ARTIKULATOR
DAN CARA KERJA ARTIKULATOR
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur
seraya penyusun panjatkan ke hadirat Illahi Robbi yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehinnga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ARTIKULATOR
DAN CARA KERJA ARTIKULATOR”
Penulisan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah. Adapun isi dari makalah yaitu menjelaskan tentang
pengantar, pengertian dasar serta bunyi bahasa dan tata bahasa.
Seperti pepatah mengatakan “Tak ada gading yang tak
retak”. Penyusun menyadari makalah ini masih jauh dari sempurna. Hal ini
semata-mata karena keterbatasan kemampuan penyusun sendiri. Oleh karena itu,
sangatlah penyusun harapkan saran dan kritik yang positif dan membangun dari
semua pihak agar makalah ini menjadi lebih baik dan berdaya guna di masa yang
akan datang.
Aceh Besar,
Oktober 2019
Penyusun
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A.
Latar
Belakang............................................................................................. 1
B.
Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C.
Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A.
Pengertian
dari Artikulator........................................................................... 3
B.
Cara
kerja Artikulator................................................................................... 5
BAB IV PENUTUP............................................................................................. 11
A.
Kesimpulan................................................................................................. 11
B.
Saran........................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 12
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam
kehidupan sehari-hari masih banyak masyarakat yang memakai bahasa Indonesia
tetapi tuturan atau ucapan daerahnya terbawa ke dalam tuturan bahasa Indonesia.
Tidak sedikit seseorang yang berbicara dalam bahasa Indonesia, tetapi dengan
lafal atau intonasi Jawa, Batak, Bugis, Sunda dan lain-lain. Hal ini
dimungkinkan karena sebagian besar bangsa Indonesia memposisikan bahasa
Indonesia sebagai bahasa kedua. Sedangkan bahasa pertamanya adalah bahasa
daerah masing-masing. Bahasa Indonesia hanya digunakan dalam komunikasi
tertentu, seperti dalam kegiatan-kegiatan resmi.
Selain
itu, dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya di Sekolah Dasar, istilah
yang dikenal dan lazim digunakan guru adalah istilah “huruf” walaupun yang
dimaksud adalah “fonem”. Mengingat keduanya merupakan istilah yang berbeda,
untuk efektifnya pembelajaran, tentu perlu diadakan penyesuaian dalam segi penerapannya. Oleh
karena itu, untuk mencapai suatu ukuran lafal atau fonem baku dalam bahasa
Indonesia, sudah seharusnya lafal-lafal atau intonasi khas daerah itu dikurangi
jika mungkin diusahakan dihilangkan
Ketika
kita mendengar orang berbicara, maka kita akan dengar runtutan bunyi bahasa.
Runtutan bunyi bahasa ini dapat dianalisis dan disegmentasikan berdasarkan
tingkatan-tingkatan kesatuannya yang ditandai dengan hentian-hentian atau jeda
yang terdapat dalam runtutan bunyi tersebut. Bidang linguistik yang
mempelajari, menganalisis, dan membicarakan runtutan bunyi-bunyi bahasa disebut
fonologi. Adapun satuan bunyi yang menjadi objek studinya yaitu fonetik dan
fonemik. Dalam hal mengeluarkan, menghasilkan, atau mengucapkan bunyi, tentu
saja melalui proses. Kita perlu mengetahui bagaimana proses pengeluaran
bunyi-bunyi bahasa dan organ-organ apa saja yang berperan dalam proses
tersebut.
Jika
diperhatikan bunyi-bunyi yang terdapat pada kata-kata [intan], [angin], dan [batik]
tidak sama. Ketidaksamaan bunyi pada deretan kata-kata itulah sebagai salah
satu objek atau sasaran studi fonologi khususnya cabang ilmu fonetik. Dalam
kajiannya, fonetik berusaha mendeskripsikan perbedaan bunyi-bunyi itu serta
menjelaskan sebab-sebabnya. Dalam makalah ini, akan dibahas lebih lanjut
mengenai kajian-kajian fonetik tersebut.
