Tujuan dan Manfaat KKB
1.2.1
Tujuan KKB
Adapaun Tujuan yang ingin dicapai dari klinik
kompetisi bidang (KKB), adalah untuk mengetahui cara budidaya tentang pembesaran
udang vaname (Litopenaeus vannamei)
sistem intensif di usaha mandiri Farm
Forlife Vannamei, sesuai dengan
prosedur yang ada.
1.2.2
Manfaat
KKB
Hasil dari
klinik kompetisi bidang ini adalah :
1. Praktik ini diharapkan
dapat menambah ilmu serta menambahkan wawasan di lapangan yang nyata.
2. Praktik ini diharapkan
dapat menjadi sebagai acuan dan sumber informasi kepada masyarakat mengenai
cara pembesaran udang vaname
(Litopenaeus vannamei) sistem intensif.
3. Serta dapat menjalin
hubungan kerja sama dengan instalasi pemerintah yang ada Aceh.
2
II. GAMBARAN UMUM
2.1
Sejarah dan perkembangan
Berdirinya Instansi
Usaha Mandiri
Farm Forlife Vannamei berdiri pada tanggal 17 Juli 2017 berbatasan langsung dengan garis tepi pantai dan tidak
ada hutan mangrove ( jalur hijau). Jarak pantai dengan petakan sekitar 100 m
sehingga memudahkan dalam proses mensuplai air laut ke bak penampungan dengan
memanfaatkan pasang surut dan kemudian air di sedot mengunakan pompa merek Subo. Sependapat dengan (Putri et al., 2020). yang menyatakan bahwa lokasi budidaya
yang berada dekat dengan pesisir pantai
berpotensi tinggi untuk
dikembangkan budidaya udang vannamei.
Akses transportasi menuju (Farm Forlife
Vannamei)
sangat mudah karena lokasi tambak dekat dengan
pemukiman penduduk dan pasar, sehingga transportasi menuju tambak lancar. Hal ini berpengaruh positif terhadap distribusi sarana dan
barang ke perusahaan tanpa ada hambatan. Pemasaran hasil produksi juga mudah
karena akses jalan dapat dilalui kendaraan roda empat untuk mengangkut hasil
panen seperti mobil barang.
Dimana nama
lain Farm Forlife Vananmei adalah Farm Mahyudin Dikarenakan masyarakt tau bawah
tambak budidaya udang vanamei tersebut. milik bapak Mahyuddin dan rekan bisnis
nya, supaya mudah diketahui oleh banyak orang nama tempat usaha budidaya udang
disebut dengan tambak Farm mahyuddin
2.2
Visi dan Misi Instansi
2.2.1
Visi
(Farm Forlife
Vannamei) Deah
Raya adalah sebagai berikut yaitu untuk tempat pengembangan dan pendampingan teknologi air payau dalam menunjang pembangunan perikanan
budidaya ramah lingkungan, berdaya saing, dan berkelanjutan.
2.2.2
Misi
1.
Menerapkan
teknologi budidaya air payau yang sederhana efesien.
2.
Meningkatkan
kualitas dan kapasitas sumberdaya manusia
3.
Meningkat pengembangan produksi pemasaran yang memadai
4.
Mendorong
berkembangnya usaha perikanan budidaya air payau yang berwawasan lingkungan dan
berkelajutan.
2.2.3
Bidang Kegiatan Instansi
Bidang
kegiatan di (Farm Forlife Vannamei) Syiah kuala berdasarkan, tentang stuktur organisasi dan tata kerja Farm Forlife Va terdiri dari Pemilik tambak, tekniksi, Asisten,
dan pekerja.
Gambar 1. Bidang kegiatan Instalasi
3
III. METODE PELAKSANAAN
3.1
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Kegiatan Klinik Kompetisi Bidang
(KKB) Tentang pembesaran udang yang di
laksanakan pada tanggal 28 Juni 2021 – 31 Juli 2021 yang bertempat di Lokasi (Farm Forlife Vannamei) Deah Raya, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh.
3.2
Alat dan Bahan
Peralatan yang
akan digunakan pada saat Praktek seperti pada dalam tabel 1 dibawah
ini.
Tabel 1. Alat yang akan digunakan selama praktek
No. |
Alat |
Kegunaan |
1. |
Peti panen |
penyimpan udang hasil panen |
2. |
Ember Plastik |
Mempermudah kegiatan harian tambak pada saat memberi pakan/tritmen |
3. |
Genset |
Sumber listrik utama |
4. |
Gunting |
Membuka sak pakan |
5. |
Pompa air |
Untuk mengedar atau mengalirkan air |
6. |
Serok Waring |
Membersikan kotoran dan mengambil
kotoran (kelekap) |
7. |
Timbangan |
Untuk menimbang pakan |
8. |
Timbangan digital |
Untuk menghitung sampling pertumbuhan
|
9. |
Keranjang |
Untuk
menampung udang yang sedang dipanen |
10. |
Jala |
Untuk
Sampling |
11. |
Thermometer |
Untuk
mengukur temperatur |
12. |
Refraktometer |
Untuk
mengukur salinitas |
13. |
pH meter |
Untuk
mengukur pH dan suhu air |
14. |
Water level |
Untuk
mengukur tinggi air |
15. |
Serchi disk |
Untuk
mengukur kecerahan |
16. |
Gayung |
Untuk
memberi pakan udang |
17. |
Kereta Sorong |
Memudahkan
saat membawa keranjang berisi udang ke penyortiran |
18. |
Kincir |
Penyuplai
oksigen |
19. |
Anco |
Untuk
pengoptimalan dalam pemberian pakan |
Bahan
yang digunakan selama Praktek dapat dilihat pada tabel 2 di
bawah ini:
Tabel 2. Bahan yang akan digunakan selama Praktek
No. |
Bahan |
Kegunaan |
1. |
Udang vanamei |
Biota yang dibudidayakan |
2. |
Air
laut |
Air
media |
3. |
Air Tawar |
Untuk
mencuci peralatan kerja, untuk dicampur kedalam adukan pakan |
4. |
Kapur |
Menaikan
pH air |
5. |
Saponin |
Membunuh
hewan berdarah dingin. |
6. |
Probiotik
|
Meningkatkan
fungsi pencernaan dan kekebalan tubuh |
7. |
Kaporit
|
Mensterilkan
wadah dan media |
8. |
Air
laut |
Air
media |
9. |
Pakan |
Nutrisi |
3.3
Prosedur Kegiatan KKB
Alur Diagram Prosedur
Kerja
Persipan Tambak |
a.
Pengeringan b.
Pemasangan kincir c. Tata letak
kincir |
Persipan Media |
1.
Pengisian Air
2. Sterilisasi 3. Pembentukan
Air |
Penebaran
Benur |
Manajemen
Pemberian Pakaan |
a.
Dosis pakan b. Campuran
Pakan c. Cara Pemberian |
Pengelelolaan Kualitas Air |
a. Pergantian Air b. Penyiponan b. Pembuangan Kelekap
(ganggang) c. Pengapuran d. Aplikasi Probiotik e. Kontrol
Pakan Ancho f. Sampling |
Pengukuran
Kualitas Air |
a.
