Saturday, 13 February 2021

ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK GASTRITIS(1)

 

 

 

ASUHAN KEPERAWATAN GASTRITIS EROSIS

 

 

 

 

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

A.       Latar Belakang

Pelayanan Keperawatan dilakukan dalam upaya peningkatan serajat kesehatan, mencegah penyakit, penyembuhan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan dengan penekanan pada upaya pelayanan kesehatan untuk mencapai hidup sehat. Penerapan proses keperawatan dalam asuhan keperawatan dalam asuhan kepaerawatan untuk klien merupakan salah satu wujud tanggung jawab perawat terhadap klien. Penerapan proses keperawatan ini akan meningkatan kualitas pelayanan keperawatn kepada klien dengan optimal.

Dalam melakukan asuhan keperawatan, perawat menggunakan pendekatan proses keperawatan. Proses keperawatan adalah suatu metode yang sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat melalui tahap pengkajian, diagnosis keperawatan, penentuan rencana keparawatan, implementasi tindakan keperawatan, serta evaluasi (Asmadi,2018 ).

Tubuh manusia banyak terdapat sistem yang saling kerja sama dalam mempertahankan kehidupan. Sistem pencernaan merupakan salah satu system yang penting dalam tubuh karena hasilnya nanti berupa energi yang sangat pentinng dalam proses metabolisme dan kelangsungan hidu setiap sel di tubuh.

Dalam sistem pencernaan banyak organ-organ yang penting, salah satunya adalah lambung. Lambung nantinya terjadi pemecahan dan penyerapan karbohidrat dan lapisan ukosa lambung menghasilkan asam lambung (HCL) yang dalam kadar normalnya fungsinya sangat penting. Lambung (gaster) bisa mengalami kelainan seperti peradangan pada dinding lambung (gastritis) jika pola hidup seperti pola makan dan diet yang tidak normal attau mengkonsumsi jenis obat-obatan bisa mengakibatkan gastritis atau maag.

Gastritis merupakan salah satu penyakit yang paling banyak dijumpai diklinik Penyakit Dalam Gastritis merupakan penyakit yang sering ditemukan biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri  dan ± 80 – 90% yang dirawat di ICU menderita gastritis akut. Perawat merupakan salah satu tenaga kesehatan harus memahami dan memberikan peran dan asuhan yang tepat karena komplikasi dari gastrtits ini cukup berbahaya dan bisa mengakibatkan kematian. Peradangan ini  (gastritis) sering kali adalah hasil dari infeksi bakteri Helicobacter Pylori yang menyebabkan radang perut yang paling sering ditemukan. Di negara berkembang prevalensi infeksi Helicobacter Pylori pada orang dewasa mendekati angka 90%. Sedangkan pada anak-anak prevalensinya lebih tinggi lagi. Di Indonesia, prevalensi kuman ini menggunakan urea breath test. Penelitian serologis yang dilakukan secara cross sectional bertambahnya prevelansi penyakit ini sesuai dengan pertambahan usia. Penyebab penyakit ini adalah gram negative, basil yang berbentuk kurva dan batang.

Gastritis erosif adalah erosi mukosa lambung yang disebabkan oleh kerusakan pertahanan mukosa lambung. Penyebab umum dari gastritis erosif biasanya karena NSAID, alkohol, stres, minum kopi, dll (NIH, 2014). Penyakit gastritis erosif diderita mulai dari usia remaja hingga usia tua dan jika tidak tertangani dengan baik akan menyebabkan komplikasi. Komplikasi gastritis akibat NSAID meliputi perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) dengan gejala berupa hematemesis melena, perforasi gaster, syok hipovolemik, dan kematian (Fandy G, 2017).

Salah satu obat Non Steroid Anti Inflamasi Drug (NSAID) yang sering diresepkan di seluruh dunia adalah Aspirin. Asprin (asam asetil salisilat) digunakan untuk pengobatan analgesik, antipiretik, antiinflamasi dan antitrombotik. Aspirin pada dosis rendah biasanya diberikan rutin untuk profilakasis primer maupun sekunder pada penyakit kardiovaskular atau serebrovaskular. Obat sejenis Aspirin  bisa didapatkan melalui resep dokter atau tanpa resep dokter (Konsesus Nasional Penatalaksanaan Gastroenteropati OAINS di Indonesia, 2018). 

Namun, penggunaan Aspirin secara terus menerus dapat memberikan efek buruk pada mukosa lambung, mulai dari gastritis erosif, perdarahan saluran cerna bagian atas (SCBA) hingga kematian (Becker JC, Domschke W,2019). Berdasarkan hasil penelitian di dalam jurnal “Gastrointestinal Ulcers, Role of Aspirin, and Clinical Outcomes: Pathobiology, Diagnosis, and Treatment” penggunaan aspirin dengan dosis rendah dapat menyebabkan perdarahan pada gaster sebanyak 60% (Cryer Byron, 2018).

Data penggunaan Aspirin di Indonesia tidak banyak diketahui, namun dari data endoskopi komplikasi saluran cerna akibat penggunaan Aspirin cukup bervariasi dan relatif tinggi dibeberapa daerah daerah seperti, Makasar 71%, Jakarta 67,7%, Surabaya 61%, dan Malang 21%. Di Malang dari 505 pasien gastropati yang menjalani endoskopi, didapatkan 22,6% berkaitan dengan NSAID, 65,3% berkaitan dengan jamu dan 12,1% berkaitan dengan NSAID dan jamu (Konsesus Nasional Penatalaksanaan Gastro-enteropati NSAID di Indonesia, 2011). Selain di Indonesia, penggunaan rutin aspirin di Amerika Serikat dari tahun 2005 hingga 2010 terjadi peningkatan sebanyak 57 % dari usia 18 tahun hingga usia tua  (National Health Interview Survey / NHIS, 2018).

Adanya kerusakan pada mukosa lambung karena penggunaan Aspirin ditandai dengan meningkatnya kadar MDA sebagai salah satu bentuk stress oksidatif. Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Effect of probiotics on aspirin-induced gastric mucosal lesion didapatkan peningkatan Malondialdehyde (MDA) yang signifikan  yaitu (p<0,001) setelah diinduksi aspirin (Senol A, 2017).   

Rebamipide adalah suatu analog prostaglandin yang digunakan sebagai salah satu terapi gastritis erosif akut yang memiliki mekanisme kerja cukup kompleks sebagai obat gastroprotektif yaitu meningkatkan prostaglandin endogen dan menekan radikal bebas. Obat ini juga membantu memperbaiki jaringan melalui peningkatan ekspresi epidermal growth factor (EGF) dan reseptor EGF yang dapat menyebabkan terjadinya angiogenesis sehingga granulasi jaringan dan epitelialisasi meningkat (Kudur, 2017).

Penggunaan bahan tanaman obat kian berkembang selain tergolong ekonomis, tanaman obat bersifat alami, relatif aman dengan efek samping yang sangat sedikit, dan telah terbukti manfaatnya secara ilmiah dalam meningkatkan kesehatan masyarakat. Salah satunya Aloe vera atau biasa disebut dengan lidah buaya. Aloe vera memiliki banyak manfaat salah satunya untuk menyembuhkan ulkus peptikum terutama yang diakibatkan oleh penggunaan NSAID. Aloe vera memiliki aktivitas antiulkus karena efek sitoprotektif, perbaikan jaringan, dan efek stimulasi mukus oleh prostaglandin pada gaster (Eamlamnam, 2016). Berdasarkan hasil penelitian dalam jurnal Aloe vera attenuated gastric injury on indomethacin-induced gastropathy in rats, Aloe vera dapat menurunkan kadar Malondialdehyde (MDA) yaitu (P = 0.000) (Werawatganon D, 2019 ). 

Data-data tersebutlah yang menjadi dasar mengapa perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan efektifitas antara rebamipide dan Aloe vera dalam menyembuhkan gastritis erosif sebagai salah satu alternatif dalam memilih terapi.

 

B.    Tujuan Penulisan

Berdasarkan latar belakang di atas maka kelompok kami tertarik untuk melihat “Bagaimana Asuhan Keperawatan Pada Bp. D dengan Gastritis Erosif Di Rumah Sakit dr. Soedjono Magelang?