Bahasa
adalah kunci pokok bagi kehidupan manusia di atas dunia ini, karena dengan
bahasa orang bisa berinteraksi dengan sesamanya dan bahasa merupakan sumber
daya bagi kehidupan bermasyarakat. Adapun bahasa dapat digunakan apabila saling
memahami atau saling mengerti erat hubungannya dengan penggunaan sumber daya
bahasa yang kita miliki. Kita dapat memahami maksud dan tujuan orang lain
berbahasa atau berbicara apabila kita mendengarkan dengan baik apa yang
dikatakan. Untuk itu keseragaman berbahasa sangatlah penting, supaya komunikasi
berjalan dengan lancar.
B. Rumusan Masalah
Adapun
yang menjadi rumusan masalahnya, yaitu:
1. Apa
pengertian dari Artikulator
2. Bagaimana
cara Artikulator
C. Tujuan Penulisan
Adapun beberapa tujuan
dalam penulisan makalah ini, yaitu:
1. Untuk
mengetahui pengertian dari Artikulator.
2. Untuk
mengetahui cara Artikulator.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Pengertian dari Artikulator
1.
Pengertian Artikulasi
Artikulasi
adalah Perubahan rongga dan ruang yang terjadi dalam saluran suara untuk
menghasilkan bunyi atau bahasa. Daerah artikulasi terletak dari bibir luar
sampai pita suara, dimana fonem-fonem terbentuk dari getaran pita suara
disertai dengan perubahan posisi lidah dan semacamnya.
Artikulasi
artinya pengucapan kata melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar
serta jelas, sehingga telinga pendengar atau penonton bisa mengerti pada kata
kata yang diucapkan.
Dalam
vokal musik/lagu, artikulasi merupakan sebuah cara mengucapkan kata-kata dalam
bernyanyi agar pesan lagu dapat dimengerti dan dipahami oleh para pendengar.
Faktor-faktor yang perlu diperhatikan untuk mendapatkan artikulasi yang baik
diantaranya yaitu sikap badan yang tegap, latihan vokalisis, posisi mulut yang
benar, pembentukan bunyi lokal, dan pembentukan bunyi konsonan.
2.
Pengertian Artikulasi Menurut Para Ahli
Menurut
Mustain (2010: 30), artikulasi adalah apa yang kita definisikan sebagai
struktur-struktur dalam otak yang melibatkan kemampuan bicara (area kemampuan
bicara), membaca atau pemprosesan kata lainnya dan area gerak tambahan
(menulis, membuat sketsa, dan gerak-gerak ekspresif lainnya).
Berdasarkan
definisi menurut Mustain, artikulasi merujuk kepada apa saja yang berkaitan
dengan aktivitas berbicara dan melakukan sesuatu akibat dari pemrosesan hasil
dari kerja otak. Penerapan model artikulasi dalam proses pembelajaran sangat
melibatkan kemampuan berbicara serta gerak ekspresi akibat dari kegiatan
berpikir siswa.
3.
Model Pembelajaran Artikulasi
Pengertian
Artikulasi Salah satu model artikulasi yang bisa dijadikan sebagai media
pembelajaran adalah dengan cara membentuk kelompok berpasangan, di mana salah
satu siswa menyampaikan materi yang baru diterima kepada pasangannya kemudian
bergantian, presentasi di depan kelas perihal hasil diskusinya dan guru
membimbing siswa untuk memberikan kesimpulan.
Model
pembelajaran artikulasi prosesnya seperti pesan berantai. Artinya apa yang
telah diberikan guru, seorang siswa wajib meneruskan menjelaskannya pada siswa lain
(pasangan kelompoknya). Hal ini merupakan keunikan model pembelajaran
artikulasi. Siswa dituntut untuk bisa berperan sebagai penerima pesan sekaligus
berperan sebagai penyampai pesan.
4.
