STUDI POLA DISTRIBUSI DAN TINGKAT EFISIENSI PEMASARAN
HASIL TANGKAP DI PANGKALAN PENDARATAN
IKAN (PPI)
CALANG, KABUPATEN ACEH JAYA
KATA PENGANTAR
Segala Puji Penulis ucapkan atas nikmat dan karunia Allah SWT yang
telah diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal
penelitian ini dengan baik. Proposal penelitian ini berjudul
“ Studi Pola
Distribusi dan Tingkat Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya ”
Proposal penelitian ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terimakasih banyak kepada
berbagai pihak yang telah membantu penulis, diantaranya:
1.
Kepada Keluarga yang telah menjadi penyemangat dan memberikan
dukungan selama penelitian sampai menyelesaikan skripsi ini.
2.
Kepada pihak Dinas Kelautan dan Perikanan kabupaten Aceh Jaya yang telah mengizinkan penulis dalam melakukan penelitian.
3.
Kepada bapak Fauzi
syahputra S.Kel, M.Si selaku ketua program studi pemanfaatan sumberdaya
perikanan dan juga
selaku pembimbing kedua
4.
Kepada bapak Agus Naufal, M.Si selaku pembimbing pertama
- Kepada
teman – teman yang telah sama – sama berjuang untuk menyelesaikan
Praktikum ini.
Diharapkan, laporan ini bisa
bermanfaat untuk semua pihak. Selain itu, kritik dan saran yang membangun
sangat penulis harapkan dari para pembaca sekalian agar laporan ini bisa lebih baik lagi. Amin Yaa Rabbal’alamin.
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
belakang
Potensi wilayah pesisir kelautan berkaitan dengan sumberdaya yang
terkandung didalamnya dapat mendorong pertumbuhan wilayah melalui kegiatan
perikanan, industri pertambangan minyak dan gas bumi bawah laut, pariwisata,
agrobisnis, agroindustri, transportasi, pelabuhan permukiman serta kegiatan
jasa angkutan lainnya. (Parr 1999), pembangunan dan pengembangan wilayah
bertujuan untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan hidup masyarakat
melalui pembangunan yang terpadu antar sektor dengan memperhatikan aspek
keruangan. (Dahuri 2001) mendefinisikan wilayah pesisir sebagai daerah pertemuan
antara darat dan laut, dengan batas daratan meliputi bagian kering maupun yang
terendam air yang masih mendapat pengaruh sifat-sifat laut, seperti angin laut,
pasang surut dan perembesan air laut. Sebaliknya ke arah laut, wilayah pesisir
mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang
terjadi di darat seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun yang
disebabkan oleh kegiatan manusia di darat.
Ikan laut (pisces maris), adalah salah satu sumberdaya laut
yang dapat dikonsumsi untuk kesejahteraaan manusia di bumi. Menurut Adisasmita (2006),
ikan merupakan salah satu unsur pembangunan maritim. Perikanan merupakan mata
pencaharian pokok para nelayan. Penangkapan masih dilakukan dengan dengan
cara-cara tradisional karena pengetahuan dan modal sangat terbatas (Mubyarto
1989). Bappenas (2013) melansir bahwa berdasarkan data dari Badan Pangan Dunia,
pada tahun 2012, Indonesia menempati peringkat ke-2 untuk produksi perikanan
tangkap laut. Artinya pembangunan nasional yang berbasis perikanan benar-benar
penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Aceh
merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang secara geografis dikelilingi laut
dimana 17 kabupaten/kota berhubungan langsung dengan laut. Ekosistem perairan
pesisir dan laut Aceh sangat strategis dan sesuai untukkehidupan berbagai jenis
biota serta kegiatan usaha perikanan tangkap danbudidaya. Di sepanjang pesisir
Aceh terdapat ekosistem Mangrove yang dapat berfungsi antara lain sebagai
tempat tumbuh kembangnya berbagai jenis biota lautdan mencegah terjadinya
abrasi pantai. (Basri 2014).