Suhu b. Nilai pH c. Kecerahan d. Salinitas e.Alkalinitas |
Pengendalihan hama dan
Penyakit a. hama b. Penyakit >
Panen |
Gambar
2. Diagram alur prosedur kerja
3.3.1
Persiapan Tambak
a.
Pengeringan
Tambak
yang digunakan berbentuk persegi panjang. Sebelum digunakan tambak di keringkan
dengan cara mengeluarkan semua air melalui pintu pengeluaran (outlet)
yang teletak ditengah dasar tambak sampai keadaan tambak busmetik benar-benar kering,setelah itu tanah
dasar tambak di jemur selama 3-7 hari sampai keadaan tambak kering,hal ini
bertujuan agar tambak bebas dari hama pengganggu dan pemangsa.
b. Pemasangan
kincir
Pemasangan kincir berfungsi untuk
penyuplai oksigen ke dalam air dan penguapan gas beracun seperti amoniak, asam
sulfat dan mengumpulkan sisa makanan serta kotoran pada sutu titik.
c.
Tata Letak
Kincir
Tata letak kincir sangat mempengaruhi
dalam proses budidaya. Selain sebagai sumber utama penyuplai oksigen pada
kolam, kincir juga berfungsi bahwa kincir berfungsi untuk menyuplasi oksigen
dan mengurangi stratifikasi suhu sedangkan m membuat arus agar
memusat ke central drain sehingga memudahkan pembuangan bahan organik. Kincir yang digunakan dengan daya 1 HP. Yang mana kapasitas kincir 1 HP dapat mencover 500 kg
biomassa udang (Syah et al., 2017).
3.3.2
Persiapan media
Persiapan media adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan udang vaname untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi udang yang dimulai dari pengisian air, sterilisasi air kolam, pembentukan air.
1. Pengisian Air
Sumber air yang digunakan pada proses
pengisian air kolam pemeliharaan pada A1 –A4 berasal dari sumber air laut yang
di pompa menuju tandon dan diendapkan terlebih dahulu, yang kemudian
dialirkan melalui inlet. Mengunakan
pipa 4 inchi.
Setelah pengisian air, dilakukan sterilisasi dengan penebaran klorin 60% dengan dosis 30 mg/l Sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis organisme hidup seperti protozoa, bakteri dan virus yang berupa inang maupun carier dan predator agar tidak menggangu saat budidaya.
3. Pembentukan Air
Proses
pembentukan air dilakukan dengan cara aplikasi probitik kultur selama 24 jam. Pemberian probiotik kultur ini dimulai dari hari ke 3 setelah sterilisasi
air. Menurut (Pahlawi, 2019). penerapan bakteri probiotik sangat bermanfaat sebagai
komponen pakan, menekan populasi potogen, sebagai respon kekebalan, pertumbuhan
udang dan juga sebagai pengendalian penyakit dan memperlancar proses pencernaan
udang.
Pemberian probiotik
kultur dilakukan setiap hari sampai plankton benar-benar tumbuh yang dapat
diindikasi secara visual dengan melihat perubahan warna air, kecerahan dan
hasil analisa plankton pada kolam sampai target tercapai. Sesuai dengan (Hadi, 2018),
3.3.3
Penebaran Benur
Penebaran
benur udang vannamei dilakukan setelah plankton tumbuh baik.
Benur vannamei yang digunakan adalah Pl 9.
Kriteria benur udang vannamei yang baik adalah mencapai
ukuran Pl 8 keatas karena
sudah memiliki organ tubuh yang lengkap, ukuran relatif seragam, gerakan
lincah, warna tubuh benih dan usus terlihat jelas.
3.3.4
Manajemen Pemberian Pakan
Pakan
yang umum diberikan berupa pakan buatan dengan jenis fine-crumble sampai dengan
jenis pelet. Pemberian pakan dimulai sejak udang ditebar ketambak hingga
pemanenan hasil. Pengaturan dan pemberian pakan disesuaikan jumlah aktual benur
berdasarkan hasil pengamatan dan sampling dilapangan. Adapun program umum
standar pemberian pakan buatan (ukuran fine-crumble,crumble dan pelet) yang
sering diberikan pada kegiatan budidaya udang di tambak.
a) Dosis pakan
Dosis
pakan adalah faktor yang diperhitungkan dalam pengelolaan pakan karena memiliki
peranan penting dalam efektifitas penggunaan pakan (Sari
& Ikbal, 2020),
Teknik penentuan dosis pakan dibagi menjadi dua metode, yaitu blind feeding
dan sampling. Blind feeding.
b) Campuran Pakan
Campuran
pakan yang digunakan pada awal
pemeliharaan sampai panen dengan jenis yang berbeda seperti Vitamin c,
Omega, Mikro mineral, dan Bikli.
c) Cara pemberian pakan
Pada
saat
usia awal pemberian pakan disesuaiakan dengan nomor pakan
sesuai DOC dan MBW pakan sebelum ditebar harus dibahasi
air agar pemberian pakan merata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin. Setelah
pakan dibasahi secukupnya. Pakan ditebar mengelilingi area feeding tambak 1-2 m dari kaki tanggul tambak agar pakan
mudah dimakan oleh udang.
d) Kontrol Pakan di (Ancho)
Ancho
adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal jumlah
pakan, nafsu makan, ukuran udang, jumlah udang, kesehatan
udang, sehingga ancho harus bagus dan tempatnya yang datar.
e)
Sampling
Sampling udang merupakan kegiatan yang mutlak diperlukan
dalam suatu kegiatan usaha budidaya di tambak. Hal ini perlu menjadi perhatian,
mengingat bahwa salah satu karakteristik usaha budidaya udang adalah
bersifat ‘Unvisible object’,
yang berarti segala tingkah laku, kondisi dan pertumbuhan udang di dalam
petakan tambak tidak dapat diamati secara langsung karena terhalang oleh
perairan yang menjadi habitatnya.Berdasarkan karakteristik seperti inilah salah
satu alternatif kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi profil udang
di dalam tambak adalah dengan melalui kegiatan sampling digunakan
menggunakan jala.
3.3.5
Pengelolaan kualitas air
a)
Pergantian Air
Pergantian air doc
awal dilakukan
setiap 2 – 3 hari sekali dengan jumlah 10 – 20% dari total volume air media.
setelah
umur udang 30 hari setiap 6 hari sekali sebanyak 30%. Farchan (2006), bahwa pergantian
air yang baik sebanyak 10 % untuk memperbaiki kualitas air
tambak dan sesuai dengan pendapat (Adipu, 2019), bahwa pergantian air dilakukan karena plankton mulai mati
dan mengumpul pada pojok tambak.
b)
Penyiponan
Penyiponan awal dilakukan pada umur udang 10 hari.