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

 

A.   Konsep Dasar Medis

1. Pengertian

Gastitis akut erosif adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusaan-kerusakan erosi. Disebabkan oleh kuman-kuman (misalnya pada pneumonia), virus ( influensa, variola, morbili dan lain-lain) atau karena makanan-minuman (bahan-bahan kimia, arsen, plumbum, obat-obat yang mengndung salisilat, asam-basa kuat, KMnO4 dan lain-lain). Terjadinya radang difus di mukosa lambung, dengan erosi-eosi yang mungkin berdarah. Sering kali nyeri epigastrium tiba-tiba dan hematemesis. Disebut erosif akibat kerusakan yang terjadi tidak lebih dalam dari pada mukosa muskularis.

Suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan erosi. Erosif karena perlukaan hanya pada bagian mukosa. bentuk berat dari gastritis ini adalah gastritis erosive atau gastritis hemoragik. Perdarahan mukosa lambung dalam berbagai derajad dan terjadi erosi yang berarti hilangnya kontinuitas mukosa lambung pada beberapa tempat. Penyakit ini dijumpai di klinik, sebagai akibat samping pemakaian obat, sebagai penyakitpenyakit lain atau karena sebab yang tidak diketahui.

Perjalanan penyakitnya biasanya ringan, walaupun demikian kadang-kadang menyebabkan kedaruratan medis, yakni perdarahan saluran cerna bagian atas. Penderita gastritis akut erosif yang tidak mengalami perdarahan sering diagnosisnya tidak tercapai. Untuk menegakkan diagnosa tersebut diperlukan pemeriksaan khusus yang sering dirasakan tidaka sesuai dengan keluhan penderita yang ringan saja.(Asmadi,2018).

 

2.    Etiologi

Gastritis akut erosif dapat timbul tanpa diketahui sebabnya. Penyebab yang sering dijumpai ialah :

a.    Obat analgesik-antiinflamasi, terutama aspirin. Aspirin dalam dosis rendah sudah dapat menyebabkan erosi mukosa lambung.

b.    Bahan kimia misalnya lisol

c.    Merokok

d.    Alkohol

e.    Stres fisis yang disebabkan oleh luka bakar, sepsis, trauma, pembedahan,gagal pernafasan, gagal ginjal, kerusakan susunan saraf pusat.

f.    Refluks usus lambung

g.    Endotoksin .(Asmadi, 2018)

3.   Anatomi Fisiologi

 

 


Gambar 1. Anatomi Fisiologi

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai. Terdiri dari 3 bagian, yaitu :

a.   Kardia.

b.   Fundus.

c.   Antrum.

Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin (sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :

a.  Lendir

Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.

b.  Asam klorida (HCl)

Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.

c.    Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein) .(Asmadi,2018).

4.    Patofisologi

 

 

 

5.   Tanda dan Gejala

Gambaran klinis gastritis akut erosif sangat bervariasi, mulai dari yang sangat ringan asimptomatik sampai sangat berat yang dapat membawa kematian. Manifestasi tersebut adalah:

a.   Muntah darah.

b.   Nyeri epigastrium.

c.   Neusa dan rasa ingin vomitus.

d.  Nyeri tekan yang ringan pada epigastrium Pada pemeriksaan fisik biasanya tidak ditemukan kelainan, kecuali mereka yang mengalami perdarahan hebat hingga menimbulkan gangguan hemodinamik yang nyata seperti hipotensi, pucat, keringat dingin, takikardi sampai gangguan kesadaran.(Asmadi, 2018).

 

6.   Pemeriksaan Diagnostik

a.   Endoskopi, khususnya gastroduodenoskopi. Hasil pemeriksaan akan ditemukan gambaran mukosa sembab, merah, mudah berdarah atau terdapat perdarahan spontan, erosi mukosa yang bervariasi.

b.   Histopatologi.

Pada pemeriksaan histoptologi kerusakan mukosa karena erosi tidak pernah melewati mukosa muskularis. Ciri khas gastritis erosif ialah sembuh sempurna dan terjadi dalam waktu yang relatif singkat. Oleh karena itu pemeriksaan endoskopi , sebaiknya dilakukan seawal mungkin.

c. Radiologi dengan kontras ganda, meskipun kadang dilakukan tapi tidak maksimal.

d.   Laboraturium

Pemeriksaan laboratorium tidak terlalu spesifik untuk penderita gastritis, tetapi dapat dilakukan untuk melihat adanya anemia bila terjadi perdarahan. Batas serum gastrin biasanya menurun atau normal. Serum vitamin B 12 dapat dikaji untuk melihat kekurangan vitamin B 12. (Asmadi, 2018).

 

7.   Penatalaksaan

a.   Istirahat baring

b.  Diet makanan cair, setelah hari ketiga boleh makan makanan lunak. Hindari bahan bahan yang merangsang.

c.   Bila mual muntah, dapat diberikan antiemetik seperti dimenhidrinat 50 – 100 mg per-os atau klorpromazin 10-20 mg per-os. Bila disebabkan oleh kuman-kuman, berikan antibiotika yang sesuai.

d.  Bila nyeri tidak hilang denga antasida, berikan oksitosin tablet 15 menit sebelum makan.

e.    Berikan obat antikolinergik bila asam lambung berlebihan. (Asmadi,2008)

 

8.   Komplikasi

Komplikasi yang penting adalah :

a.       Perdarahan saluran cerna bagian atas yang merupakan kedaruratan medis. Kadang kadang perdarahannya cukup banyak sehingga dapat menyebabkan kematian.

b.      Terjadinya ulkus, kalau prosesnya hebat.

 c.   Jarang terjadi perforasi.(Asmadi, 2018).

 

B.   Konsep Dasar Keperawatan

1.   Pengkajian

a.   Data biografi di dapat melalui wawancara meliputi identitas pasien (umur ,jenis kelamin) dan penanggung jawab, pengumpulan data seperti keluhan utama yang dirasakan pasien, pola makan (diet), perokok, alkoholik, minum kopi, penggunaan obat-obatan tertentu.

b. Riwayat kesehatan meliputi riwayat kesehatan keluarga adanya penyakit keturunan atau tidak, riwayat penyakit sekarang riwayat penyakit yang dialami saat ini adanya alergi obat atau makanan.

c.    Riwayat penyakit dahulu meliputi apakah pasien tersebut pernah opname atau tidak sebelumnya penyakit apa yang pernah diderita sebelumnya.

d.  Riwayat psikososial pasien : biasanya ada rasa stress , kecemayang kecemayang sangat tinggi yang dialami pasien menegnai kegawatan pada saat krisis.

e.   Pola fungsi kesehatan

1)   Pola nutrisi makan, minum, porsi , keluhan

Gejala : Nafsu makan menurun, adanya penurunan berat badan, mual, muntah.

2)  Pola eliminasi seperti buang air kecil, buang air besar yang meliputi frekuensi, warna, konsisisten dan keluhan yang dirasakan.

Gejala : BAB berwarna hitam ,lembek

f.   Pola kebersihan diri

Pola ini membahas tentang kebersihan kulit, kebersihan rambut, telinga, mata, mulut, kuku.

g.   Pola pemeriksaan dan pemeliharaan kesehatan

h.   Pola kognitif- persepsi sensori

Keadaan mental yang di alami, berbica, bahasa, ansietas, pendengaran, penglihatan normal atau tidak.

i.    Pola konsep diri meliputi identitas diri, ideal diri, harga diri, gambaran diri.

j.    Pola koping dan nilai keyakinan

2.   Pengkajian Fisik

a.   Keadaan umum klien

b.   Tingkah laku klien

c.   Berat badan ( mengalami penurunan berat badan ) dan tinggi badan klien

d.  Pengkajian fisik: Secara subyektif dijumpai keluhan pasien berupa : nyeri epigastrium, perut lembek, kram, ketidakmampuan mencerna, mual, muntah. Sedangkan secara obyektif dijumpai :tanda-tanda yang membahayakan, meringis, kegelisahan, atau merintih, perubahan tandatanda vital, kelembekan daerah epigastrium, dan penurunan peristaltik, erythema palmer, mukosa kulit basah tanda-tanda dehidrasi.

e.    Pemeriksaan diagnostik

1)   Pemeriksaan darah.