Kabupaten Aceh Jaya merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Aceh
memiliki wilayah pesisir dengan garis pantai sepanjang 160 km. Secara umum
Kabupaten Aceh Jaya dikenal sebagai daerah pertanian juga sebagai daerah
nelayan/maritim. Permintaan kebutuhan pasokan ikan dari dalam dan luar wilayah
Kabupaten Aceh Jaya telah menggerakan pertumbuhan perekonomian wilayah dari
subsektor perikanan, hal ini dapat menjadi motor penggerak dalam pembangunan ekonomi
daerah (Mursaini 2014)
Menurut Adisasmita (2005) untuk menciptakan suatu sistem
pembangunan ekonomi daerah yang mandiri dalam arti berkecukupan dan
berkelanjutan dilakukan dengan pendekatan kebijakan pembangunan pada kekhasan
lokal yang memanfaatkan sumberdaya alam lokal, sumber daya institusional lokal
dan kelembagaan yang dimiliki.
Kebijakan pembangunan perikanan Kabupaten Aceh Jaya sebagai
pengembangan kawasan pertumbuhan ekonomi daerah salah satunya adalah pengembangan
Kawasan PPI Calang. Sebagai wujud kebijakan pengembangan perikanan tangkap
telah dikembangkan fasilitas pelabuhan pangkalan pendaratan ikan (PPI) dan
tempat pelelangan ikan (TPI) di kawasan tersebut. Menurut Mursaini (2014) pembangunan
infrastruktur fasilitas PPI Calang mulai di bangun pertengahan tahun 2006,
dimaksudkan untuk mengembangkan produksi perikanan tangkap, lengkap dengan
kegiatan pengolahan dan jasa lainnya. Hal ini akan menjadikan kawasan PPI Calang
sebagai fungsi ekonomi dalam pertumbuhan wilayah.
Menurut Rais et.al (2004) fungsi ekonomi yang dimaksud
merupakan kebijakan secara makro bahwa suatu kawasan perairan ditetapkan
sebagai pertumbuhan kawasan ekonomi berdasarkan karakter yang dimiliki setiap
kelompok perairan yang dapat diperkirakan sebagai arahan komoditi unggulan,
kebutuhan infrastruktur, arahan kelembagaan, arahan jaringan pemasaran produk
ataupun perkiraan tingkat kerawanan bencana.
Berdasarkan Qanun Aceh Nomor 7 tahun 2010 tentang perikanan, dalam
pasal 43 dan 44 menjelaskan, pelabuhan perikanan adalah pusat pendaratan ikan
yang terdiri atas daratan dan pearian di sekitarnya dengan batas-batas tertentu
sebagai tempat kegiatan pemerintah pembinaan nelayan kegiatan bisnis perikanan.
Pelabuhan perikanan rakyat adalah pelabuhan yang dibangun dan dikelola rakyat
setempat.
Keberadaan kelompok pangkalan pendaratan ikan (PPI) Calang sudah
berjalan sejak dulu sebagai tempat pendaratan dan pelelangan ikan oleh
masyarakat nelayan calang, mengingat lokasinya yang strategis dan dekat dengan
pusat Kota Calang serta ditunjang oleh prasarana yang memadai menjadikan PPI Calang
menjadi peluang dalam pengembangannya. Serta didukung dengan adanya Tempat
Pelelangan Ikan (TPI) Calang guna untuk membantu pemasaran ikan di daerah
tersebut.
Hendrik (2013) mengatakan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) merupakan
salah satu fungsi utama dalam kegiatan perikanan dan juga merupakan salah satu
faktor yang menggerakkan dan meningkatkan usaha dan kesejahteraan nelayan.
Fenomena yang
dihadapi oleh masyarakat nelayan dan petani sekarang ini bukan saja masalah
produksi melainkan sampai pada masalah pemasaran dan distribusi. Masalah
pemasaran dan distribusi tidak saja berhubungan dengan sarana fisik (jalan dan
angkutan) untuk mencapai pasar yang lebih luas, melainkan juga keterlibatan
pihak ketiga (pedagang perantara) yang turut memperumit pola distribusi yang
efisien. Seharusnya pihak ketiga (pedagang perantara) adalah mitra bisnis yang
dapat diandalkan untuk dapat mensejahterakan masyarakat nelayan dan petani.