Pembelajaran Artikulasi Menurut Para
Ahli
Menurut
Huda (2013: 269), pembelajaran artikulasi merupakan model pembelajaran yang
menuntut siswa aktif dalam pembelajaran. Pada pembelajaran ini, siswa dibagi ke
dalam kelompok-kelompok kecil yang masing-masing anggotanya bertugas
mewawancarai teman kelompoknya tentang materi yang baru dibahas. Skill
pemahaman sangat diperlukan dalam model pembelajaran ini.
Dengan
demikian, model pembelajaran artikulasi merupakan sebuah model pembelajaran
yang menekankan pada konsep siswa aktif. Karena siswa akan dibagi ke dalam
beberapa kelompok kecil secara berpasangan, satu siswa bertugas untuk
mewawancarai siswa lainnya secara bergantian guna untuk mengetahui seberapa
paham para siswa mengenai materi yang disampaikan oleh guru. Setelah itu wakil
kelompok akan menyampaikan hasil dari kegiatan wawancara.
5.
Pengertian Artikulator
Artikulasi
sangat berhubungan dengan artikulator. Apa itu artikulator? Artikulator adalah
alat ucap, yaitu semua organ tubuh manusia yang berfungsi dalam pengucapan
bunyi dan bahasa (artikulasi). Organ-organ artikulator diantaranya adalah
paru-paru, laring, faring, rongga hidung, rongga mulut, bibir, gigi, lidah,
alveolum, palatum, velum, dan unila.
6.
Jenis Artikulator
a.
Artikulator dibagi ke dalam dua jenis,
yaitu artikuator pasif, dan artikulator aktif.
b.
Artikulator aktif adalah alat ucap yg
dapat bergerak, untuk menghasilkan bunyi bahasa (seperti lidah dan bibir).
c.
Artikulator pasif adalah alat ucap yang
tidak dapat bergerak, tetapi disentuh atau didekati oleh artikulator aktif
dalam menghasilkan bunyi bahasa (misal gigi atas dan langit-langit)
B. Cara kerja Artikulator
a. Alat
ucap dibagi menjadi dua macam:
b. Artikulator;
adalah alat-alat yang dapat digerakkan/ digeser ketika bunyi
Diucapkan
c. Titik
Artikulasi; adalah titik atau daerah pada bagian alat ucap yang dapat disentuh
atau didekati
Untuk mengetahui alat ucap yang
digunakan dalam pembentukan bahasa, perhatikan bagan berikut.
Fonem-fonem yang dihasilkan karena
gerakan organ-organ bicara terhadap aliran udara dari paru-paru sewaktu
seseorang mengucapkannya. Jika bunyi ujaran yang keluar dari paru-paru tidak
mendapat halangan, maka bunyi atau fonem yang dihasilkan adalah vokal.
Selanjutnya jika bunyi ujaran ketika udara keluar dari paru-paru mendapat
halangan, maka terjadilah bunyi konsonan.
1. Jenis-jenis Fonem
Fonem
vokal
Nama-nama fonem vokal yang ada dalam
bahasa Indonesia adalah:
a. vokal
depan, tinggi, tak bundar
b. vokal
depan, sedang, atas, tak bundar
c. vokal
depan, rendah, tak bundar
d. vokal
tengah, sedang, tak bundar
e. vokal
belakang, atas, bundar
f. vokal belakang, atas, bundar
2. Fonem
vokal yang dihasilkan tergantung dari hal berikut.
