Saturday, 9 May 2020

MAKALAH BATU SALURAN KEMIH


BATU SALURAN KEMIH

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya. Sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul  pada Mata Kuliah Askep Sistem Perkemihan Kami telah menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya dan semaksimal mungkin. Namun tentunya sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Harapan kami, semoga bisa menjadi koreksi di masa mendatang agar lebih baik lagi dari sebelumnya.
Tak lupa ucapan terima kasih kami sampaikan kepada Dosen Pembimbing atas bimbingan, dorongan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami. Sehingga kami dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya dan insya Allah sesuai yang kami harapkan. Dan kami ucapkan terimakasih pula kepada rekan-rekan dan semua pihak yang terkait dalam penyusunan makalah ini.
Mudah-mudahan makalah ini bisa memberikan sumbang pemikiran sekaligus pengetahuan bagi kita semuanya. Amin.


Aceh Besar,    November 2019

Penyusun


DAFTAR ISI



KATA PENGANTAR................................................................................................... i
DAFTAR ISI............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN............................................................................................. 1
A.      Latar Belakang.................................................................................... 1
B.      Rumusan Masalah.............................................................................. 1
C.      Tujuan Penulisan................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................. 2
A.     Anatomi Sistem Perkemihan................................................................ ....... 2
B.     Asuhan Keperawatan Kolik Renal......................................................... ....... 3
C.     Konsep Keperawatan............................................................................ ..... 13
D.     Diagnosa dan Perencanaan.................................................................. ..... 14
E.      Pengkajian Sekunder ........................................................................... ..... 15

BAB III PENUTUP................................................................................................... 26
A.      Kesimpulan....................................................................................... 26
B.      Saran................................................................................................. 27

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................. 28


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk yang komplek yang terdiri dari aspek bio, psikososial dan spriritual yang mempunyai kebutuhan dasar yang sama dalam rangka kelangsungan kehidupannya. Pemenuhan klebutuhan dasar ini akan berjalan dengan normal, jika sistem tubuh mampu meregulasi mekanisme  keseimbangan yang sudah diatur sedemikian kompleks sehingga seseorang terhindar dari gangguan. Akan tetapi mekanisme tersebut kadang mengalami kegagalan dan akhirnya akan memberikan dampak bagi tubuh seseorang.Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam velvis renal (ujung ureter yang berpangkal di ginjal), sedangkan urolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam sistem urinarius. Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik.
Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang. Faktor- faktor tersebut antara lain :Herediter (keturunan), Umur, Jenis Kelamin. Manifestasi klinisnya, jika batu menyebabkan obstruksi akan menyebabkan terjadinya retensio urine. penatalaksanaan bagi penderita urolitiasis dan nefrolitiasis ini dengan pengurangan nyeri, pengangkatan batu, terapi nutrisi dan medikasi.

B.     Rumusan Masalah
       1.      Apa pengertian dari nefrolitiasis ?
       2.      Apa saja penyebab penyakit nefrolitiasis ?
        3.      Bagaimana patofisiologi nefrolitiasis ?
        4.      Bagaimana tanda dan gejalanya ?
        5.      Apa saja komplikasi yang dapat terjadi ?
        6.      Pemeriksaan penunjang apa saja yang dapat dilakukan ?
        7.      Bagaimana pengkajian untuk penderita nefrolitiasis ?
        8.      Apa saja diagnosa yang dapat tejadi ?
        9.      Bagaimana intervensi untuk penderita nefrolitiasis ?

C.    Tujuan Penulisan
1.      Tujuan Umum
Untuk mendapatkan pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan asuhan keperawatan secara langsung dan komprehensif yang meliputi aspek bio, psiko, sosial dan spiritual dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan pada klien dengan gangguan perkemihan Nefrolitiasis.
2.      Tujuan Khusus
a.       Untuk  mampu memahami pengertian Nefrolitiasis.
b.      Untuk mampu memahami penyebab dan tanda gejala nefrolitiasis.
c.       Untuk  mampu memahami pengkajian pada penderita nefrolitiasis.
d.      Untuk  mampu memahami diagnosa keperawatan yang terjadi pada penderita nefrolitiasis.
e.       Untuk mampu menyusun intervensi pada nefrolitiasiss.