2)   Radiologi.

3)   Endoskopi.

4)   Histopatologi.

3.   Diagnosa keperawatan

a.  Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjarngastric Ansietas berhubungan dengan krisis situasional

b.  Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.

c.    Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

d.   Resiko infeksi dengan faktor resiko tindakan infasif.

e.  Defisit Pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan.

4.    Rencana keperawatan

Tabel 1 Rencana Keperawatan

 

Diagnosa

Keperawatan

Tujuan dan

kriteria hasil

Intervensi

Rasional

Nyeri

berhubungan

dengan iritasi

gastrium

Paint control setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama

1 x 24 jam

diharapakan nyeri

berkurang atau

hilang dengan

kriteria hasil :

 

1. Klien

mengatakan

rasa nyeri

berkurang atau

hilang

2. Tekanan darah

90/60-140/90

mmHg

3. Nadi 60-

100x/menit

4. Respirasi 16-

24x/menit

5. Nyeri ringan 2-3

6. Wajah klien tidak

menyeringai

Pain menegent

1. Observasi tingkat   

    nyeri klien

    secara

    konferhensif

baik meliputi

frekuensi, lokasi,

intensitas,reaksi.

2. Observasi

tanda- tanda

vital

3. Ajarkan teknik

relaksasi nafas dalam

4. Edukasi keluarga

untuk terlibat

dalam asuhan

keperawatan

5. Jelaskan

sebab - sebab

nyeri kepada

klien

6. Kolaborasi

pemberian

analgesik

 

 

 

1. Mengidentifikasi

nyeri untuk

melakukan

intervensi

2. Mengetahui

perkembangan

kondisi klien

3. Mengurangi rasa

nyeri yang di

rasakan

4. Membantu

menjaga klien

dan mengambil

keputusan

5. Memberikan

informasi kepada

klien tentang

nyeri yang di

rasakan

6. Membantu

mengurangi nyeri

yang di rasakan

Kekurangan

Volume cairan

berhubungan

dengan

pemasukan

elektolit yang

kurang , mual,

muntah

Setelah di lakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapakan klien

dapat menunjukkan

pemasukan elektrolit yang kuat dengan

kriteria hasil :

 

1. Tidak ada

penurunan berat

badan

2. Tidak ada mual

Muntah

 

1. Awasi

masukan dan

haluaran,

karakter dan

frekuensi

muntah.

2. Kaji tanda- tanda

vital.

3. Ukur berat badan   

    Tiap hari.

4. Kolaborasi

pemberian

antiemetik

pada keadaan

akut.

1. Memberikan

informasi tentang

keseimbangan

cairan.

2. Menunjukkan

kehilangan cairan

berlebihan atau

dehidrasi.

3. Indikator cairan

status nutrisi.

4. Mengontrol mual

dan muntah pada

keadaan akut.

Ketidakseimba

ngan nutrisi

kurang dari

kebutuhan

berhubungan

dengan intake

yang tidak

adekuat

Setelah di lakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapakan klien

dapat menunjukkan

tidak adanya tanda-tanda

ketidakseimbangan nutrisi kurang

dari kebutuhan dengan kriteria :

 

1. Nafsu makan baik

2. Porsi makan

    dihabiskan

3. Berat badan

    normal, sesuai

    dengan tinggi

    badan.

1. Kaji nafsu makan  

    klien.

2. Kaji hal-hal yang

    menyebabkan   

    klien malas

    makan.

3. Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering.

4.  Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan.

5. Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP.

1. Mengetahui

sejauh mana terjadinya perubahan pola

makan dan sebagai bahan

untuk

melaksanakan

intervensi.

2. Mendeteksi

    secara diri dan

    tepat agar mencari

    intervensi yang

    cepat dan tepat

    untuk    

    penanggulan-

    gannya.

3. Porsi yang sedikit

    tapi sering

    membantu

    menjaga

    pemasukan dan

    rangsangan

    mual/muntah.

4. Menimbulkan

    rasa segar,

    mengurangi rasa

    tidak nyaman,

    sehingga berefek

    meningkatkan

    nafsu makan.

5. Makanan tinggi

    kalori tinggi

    protein dapat

    mengganti kalori,    

    protein

 

Resiko infeksi

dengan factor

resiko agen

cidera fisik

(Tindakan

infasif )

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 1 x 24 jam

diharapakan klien

tidak mengalami

adanya tanda-tanda infeksi dengan kriteria hasil :

 

1. Klien bebas

    dari tanda- tanda   

    dan gejala infeski

2. Mendeskripsikan     

    proses penularan

    serta  penatalaksanannya

3. Menunjukan

    kemampuan

    untuk mencegah

    timbulnya infeksi

4. Jumlah leukosit   

    dalam batas  

    normal

5. Menunjukan

    perilaku hidup

    sehat

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama 1x24 jam

diharapakan klien

tidak mengalami

adanya tanda secara

konfrehensif

 

1. Awasi tanda

    vital,

     perhatikan

    demam,

    menggigil,

    berkeringat,

    perubahan

    mental,

    meningkatnya     

    nyeri

   abdomen

4. Lakukan

    pencucian tangan   

    dengan baik

    sebelum kontan  

    dengan klien

5. Lakukan prinsip

    septik dan  

    antiseptik setiap

    tindakan

6. Berikan 

    informasi yang    

    tepat, jujur pada

    pasien/orang  

    terdekat

7. Kolaborasi

    terhadap dokter

    untuk obat

    antibiotik sesuai

    indikasi

 

1. Mengetahui

    keadaan umum

    pasien

2. Mengetahui

    perkembangan

    pasien  

3. Dugaan adanya

    infeksi terjadinya

    sepsis, abses,

    perfonitis

4. Menurunkan

    risiko penyebaran

    bakteri

5. Meminimalkan

    transisi

    mikroorganisme

6. Pengetahuan

    tentang kemajuan

    situasi

    memberikan

    dukungan emosi,

    memantu

    menurunkan

    ansietas

7. Menurunkan

    jumlah

    mikroorganisme,

    menurunkan

    penyebaran dan

    pertumbuhannya

Defisit

pengetahuan

berhubungan

dengan

Kurang

pengetahuan

(Proses

penyakit)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan

selama 1 x 24jam

diharapkan deficit

pengetahuan

teratasi dengan

kriteria hasil :

 

1. Klien dan

    keluarga mampu

    menyatakan

    pemahaman  

    tentang penyakit,

    kondisi,prognosis    

    dan program   

    pengobatan serta   

    program diit

2. Klien dan

    keluarga mampu

    menjelaskan

    kembali apa yang

    dijelaskan oleh

    perawat

 

1. Observasi

    kemampuan    

    klien dalam

    pemahaman

    tentang

    penyakitnya

2. Bantu klien 

    dalam memilih    

    diit yang tepat

    ketika kembali

    dirumah

3. Pendidikan

    kesehatan

    tentang gastritis

    erosif

4. Libatkan 

    keluarga untuk   

    hidup sehat

1. Mengetahui

    kemampuan

    pasien dalam

    memenuhi

    kemampuan

    terhadap

    penyakitnya

2. Membantu pasien

    dalam memenuhi

    kebutuhan dirinya

3. Memberikan

    informasi tentang

    penyakit yang

    dialami

4. Membantu pasien

    dalam memenuhi

    kebutuhan dirinya

5. Membantu pasien

    dalam memenuhi

    kebutuhan dirinya

 

6.   Pelaksanaan

Tindakan yang dilakukan oleh penulis dalam melakukan keperawatan yang sesuai dengan masalah yang muncul dan rencana keperawatan sesuai dengan standar prosedur operasianal perawat untuk memenuhi kebutuhan manusia.

7.   Evaluasi

 Hasil akhir dari tindakan keperawatan yang diperoleh dari subjektif dan obyektif yang dapat ditarik kesimpulan untuk tindakan yang akan dilakukan untuk memberikan tindakan keperawatan selanjutnya oleh pasien untuk memenuhi kebutuhan manusia.