Oleh karena itu, masalah efisiensi merupakan masalah yang terpenting tidak saja
dalam kegiatan produksi melainkan juga dalam kegiatan pemasaran dan distribusi.
Distribusi adalah istilah yang biasa digunakan dalam pemasaran untuk
menjelaskan bagaimana suatu produk atau jasa dibuat secara fisik tersedia bagi
konsumen. Pengertian
pemasaran (marketing) adalah luas sekali, tetapi pada prinsipnya adalah
distribusi-penyampaian produk dari produsen ke konsumen. Distribusi (saluran
pemasaran) adalah bagian dari marketing mix (Webster Jr 1992 dikutip
oleh Waoma 2015 ). Dalam lingkup agribisnis, distribusi juga berarti tataniaga
danjuga berarti pemasaran / marketing (Soekartawi & Mubyarto 1989;
Hanafie 2010). Masalah pemasaran perikanan adalah terjadinya perbedaan harga /
margin pemasaran yang besar antara nelayan dengan konsumen akhir. Semakin tiggi
margin pemasaran berarti semakin tidak adil, dan sebaliknya (Soekartawi & Mubyarto
1989).
Pemasaran mempunyai tujuan pokok untuk memenuhi permintaan konsumen
baik pada tingkat harga, jumlah dan waktu yang tepat serta mutu yang baik,
tidak ada artinya produksi perikanan yang besar jumlahnya jika tidak
dipasarkan. Oleh sebab itu pemasaran merupakan kegiatan yang perlu mendapat
perhatian sehingga peran pemasaran menjadi penting dan menentukan bagi usaha
perikanan khususnya (Effendi dan Oktariza, 2006). Tanpa kegiatan pemasaran maka
semua produk yang dihasilkan tersebut adalah merupakan suatu barang yang tidak
bermanfaat. Dengan demikian, kegiatan pemasaran adalah sangat penting dalam
semua kegiatan yang menghasikan barang ataupun jasa. Menurut Johanson (2013)
dengan judul analisis efisiensi pola distribusi hasil penangkapan ikan nelayan
kecamatan kahayan kuala kabupaten pulang pisau mengatakan bahwa salah satu
fenomena ketidak efisienan yang dihadapi nelayan/petani dalam masalah pemasaran
dan distribusi adalah pola-pola distribusi yang rumit dan panjang yang
menyebabkan beberapa konsekuensi yang dihadapi nelayan dan petani. Oleh sebab
itu, karena kurangnya informasi mengenai pola pemasaran dan distribusi serta
tingkat harga di setiap lembaga pemasaran yang terlibat, dan juga untuk mengetahui
permasalahan yang terdapat dalam pemasaran hasil tangkap di PPI Calang, maka
penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Studi
Pola Distribusi dan Tingkat Efisiensi Pemasaran Hasil Tangkap di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya”.
1.2
Rumusan
masalah
1.
Bagaiman pola distribusi dan pemasaran hasil
tangkapan yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang Kabupaten
Aceh Jaya ?
2.
Bagaimana tingkat margin pemasaran ikan di PPI
Calang, kabupaten Aceh Jaya ?
3.
Bagaimana tingkat efisiensi pola pemasaran ?
1.3
Tujuan
penelitian
1.
Untuk mengetahui pola pemasaran hasil tangkapan
yang dilakukan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Calang, Kabupaten Aceh Jaya
2.
Untuk menganalisis margin pemasaran ikan di PPI
Calang, kabupaten Aceh Jaya
3.
Untuk menganalisis tingkat efisiensi pola
pemasaran
1.4
Manfaat
Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
informasi bagi setiap lembaga pemasaran hasil perikanan serta instansi-instansi
yang terkait.Dengan diketahuinya pola pemasaran yang terjadi di Pangkalan
Pendaratan Ikan (PPI) Calang Kabupaten Aceh Jaya, diharapkan Pemerintah
Kabupaten Aceh Jaya dapat mengambil kebijakan lebih lanjut dan tepat untuk
kesejahteraan para nelayan khususnya dalam pemasaran hasil tangkapannya.