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Definisi
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk di dalam saluran kemih mulai dari ginjal ke kandung kemih oleh kristalisasi dari substansi eksresi di dalam urin. sebanyak 60% kandungan batu ginjal terdiri dari kalsium oksolat, asam urat,magnesium,ammonium,dan fosfat atau  gelembung asam amino. Ukuran batu tersebut bervariasi dari yang granular (pasir dan krikil) sampai sebesar buah jeruk. Batu sebesar krikil biasanya dikeluarkan secara spontan.

B.     Etiologi
Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang Faktor- faktor tersebut antara lain :
1.      Hyperkalemia dan hiper kalsiuria disebabkan oleh hiperparatiroid isme,asidosis tubulus ginjal,serta kelebihan asupan vitamin D,susu,dan alkali.
2.      Lamanya Kristal terbentuk di dalam urine,diprngaruhi mobilisasi rutin.
3.      Gangguan reabsorpsi ginjal dan gangguan aliran urine.
4.      Pelepasan ADH yang menurun dan peningkatan kosenterasi, kelarutan dan PH urine.
5.      Infeksi saluran kemih.
6.      Diet tinggi purin
7.      Dehidrasi kronik,asupan cairan yang buruk
8.      Idiopatik
9.      Kelebihan absorpsi oksalat pada penyakit inflamasi usus dan reseksi ileostomy
10.  Tingal di daerah beriklim panas dan lembab.
C.    Patofisiologi
Ada beberapa teori tentang terbentuknya Batu saluran kemih adalah:
1.      Teori nukleasi: Batu terbentuk di dalam urine karena adanya inti batu atau sabuk batu (nukleus). Partikel-partikel yang berada dalam larutan kelewat jenuh akan mengendap di dalam nukleus itu sehingga akhirnya membentuk batu. Inti bantu dapat berupa kristal atau benda asing saluran kemih.
2.      Teori matriks: Matriks organik terdiri atas serum/protein urine (albumin, globulin dan mukoprotein) sebagai kerangka tempat mengendapnya kristal-kristal batu.
3.      Penghambat kristalisasi: Urine orang normal mengandung zat penghambat pembentuk kristal yakni magnesium, sitrat, pirofosfat, mukoprotein dan beberapa peptida. Jika kadar salah satu atau beberapa zat ini berkurang akan memudahkan terbentuknya batu dalam saluran kemih.Batu saluran kemih dapat menimbulkan penyulit berupa obstruksi dan infeksi saluran kemih. Manifestasi obstruksi pada saluran kemih bagian bawah adalah retensi urine atau keluhan miksi yang lain sedangkan pada batu saluran kemih bagian atas dapat menyebabkan hidroureter atau hidrinefrosis. Batu yang dibiarkan di dalam saluran kemih dapat menimbulkan infeksi, abses ginjal, pionefrosis, urosepsis dan kerusakan ginjal permanen (gagal ginjal).

D.    Manifestasi klinik
Manifestasi klinisnyaadanya batu dalam traktus urinarius menurut Smeltzer (2001) bergantung pada adanya obstruksi, infeksi, edema, antara lain:
1.      Ketika menghambat aliran urin, terjadi obstruksi menyebabkan peningkatan hidrostatik da distensi piala ginjal serta ureter proksimal.
2.      Infeksi (pielonetritis dan sistinis yang disertai menggigil, demam dan disuria).
3.      Batu dipiala ginjal mungkin berkaitan dengan sakit yang dalam dan terus-menerus di area koskovertebral.
4.       Nyeri bertahap biasanya pada pinggang.
5.      Nyeri yang berpindah kebawah (panggul, testis/vulva)
6.      Hematuria.
7.      Mual dan muntah sebagai akibat dari adanya gejala gastrointestinal.

E.     Komplikasi
Menurut guyton, 1993 adalah :
1.        Gagal ginjal
Terjadinya karena kerusakan neuron yang lebih lanjut dan pembuluh darah yang disebut kompresi batu pada membrane ginjal oleh karena suplai oksigen terhambat. Hal ini menyebabkan iskemis ginjal dan jika dibiarkan menyebabkan gagal ginjal
2.        Infeksi
Dalam aliran urin yang statis merupakan tempat yang baik untuk perkembangbiakan microorganisme. Sehingga akan menyebabkan infeksi pada peritoneal.