 

 

 

 

 

 

 

 

C.    Dokumentasi Keperawatan

Pendokumentasi yang digunakan dalam kasus ini adalah model dokumentasi POR (Problem Oriented record), menggunakan SOAPIE (Subjek, Obyektif, Analisa, Planing, Implemntasi, Evaluasi). Dalam setiap diagnosa keperawatan penulisan melakukan tindakan keperawatan kemudian penulis mendokumentasikan yaitu dalam memberikan tanda tangan, waktu dan tanggal. Jika ada kesalahan dicoret dan diberikan paraf oleh penulis.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

 

A.       Pengkajian

1.        Identitas

a.         Pasien

1)                    Nama                                : Bp. D

2)                    Tempat tanggal lahir         : Magelang 09 – 07- 1959

3)                    Jenis Kelamin                   : Laki - Laki

4)                    Agama                              : Islam

5)                    Pendidikan                       : PG. A

6)                    Pekerjaan                          : Pensiunan Guru

7)                    Status Perkawinan            : Kawin

8)                    Suku / bangsa                   : Jawa

9)                    Alamat                              : Pabelan Rt 04 RW 08 Pancuran, Magelang

10)               Diagnosa Medis               : Gastritis

11)               No RM                              : 01-94-xx

12)               Tgl masuk RS                    : 01 Januari 2021

b.          Keluarga / penanggung jawab

1)                Nama                                : Ny. M

2)                Umur                                : 47 tahun

3)                Pendidikan                       : S1 (Pendidikan )

4)                Pekerjaan                          : Guru tidak tetap

5)                Alamat                              : Pabelan Rt 04 RW 08 Pancuran, Magelang

6)                Hubungan dengan pasien : Putrinya

7)                Status perkawinan            : Kawin

2.   Riwayat Kesehatan

a.        Kesehatan pasien

1)                    Keluhan utama saat dikaji

Pasien mengatakan nyeri pada daerah ulu hati dan perut bagian kiri bawah.

 

 

O (onzet)            : Pasien mengatakan nyeri di rasakan sekarang dan  

  mulai timbul sejak 6 jam sebelum masuk RS.

P (provocative)    : Pasien mengatakan nyeri dirasakan terus menerus.

      Q (Quality)          : Pasien mengatakan nyeri terasa seperti diremas-remas

    R (Region)            : Pasien mengatakan nyeri di rasakan pada ulun hati  

                               dan perut kiri bawah

S (Scale)             : Pasien mengatakan skala 4

T (Tretment)       : Klien berusaha mengurangi gerakan agar nyeri

                             berkurang

U (Understanding) : Klien mengatakan paham nyeri yang dirasakan

V (Value)           : Klien berharap nyeri cepat hilang dan lekas sembuh

2) Keluhan tambahan saat dikaji

Pasien mengatakan badannya lemas, perut terasa mual, muntah bab cair bercampur dengan darah dan berwarna hitam.

3) Riwayat Kesehatan sekarang

a)Alasan utama masuk Rumah Sakit

       Pasien mengatakan badannya panas dingin, mulai habis asyar pada tangal 01 Januari 2021 pukul 15.30 WIB. Kemudian pukul 16.00 WIB pasien melakukan kerokan, pasien mengatakan perut terasa mual muntah kemudian pasien datang ke Rumah sakit dr SOEJONO Magelang pada pukul 22.00 WIB, masuk di ruang IGD mendapatkan tindakan keperawatan antara lain TD : 100/70 mmHg, Respirasi 24x/menit, Nadi 88 x/menit, Suhu 37⁰C Terpasang infus RL 500 20 tpm, kemudian dipindahkan ke ruang Bougenvil untuk dirawat inap.

b)         Riwayat Kesehatan Pasien

       Pasien mengatakan kontrol rutin ke poli penyakit syarat dengan penyakit Hipertensi. Pasien pernah opname hernia pada tahun 2018.

c)          Riwayat Kesehatan Dahulu : Hipetensi, Post Op Hernia tahun 2018.

d)         Alergi : pasien mengatakan tidak ada alergi obat maupun makanan.

e)          Riwayat minum obat analgesic asam mefenamat.

 

 

 

b.          Riwayat Kesehatan keluarga

1)                    Genogram


 

Keterangan :

 

 :  Laki laki                                                     : Pasien

 

            :   Perempuan                                                        : Tinggal serumah

 

            : Menikah

 

     : Garis keturunan

 

Penjelasan : pasien berumur 62 tahun merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Pasien sudah tidak mempunyai ayah dan ibu, pasien menikah tinggal bersama istri nya dan mempunyai anak 7, pasien tinggal bersama anak terakhir didalam keluarga ada riwayat penyakit keturunan hipertensi dan diabetes mellitus.

2)                    Riwayat kesehatan keluarga : Riwayat Hipertensi dan Diabetes mellitus.

3.   Kesehatan Fungsional

a.           Aspek fisik- Biologis

1)                    Nutrisi

a)        Sebelum sakit

Frekuensi makan                 : 3x sehari

Jenis makanan                     : nasi, lauk, sayur

Porsi yang dihabiskan         : 1 porsi

Nafsu makan                       : baik

Jenis minuman                     : air putih dan teh manis

Banyaknya minum              : ± 2 liter/ hari

b)       Selama sakit :

Jenis makanan                      : susu sereal

Frekuensi makan                  : 3x sehari

Nafsu makan                        : Menurun

Porsi yang dihabiskan          : 200cc

Banyak minum dalam sehari : ± 1,5 liter/ hari (1500cc)

Keluhan saat makan             : mual, muntah

2)    Pola Eliminasi

a)   Sebelum sakit

                                      Buang air besar (BAB) Frekuensi    : 1x sehari

                                      Waktu                                                : biasanya di pagi hari

                                      Warna                                                : coklat kekuningan

                                      Konsistensi                                        : lembek

                                      Keluhan                                             : tidak ada keluhan saat BAB

                                                                                                  BAK

                                      Frekuensi                                           : 5x sehari

                                      Jumlah                                               : ± 1500cc/hari

                                      Warna                                                : kuning

                                      Bau                                                    : khas urine

                                      Keluhan                                             : tidak ada keluhan saat BAK

b)      Selama sakit

BAB             : Pasien mengatakan bab 2x berwarna hitam kental bau    

  khas feses amis

Keluhan saat bab perut terasa perih Buang air kecil

Frekuensi       : 5x sehari

Jumlah           : ± 1500cc/ hari

Warna            : kuning

Bau                : khas urine

 

3)    Pola Aktivitas Tidur

a)    Sebelum sakit

1)         Keadaan aktivitas sehari – hari

Pasien mengatakan rutin jalan kaki dengan lintasan kerikil kurang lebih 15 menit.

Tabel. 2 Pola Aktivitas

Aktivitas

0

1

2

3

4

Mandi

˅

 

 

 

 

Berpakaian/ berpindah

˅

 

 

 

 

Eliminasi

˅

 

 

 

 

Mobilisasi

˅

 

 

 

 

Pindah

˅

 

 

 

 

Ambulasi

˅

 

 

 

 

Naik tangga

˅

 

 

 

 

Merapikan rumah

˅

 

 

 

 

 

Keterangan

0         : Mandiri

1    : Dibantu sebagian

2    : Perlu bantuan orang lain

3    : Perlu bantuan orang lain dan alat

 4   : Tergantung total

 

2) Keadaan pernafasan

Pernafasan normal, Respirasi 24x/menit ,nafas perut tidak ada wheezing tidak ada ronchi

3)          Keadaan kardiovaskuler

Tekanan darah 100/70 mmHg diukur pada tangan kiri dengan posisi terlentang manset dewasa.