2
BAB II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Pengertian Pemasaran
Harman (2014), mengatakan bahwa pemasaran merupakan kegiatan untuk
menyampaikan barang dan jasa dari produsen ke konsumen. Proses ini merupakan
jalur yang melibatkan lembaga-lembaga tataniaga seperti agen, pedagang
pengumpul, pedagang besar, pedagang pengecer, dan industri pengolahan.
Dalam menjalankan aktivitas pemasaran salah satu hal yang memegang
peran penting adalah personal selling. Personal selling merupakan
salah satu metode promosi untuk mencapai tujuan tersebut, dan usaha ini
memerlukan lebih banyak tenaga kerja atau tenaga penjualan. Semua usaha
pemasaran adalah menambah penjualan dan memberikan kepuasan kepada konsumen
dalam jangka pendek maupun jangka panjang (Harman 2014).
Pengertian pemasaran menurut beberapa ahli adalah sangat beragam,
namun yang jelas dari defenisi kita ketahui bahwa pemasaran sangat berbeda
dengan penjualan. Pemasaran adalah kegiatan memasarkan barang atau jasa umumnya
kepada masyarakat (Ma’ruf 2006). Aktivitas pemasaran bermula dari pengamatan
kebutuhan konsumen.
Pemasaran merupakan suatu proses atau kegiatan dalam menyalurkan
produksi dari produsen ke konsumen sehingga menjadi jembatan antara produsen
dengan konsumen. Produsen harus memproduksi produk sesuai dengan keinginan
konsumen dan menguntungkan. Sementara itu, konsumen menghendaki produk yang
tepat mutu, tepat jumlah, tepat waktu dan tepat harga. Terdapat dua kepentingan
dalam pemasaran, yaitu kepentingan produsen dan kepentingan konsumen yang harus
disambungkan dan dipadukan sehingga menjadi kepentingan bersama secara harmonis
dan sinergis (Effendi dan Oktariza 2006).
pemasaran merupakan suatu proses pertukaran produk berupa barang,
jasa, dan ide yang melibatkan dua pihak atau lebih. Pada prakteknya, pemasaran
seringkali dipandang sebagai suatu upaya kreatif, promosi, atau periklanan,
distribusi, dan penjualan. Agar upaya pemasaran dapat dilakukan dengan efektif
dan mencapai sasaran diharapkan, diperlukan perumusanstrategi yang benar-benar
cermat. Dan salah satu hal terpenting yang dapat menunjang perumusan strategi
pemasaran tersebut adalah dengan analisa data pemasaran yang baik (waoma 2015).
Menurut McCarthy (1985) bahwa pemasaran memiliki beberapa fungsi
Universal yaitu :
1.
Fungsi
pembelian yang berarti mencari nilai barang-barang dan jasa.
2.
Fungsi
penjualan meliputi promosi dari pada produk
3.
Fungsi
pengangkutan meliputi perpindahan suatu barang dari suatu tempat ke tempat
lain.
4.
Fungsi
penyimpanan yaitu menahan barang
5.
Fungsi
standarisasi dan tingkat mutu meliputi pemilikan produk menurut ukuran dan
kualitas.
6.
Fungsi
pembelanjaan yaitu menyiapkan sejumlah uang atau kredit untuk biaya pemasaran.
7.
Fungsi
pengambilan resikomenanggung ketidak pastian dari proses pemasaran
8.
Fungsi
informasi pasar meliputi penyebaran informasi yang dibutuhkan untuk
merencanakan, melaksanakan serta mengawasi kegiatan pemasaran.
Menurut Abdi (2009), mengatakan bahwa dalam konteks yang lebih luas
pemasaran global diartikan sebagai proses pemusatan sumberdaya dan tujuan
organisasi pada peluang pasar global. Pemasaran memiliki tiga prinsip utama yaitu
:
1.
Menciptakan
nilai bagi pelanggan
2.