3.        Hidronefrosis
Oleh karena aliran urin terhambat menyebabkan urin tertahan dan menumpuk diginjal dan lam-kelamaan ginjal akan membesar karena penumpukan urin
4.           Avaskuler ischemia
Terjadi karena aliran darah ke dalam jaringan berkurang sehingga terjadi kematian jaringan.

F.     Pemeriksaan penunjang
1.                  Pemeriksaan Penunjang
a.        Urinalisa :
warna : normal kekuning-kuningan, abnormal merah menunjukkan hematuri (kemungkinan obstruksi urine, kalkulus renalis, tumor,kegagalan ginjal).
pH      : normal 4,6 – 6,8 (rata-rata 6,0), asam (meningkatkan sistin dan batu asam urat), alkali (meningkatkan magnesium, fosfat amonium, atau batu kalsium fosfat), Urine 24 jam : Kreatinin, asam urat, kalsium, fosfat, oksalat, atau sistin mungkin meningkat, kultur urine menunjukkan Infeksi Saluran Kencing , BUN hasil normal 5 – 20 mg/dl tujuan untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. BUN menjelaskan secara kasar perkiraan Glomerular Filtration Rate. BUN dapat dipengaruhi oleh diet tinggi protein, darah dalam saluran pencernaan  status katabolik (cedera, infeksi). Kreatinin serum hasil normal laki-laki 0,85 sampai 15mg/dl perempuan  0,70 sampai 1,25 mg/dl tujuannya untuk memperlihatkan kemampuan ginjal untuk mengekskresi sisa yang bemitrogen. Abnormal (tinggi pada serum/rendah pada urine) sekunder terhadap tingginya batu obstruktif pada ginjal menyebabkan iskemia/nekrosis.
b.        Darah lengkap :
 hemoglobin (Hb), Hematokrit (Ht), abnormal bila pasien dehidrasi berat atau polisitemia.
c.         Hormon Paratyroid
Hormon Paratyroid mungkin meningkat bila ada gagal ginjal (PTH merangsang reabsorbsi) kalsium dari tulang, meningkatkan sirkulasi serum dan kalsium urine.
d.        Foto Rontgen  :
menunjukkan adanya calculi atau perubahan anatomik pada area ginjal dan sepanjang uriter.
e.        IVP :  
Memberikan konfirmasi cepat urolithiasis seperti penyebab nyeri abdominal atau panggul. Menunjukkan abnormalitas pada struktur anatomik (distensi ureter).
f.         Sistoureteroskopi:
Visualisasi kandung kemih dan ureter dapat menunjukkan batu atau efek ebstruksi.

g.         USG Ginjal :
                        Untuk menentukan perubahan obstruksi dan lokasi batu.

G.    Penatalaksanaan
Karena batu ginjal meningkatkan resiko infeksi, sepsis dan obstruksi urinarius pasien di instruksikan melaporkan penurunan volume urin dan adanya urin yang keruh atau mengandung darah.
Keluar urin total dan pola berkemih diperiksa.
a.       Meningkatkan pemasukan cairan di lakukan untuk mencegah dehidrasi dan meningkatkan tekanan hidrostaltik dalam traktus urinasius untuk mendorong pasase batu.
b.      Ambulasi didorong sebagai suatu cara untuk menggeser batu dari taktus urinarius.
c.       Tanda-tanda vital pasien mencakup suhu dipantau untuk mendeteksi tanda-tanda dini adanya infeksi.
d.      Segera melaporkan bila ada rasa nyeri.
e.       Analgesik diberikan sesuai resep untuk mengurangi nyeri.
f.       Melakukan pembedahan untuk pengambilan batu ginjal.   