Penyiponan dilakukan 1x sehari agar sisa- sisa pakan dan lumpur
tidak menumpuk di dasar tambak dan menjadi ammonia,
sesuai dengan (Saniswan, 2019) bahwa
penyiponan bertujuan untuk membuang endapan bahan organik di dasar tambak dan
menhindari udang terkena penyakit selama proses pemeliharaan.
setelah udang berumur 33 hari penyiponan dilakukan 2x sehari pagi dan sore
hari. Pendapat (Ghufron et
al., 2018) bahwa penyiponan dilakukan 3 kali sehari. Jika
kurangnya pergantian air dan penyiponan menyebabkan terjadinya penumpukan sisa
pakan dan feses di dasar perairan sehingga menyebabkan tingginya kadar ammonia.
c)
Pembuangan Kelekap (ganggang)
Pembuangan
klekap dilakukan setiap hari dimulai dari DOC 20 hari.
Pembuangan kelekap bertujuan untuk menghindari kotoran seperti plankton mati
dan Bakteri yang mati mengumpul pada pojok tambak
supaya tidak kembali mengendap ke dasar kolam yang akan terakumulasi menjadi
ammonia dan racun yang akan menurunkan kualitas perairan (Andayani,
2012).
d)
Aplikasi probiotik
Pengaplikasian
probiotik bertujuan untuk memperbaiki kualitas perairan pada petak
pemeliharaan., memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau perbaikan kualitas
lingkungan. Pengaplikasian probotik dilakukan dengan melihat kondisi perairan
pemeliharaan.
e)
Pengapuran
Pengapuran
dilakukan 2 kali seminggu dan pada saat
setelah hujan sejak DOC >30 hari. Jenis kapur yang digunakan adalah
kapur dolomit dan kapur pertanian (kaptan) dengan dosis 10 mg/l. Kapur digunakan untuk meningkatkan
kapasitas penyangga air.
3.3.6
Pengukuran Kualitas Air
a)
Suhu
Suhu air
memainkan peran yang sangat penting dalam mengatur aktivitas hewan yang
dibudidayakan., Suhu sangat
berpengaruh dalam proses budidaya udang karena suhu yang tinggi ikut
mempengaruhi nafsu makan udang.
b)
Nilai pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran
pH air pada kolam yaitu untuk mengetahui nilai pH air dan mengetahui kondisi
phytoplankton melalui aktivitas fotosintesis yang terjadi.
c)
Kecerahan
Kecerahan
merupakan ukuran transparansi air. Selain itu, kecerahan juga menjadi indikator
jumlah plankton yang tumbuh pada air media pemeliharaan karena tingkat
kecerahan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan plankton dan suspensi pada badan
air.
d)
Salinitas
Salinitas pada
air kolam dapat dipengaruhi oleh keadaan air sumber yang digunakan dan juga
dapat dipengaruhi oleh evaporasi air laut yang dapat membuat salinitas air
media pemeliharaan meningkat dan volume air berkurang. Salinitas berperan dalam
proses osmoregulasi udang dan juga proses molting.
e)
Alklinitas
Alkalinitas
berfungsi sebagai penyangga (buffer) suatu perairan untuk menetralisir asam
dengan menggunakan ion–ion karbonat dan bikarbonat.
Alkalinitas menjadi kunci penting dalam air karena kemampuannya untuk
mempertahankan tingkat pH dan alkalinitas air yang rendah menjadi penyangga
yang buruk terhadap perubahan pH.
3.3.7
Pengendalian
Hama Dan Penyakit
a) Hama
Menurut Kordi, M.G.H ( 2007), hama adalah segala hewan
(organisme) yang ada di dalam tambak selain yang dibudidayakan dan dianggap
merugikan. Hama dalam budidaya udang digolongkan menjadi 4 yaitu :
Ø Predator :
ikan, ular air, burung, kepiting
Ø Kompetitor :
cacing, siput, serangga, udang-udangan
Ø Perusak sarana :
kepiting
Ø Pencuri : manusia
b) Penyakit
Menurut
haliman R.W dan Adijaya D.S, (2005), penyakit dapat muncul dan menyerang udang
vannamei. Beberapa penyakit yang menyerang disebabkan oleh predator, parasit,
bakteri, jamur dan virus.
3.3.8
Pemanenan
Pemanenan udang
vanname di lokasi praktek dilakukan
secara parsial dan panen total. Panen parsial dilakukan mulai DOC
60 dan Panen total udang dilakukan setelah
kegiatan pemeliharaan selama 120 hari sesuai target pemilik.
Selama
pengangkutan udang di masukkan ke dalam blong yang berisi es.
4
IV.HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Persiapan Tambak
a. Pengeringan
Tambak
yang digunakan berbentuk persegi panjang. Sebelum digunakan tambak di keringkan
dengan cara mengeluarkan semua air melalui pintu pengeluaran (outlet)
yang teletak ditengah dasar tambak sampai keadaan tambak busmetik benar-benar kering,setelah itu tanah
dasar tambak di jemur selama 3-7 hari sampai keadaan tambak kering,hal ini
bertujuan agar tambak bebas dari hama pengganggu dan pemangsa. Dapat dilihat
pada gambar dibawah ini
Gambar
3.
Proses Pengeringan
b.
Pemasangan kincir
Pemasangan kincir berfungsi untuk
penyuplai oksigen ke dalam air dan penguapan gas beracun seperti amoniak, asam
sulfat dan mengumpulkan sisa makanan serta kotoran pada sutu titik.Pemasangan
kincir di lakukan setelah pemasukan air. Jumlah kincir yang di pasang dalam
setiap tambak ada 4 unit, arah kincir
yang harus di pasang searah, Hal
tersebut untuk mengupayakan arus air bisa mengelilingi tambak dan kotoran akan
berkumpul ketengah yang terdapat saluran pembuangan (sentral drain). Jenis
kincir yang di gunakan yaitu Futsu dan adapun metode pemasangan kincir yaitu :
Ø Pemasangan
sexi dan pelampung contohnya pematokan
Ø Pemasangan
gearbox
Ø Pemasangan
dynamo
Ø Pemasangan
as dan kipas kincir
Ø Pemasangan
kabel dari dinamo ke kontrektor yang dialiri arus listrik.
Gambar 4. Pemasangan kincir
c.
Tata Letak
Kincir
Tata letak
kincir sangat mempengaruhi dalam proses budidaya. Selain sebagai sumber utama
penyuplai oksigen pada kolam, kincir juga berfungsi bahwa kincir berfungsi
untuk menyuplasi oksigen dan mengurangi stratifikasi suhu sedangkan membuat
arus agar memusat ke central drain sehingga memudahkan pembuangan bahan
organik. Kincir yang digunakan
dengan daya 1 HP. Yang mana
kapasitas kincir 1 HP dapat mencover 500 kg biomassa udang (Syah et al., 2017).