Nadi 88x/menit, dihitung ditangan kiri reguler di vena radialis

b)   Selama sakit

1)        Keadaan aktivitas

 

 

 

 

 

 

Tabel.3 Keadaan aktifitas

 

 Kemampuan merawat diri

0

1

2

3

4

Makan atau minum

˅

 

 

 

 

Mandi

 

˅

 

 

 

Toileting

˅

 

 

 

 

Mobilisasi

˅

 

 

 

 

Berpindah

˅

 

 

 

 

Ambulasi / ROM

 

˅

 

 

 

 

Keterangan

0      : Mandiri

1     : Dibantu sebagian

2     : Perlu bantuan orang lain

3     : Perlu bantuan orang lain dan alat

4     : Tergantung total

 

2)       Keadaan pernafasan

Nafas normal, pernafasan perut frekuensi 24x/menit , tidak terdegar wheezing ataupun ronchi.

3)       Keadaan kardiovaskuler

Tekanan darah 100/70 mmHg diukur pada tangan kiri dengan posisi terlentang manset dewasa.

Nadi 88x/menit, dihitung ditangan kiri reguler di vena radialis Akral teraba hangat.

4)        Skala ketergantungan

Penilaian Status Fungsiaonal ( Barthel Index)

Pasien Bp D di Ruang Bougenfil Rumah sakit dr Soejono tanggal 01 Januari 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 4 Skala Ketergantungan

 

No

Fungsi

Skor

Uraian

Nilai Skor

 

Hari

I

Hari

II

Hari

III

 

1

Mengendaliakan rangsang defekasi (BAB)

0

Takterkendali/tak

teratur (perlu pencahar)

0

0

0

 

1

Kadang – kadang

terkendali

 

 

 

 

2

Mandiri

 

 

 

 

2

Mengendalikan rangsang berkemih

0

Takterkendali/

pakai kateter

 

 

 

 

1

Kadang – kadang tak terkendali (1x24jam)

 

 

 

 

2

Mandiri

2

2

2

 

3

Membersihkan diri (cuci muka, sisir rambut dan sikat gigi

0

Butuh pertolongan

orang lain

 

 

 

 

1

Mandiri

1

1

1

 

4

Penggunakan jamban, masuk dan keluar (melepaskan, memakai celana, membersihkan dan menyiram)

0

Tergantung

 

 

 

 

 

 

 

pertolongan

 

 

 

 

orang lain

 

 

 

 

 

 

 

 

 

1

Perlu

1

1

1

 

 

 

 

pertolongan pada

 

 

 

 

 

 

 

beberapa

 

 

 

 

 

 

 

kegiatan tetapi

 

 

 

 

 

 

 

dapat

 

 

 

 

 

 

 

Mengerjakan sendiri kegiatan

 

 

 

 

 

 

2

Mandiri

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

5

Makan

0

Tidak mampu

 

 

 

 

1

Perlu ditolong makanan

1

1

1

 

2

 

Mandiri

 

 

 

 

6

Berubah sikap dari berbaring ke duduk

0

Tidak mampu

 

 

 

 

1

Perlu banyak

 

 

 

 

 

bantuan untuk

 

 

 

 

 

bias duduk

(>2orang)

 

 

 

 

2

Bantuan 2 orang

2

2

2

 

0

Tidak mampu

 

 

 

 

1

Bias (pindah) dengan kursi roda

 

 

 

 

2

Berjalan dengan kursi bantuan 1 orang

2

2

 

 

3

Mandiri

 

 

3

 

8

Memakai baju

 

0

Tidak mampu

 

 

 

 

1

Sebagian dibantu

1

1

 

2

Mandiri

 

 

2

9

Naik turun tangga

0

Tidak mampu

0

 

 

 

1

 

Butuh pertolongan

 

1

1

2

Mandiri

 

 

 

10

Mandi

0

Tergantung

orang lain

0

0

 

1

Mandiri

 

 

1

Total Skor

10

11

14

Tingkat ketergantungan

KB

KB

KS

Paraf & Nama Perawat

 

 

 

 

 

 

7Berpindah/ berjalan

 

KETERANGAN :

20        : Mandiri        

12-19   : Ketergantungan ringan

9-11     : Ketergantungan sedang

5-8       : Ketergantungan berat

0-4        : Ketergantungan total

 

5)        Tabel Resiko Jatuh Pengkajian Resiko Jatuh

Pasien Bp D di Ruang Bougenfil Rumah sakit dr Soejono tanggal 01 Januari 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 5 Resiko Jatuh

 

 No

Risiko

Skala

Skoring 1

tgl2/7/21

Skoring 2

tgl3/7/21

  Skoring 3

tgl 4/7/21

1

Riwayat jatuh, yang baru atau dalam 3 bulan terakhir

Tidak 0

0

 

 

Ya 25

 

 

 

2

Diagnosa medis sekunder >1

Tidak 0

 

 

 

Ya 15

 

 

 

3

 Alat bantu jalan : Bed rest/dibantu perawat

0

 

 

 

Penopang/tongkat/walker

15

15

 

 

Furniture

30

 

 

 

4

Menggunakan infus

Tidak 0

 

 

 

Ya 25

25

 

 

5

Cara berjalan/ berpindah: Normal/bedt rest/imobilisasi

0

 

 

 

 

Lemah

15

15

 

 

Terganggu

30

 

 

 

6

Status mental :

Orientasi sesuai kemampuan

0

0

 

 

 

Lupa keterbatasan

15

 

 

 

Jumlah skor

 

45

 

 

Tingkat Resiko Jatuh

 

Resiko Rendah

Paraf & Nama perawat

 

 

 

 

 

Tingkat Risiko :

 

1.                      Tidak berisiko bila skor 0-24  Lakukan perawatan yang baik.

2.                      Risiko Rendah bila skor 25–50 lakukan intervensi jatuh standar (Lanjutkan formulir pencegahan).

3.                      Risiko Tinggi bila skor >51 lakukan intervensi jatuh resiko tinggi (lanjutkan dengan pencegahan jatuh pasien dewasa).

 

6)        Tabel pengkajian Resiko Luka Dekubitus Tabel Resiko Luka Dekubitus (Skala Norton) Pasien Bp D di Ruang c 5 Bougenfil Rumah sakit dr Soejono tanggal 01 Januari 2021.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 6 Pengkajian Resiko Luka Dekubitus

 

Tanggal

Penilaian

4

3

2

1

 

Kondisi fisik

Baik

Sedang

Buruk

Sangat

buruk

 

Status mental

Sadar

Apatis

Binggung

stupor

 

Aktifitas

Jalan

sendiri

Jalan dengan

bantuan

Kursi

roda

Ditempat tidur

 

Mobilitas

Bebas bergerak

Agak terbatas

Sangat terbatas

Tidak mampu

bergerak

 

Inkontensia

Kontinen

Kadang kadang

intkontinesia

Selalu inkontienesia

 

intokentinesia

Skor

4

4

4

4

Total skor

16

Paraf & Nama perawat

 

 

Kondisi fisik

Baik

Sedang

Buruk

Sangat

buruk

 

Status mental

Sadar

Apatis

Binggung

stupor

 

Aktifitas

Jalan

sendiri

Jalan dengan

bantuan

Kursi

roda

Ditempa

t tidur

 

Mobilitas

Bebas bergerak

Agak terbats

Sangat terbatas

Tidak

mampu bergerak

 

Inkontensia

Kontinen

Kadang

kadang intkontinesia

Selalu

inkontiensia

intokenti nesia

Skor

4

4

4

4

Total skor

16

Paraf & Nama perawat

Dwi . S

 

Kondisi fisk

Baik

Sedang

Buruk

Sangat

buruk

 

Status mental

Sadar

Apatis

Binggung

stupor

 

Aktifitas

Jalan

sendiri

Jalan dengan

bantuan

Kursi roda

Ditempat tidur

 

Mobilitas

Bebas bergerak

Agak terbats

Sangat terbatas

Tidak

mampu bergerak

 

Inkontensia

Kontinen

Kadang kadang

intkontinesia

Selalu inkontenesia

 

intokentinesia

Skor

4

4

4

4

Total skor

16

Paraf & Nama perawat

 












 

 

 

 

KETERANGAN :

16-20  :   Risiko rendah terjadi dekubitus

12-15   :  Risiko sedang terjadi dekubitus

<12      :  Risiko Tinggi terjadi dekubitus

 

7)        Kebutuhan istirahat- tidur

a)          Sebelum sakit

       Pasien tidur 21.00 – 04.00 wib Tidur siang antara 1- 2 jam.

b)         Selama sakit

       Saat dirawat pasien mengatakan lebih sering tiduran.

b.          Aspek psiko – sosisal – spiritual

1)                    Pemeliharaan dan pengetahuan terhadap kesehatan

                Klien berusaha memelihara kesehatanya, bila sakit selalu periksa ke rumah sakit.