Mencapai
keunggulan barsaing atau keunggulan diferensial
3.
Memusatkan
tujuan sumberdaya dan usaha.
Menurut Jasin (2011), ada beberapa masalah pokok yang dihadapi
dalam sistem pemasaran ikan di Indonesia (terutama ikan laut) adalah :
a.
Adanya
saluran pemasaran yang panjang umumnya memperbesar biaya pemasaran dan ini akan
menjadi beban konsumen.
b.
Adanya
fasilitas fisik yang dirasakan sangat kurang, misalnya : sarana komunikasi,
pengangkutan, pengolahan dan bangunan pusat-pusat pasar di daerah konsumen.
c.
Margin
pemasaran ikan segar di Indonesia masih besar sehingga setiap lembaga pemasaran
dalam melakukan fungsinya memerlukan penanganan yang khusus dan menanggung
resiko yang besar.
d.
Sebagian
pedagang ikan terutama dikota-kota besar di kuasai oleh pedagang-pedagang yang
kuat modalnya.
Menurut Setiyorini (2018)
Bauran pemasaran produk ditelaah melalui pendekatan 4 P (Product, Price,
Place, dan Promotion).
1.
Produk
(products)
Merupakan
bentuk penawaran organisasi jasa yang ditujukan untuk mencapai tujuan melalui
pemuasan kebutuhan dan keinginan pelanggan. Produk disini bisa berupa apa saja
(baik yang berujut fisik maupun tidak) yang dapat ditawarkan kepada pelanggan
potensial untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu.
2.
Harga
(price)
Harga
berkenan dengan kebijakan strategis dan taktis seperti tingkat harga, struktur
diskon, syarat pembayaran dan tingkat diskriminasi harga diantara berbagai
kelompok pelanggan. Harga menggambarkan besarnya rupiah yang harus dikeluarkan
seorang konsumen untuk memperoleh satu buah produk dan hendaknya harga akan
dapat terjangkau oleh konsumen.
3.
Saluran
Distribusi (place)
Saluran
distribusi adalah lembaga ekonomi yang berperan sebagai perantara antara
produsen dan konsumen. Untuk produk ikan hasil penangkapan, saluran distribusi
merupakan hal yang penting karena mereka berfungsi mendekatkan produk (ikan)
kepada konsumen, tanpa mereka (saluran distribusi = perantara) maka ikan akan
tidak ada nilainya. Saluran distribusi suatu barang adalah saluran yang
digunakan oleh produsen untuk menyalurkan barang tersebut dari produsen sampai
ke konsumen atau pemakai industri (Swastha 1998).
Jenis saluran distribusi yang dapat digunakan sangat tergantung :
9.
Jenis
barang,
10.
Berat-ringan
barang,
11.
Mudah
pecah atau keras,
12.
Besar
atau kecil
13.
Sasaran
konsumen yang dituju,
14.
Pasar
yang dituju secara geografis, dan
15.
Perantara
Alasan-alasan
yang dapat dipahami terhadap penggunaan saluran distribusi bagi produsen dalam
menyalurkan produk ke konsumen, antara lain : 1) Pasar atau konsumen tersebar
luas, 2) Produsen tidak mampu melayani semua konsumen dengan tepat dan cepat,
3) Produsen tidak mampu melaksanakan kegiatan kontak langsung kepada konsumen
akhir (Johanson 2013).
4.
Promosi
(promotion)
Promosi
meliputi berbagai metode, yaitu iklan, promosi penjualan, penjualan tatap muka
dan hubungan masyarakat.
Pemasaran (marketing) pada prinsipnya adalah aliran barang
dari produsen ke konsumen.Aliran barang ini dapat terjadi karena adanya peranan
lembaga pemasaran. Peranan lembaga pemasaran ini sangat tergantung dari sistem
pasar yang berlaku dan karateristik aliran barang yang dipasarkan. Oleh karena
itu dikenal istilah saluran pemasaran atau marketing channel. Fungsi
saluran pemasaran ini sangat penting, khususnya dalam melihat tingkat harga dimasing-masing
lembaga pemasaran (Soekartawi 1989).