Tata letak
kincir yang disetting pada A1, A2, A3 dan A4 yakni dengan luas masing masing kolam 1200 m2 adalah 4 unit yang sesuai
dengan acuan jumlah tebar. Setting tata letak kincir dilakukan sebelum proses
budidaya dengan pengaturan posisi yang dapat membuat lumpur mengumpul pada
central kolam. Untuk lebih jelasnya, posisi kincir disajikan pada gambar
dibawah ini
Gambar
5. Tata Letak Kincir
4.2
Persiapan
media
Persiapan
media adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemeliharaan udang vaname
untuk menciptakan lingkungan yang baik bagi udang yang dimulai dari pengisian
air, sterilisasi air kolam, pembentukan air.
1. Pengisian Air
Sumber air yang digunakan pada proses
pengisian air kolam pemeliharaan pada A1 –A4 berasal dari sumber air laut yang
di pompa menuju tandon dan diendapkan terlebih dahulu, yang kemudian
dialirkan melalui inlet. Mengunakan
pipa 4 inchi. Pengisian air dilakukan 10 hari sebelum penebaran benur. hal ini menyatakan bahwa
air yang digunakan untuk budidaya tidak boleh langsung digunakan terlebih dahulu yang bertujuan untuk penumbuhan
pakan alami. Pengisian air pada
kolam pemeliharaan sampai dengan ketinggian 100-120 cm. Pengisisan air dapat dilihat pada gambar dibawah ini
Gambar 6. Proses pemasukan air ke petakan pemeliharaan
2. Sterilisasi
Setelah pengisian air, dilakukan sterilisasi dengan
penebaran klorin 60% dengan dosis 30 mg/l Sterilisasi
adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis organisme hidup
seperti protozoa, bakteri dan virus yang berupa inang maupun carier dan predator agar tidak menggangu
saat budidaya. Didukung oleh ( Rahayu, 2010). menyatakan
sterilisasi bertujuan untuk membunuh segala jenis organisme yang
bersifat hama atau patogen yang dapat mengganggu dalam kegiatan budidaya.
Setelah dilakukan penebaran klorin lalu di diamkan semala 2 hari dan
selanjutnya dilakukan penyipoanan. Farchan (2006),
menambahkan bahwa proses netralisasi klorin selama 2 hari.
3. Pembentukan Air
Proses pembentukan air dilakukan dengan cara aplikasi probitik kultur selama 24 jam. Pemberian probiotik kultur ini dimulai dari hari ke 3 setelah sterilisasi
air. Menurut (Pahlawi, 2019). penerapan bakteri probiotik sangat bermanfaat sebagai
komponen pakan, menekan populasi potogen, sebagai respon kekebalan, pertumbuhan
udang dan juga sebagai pengendalian penyakit dan memperlancar proses pencernaan
udang. Menurut (Amin & Mansyur, 2017) Probiotik adalah bakteri menguntungkan yang sengaja
diaplikasikan ke dalam tambak . Pemberian probiotik di awal pemeliharaan
bertujuan untuk menyiapkan bakteri pengurai bahan-bahan organik, sehingga
ketika proses budidaya berlangsung ketersediaan bakteri di tambak telah
mencukupi (Rahayu, 2010)
Pemberian probiotik
kultur dilakukan setiap hari sampai plankton benar-benar tumbuh yang dapat
diindikasi secara visual dengan melihat perubahan warna air, kecerahan dan
hasil analisa plankton pada kolam sampai target tercapai. Sesuai dengan (Hadi, 2018), perlu dilakukan pengkayaan pakan alami untuk
meningkatkan pertumbuhan udang, memperbaiki kualitas air dan lingkungan. Menurut (Ihwan, 2019) yang terkandung dalam probiotik kultur ini yaitu baccilus
sp, Pseudomonas sp, Nitrosomonas sp, Nicrobacter sp dan
Thiobacillus sp berfungsi untuk
memperbaiki pH air, mengurangi NH3 dan NO2 di air dan dasar kolam, mengurangi
lumpur organik secara biologis, meningkatkan dominasi populasi bakteri dan
plankton yang menguntungkan serta bakteri bacillus sp untuk menekan
perkembangan bakteri Vibrio. bahwa
probiotik membantu sistem pencernaan, memperbaiki kualitas air peningkatan
resisten terhadap penyakit dan meningkatkan populasi bakteri
menguntungkan (Novitasari et al., 2017).
Tabel 3. Dosis dan
jumlah probiotik
No |
Nama Bahan |
Dosis |
Jumlah Pemberian |
1 |
Super NB |
0.11 ml/m3 |
125 ml |
2 |
Npk |
0.11 gr/m3 |
125 gram |
3 |
Susu |
0.06 gr/m3 |
75 gram |
3 |
Molase |
0.11 ml/m3 |
125 ml |
3 |
Air |
12.3 ml/m3 |
13.000 ml |
6 |
Soda |
0.02 gr/m3 |
25 gram |
4.3
Penebaran Benur
Penebaran benur udang vannamei dilakukan
setelah plankton tumbuh baik. Benur vannamei yang digunakan
adalah Pl 9. Kriteria benur udang vannamei yang
baik adalah mecapai ukuran Pl 8 keatas karena sudah
memiliki organ tubuh yang lengkap, ukuran relatif seragam, gerakan lincah,
warna tubuh benih dan usus terlihat
jelas.
Sebelum
benur ditebar, terlebih dahulu dilakukan perhitungan sampel minimal 2 kantong
untuk mengetahui berapa jumlah benur yang ada dalam sattu kantong. Kemudian
proses aklimatisasi terhadap suhu dengan cara mengapung kan kantong
plastik yang berisi benur ditambak perlahan-lahan. aklimatisasi terhadap
salinitas dilakukan dengan membuka kantong dan diberi air secukupnya lalu kantong plastik
di tutup dan bolak balikan kantong plastik lalu keluarkan isi plastik dengan
menarik kantong plastik. waktu penebaran pada saat suhu rendah seperti pada pagi hari
dan malam hari
penebaran yang dilakukan di tambak Farm Madyuddin Deah Raya ini yaitu pada malam hari jam 20..00 WIB.
Tabel 4.
Jumlah/Padat tebar benur
Tanggal
Tebar |
Petak |
Luas
kolam (M2) |
∑
Tebar (Ekor) |
Asal
Benur |
Lama
Aklimatisasi |
24 maret 2021 |
A1 |
1200 m2 |
200.000 |
PT.Surya windu pertiwi |
30-60 menit. |
A2 |
1200 m2 |
200.000 |
|||
A3 |
1200 m2 |
200.000 |
|||
A4 |
1200 m2 |
200.000 |
Gambar
7. Penebaran Benur
4.4
Manajemen Pemberian Pakan
Pakan yang umum diberikan berupa pakan buatan dengan
jenis fine-crumble sampai dengan jenis pelet. Pemberian pakan dimulai sejak
udang ditebar ketambak hingga pemanenan hasil. Pengaturan dan pemberian pakan
disesuaikan jumlah aktual benur berdasarkan hasil pengamatan dan sampling
dilapangan. Adapun program umum standar pemberian pakan buatan (ukuran
fine-crumble,crumble dan pelet) yang sering diberikan pada kegiatan budidaya
udang di tambak.