a)
Tinggi rendahnya posisi lidah
Berdasarkan tinggi rendahnya posisi
lidah bunyi-bunyi vokal dapat
dibedakan atas:
a. vokal
tinggi atas, seperti bunyi [i] dan [u]
b. vokal
tinggi bawah, seperti bunyi [I] dan [U]
c. vokal
sedang atas, seperti bunyi [e] dan [o]
d. vokal
sedang bawah, seperti bunyi [ɛ] dan [ﬤ]
e. vokal
sedang tengah, seperti bunyi [∂]
f. vokal
rendah, seperti bunyi [a]
b)
Maju mundurnya lidah
Berdasarkan
maju mundurnya lidah bunyi vokal dapat dibedakan atas:
a. vokal
depan, seperti bunyi [i], [e], dan [a]
b. vokal
tengah, seperti bunyi [∂]
c. vokal
belakang, seperti bunyi [u] dan [o]
Berkenaan dengan penentuan bunyi vokal
berdasarkan posisi lidah ada konsep yang disebut vokal kardinal (Jones
1958:18), yang berguna untuk membandingkan vokal-vokal suatu bahasa di antara
bahasa-bahasa lain. Konsep vokal kardinal ini menjelaskan adanya posisi lidah
tertinggi, terendah, dan terdepan dalam memproduksi bunyi vokal itu. Bunyi
vokal [i] diucapkan dengan meninggikan lidah depan setinggi mungkin tanpa
menyebabkan terjadinya konsonan geseran. Vokal [a] diucapkan dengan merendahkan
pangkal lidah sebawah mungkin. Vokal [u] diucapkan dengan menaikkan pangkal
lidah setinggi mungkin.
c)
Struktur
Struktur pada bunyi vokal adalah jarak
antara lidah dengan langit-langit keras (palatum). Maka, berdasarkan
strikturnya bunyi vokal dapat dibedakan menjadi:
a. Vokal tertutup (close vowels) yaitu vokal
yang dibentuk dengan lidah diangkat setinggi mungkin mendekati langit-langit.
Vokal tertutup antara lain [i], [u].
b. Vokal semi tertutup (half-close) yaitu vokal
yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di bawah
tertutup atau dua per tiga di atas vokal terbuka. Vokal semi tertutup antara
lain [e], [∂], dan [o].
c. Vokal semi terbuka (half-open) yaitu vokal
yang dibentuk dengan lidah diangkat dalam ketinggian sepertiga di atas terbuka
atau dua per tiga di bawah vokal tertutup. Vokal semi terbuka antara lain [É›]
dan [ﬤ].
d. Vokal terbuka (open vowels) yaitu vokal yang
dibentuk dengan lidah dalam posisi serendah mungkin. Vokal terbuka adalah [a].
d) Bentuk
mulut
Berdasarkan bentuk mulut sewaktu bunyi
vokal itu diproduksi dapat dibedakan:
a.
Vokal bundar, yaitu vokal yang diucapkan
dengan bentuk mulut membundar. Dalam hal ini ada yang bundar terbuka seperti
bunyi [ﬤ], dan yang bundar tertutup seperti
bunyi [o] dan bunyi [u].
b.
Vokal tak bundar, yaitu vokal yang
diucapkan dengan bentuk mulut tidak membundar, melainkan terbentang melebar,
seperti bunyi [i], bunyi [e], dan bunyi [É›].
c.
Vokal netral, yaitu vokal yang diucapkan
dengan bentuk mulut tidak bundar dan tidak melebar, seperti bunyi [a]
Berdasarkan keempat kriteria diatas,
maka nama-nama vokal dapat disebutkan sebagai berikut:
a.
[i] adalah vokal depan, tinggi (atas),
tak bundar, tertutup.
b.
[I] adalah vokal depan, tinggi (bawah),
tak bundar, tertutup.
c.
[u] adalah vokal belakang, tinggi
(atas), bundar, tertutup.
d.
[U] adalah vokal belakang, tinggi
(bawah), bundar, tertutup.
e.
[e] adalah vokal depan, sedang (atas),
tak bundar, semi tertutup.
f.
[É›] adalah vokal depan, sedang (bawah),
tak bundar, semi terbuka.
g.
[∂] adalah vokal tengah, sedang, tak
bundar, semi tertutup.
h.
[o] adalah vokal belakang, sedang
(atas), bundar, semi tertutup.
i.
[ﬤ]
adalah vokal belakang, sedang (bawah), bundar, semi terbuka.
j.