2.2
Saluran
Pemasaran
Jasin (2011), mengatakan strategi pemasaran merupakan salah satu
bagian yang terpenting dan mempunyai pengaruh yang sangat luas dan kuat
terhadap kelancaran arus barang dan jasa yang dimulai dari produsen sampai ke
konsumen akhir yang dapat menciptakan permintaan yang begitu efektif. Keberhasilan
suatu usaha atau badan dalam memasarkan produk perlu kita melihat atau
menetapkan tingkat saluran distribusi yang akan digunakan.
Saluran distribusi terdiri dari beberapa tingkatan, setiap
perantara yang melakukan usaha menyalurkan barang kepada konsumen akhir
membentuk suatu tingkatan saluran (Abdi 2009).
Menurut Ayunita (2013), menyatakan bahwa diantara produsen dan
konsumen ada sekelompok perantara yang menyalurkan produk diantara mereka.
Perantara ini sering disebut dengan saluran pemasaran. Saluran pemasaran adalah
organisasi-organisasi yang saling tergantung yang tercakup dalam proses yang
membuat produk dan jasa menjadi tersedia untuk digunakan atau dikonsumsi oleh
konsumen. Perangkat inilah yang menjadi alur lintas dari produsen ke konsumen
setelah diproduksi.
Menurut Kotler (1987), saluran pemasaran adalah sekelompok
organisasi yang saling bergantung dan terlibat dalam proses pembuatan produk
atau jasa yang disediakan untuk digunakan atau dikonsumsi. Saluran pemasaran
merupakan seperangkat alur yang diikuti produk atau jasa setelah diproduksi,
berakhir dalam pembelian dan digunakan oleh pengguna akhir. Menurut Widiastuti
(2008) ada 5 alternatif saluran distribusi/pemasaran yang dapat dipilih, yaitu
:
1.
Produsen
Konsumen
Bentuk
saluran distribusi yang paling pendek dan sederhana, tanpa menggunakan
perantara atau disebut juga dengan saluran distribusi langsung.
2.
Produsen
Pengecer Konsumen
Pada
saluran distribusi ini produsen menginginkan suatu lembaga lain, maksudnya
dalam hal ini pengecer yang menyampaikan produk ke konsumen, dimana pengecer
langsung membeli produk tanpa melalui pedagang besar dan menjual kembali kepada
konsumen.
3.
Produsen
Pedagang Besar Pengecer Konsumen (pengumpul)
Disini
produsen hanya melakukan penjualan dalam jumlah besar pada pedagang besar,
tidak menjual kepada pengecer, pembelian oleh pengecer dilayani oleh pedagang
besar dan pembelian oleh konsumen dilayani oleh pengecer.
Harga
jual di tingkat pedagang pengumpul paling tinggi karena lebih melayani industri
pengolah dari pada rumah makan, apalagi untuk pedagang pengecer. Akibatnya
margin pemasaran juga meningkat. (Purnomo 2018)
4.
Produsen
Agen Pedagang Besar Pengecer Konsumen
Dimana
produsen melibatkan agen didalamnya. Disini agen fungsinya adalah sebagai
penyalur yang kemudian mengatur sistem penjualannya kepada pedagang besar
selanjutnya kepada pengecer dan kemudian sampai ketangan konsumen. Saluran
distribusi ini sering digunakan untuk produk yang tahan lama.
5.
Produsen
Agen Pengecer Konsumen
Dalam saluran
distribusi ini produsen memiliki agen yang akan dipertemukan produsen untuk
menjalankan kegiatan penjualan kepada pengecer dan selanjutnya pengecer
menjualnya kepada konsumen. Pada dasarnya saluran distribusi yang dipakai baik
itu agen maupun pengecer tujuannya adalah untuk mendapatkan keuntungan dengan
sasaran konsumen. Agen disisni tugasnya mempertemukan si pembeli dengan si
penjual. Agen tidak mengambil alih kepemilikan dari barang tersebut.