Tabel
5. Jadwal pemberian pakan
No |
Waktu |
Pukul |
1 |
Pagi |
08.00 |
2 |
Siang |
12.00 |
3 |
Sore |
16.00 |
4 |
Malam |
20.00 |
5 |
Malam |
23.00 |
Dosis pakan adalah faktor yang
diperhitungkan dalam pengelolaan pakan karena memiliki peranan penting dalam
efektifitas penggunaan pakan (Sari & Ikbal, 2020), Teknik penentuan dosis pakan dibagi menjadi dua metode,
yaitu blind feeding dan sampling. Blind feeding adalah metode
menentukan dosis pakan udang dengan memperkirakan dosis tanpa melakukan
sampling berat udang yang akan menjadi acuan total pakan selama 1 bulan (Rahayu, 2010). Sedangkan sampling dilakukan untuk mengetahui biomassa,
ABW,ADG udang yang dilakukan pada DOC 30 hari (Syaifullah, 2018) dengan frekuensi 7 hari sekali (Hakim et al., 2018) Sampling dilakukan Untuk mementukan dosis pakan selanjutnya.
Gambar 8.
Proses Pengadukan Pakan
Campuran pakan yang digunakan pada awal pemeliharaan berupa campuran minyak
esesnsial alami ( pond guard) yang terdiri dari minyak lavender, minyak kayu
putih dan minyak pinus. Pondguard sebagai immune modulator yang berfungsi
menjaga sistem imun udang agar tetap berfungsi normal.
pengunaan pondguard salah satu cara
untuk menanggulangi dampak AHPND pada budidaya udang. Pondguard dicampurkan pada pakan dari doc 1
sampai doc 9 dengan dosis 100 ml/kg
pakan. Campuran pakan selanjutnya diganti menjadi beberapa macam jenis,
campuran pakan disajikan pada tabel 6.
Tabel 6. Bahan dan dosis campuran pakan
No |
Nama Bahan |
Dosis |
Waktu Pemberian |
1 |
Vitamin c |
5 ml / kg pakan |
Pagi hari |
2 |
Omega |
5 ml / kg pakan |
Pagi, siang,sore |
3 |
Mikro mineral |
7.5 gr / kg
pakan |
Siang |
4 |
Biklin |
7.5 gr/ kg pakan
|
Sore |
Pada saat usia awal pemberian pakan disesuaiakan
dengan nomor pakan sesuai DOC dan MBW pakan sebelum ditebar harus dibahasi air agar pemberian pakan merata, cepat tenggelam, dan tidak berhaburan karena angin.
Setelah pakan dibasahi secukupnya. Pakan ditebar mengelilingi area feeding tambak 1-2 m dari kaki tanggul tambak agar pakan
mudah dimakan oleh udang.
Gambar 9. Proses Pemberian Pakan
4.5
Pengelolaan kualitas air
Pergantian
air doc awal dilakukan
setiap 2 – 3 hari sekali dengan jumlah 10 – 20% dari total volume air media. setelah umur udang 30 hari setiap 6 hari sekali sebanyak
30%. Farchan (2006), bahwa pergantian air yang baik sebanyak 10 % untuk
memperbaiki kualitas air
tambak dan sesuai dengan pendapat (Adipu, 2019), bahwa pergantian air dilakukan karena
plankton mulai mati dan mengumpul pada pojok tambak.
Penyiponan
awal dilakukan pada
umur udang 10 hari. Penyiponan dilakukan 1x
sehari agar sisa- sisa pakan
dan lumpur tidak menumpuk di dasar tambak dan menjadi ammonia, sesuai dengan (Saniswan, 2019) bahwa penyiponan
bertujuan untuk membuang endapan bahan organik di dasar tambak dan menhindari
udang terkena penyakit selama proses pemeliharaan. setelah udang berumur 33 hari penyiponan dilakukan 2x sehari pagi dan sore
hari. Pendapat
(Ghufron et al., 2018) bahwa
penyiponan dilakukan 3 kali sehari. Jika kurangnya pergantian air dan penyiponan menyebabkan terjadinya
penumpukan sisa pakan dan feses di dasar perairan sehingga menyebabkan
tingginya kadar ammonia.
c.
Pembuangan Kelekap (ganggang)
Pembuangan
klekap dilakukan setiap hari dimulai dari DOC 20 hari. Pembuangan kelekap bertujuan untuk menghindari kotoran seperti
plankton mati, Bakteri yang mati, dan sisa kotoran mengumpul pada pojok
tambak supaya tidak kembali
mengendap ke dasar kolam yang akan terakumulasi menjadi ammonia dan racun yang
akan menurunkan kualitas perairan (Andayani, 2012).
Gambar 10. Pembuangan kelekap
Pengaplikasian
probiotik bertujuan untuk memperbaiki kualitas perairan pada petak
pemeliharaan., memperkuat daya tahan tubuh udang dan atau perbaikan kualitas
lingkungan. Pengaplikasian probotik dilakukan dengan melihat kondisi perairan
pemeliharaan.
Probiotik yang digunakan selama
proses budidaya adalah probiotik kultur
yang setiap hari diberikan, pemberian NPk dengan dosis 0.25 gr/m³ per petak dan
Super NB dengan dosis 0.16 ml/m³ perpetak 2 hari sekali yang diberikan secara bergantian.
Menurut (Mustafa et al., 2016) NPK mengandung 2 jenis unsur hara makro yang tinngi yang
berupa phosphate 52% dan kalium 35%. Pengunaaan npk juga dapat meningkatkan
pertumbuhan plankton yang berjenis zooplankton pada kolam budidaya (Khalifa et al., 2017). Yang mana zooplnkton merupakan pakan alami bagi
udang terutama pada fase awal kehidupan (Amin & Mansyur, 2017).
e.
Pengapuran
Pengapuran dilakukan 2 kali
seminggu dan pada saat setelah hujan
sejak DOC >30 hari. Jenis kapur yang
digunakan adalah kapur dolomit dan kapur pertanian (kaptan) dengan dosis 10 mg/l. Kapur digunakan untuk
meningkatkan kapasitas penyangga air (Utojo et al., 2014) dan
menaikkan pH (Paena et al., 2016) Pemberian
kapur bisa secara bertahap, yaitu bila pH tanah kurang dari 7,5 atau terjadi
fluktuasi lebih dari 0,5 selama 24 jam yang cenderung disebabkan oleh
pengurangan alkalinitas (Mustafa et al., 2016), yang mana pemberian dolomid atau kapur CaMg
(CO3)2 berperan dalam mengaktifkan berbagai jenis enzim, membantu kebutuhan
kalsium (Ca), kabohidrat dan berbagai nutrisi lainnya dan berperan pada saat udang moulting.
(Yunus et al., 2020). Semakin singkat durasi
molting, maka semakin sering udang mengalami molting. Semakin sering udang
mengalami moulting, semakin sering udang berganti kulit, maka semakin besar
pertambahan panjang tubuh
udang (Lisnawati & Ridwan, 2019).