2)                        Pola hubungan

Pasien merupakan pensiunan guru agama, sering terlibat daalam kegiatan pengajian dan mujadahan, tapi sekarang mulai mengurangi kegiatan karena keterbatasan fisik.

3)                        Koping atau toleransi stress

Dalam pengambialan keputusan klien dibantu keluarga disaat mengalami masalah dengan mencari pertolongan.

4)                        Kognitif dan persepsi tentang penyakitnya

       Pasien tidak mengetahui akan penyakitnya, tampak bingung.

5)                Konsep diri

a)        Gambaran Diri : Pasien menggambarkan dirinya bahwa dia seorang yang sedang sakit dan bermasalah dengan lambungnya dan membutuhkan pengobatan agar cepat sembuh

b)       Ideal diri   : Pasien beranggapan harus menjadi seorang anak    yang sehat untuk tidak merepotkan keluarga.

c)        Peran diri : Pasien mengatakan sekarang dia tau  bahwa  dia seorang pasien yang dirawat di RS

d)       Ideal diri   : Pasien beranggapan harus menjadi seorang ayah    yang sehat untuk tidak merepotkan keluarga.

e)        Identitas diri : Pasien mengatakan seorang ayah usia 80 th alamat pabelan

6)                Seksual dan menstruasi Tidak terkaji

7)                Nilai

Sebelum sakit : pasien beragama islam, klien sholat, mengaji

Selama sakit : Keluarga sholat dan mendoakan

8)                Koping

Dalam pengambilan keputusan klien dibantu dengan keluarga, hal yang dilakukan saat mempunyai masalah yaitu dengan diperiksakan ke dokter.

9)                Pola Peran Hubungan

Pasien mengatakan sebagai kepala rumah tangga, pasien di masyarakat mengikuti perkumpilan, ada sistem pendukung dalam lingkungan maupun keluarga selama masuk RS. Selama sakit hubungan dengan keluarga baik.

10)                 Aspek Lingkungan fisik

Suasana mendukung kesembuhan pasien, tidak berpotensi menyebabkan cidera.

 

4.                     Pemeriksaan Fisik

1.          Kesadaran : Composmentis E : 4 V: 5 M: 6 = 15

2.          Tinggi badan : 155 cm

Berat Badan : 50 kg

IMT=       BB           =    50       =  20, 8 Normal

           TB(m )2             155

 

3.          Tanda – tanda vital

a.       Tekanan darah : 110/70 mmHg diukur pada tangan kiri dengan posisi terlentang manset dewasa.

b.  Nadi                          : 88 X/ menit dihitung ditangan kiri reguler di vena radialis

c.       Suhu                       : 37˚C diukur di aksila sinistra

d.  Respirasi                     : 24X/ menit reguler

e.       Nyeri                      : Terdapat nyeri tekan pada ulu hati dan perut bawah kiri

4.          Keadaan umum : pasien dengan keadaan baik.

 

 

5.          Pemeriksaan fisik

a.                      Integrument : warna kulit coklat , kulit teraba hangat tidak ada luka, tidak ada gatal – gatal,turgor kulit elastis

b.                     Kepala : Bentuk kepala bulat, rambut berwarna hitam dan putih beruban, lebat, rambut bersih tidak ada ketombe, tidak ada nyeri tekan, wajah bentuk lonjong.

c.                      Mata : Konjungtiva berwarna merah muda, tidak anemis, mata bersih, refleks +, tidak menggunakan kaca mata.

d.                     Telinga: Fungsi pendengaran sedikit ada penurunan pendengaran , tidak ada cairan yang keluar, telinga bersih tidak menggunakan alat bantu dengar.

e.                      Mulut dan tenggorokan

       Kemampuan bicara baik, muokosa bibir kering, tidak menggunakan gigi palsu, warna lidah putih, klien dapat makan dan menelan yang baik, nafas bau.

f.                       Leher

       Bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid dan kelenjar limfa serta getah bening, tidak ada massa.

g.                     Tengkuk : Normal, tidak ada pembengkakakn, tidak ada massa  atau kelainan bentuk.

h.                     Dada

1)                    Inspeksi : warna coklat, tidak ada luka, tidak ada benjolan

2)                    Palpasi : ada nyeri tekan pada daerah perut bawah kiri

3)                    Perkusi : pengembangan paru kanan dan kiri simetris.

4)                    Auskultasi : suara paru regular, tidak terdengar wheezing atau ronchi

i.                        Payu dara : Tidak terkaji

j.                        Abdomen

1)                    Inspeksi : warna coklat , tidak ada bekas luka, tidak nterdapat bekas luka, tidak ada benjolan

2)                    Auskultasi : suara usus peristaltik 12X/ menit

3)                    Perkusi       : terdengar suara timpati

4)                    Palpasi         : terdapat nyeri tekan pada perut bawah kanan skala 4.

k.                     Punggung

1)                    Inspeksi : warna coklat, tidak ada lesi, bentuk simetris.

2)                    Palpasi : tidak ada nyeri tekan.

3)                    Perkusi : tidak terkaji.

4)                    Auskultasi : tidak terkaji.

l.                        Anus dan Rectum

Tidak ada benjolan, atau tanda hemoroid, tidak ada fistula.

m.                  Genetalia

pada genetalia, alat kelamin laki–laki, tidak terpasang kateter.

n.                     Ekstermitas

1)               

5        5

 

5         5

Atas : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan terpasang infus RL 20 tpm.

2)                Bawah : anggota gerak lengkap tidak ada kelainan.

 

5.        Diagnostik Test

a.          Pemeriksaan laboraturium 01 Januari 2021

Tanggal Pemeriksaan

Jenis Pemeriksaan

Hasil

(satuan)

 

Nilai Rujukan

01-01-2021

GDS

109

70-170 mg/dc

Ureum

29

0-40mg/dl

SGOT

48

L <50 p<35 u/l 37c

SGPT

72

L <50 p<35 u/l 37c

02-01-2021

WBC 10,3

3,6

11,0

 

LYM

0,5

3,0

LYM %18,3

15.0

50.0 – 70,0

MID 0,7

0,1

1,5

MID  5,9

20,0

8,0

Gra   7,8

35,0

16,0

HGB 11,7

12,0

11,7- 15,5

MCH 28,8

26,0

27-31

MCHC 33,8

31,0

32-36

RBC 11,08

3,90

3,0-8,0

MCV 34,7

80,0

80,0-94

RDWA 61,1

35,0

100,0-400,0

RDW 13,7

30,0

11,5 – 14,5

PLT 229

11,0

150,0 – 400,0

MPV 8,1

15,0

7,2- 11,1

PDW 11,4

0,1

9,0 – 13,0

PCT 0,18

0,01

11,O

LPCR 15,6

0,1

999

Tabel.7 Diagnostik test

 

b.         Pemeriksaan thoraks pada tanggal 02- 07-2018

Hasil pemeriksaan

EKG : dalam batas normal

6.        Program Pengobatan

    Pemberian terapi pasien bp. D di ruang Bougenfil Rumah sakit RST

 

Hari / tanggal

Obat

Dosis dan Satuan

Rute

01/01/2021

1.  Injeksi Lanzoprazole 30mg

2.  Injeksi Plasminex 5 ml

3.  Injeksi cendontron 4mg

4.  Imediamer 40mg

5.  Antasida syrup

6.  Injeksi amoxicillin 1 gram

7.  Sukralfat syrup

2x1 

3x1

3x1

3x1

3x1 cth

3x1

2x2 sendok

Intra Vena

Intra Vena

Intra Vena

Oral

Oral

Intra Vena

Oral

02/01/2021

1. Salofak 

2. Injeksi Vit K  1ml / 8 jam

3. Vitamin A  10mg

4. Curcuma  120ml 3x1 sendok makan

3x1

3x1

2x1

3x1

Oral

Intra Vena

Oral 

Oral  

Tabel.8 Program pengobatan

 