BAB II
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A.      Pengkajian
1.                  Dasar data pengkajian pasien
a.       Anamnesis
Meliputi keluhan utama, keluhan tambahan, riwayat penyakit masa  lalu, riwayat penyakit Keluarga.
b.      Aktifitas / Istirahat.
c.       Riwayat :
pekerjaan, dehidrasi, infeksi, imobilisasi
d.      Eliminasi
e.       Mual dan muntah
f.       Makan dan Minum
g.      Nyeri / rasa tidak nyaman
h.      Keluhan nyeri
Keluhan nyeri harus dikejar mengenai onset kejadian, karakteristik nyeri, penyebaran nyeri, skala nyeri, aktivitas yang dapat membuat bertambahnya nyeri ataupun berkurangnya nyeri, riwayat muntah, gross hematuria, dan riwayat nyeri yang sama sebelumnya. Apakah nyeri sampai menimbulkan kokik atau tidak.
i.        adanya riwayat mengkonsumsi obat-obatan.
j.        Respon emosi : cemas
k.      Pengetahuan tentang penyakitnya
2.      Pemeriksaan fisik
a.         Keadaan Umum :
Ø  Klien biasanya lemah.  
Ø   Kesadaran Composmetis.
Ø  Adanya rasa nyeri.
b.        Kulit :
Ø Teraba panas
Ø  Turgor kulit menurun.
Ø  Penampilan pucat.
c.         Pernafasan : 
                        Pergerakan nafas simetris.
d.        Cardio Vaskuler :
Ø Takicardi.
Ø Irama jantung reguler.
e.         Gastro Intestinal:
                        Kurang asupan makanan nafsu makan menurun.
f.         Sistem Integumen:
 Tampak pucat.
g.        Geneto Urinalis:
Ø Dalam BAK produksi urin tidak normal.
Ø Jumlah lebih sedikit karena ada penyumbatan.
3.      Pola-pola Fungsi Kesehatan
a.    Pola persepsi dan tata laksana hidup
Bagaimana pola hidup orang atau klien yang mempunyai penyakit batu
ginjal dalam menjaga kebersihan diri klien perawatan dan tata laksana
hidup sehat.
b.    Pola nutrisi dan metabolisme
Nafsu makan pada klien batu ginjal terjadi nafsu makan menurun karena adanya luka pada ginjal.
c.    Pola aktivitas dan latihan
Klien mengalami gangguan aktivitas karena kelemahan fisik gangguan karena adanya luka pada ginjal.
d.   Pola eliminasi
Bagaimana pola BAB dan BAK pada pasien batu ginjal biasanya BAK sedikit karena adanya sumbatan atau bagu ginjal dalam perut, BAK normal.
e.    Pola tidur dan istirahat
Klien batu ginjal biasanya tidur dan istirahat kurang atau terganggu karena adanya penyakitnya.

f.     Pola persepsi dan konsep diri
Bagaimana persepsi klien terdapat tindakan operasi yang akan dilakukan dan bagaimana dilakukan operasi
g.    Pola sensori dan kognitif
Bagaimana pengetahuan klien tarhadap penyakit yang dideritanya selama di rumah sakit.
h.    Pola reproduksi sexual
Apakah klien dengan nefrolitiasis dalam hal tersebut masih dapat melakukan dan selama sakit tidak ada gangguan yang berhubungan dengan produksi sexual.
i.      Pola hubungan peran
Biasanya klien nefrolitiasis dalam hubungan orang sekitar tetap baik tidak ada gangguan.
j.      Pola penaggulangan stress
Klien dengan nefrolitiasis tetap berusaha dab selalu melakukan hal yang positif jika stress muncul.
k.    Pola nilai dan kepercayaan
Klien tetap berusaha dan berdoa supaya penyakit yang di derita ada obat dan dapat sembuh.

B.     Diagnosa
1.      Nyeri kronik b.d aktifitas peristaltic otot polos system kalises,peregangan dari terminal saraf sekunder dari adanya batu pada ginjal
2.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme pelvis renalis.
3.       Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk mensekresi cairan.
4.      Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat obstruksi  ginjal
5.      Kecemasan b.d prognosis pembedahan,tindakan invasive diagnotik