Gambar
11. Pengapuran
Ancho adalah alat komunikasi harian antara teknisi dengan udang dalam hal
jumlah pakan, nafsu makan, ukuran udang,jumlah udang,kesehatan udang, sehingga
ancho harus bagus dan tempatnya yang datar. Pada umur 30 hari pakan di ancho diberikan 0,6 % pada 4
ancho dan dikontrol 2,5 jam setelah
pemberian. Jika 4 acho habis maka pakan besok dinaikkan 1% - 2% dari pakan
hari ini. dan jika 3 ancho yang habis maka pakan tetap, jika 2 ancho tidak
habis maka dipotong 20-25%. Jika 3-4 ancho tidak habis maka dipotong 40-50%.
Gambar 12. Pengontrolan pakan di anco
g.
Sampling
Sampling udang merupakan kegiatan yang mutlak diperlukan dalam suatu
kegiatan usaha budidaya di tambak. Hal ini perlu menjadi perhatian, mengingat
bahwa salah satu karakteristik usaha budidaya udang adalah bersifat ‘Unvisible object’, yang berarti segala
tingkah laku, kondisi dan pertumbuhan udang di dalam petakan tambak tidak dapat
diamati secara langsung karena terhalang oleh perairan yang menjadi
habitatnya.Berdasarkan karakteristik seperti inilah salah satu alternatif
kegiatan yang dapat dilakukan untuk mengestimasi profil udang di dalam tambak adalah
dengan melalui kegiatan sampling.
Menurut Farchan (2006), sampling
atau monitoring pertumbuhan adalah pengamatan terhadap udang untuk mengetahui
pertumbuhannya dalam petakan tambak secara individu, populasi dan biomass yang
dilakukan secara periodik. Pengamatan dilakukan dengan pengambilan contoh
(sample), pemeriksaan udang di ancho (feeding try) dan sampling dengan
menggunakan jala. Kegiatan
sampling di Farm Mahyuddin Deah
Raya dilakukan pada saat udang DOC 35 hari
sehingga dapat terjerat dalam mata jala yang digunakan karena kegiatan sampling
ini menggunakan jala.
Proses kegiatan sampling jala
sebaiknya dilakukan sekitar 2,5 – 3 jam setelah pemberian pakan sehingga
pengambilan sampel udang akan lebih efektif karena udang masih menyebar di
sekitar daerah pakan sehingga masih dalam jangkauan jala sampling. Kegiatan
sampling ini dilaksanakan guna mengetahui populasi, survival rate (tingkat kehidupan) serta biomassa (jumlah berat total) udang. Cara perhitungan sampling kita harus mengetahui luas tambak, jumlah tebar,
luas jala, rata-rata bukaan jala, rata-rata udang di tiap titik samping, berat
rata-rata, dosis pakan. Perhitungan populasi, survival rate serta biomassa
dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut :
Populasi = Rata-rata per
meter x luas tambak
Survival Rate = Populasi/ jumlah
tebar x 100 %
Biomassa =
Rata-rata berat udang x Populasi sekarang
Gambar 13. Proses
sampling
4.6
Pengukuran
Kuliatas Air
Parameter kualitas air yang diamati
dan dikontrol di Farm Forlife Vannamei berupa Suhu, pH, Kecerahan, Salinitas, Alkalinitas. Pengukuran
dilakukan setiap pagi hari (Pukul 06.30 WIB) dan sore hari ( Pukul 18.00). menurut
(Ty & Utomo, 2019) parameter yang paling
penting yang menyebabkan kematian udang adalah salinitas, pH dan suhu oleh
sebab itu harus dipantau setiap hari.
Suhu sangat berpengaruh dalam proses
budidaya udang karena suhu yang tinggi ikut mempengaruhi nafsu makan udang.
Nilai suhu pada saat proses
pemeliharaan masih dalam kisaran optimanal Kisaran suhu pagi 26-27ºC dan sore
29ºC . menyatakan bahwa suhu yang
optimal berkisar 24-34 ºC. Dikarnakan suhu air yang tinggi menyebabkan oksigen dalam air menguap (Andi Sahrijana & Early Septiningsih, 2017), akibatnya larva udang akan kekurangan oksigen (Adipu, 2019). Dan suhu air
rendah akan menyebabkan nafsu makan udang berkurang, hal ini yang menyatakan jika
suhu air kurang dari 24ºC sebaiknya dilakukan pengecekan nafsu makan dengan
menggunakan kontrol anco.
b.
Nilai pH (Derajat Keasaman)
Pengukuran pH air pada
kolam yaitu untuk mengetahui nilai pH air dan mengetahui kondisi phytoplankton
melalui aktivitas fotosintesis yang terjadi.
Nilai pH selama proses pemeliharan
masih optimal pagi 7.7dan sore 8.0-8.1. Menurut (Multazam & Hasanuddin, 2017) Besarnya pH air
yang optimal untuk
kehidupan udang adalah 7,5- 8,5
(netral). pH air yang rendah akan berakibat pada kematian udang sedangkan pH
air yang terlalu basa dapat menyebabkan laju pertumbuhan udang terhambat (Salam et al., 2019).
Kecerahan
merupakan ukuran transparansi air. Selain itu, kecerahan juga menjadi indikator
jumlah plankton yang tumbuh pada air media pemeliharaan karena tingkat
kecerahan dapat dipengaruhi oleh pertumbuhan plankton dan suspensi pada badan
air
Nilai kecerahan pada proses
pemelirahaan pagi berkisar 30 cm dan sore 40 cm.
menambahkan bahwa kecerahan <20 cm mengindikasikan kepadatan fitoplankton
sudah mencapai tingkatan yang berbahaya bagi biota budidaya dan Kecerahan
rendah dapat menyebabkan penurunan kelarutan oksigen di dalam tambak.
Salinitas
pada air kolam dapat dipengaruhi oleh keadaan air sumber yang digunakan dan
juga dapat dipengaruhi oleh evaporasi air laut yang dapat membuat salinitas air
media pemeliharaan meningkat dan volume air berkurang. Salinitas berperan dalam
proses osmoregulasi udang dan juga proses molting. Pengukuran
salinitas dilakukan seminggu sekali. Nilai salinitas selama proses pemeliharaan berkisar 30-36
ppt. (Amrillah et al., 2015), kisaran optimalnya yaitu 15-25 ppt atau 30-45 ppt
Alkalinitas
berfungsi sebagai penyangga (buffer) suatu perairan untuk menetralisir asam
dengan menggunakan ion–ion karbonat dan bikarbonat. Alkalinitas menjadi kunci penting dalam air karena
kemampuannya untuk mempertahankan tingkat pH dan alkalinitas air yang rendah
menjadi penyangga yang buruk terhadap perubahan pH.