7.    Program Pengobatan

a.    Pemberian obat : Injeksi Lanzoprazole 1 ampul

b.    Injeksi Plasminex 30mg           

c.    Injeksi cendontron 5ml 

d.   Imediamer b tab 40mg

e.    Antasida syrup

f.     Injeksi amoxicillin 1 gram

g.    Sukralfat syrup

h.    Vitamin A 10mg

i.      Curcuma 3x1 sendok makan

j.      Salofak 

k.    Injeksi Vit K 1 ml / 8 jam

8.        Rencana pulang

Tempat tinggal klien bersama keluarganya yaitu istri dan anaknya. Pasien pulang menggunakan mobil pribadi, pasien ingin cepat pulang, pelayanan kesehatan yang digunakan adalah Rumah Sakit.  Kontrol 1 minggu setelah tanggal pemulangan  Obat-obat yang dibawa pulang amoxicillin, curcuma, Sukralfat syrup Diit : makanan cair setelah itu boleh makan-makanan lunak hindari makanan yang merangsang menaiknya kadar asam lambung.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

B.       Analisa Data

 

No

Data

Masalah

Penyebab

1.

DS :Pasien mengatakan nyeri pada daerah  ulu hati dan perut kiri bawah 

O  : Pasien mengatakan nyeri di rasakan sekarang dan mulai 6 jam sebelum masuk RS P(provocative):pasien mengatakan nyeri dirasakan terus menerus.

Q : pasien menagatakan nyeri terasa seperti diremas- remas

R  :  Pasien mengatakan nyeri di rasakan ulu hati dan perut bagian bawah kiri

S  : Pasien mengatakan skala 4

T : Klien berusaha mengurangi gerakan agar nyeri tidak terasa

U : Klien mengatakan paham nyeri yang dirasakan

V : Klien berharap nyeri cepat hilang dan lekas sembuh  

DO : Pasien tampak gelisah dan tidak nyaman        

 Klien wajahnya menyeringai  

 

Nyeri akut (D.0077)

Agen biologis (iritasi mukosa lambung).

2.

DS : Pasien mengatakan lemas, mual, muntah Pasien mengatakan hanya minum susu cerelak dan air putih

DO : Pasien terlihat lemas

Diet Cair (3x200cc)

Pasien terpasang  Biocemical 

Hb : 12

Albumin : -

Clinical  : Pasien terlihat lemas

Diet : cair 3x200cc

 

Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (D.0019)

Menurunnya nafsu makan mual, muntah

3.

DS :  Pasien mengatakan kurang mngerti tentang penyakitnya

DO :  - Pasien tampak bingung

- Pasien kurang mengerti tentang penyakitnya

 

Defisit pengetahuan (D.0111)

Kurang pengetahuan (proses penyakit)

4.

DS :  -

DO : - Terpasang infus Rl 20tpm di tanggan kanan

Resiko infeksi (D.0142)

Agen cidera fisik tindakan infasif






 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

C.       Diagnosa Keperawatan

1.      Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa lambung ) di tandai dengan pasien mengatakan nyeri pada daerah ulu hati dan bagian perut kiri bawah. (D. 0077)

2.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Menurunnya nafsu makan mual, muntah di tandai dengan pasien mengatakan lemas, mual, muntah Pasien mengatakan hanya minum susu cerelak dan air putih. (D.0019).

3.      Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengetahuan (Proses penyakit) di tandai dengan pasien mengatakan kurang mngerti tentang penyakitnya. (D.0111)

4.      Resiko infeksi dengan faktor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif). (D.0142).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

D.  Intervensi Keperawatan

Nama Pasien / No RM               : Bp D / 0194xx

Ruangan                                    : Ruang Bougenfil

Tanggal                                      : 02 Januari 2021

Nama Mahasiswa                      : Dwi Siswandana

 

No

Diagnosa keperawatan

Tindakan Keperawatan

Rasional

Tujuan dan kriteria hasil

Intervensi

1.

Tanggal 02 Januari 2021 (10.00 WIB)

 

Nyeri akut (D.0077)

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 4 x 24 jam diharapakan nyeri berkurang atau hilang dengan kriteria hasil : 

 

1.    Klien mengatakan rasa nyeri berkurang atau hilang

2.    Tekanan darah 90/60140/90 mmHg

3.    Nadi 60- 100x/menit

4.    Respirasi 16- 24x/menit

5.    Nyeri 0-2

6.    Wajah klien tidak menyeringai

7.    Klien merasakan nyaman

Pain management (1.08238)

 

1.    Observasi tingkat nyeri klien secara konferhensif baik meliputi frekuensi, lokasi, intensitas, reaksi.

2.    Observasi tanda- tanda vital

3.    Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam

4.    Edukasi keluarga untuk memberikan suasana nyaman

5.    Jelaskan sebab - sebab nyeri kepada klien

6.     Kelola obat analgesik diberikan pada pukul 08.00, 16.00, 24.00 WIB

 

1.    Mengidentifikasi nyeri untuk melakukan intervensi

2.    Mengetahui perkembangan kondisi klien

3.    Mengurangi rasa nyeri yang di rasakan

4.    Membantu menjaga klien dan mengambil keputusan

5.    Memberikan informasi kepada klien tentang nyeri yang di rasakan

6.    Membantu mengurangi nyeri yang di rasakan

2.

Tanggal 02 Januari 2021 Jam 10.00 WIB

 

Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (D.0019)

 

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 4 x 24 jam diharapkan diharapakan klien dapat menunjukkan tidak adanya tanda-tanda ketidakseimbangan nutrisi kurang dari  kebutuhan dengan kriteria : 

 

1.     Nafsu makan baik 

2.     Porsi makan dihabiskan 

3.     Berat badan normal, sesuai dengan tinggi badan. 

 

1.   Observasi kebutuhan nutrisi pasien seperti makan dan minum Kaji nafsu makan klien saat pemberian diit.

2.   Kaji hal-hal yang menyebabkan klien malas makan 

3.   Anjurkan klien untuk makan porsi sedikit tapi sering.

4.   Anjurkan dan ajarkan melakukan kebersihan mulut sebelum makan.

5.   Kolaborasi dengan tim gizi dalam pemberian TKTP.

1.     Mengetahui keadaan pasien sejauh mana nafsu makan pasien

2.     Mengetahui sejahmana terjadinya perubahan pola makan dan sebagai bahan untuk  melaksanakan intervensi.

3.      Mendeteksi secara diri dan tepat agar mencari intervensi yang cepat dan tepat untuk penanggulangannya.  

4.     Porsi yang sedikit tapi sering membantu menjaga pemasukan dan rangsangan mual/muntah.

5.     Menimbulkan rasa segar, mengurangi rasa tidak nyaman, sehingga berefek meningkatkan nafsu makan.  

6.     Makanan Tinggi Kalori Tinggi Protein dapat mengganti kalori protein.

 

3.

Tanggal 02 Januari 2021 Jam 10.00 WIB

 

Defisit pengetahuan (D.0111)

Disease procces Setelah di lakukan tindakan keperawatan selam 4x 24 jam diharapkan deficit penegtahuan teratasi dengan kriteria hasil:

 

 

 

1.     Klien dan keluarga mampu menyatakan pemahaman tentang penyakit, kondisi, prognosis dan program pengobatan serta program diit

2.     Klien dan keluaraga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh perawat

 

1.   Observasi kemampuan klien dalam pemahaman tentang penyakitnya

2.   Bantu klien dalam memilih diit yang tepat ketika kembali dirumah

3.   Pendidikan kesehatan tentang gastritis erosif

4.   Libatkan keluarga untuk hidup sehat 

 

1.    Mengetahui kemampuan pasien dalam memenuhi kemampuan terhadap penyakitnya 

2.    Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya

3.    Memberikan informasi tentang penyakit yang dialami 

4.    Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya

5.    Membantu pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya

 

 

4.