2.3
Lembaga
Pemasaran
Lembaga pemasaran adalah badan usaha atau individu yang
menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komoditi dari produsen ke
konsumen akhir, serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu
lainnya. Lembaga pemasaran bertugas untuk menjalankan fungsi-fungsi pemasaran
serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Imbalan yang diterima
lembaga pemasaran dari pelaksanaan fungsi-fungsi pemasaran adalah margin
pemasaran (yang terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan) (Apriono 2012).
Menurut Made (2002), fungsi lembaga pemasaran yaitu untuk:
1.
Mengurangi
tugas produsen dalam kegiatan distribusi untuk mencari konsumen;
2.
Membantu
menyediakan peralatan dan jasa-jasa yang dibutuhkan;
3.
Membantu
dibidang pengangkutan; serta
4.
Membantu
dibidang keuangan dan menyediakan sejumlah dana untuk melakukan penjualan
secara kredit terhadap produsen.
Menurut Made (2002), lembaga pemasaran dapat digolongkan
berdasarkan pemilikan dan penguasaan atas barangnya, yaitu:
1.
Lembaga
pemasaran yang tidak memiliki barang, tetapi menguasai barang tersebut seperti:
agen perantara (broker) selling broker, dan buying broker,
2.
Lembaga
pemasaran yang memiliki dan menguasi barang seperti: pedagang pengumpul,
pedagang pengecer, pedagang eksport, import dan sebagainya,
3.
Lembaga
pemasaran yang tidak memiliki dan tidak menguasai barang seperti: lembaga
pemasaran fasilitas.
Masing-masing lembaga pemasaran, sesuai dengan kemampuan pembiayaan
yang dimilikinya, akan melakukan fungsi pemasaran secara berbeda-beda. Karena
perbedaan kegiatan dan biaya yang dikeluarkan, maka tidak semua kegiatan dalam
fungsi pemasaran dilakukan oleh lembaga pemasaran, dengan demikian biaya dan
keuntungan pemasaran menjadi berbeda di tiap tingkat lembaga pemasaran
(Soekartawi 2002).
2.4
Penanganan
2.4.1
Proses Kemunduran Mutu Hasil
Perikanan
Dalam setiap pemasaran perikanan mutu sangat berpengaruh terhadap
harga jual. Untuk menjaga mutu ikan tersebut tetap baik, maka diperlukan
penanganan yang baik pula agar mikroba yang terdapat pada ikan tersebut tidak
tumbuh dan berkembang. Oleh karena itu, untuk mencegah pembusukan tidak terjadi
diperlukan adanya penanganan yang baik di atas kapal baik pada saat penangkapan
maupun pada saat pembongkaran dilakukan. Untuk mendukung penanganan tersebut
maka diperlukan pula fasilitas pendukung yang baik dan memadai seperti TPI yang
bersih, sarana dan prasarana yang lengkap, pasca panen yang baik serta handling
yang cepat dan baik.
Sehingga dengan demikian, maka mutu ikan tersebut akan tetap
terjaga dan harga jualnya juga akan baik. Dan dengan mutu yang baik maka taraf
hidup nelayan sampai dengan konsumen akhir akan baik pula. Perlakuan penanganan
yang kurang baik dan peralatan tidak memadai, maka mutu ikan akan cepat sekali
mengalami kemunduran sehingga nilai ekonominya juga akan menurun. Pada daging
ikan tersebut tersedia sumber zat makanan makro molekul dan mikro molekul serta
metabolit-metabolit sederhana yang secara langsung dapat digunakan oleh mikroba
(Junianto 2003).
Secara garis besar, proses pembusukan pada ikan berjalan melalui 4
tahap sebagai berikut : Hyperaemia, rigor mortis, autolysis dan bacterial
decomposition
a.
Tahap
Hyperaemia
Lendir
ikan terlepas dari kelenjar-kelenjarnya didalam kulit, membentuk lapisan bening
yang tebal di sekeliling tubuh ikan. Pelepasan lendir dari kelenjar lendir ini
merupakan reaksi alami ikan yang sedang sekarat terhadap keadaan yang tidak
menyenangkan.
b.