[a] adalah vokal belakang, rendah,
netral, terbuka.
e)
Fonem Diftong
Fonem diftong yang ada dalam bahasa
Indonesia adalah fonem diftong /ay/, diftong /aw/, dan diftong /oy/. Ketiganya
dapat dibuktikan dengan pasangan minimal.
a. /ay/
gulai x gula (gulay x gula)
b. /aw/
pulau x pula (pulaw x pula)
c. /oi/
sekoi x seka (s∂koy x seka)
Adapun
klasifikasi diftong adalah sebagai berikut:
Diftong naik, terjadi jika vokal yang
kedua diucapkan dengan posisi lidah menjadi lebih tinggi daripada yang pertama.
1.
Contoh:
a.
[ai] <gulai>
b.
[au]
<pulau>
c.
[oi] <sekoi>
d.
[∂i] <esei>
Diftong
turun, terjadi bila vokal kedua diucapkan dengan posisi lebih rendah daripada
yang pertama. Dalam bahasa Jawa ada diftong turun contohnya:
a.
[ua] pada kata <muarem> ‘sangat puas’
b.
[uo] pada kata <luoro> ‘sangat
sakit’
c.
[uÉ›] pada kata <uelek> ‘sangat
jelek’
Diftong
memusat, terjadi bila vokal kedua diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih
tinggi, dan juga diacu oleh sebuah atau lebih vokal yang lebih rendah. Dalam
bahasa Inggris ada diftong [oα] seperti pada kata <more> dan kata
<floor>. Ucapan kata <more> adalah [mo∂] dan ucapan kata
<floor> adalah [flo∂].
2.
Fonem Konsonan
·
Nama-nama
fonem konsonan bahasa Indonesia adalah
a.
/b/ konsonan bilabial, hambat, bersuara
b.
/p/ konsonan bilabial, hambat, tak
bersuara
c.
/m/ konsonan bilabial, nasal
d.
/w/ konsonan bilabial, semi vokal
e.
/f/ konsonan labiodentals, geseran, tak
bersuara
f.
/d/ konaonan apikoalveolar, hambat,
bersuara
g.
/t/ konsonan apikoaveolar, hambat, tak
bersuara
h.
/n/ konsonan apikoaveolar, nasal
i.
/t/ konsonan apikoaveolar, sampingan
j.
/r/ konsonan apikoaveolar, getar
k.
/z/ konsonan laminoalveolar, geseran,
bersuara
l.
/s/ konsonan laminoalveolar, geseran,
tak bersuara
m.
/∫/ konsonan laminopalatal, geseran,
bersuara
n.
/ñ/ konsonan laminopalatal, nasal
o.
/j/ konsonan laminopalatal, paduan,
bersuara
p.
/c/ konsonan laminopalatal, paduan, tak
bersuara
q.
/y/ konsonan laminopalatal, semivokal
r.
/g/ konsonan dorsevelar, hambat, bersuara
s.
/k/ konsonan dorsevelar, hambat, tak
bersuara
t.
/Å‹/ konsonan dorsevelar, nasal
u.
/x/ konsonan dorsevelar, geseran,
bersuara
v.
/h/ konsonan laringal, geseran, bersuara
w.
/?/ konsonan glotal, hambat
·
Fonem konsonan dapat digolongkan
berdasarkan 4 kriteria yakni:
Tempat artikulasi, yaitu tempat terjadinya
bunyi konsonan, atau tempat bertemunya artikulator aktif dan artikulator pasif.
Tempat artikulasi disebut juga titik artikulasi. Sebagai contoh bunyi [p]
terjadi pada kedua belah bibir (bibir atas dan bibir bawah), sehingga tempat
artikulasinya disebut bilabial. Contoh lain bunyi [d] artikulator aktifnya
adalah ujung lidah (apeksi) dan artikulator pasifnya adalah gigi atas (dentum),
sehingga tempat artikulasinya disebut apikondental.