Tanggal 02 Januari 2021 Jam 10.00 WIB

 

Resiko infeksi

(D.0142)

 

Infection control Riks control 

Setelah di lakukan tindakan kepeawatan selama 5 x 24 jam diharapakan klien tidak mengalami  adanya tanda tanda infeksi dengan kriteria hasil :

1.    Klien bebas dari tanda tanda dan gejala infeski

2.    Mendeskripsikan proses penularan serta penatalaksanannya 

3.    Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi

4.    Jumlah leukosit dalam batas normal

5.    Menunjukan prilaku hidup sehat

Infection control

1.    Observasi keadaan umum pasien

2.    Observasi tanda tanda infeksius secara konfrehensif

3.    Awasi tanda vital, perhatikan demam, menggigil, berkeringat, perubahan mental, meningkatnya nyeri abdomen

4.    Lakukan pencucian tangan dengan baik sebelum kontak dengan klien

5.    Lakukan prinsip septik dan antiseptik setiap tindakan

6.    Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/orang terdekat

7.    Berikan obat antibiotic melalui intra vena 

 

1.    Mengetahui keadaan umum pasien

2.    Mengetahui perkembangan pasien

3.    Dugaan adanya infeksi terjadinya sepsis, abses, perfonitis

4.    Menurunkan risiko penyebaran bakteri

5.    Meminimalkan transisi mikroorganisme

6.    Pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi, memantu menurunkan ansietas

7.    Menurunkan jumlah mikroorganisme, menurunkan penyebaran dan pertumbuhannya











 

 

 

 

 

 

 

 

 

E.    Implementasi Keperawatan

Tujuan dari pelaksanaan adalah membantu klien dalam mencapai tujuan yang ditetapkan yang mencangkup peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit dan pemulihan kesehatan. Dalam pelaksanaan penulis melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan rencana yang telah disusun.

Diagnosa :

1.        Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa lambung )

a.         Mengukur tanda – tanda vital pasien

1)         TD : 100/70 mmHg

2)         Nadi : 88x/menit

3)         Respirasi : 24x/

4)         Suhu : 37,1˚C

b.    Memberikan lingkungan yang nyaman

c.    Mengobservasi pasien secara non verbal

2.  Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan menurunnya nafsu makan mual, muntah.

a.   Mengobservasi keadaan umum pasien.

b.   Mengobservasi kebutuhan nutrisi pasien.

c.   Menganti cairan infus di tangan kiri dengan faktor tetesan 20 tetes/ menit

      menggunakan cairan infus RL 500cc.

d.   Membantu pasien untuk makan siang.

e.   Memberikan injeksi Lansoprzole 30 mg melalui intravena.

e.   Memberikan obat oral Salofac dan curcuma.

3.    Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengetahuan (Proses penyakit

a.   Mengobservasi keadaan umum pasien.

b.   Mengobservasi pasien tingkat pengetahuan terhadap penyakitnya.

c.       Memberikan pendidikan kesehatan kepada apsien tentang penyakitnya.

d.   Memberikan informasi kepada pasien untuk hidup sehat.

4.    Resiko infeksi dengan factor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif )

a.   Mengoservasi keadaan umum pasien.

b.   Mengukur tanda – tanda vital

1)      TD : 100 / 70 mmHg

2)      Suhu : 37,1˚C

3)      Respirasi : 24 x/menit

4)      Nadi : 88x/ menit

c.   Menganti hepavix pada tangan yang terpasang infus.

d.   Memberikan obat injeksi amoxicillin 1 gram melalui intra vena.

 

F.   Evaluasi

1.                     Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa lambung)

       Dalam asuhan keperawatan yangdilakukan penulis selama 2 hari terdapat nyeri akut berhubungan dengan agen cidera biologis (iritasi mukosa lambung) masalah ini teratasi sebagian dibuktikan dengan pasien merasakan nyeri perut berkurang.

2.                     Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Menurunnya nafsu makan mual, muntah

       Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 2 hari terdapat ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Menurunnya nafsu makan mual, muntah teratasi sebagian dibuktikan bahwa pasien saat makan sudah tidak mual lagi.

3.                     Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (Proses penyakit)

       Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 2 hari terdapat masalah defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang pengetahuan (proses penyakit) teratasi sebagian dibuktikan pada saat penulis melakukan pendidikan kesehatan pasien dapat memahami penyakitnya dengan menyebutkan penyebab penyakit yang dialaminya.

4.   Resiko infeksi dengan factor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif )

       Dalam asuhan keperawatan yang dilakukan penulis selama 2 hari terdapat masalah resiko infeksi belum teratasi dibuktikan dengan pasien masih terpasang infus intra vena.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan

Setelah melaksanakan Asuhan Keperawatan pada dengan pasien gastritis erosif selama 2 hari dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan yang terdiri dari: Pengkajian, diagnosa, perencanaan keperawatan, catatan perkembangan (pelaksanaan dan evaluasi) dan dokumentasi, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kasus gastritis erosif dalam memberikan asuhan keperawatan perlu adanya intervensi. Adapun diagnosa yang muncul pada teori adalah :

1.        Nyeri sehubungan dengan iritasi gastrium atau pengecilan kelenjar gastric Ansietas  dengan krisis situasional.

2.        Kekurangan volume cairan sehubungan dengan pemasukan cairan dan elektrolit yang kurang, muntah, perdarahan. Aktivitas intolerance berhubungan dengan kelemahan fisik.

3.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat.

Diagnosa yang muncul saat studi kasus

1.        Nyeri akut berhubungan dengan Agen cidera biologis (iritasi mukosa lambung).

2.        Ketidakseimbanagan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan Menurunnya nafsu makan mual, muntah.

3.        Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengetahuan (Proses penyakit).

4.        Resiko infeksi dengan factor resiko agen cidera fisik (Tindakan infasif).

5.        Setelah dilakukan tindakan keperawatan oleh Bp. D selama 2 hari dapat disimpulkan bahwa diagnosa yang muncul dalam teori dapat muncul pada saat tindakan keperawatan dan diagnose tambahan yang tidak muncul pada teori namun muncul pada saat melakukan tindakan keperawatan adalah Defisit pengetahuan berhubungan dengan Kurang pengetahuan (Proses penyakit) dengan adanya bukti bahwa pasien awalnya tidak memahami tentang penyakit yang dialaminya.

 

B.   Saran

Makalah ini jauh dari kata sempurna, kami dari kelompok enam sangan membutuhkan saran dan kritikan dari dosen pengasuh dan teman-teman dari kelompok lain guna untuk menyempurnakan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

 

1.         Asmadi. (2018). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta: EGC

2.         Doenges E.Maryln. (2017). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta: EGC

3.         Doengoes,Marilyn.E. dkk. 2017.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat    Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

4.         Dr. W Herdin Sibuea dkk (2019). Ilmu Penyakit Dalam. Rineka Cipta . Jakarta 

5.         Misnadiarly. (2019). Mengenal Penyakit Organ Cerna: Gastritis (Dyspepsia atau maag), Infeksi Mycobacteria pada Ulser Gastrointestinal. Jakarta: Pustaka Populer Obor.

6.         Mutakin Arif, Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Salemba Medika. Jakarta. 2018

7.         Novita. (2018). “Pengaruh lep wrapping di RSud Muntilan”.Jurnal. (dipublikasikan)

8.         Price, Sylvia Anderson.( 2008).Patofisiologi:  Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit , Edisi 6.Jakarta:EGC

9.         Rudi H., (2012). Keperawatan Medikal Bedah Sistem Pencernaan. Yogyakarta : Gosyen Publising.

10.     Rohman & Walid. (2018). Proses Keperawatan: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: AR- RUZZ MEDIA            

11.     Smeltzer, Suzanne C. (2019). Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah Brunner & Suddarth, Ed.8, EGC, Jakarta.

12.     Sudoyo Aru. (2019). Buku ajar ilmu penyakit Dalam, jilid 1,2,3, edisi keempat. Jakarta

13.     Wilkison, Judith M. (2018). Diagnosa Keperawatan : Diagnosis NANDA Intervensi NIC Hasil NOC. Jakarta: EGC