C. Intervensi Keperawatan
1.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubugan dengan adanya batu diginjal spasme  pelvis renalis.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan nyeri terkontrol /hilang dan rasa nyaman terpenuhi.
Kriteria hasil :
1)      Skala nyeri menurun
2)      Klien tidak gelisah
3)      Klien dapat beristrahat dan tidur nyenyak.
Intervensi :
1)      Kaji tingkat nyeri.
Rasional : mengetahui seberapa jauh nyeri yang dirasakan klien.
2)      Kaji  lokasi nyeri
Rasional : membantu mengevaluasi tempat obstruksi dan kemajuan gerakan kalkulus.
3)      Ajarkan tekhnik relaksasi.
Rasional : mengurangi rasa nyeri klien.
4)      Kolaborasi pemberian obat analgetik.
Rasional : menurunkan kolik uretral.
5)      Ciptakan lingkunan yang kondusif.
Rasional : meminimalkan rasa nyeri klien.
2.      Perubahan eliminasi urin : oliguria berhubungan dengan penurunan fungsi ginjal untuk mensekresi cairan.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan jam pola berkemih seperti biasanya.
Kriteria hasil : 1) Urine ± 250 cc/BAK 6-7x/hari.
1)      Tak mengalami tanda inflamasi
2)      Warna urine bening kekuningan.




Intervensi:
1)      Awasi pemasukan dan pengeluaran : karaktristik urine.
Rasional : memberikan informasi tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi, contoh infeksi dan pendarhan.
2)      Tentukan pola berkemih klien.
Rasional : kalkulus dapat menyebabkan eksikabilitas saraf yang menyebabkan sensai kebutuhan berkemih segera.
3)      Dorong meningkatkan masukan cairan.
Rasional : peningkatan hidrasi membilas bakteri, darah dan debris dan dan dapat membantu lewatnya batu.
4)      Awasi pemeriksaan laboraturium : elektrolit, BUN (Blood Ureum Nitrogen),  kreatinin.
Rasional : peninggian  BUN (Blood Ureum Nitrogen), kreatinin dan elektrolit mengidentifikasikan disfungsi ginjal.
3.       Resti infeksi berhubungan dengan penurunan tubuh karena trauma jaringan akibat obstruksi  ginjal.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan infeksi tidak terjadi.
Kriteria hasil : Suhu normal dan warna urine tidak keruh (bening kekuningan), urine tidak bau, leukosit menurun.
Intervensi
1)      Kaji intensitas dan warna urine.
Rasional : seberapa jauh klien terkena infeksi.
2)      Observasi tanda-tanda vital klien.
Rasional : mengetahui penurunan / peningkatan suhu.
3)      Motivasi klien makan tinggi protein.
Rasional : infeksi tidak bertambah.
4)      Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat  antibiotik. 
Rasional : mengurangi infeksi menyebar.


                                                              BAB IV
PENUTUP

A.                Kesimpulan
Nefrolitiasis adalah adanya batu atau kalkulus dalam pelvis renal batu-batu tersebut dibentuk oleh kristalisasi larutan urin (kalsium oksolat asam urat, kalium fosfat, struvit dan sistin). Terbentuknya batu saluran kemih diduga ada hubungannya dengan gangguan aliran urin, gangguan metabolik, infeksi saluran kemih, dehidrasi dan keadaan-keadaan lain yang idiopatik. Secara epidemiologis terdapat beberapa faktor yang mempermudah terjadinya batu saluran kemih pada seseorang

B.                 Saran
Untuk mencegah terbentuknya kembali batu saluran kemih perlu disiplin yang tinggi dalam melaksanakan perawatan dan pengobatan.
Maka perlu adanya pencegahan atau program sepanjang hidup, seperti :
1)         Masalah yang mendasari untuk mempermudah terbentuknya batu saluran kemih harus dikoreksi.
2)         Infeksi harus dihindari atau pengobatan secara intensif untuk semua jenis type batu



DAFTAR PUSTAKA

Handerson, M.A,. 1991. “Ilmu Bedah Untuk Perawat” Yayasan Egsensia Medika Yogyakarta.

Mansjoer Arief, 2000. Kapita Selekta KedokteranEdisi Ke-2, Medikal Aesculapius, FKUI, Jakarta.

Marilynn E. Dongoes, (2000), Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi tiga, Buku Kedokteran  EGC, Jakarta.

Nursalam2006. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Perkemihan, Edisi Ke-1, Salemba Medika, Jakarta.

Purnomo BB. 2003. Dasar-Dasar Urologi. Edisi Ke-2. Jakarta : Perpustakaan Nasional Republik Indonesia


No comments:

Post a Comment