Cara
artikulasi yaitu bagaimana tindakan atau perlakuan terhadap arus udara yang
baru keluar dari glotis dalam menghasilkan bunyi konsonan itu. Misalnya, bunyi
[p] dengan cara mula-mula arus udara dihambat pada kedua belah bibir, lalu
tiba-tiba diletupkan dengan keras. Maka bunyi [p] itu disebut bunyi hambat atau
bunyi letup. Contoh lain bunyi [h] dihasilkan dengan cara arus udara digeserkn
di laring (tempat artikulasinya). Maka, bunyi [h] disebut bunyi geseran atau
frikatif.
Bergetar
tidaknya pita suara, yaitu jika pita suara dalam proses pembunyian itu turut
bergetar atau tidak. Bila pita suara itu turut bergetar maka disebut bunyi
bersuara. Jika pita suara tidak turut bergetar, maka bunyi itu disebut bunyi
tak bersuara. Bergetarnya pita suara adalah karena glotis (celah pita suara)
terbuka sedikit, dan tidak bergetarnya pita suara karena glotis terbuka agak
lebar.
Striktur,
yaitu hubungan posisi antara artikulator aktif dan artikulator pasif. Umpamanya
dalam memproduksi bunyi [p] hubungan artikulator aktif dan artikulator pasif,
mula-mula rapat lalu secar tiba-tiba dilepas. Dalam memproduksi bunyi [w]
artikulator aktif dan artikulator pasif hubungannya renggang dan melebar.
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bahasa
Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita. Penting
tidaknya suatu bahasa dapat juga didasari patokan seperti jumlah penutur, luas
penyebaran, dan peranannya sebagai sarana ilmu, seni sastra, dan pengungkap
budaya. Bahasa Indonesia mempunyai kedudukan yang lebih penting daripada bahasa
daerah. Kedudukan yang penting itu sekali-kali bukan karena mutunya sebagai
bahasa, bukan karena besar kecilnya jumlah kosakata atau keluwesan dalam tata
kalimatnya, dan bukan pula karena kemampuan daya ungkapnya.
Beberapa
pengertian dasar berkenaan dengnTBBI adalah pengertian yang meliputi pengertian
tentang beberapa bunyi, pengertian tentang pembentukan kata, pengertian tentang
kalimat, dan pengertian tentang wacana.
Getaran
udara yang masuk ke telinga dapat berupa bunyi atau suara. Bunyi sebagai getar
udara dapat pula merupakan hasil yang dibuat oleh alat ucap manusia seperti
pita suara, lidah, dan bibir. Bunyi bahasa yang dibuat oleh manusia untuk
mengungkapkan sesuatu. Bunyi bahasa dapat terwujud dalam nyanyian atau tuturan.
B. Saran
Adapun saran yang dapat penyusun
sampaikan yaitu kita sebagai calon pendidik, harus selalu menggali potensi yang
ada pada diri kita. Cara menggali potensi dapat dilakukan salah satunya dengan
cara mempelajari makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat untuk kita
ke depannya. Amiinn.
DAFTAR
PUSTAKA
Hasan, Alwi, dkk.
(2003). Tata Bahasa Baku bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Misdan, Undang.
(1980). Bahasa Indonesia Pelajaran Bahasa
II. Jakarta: Depatemen Pendidikan dan Kebudayaan
Muchlisoh, dkk. (1992).
Pendidikan Bahasa Indonesia 3.
Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Resmini, Novi.
2006. Kebahasaan (Fonologi, Morfologi,
dan Semantik). Bandung: UPI PRESS.
Abdullah, alek
dan Achmad HP. 2013. Linguistik Umum. Jakarta: Gelora Aksara Pratama.
Alwi, Hasan,
dkk. 2003. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Chaer, Abdul.
2003. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
-------. 2006.
Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Asdi Mahasatya.
-------. 2009.
Fonologi Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Dola, Abdullah.
2011. Linguistik Khusus Bahasa Indonesia. Makassar: Badan Penerbit UNM.
Kridalaksana,
Harimurti. 2008. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Muslich, Masnur.
2013. Fonologi Bahasa Indonesia: Tinjauan Deskriptif Sistem Bunyi Bahasa
Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Tim Redaksi.
2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
No comments:
Post a Comment