Nilai
alkalinitas selama proses
pemeliharan masih optimal berkisar
92-120 Hari. Didukung oleh (Ariadi & Wafi, 2020), Nilai optimal untuk alkalinitas adalah 90-150 mg/L atau
80-120 mg/L. Alkalinitas berperan dalam meningkatkan produktivitas fitoplankton,
Semakin tinggi kandungan alkalinitas semakin tinggi pula produktivitas
fitoplankton (Supono, 2015).
4.7
Pengendalian
Hama Dan Penyakit
Menurut Kordi, M.G.H ( 2007), hama adalah segala hewan (organisme) yang ada
di dalam tambak selain yang dibudidayakan dan dianggap merugikan. Hama dalam
budidaya udang digolongkan menjadi 4 yaitu :
Ø
Predator
: ikan, ular air, burung,
kepiting
Ø
Kompetitor
: cacing, siput, serangga,
udang-udangan
Ø
Perusak
sarana : kepiting
Ø
Pencuri
: manusia
Hama adalah hewan yang dapat
mengganggu budidaya air payau atau pun air tawar. Hama yang terdapat ditambak
Farm Mahyuddin berupa trisipan,dan lumut. Cara penanggulannya dilakukan
saponin.
Gambar 14. Pagar Biosecurity
Menurut haliman R.W dan Adijaya D.S, (2005), penyakit dapat muncul dan
menyerang udang vannamei. Beberapa penyakit yang menyerang disebabkan oleh
predator, parasit, bakteri, jamur dan virus.
Penyakit
udang merupakan faktor utama yang menggagalkan hasil budidaya. Salah satu penyebab gagalnya budidaya udang
dunia adalah wabah penyakit. Penyakit mudah timbul karena ketidak seimbangan
antara udang, lingkungan dan patogen. Banyak
sumber penyakit dan penyebaran cepat (mobilitas udang tinggi) diagnosis serta
pengendalian kurang cepat dan tepat. Salah satu virus spesifik yang menyerang udang adalah Taura SyndromVirus
(TSV), White Spot Syndrome Virus (WSSV), Infectionus Hypodermal Haematopoetic
Necrosis Virus (IHHNV).
4.8
Pemanenan
Pemanenan
udang vanname di lokasi praktek
dilakukan secara parsial dan panen total. Panen parsial dilakukan mulai DOC 60 dan Panen total udang dilakukan setelah
kegiatan pemeliharaan selama 120 hari sesuai target pemilik.
Selama
pengangkutan udang di masukkan ke dalam blong yang berisi es. Penanganan udang
pasca panen dilakukan dengan cara mencuci udang dengan air tawar terlebih
dahulu untuk menghilangkan kotoran atau lumpur yang menempel pada udang.
Kemudian dilakukan penyotiran dan udang yang sudah sesuai kriteria langsung
ditimbang dan dicuci kembali dengan air tawar dingin. Setelah dilakukan panen
selanjutnya dilakukan penanganan pasca panen yang meliputi menimbang dan
mengangkut. Selanjutnya udang dimasukan ke dalam cool box yang
diletakkan pada mobil truk pengangkutan. Untuk menjaga udang agar tetap dalam
kondisi segar, maka pada cool box udang diberi es secara berlapis. udang tidak
mengalami rigor mortis, mencegah penurunan kualitas udang dan untuk menjaga
kesegaran udang.
Gambar
15.
Panen
Adapun alat-alat yang di gunakan pada saat
panen yaitu sebagai berikut:
Table 7 Alat yang digunakan saat Panen
ALAT |
KEGUNAAN |
Jaring pukat |
Untuk
menangkap udang pada saat panen |
Keranjang |
Untuk menampung udang yang sedang dipanen |
Jaring/Cro |
Untuk menghubungkan pipa panen dengan keranjang |
Kereta Sorong |
Untuk membawa keranjang yang berisi udang ke tempat penyortiran |
Meja sortir |
Untuk menyortir udang yang akan diambil sesuai ukuran |
Timbangan |
Menimbang berat udang yang telah disortir |
Fiber |
Menampung udang yang telah selesai ditimbang |
5
V. PENUTUP
5.1
Kesimpulan
1.
Persiapan lahan sangat
penting dan harus diperhatikan, karena berhasilnya budidaya yang kita lakukan
tergantung pada persiapan lahan yang kita lakukan.
2.
Pada masa pemeliharaan
pakan yang diberikan di campur dengan beberapa bahan probiotik seperti Super Ps, Super Nb, biklin, latibon dan vitamin c. manfaat dari
pemberian probiotik ini yaitu salah satunya adalah menambah nafsu makan dan
penambah daya tahan tubuhbpada udang, dan untuk mengurangi bahan organik.
3.
Masih
banyak terdapat hama pengganggu seperti,
trisipan dan lumut.
4.
Biosecurity pada masa
pemeliharaan sangat berpengaruh terhadap berjalannya proses budidaya udang.
5.2
Saran
1.
Sebaiknya biosecurity
perlu diperhatikan dengan baik sebagai upaya untuk mencegah masuknya hama dan
penyakit.
2.
Kegiatan
KKB ini sebaiknya dilaksanakan lebih kuran 1 siklus agar mendapat atau
menguasai semua langkah-langkah pada budidaya udang vaname di tambak Farm
Forlife Vaname.
6
DAFTAR PUSTAKA
Adipu, Y. (2019). Profil Kualitas Air
Pada Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei) Sistem Bioflok Dengan Sumber Karbohidrat Gula Aren Jurnal MIPA,
8(3), 122–125.
Amin, M., & Mansyur, A. (2017). Pertumbuhan
Plankton Pada Aplikasi Probiotik Dalam Pemeliharaan Udang Windu (Penaeus monodon Fabricius) Di Bak
Terkontrol. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur, 0(0), 261–268.
Amrillah, A. M., Widyarti, S., &
Kilawati, Y. (2015). Dampak stres salinitas terhadap prevalensi White Spot
Syndrome Virus (WSSV) dan survival rate udang vannamei (Litopenaeus vannamei) pada kondisi terkontrol.
Andayani, S. (2012). Pengaruh
Kelimpahan Klekap di Tambak Tradisional terhadap Pertumbuhan Ikan Bandeng dan
Udang Windu. Berkala Penelitian Hayati, 17(2), 159–163.
Ariadi, H., & Wafi, A. (2020).
Water Quality Relationship with FCR Value in Intensive Shrimp Culture of
Vannamei (Litopenaeus vannamei).
Samakia: Jurnal Ilmu Perikanan, 11(1), 44–50.
Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B.,
& Haeruddin, (2019b). Studi Kelayakan Budidaya Tambak Di Lahan Pesisir
Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191.
Choeronawati, A. I., Prayitno, S. B.,
& Haeruddin. (2019a). Studi Kelayakan Budidaya Tambak Di Lahan Pesisir
Kabupaten Purworejo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), 191–204.
Farchan, M. 2006. Teknik Budidaya Udang
Vaname. BAPPL Sekolah Tinggi Perikanan, Serang
Ghufron, M., Lamid, M., Sari, P. D. W.,
& Suprapto, H. (2018). Teknik pembesaran udang vaname (Litopenaeus
vannamei) pada tambak pendampingan pt central proteina prima tbk di desa
randutatah, kecamatan paiton, probolinggo, jawa timur. Journal of Aquaculture
and Fish Health, 7(2), 70–77.
Hakim, L., Supono, S., Adiputra, Y. T.,
& Waluyo, S. (2018). Performa Budidaya Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)
Semi Intensif di Desa Purworejo Kecamatan Pasir Sakti Kabupaten Lampung Timur.
Jurnal Rekayasa Teknologi Dan Budidaya Perairan, 6(2), 691–698.
Haliman. R. W, Adijaya S. D, 2005.
Udang Vannamei. Penebar Swadaya: Depok
Ihwan, I. (2019). Studi Tentang
Aplikasi Beberapa Kombinasi Jenis Bakteri Probiotik Pada Tambak Pembesaran
Udang Windu (Penaeus monodon Fab.) DI BRPBAP, MAROS. Agrominansia, 4(1), 25–32.
Ihwani, M. (2017). Pengaruh Frekuensi
Pemberian Pakan Yang Berbeda Terhadap Pertumbuhan Tokolan Udang Vaname
(Litopenaeus Vannamei) Di Keramba Jaring Apung (KJA) [PhD Thesis]. Universitas
Brawijaya.
Kalifa, M. A., Silvia, H., &
Dindin, U. (2017). Zooplankton Abundance with NPK Fertilization. Jurnal
Perikanan Dan Kelautan, 7(2), 191–198.
Khatimah, K. (2019). Analisis Kelayakan
Finansial Budidaya Udang Vannamei di Desa Parangtritis, DIY. Jurnal Ekonomi
Pertanian Dan Agribisnis, 3(1), 21–32.
Lisnawati, L., & Ridwan, A. (2019).
Potensi Ekstrak Bayam Merah (Amaranthus tricolor) Dalam Mempersingkat Durasi
Molting Udang Vannamei (Litopenaeus
van-namei) Dengan metode Dipping. Bachelor Thesis. Institut Teknologi
Bandung.
Makmur, Suwoyo, H. S., Fahrur, M.,
& Syah, R. (2018). Pengaruh Jumlah Titik Aerasi Pada Budidaya Udang Vaname,
Litopenaeus vannamei. Jurnal Ilmu Dan
Teknologi Kelautan Tropis, 10(3), 727–738.
Multazam, A. E., & Hasanuddin, Z.
B. (2017). Sistem Monitoring Kualitas Air Tambak Udang Vaname. Jurnal It, 8(2),
118–125.
MURNI, P. A. (2019). Kajian Perubahan
Pola Budidaya Dan Manajemen Tambak Di Aceh. Etd Unsyiah.
NOVIKA, V. (2019). Efisiensi Penggunaan
Faktor-Faktor Produksi Pada Usaha Pembesaran Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) [Sarjana,
Universitas Siliwangi].
Novitasari, A., Iskandar, R., Elvazia,
H., Harpeni, E., Tarsim, T., & Wardiyanto, W. (2017). Efektivitas Pemberian
Bacillus sp. D2. 2 pada Media Teknis Molase terhadap Kualitas Air dan Performa
Pertumbuhan Udang Vaname (Litopenaeus
vannamei). Biospecies, 10(2), 50–59.
Paena, M., Sapo, I., Mustafa, A., & Rachmansyah, R.
(2016). Hubungan Beberapa Faktor Teknis Dengan Produktivitas Tambak Intensif Di
Lampung Selatan. Jurnal Riset Akuakultur, 4(2), 267–275.
Purnamasari, I., Purnama, D., & Utami, M. A. F. (2017). Pertumbuhan
Udang Vaname (Litopenaeus Vannamei)
Di Tambak Intensif. Jurnal Enggano, 2(1), 58–67.
Putri, D. S., Affandi, M. I., &
Sayekti, W. D. (2020). Analisis Kinerja Usaha dan Risiko Petambak Udang Vaname
Pada Sistem Tradisional dan Sistem Semi Intensif di Kecamatan Labuhan Maringgai
Kabupaten Lampung Timur. JIIA (Jurnal Ilmu-Ilmu Agribisnis), 8(4), 625–632.
Rahayu, S. A. (2010). Pengaruh
penggunaan tepung limbah udang dalam ransum terhadap performan produksi itik
petelur.
Salam, N. L., Bangsawang, H., Zulita,
D., & Anwar, A. (2019). Evaluasi Kualitas Air, Sintasan Dan Pertumbuhan
Udang Vannamei Litopenaeus Vannamei
Dengan Aplikasi Tepung Limbah Sayur Terfermentasi Cairan Rumen. Jurnal Ilmiah
Ecosystem, 19(2), 168–176.
Saniswan, Y. (2019). Pengaruh
Penggunaan Sistem Bioremediasi Dengan Penambahan Probiotik Pada Media
Pemeliharaan Terhadap Pertumbuhan Benih Ikan Mas (Cyprinus Carpio) [Phd
Thesis]. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan.
Sari, N. I., & Ikbal, M. (2020).
Frekuensi Pemberian Pakan Alami Jenis Chaetoceros Sp yang dipupuk Cairan Rumen
Terhadap Perkembangan Sintasan Larva Udang Vannamei (Litopenaeus Vannamei) Stadia Zoea Sampai Mysis. OCTOPUS: Jurnal
Ilmu Perikanan, 9(1), 1–9.
Supono, S. (2015). Studi Keragaan Udang
Windu (Penaeusmonodon) Dan Udang
Putih (Litopenaeusvannamei) Yang
Dipelihara Pada Tambak Semi Plastik.
Syah, R., Makmur, M., & Fahrur, M. (2017). Budidaya
Udang Vaname Dengan Padat Penebaran Tinggi. Media Akuakultur, 12(1), 19–26.
SYAIFULLAH, M. I. (2018). Manajemen
Budidaya Udang Vannamei (Litopenaeus
vannamei) Pada Kolam Beton Di Tambak Udang Intensif PT. Surya Windu
Kartika, Kecamatan Rogojampi, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Ty, A. G., & Utomo, P. (2019).
Pengembangan Prototype Sistem Kendali Kualitas Air Tambak Udang. Elinvo
(Electronics, Informatics, and Vocational Education), 4(1), 75–82.
Utojo, U., Tompo, A., & Suhaimi, R.
A. (2014). Kesesuaian Lahan dan Revitalisasi Tambak Budidaya Udang Di Kawasan
Industrialisasi Kabupaten Probolinggo Provinsi Jawa Timur. Jurnal Riset
Akuakultur, 9(3), 501–513.
Yunus, R., Haris, A., & Hamsah, H.
(2020). Pengaruh Penambahan Kapur Dolomite Dan Kapur Tohor Dalam Media
Pemeliharaan Terhadap Moulting, Pertumbuhan Dan Sintasan Udang Vaname. Octopus:
Jurnal Ilmu Perikanan, 9(1), 39–47.