Tahap
Rigormortis
Fase
ini ditandai dengan tubuh ikan yang kejang setelah ikan mati (rigor =
kaku; mortis = mati). Ikan dikatakan masih sangat segar dalam fase ini.
Tahapan ini ditandai oleh tubuh ikan mengejang setelah mati akibat proses
biokimia yang kompleks di dalam jaringan tubuh yang menghasilkan kontraksi dan
ketegangan.
c.
Tahap
Autolysis
Autolysis
belum dapat dapat disebut pembusukan karena hasil hidrolisis protein dan lemak
masih dapat dimakan oleh manusia. Namun demikian autolysis merubah
struktur daging sehingga kekenyalannya menurun, daging menjadi lembek, terbagi
menjadi lapisan-lapisan dan terpisah dari tulang. Kerusakan ini menyebabkan
bagian perut robek. Selain itu pemecahan protein menghasilkan substrat yang
disukai bakteri yang menyebabkan pembusukan.
d.
Tahap
Bacterial decomposition
Pada
tahapan ini bakteri telah terdapat dalam jumlah yang sangat banyak akibat perkembangbiakan
yang terjadi pada fase-fase sebelumnya. Aksi bakteri ini dimulai pada saat yang
hampir bersamaan dengan autolysis, dan kemudian berjalan sejajar.
pertumbuhan mikroba pada hasil produksi perikanan. Ikan yang telah
di es dalam pengirimannya harus diperhitungkan lama dan efektifitas pengemasan
serta apakah alat angkut atau kendaraan yang dipakai dalam pengiriman
dilengkapi alat pendingin atau tidak (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2015).
Menurut (Suherman 2008 dikutip oleh Waoma 2015), prioritas yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan panen yaitu perkembangan prasarana setelah
panen. Hal ini dimaksudkan agar produk perikanan punya daya saing dan dapat
meningkatkan mutu hasil perikanan tersebut serta akan berdampak pada pendapatan
dan akhirnya dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
2.5
Kegiatan Pemasaran
2.5.1
Pengumpulan
Informasi Pasar
Kegiatan pemasaran hasil perikanan telah mengikuti perkembangan
pemikiran pasar modern. Produsen harus dituntut untuk dapat menyediakan produk
perikanan yang sesuai dengan selera dan kebutuhan konsumen. Pengumpulan
informasi pasar dilakukan, terutama untuk mengetahui tipe produk (ikan hidup,
ikan segar, atau ikan olahan), ukuran, jumlah, harga, waktu, mekanisme
distribusi dan pelayanan yang dikehendaki oleh konsumen terhadap produk (Effendi
dan Oktariza 2006)).
Umumnya, permintaan produk perikanan relatif tetap dengan
kecenderungan meningkat sepanjang tahun. Pada sisi lain diketahui bahwa
pemasaran produk perikanan laut, penawarannya sangat dipengaruhi oleh
ketersediaan suplai atau hasil tangkapan nelayan. Suplai atau produk perikanan
tangkap sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain musim, jenis ikan,
serta lokasi pendaratan dan penangkapan ikan (Effendi dan Oktariza 2006).
2.5.2
Penyortiran
(Sorting)
Sortir merupakan kegiatan yang biasa dilakukan dalam pemasaran
agribisnis perikanan. penyortiran adalah memilih (sorting) dan
memisahkan individu dari suatu populasi ikan berdasarkan kriteria/performa
tertentu. Kriteria yang digunakan untuk memilih (menyortir) ikan mencakup
antara lain, jenis (spesies), ukuran (panjang atau bobot), warna, kondisi kesehatan,
kelengkapan morfologi tubuh dan tingkah laku (Abdi 2009).
Tujuan sortir antara lain adalah memenuhi permintaan pasar
(konsumen), meningkatkan keseragaman (mutu) produk, serta meningkatkan harga
produk dan penerimaan. Konsumen menghendaki produk perikanan dengan jenis,
ukuran dan mutu yang baik. Permintaan konsumen tersebut seyogyanya dipenuhi
agar produk perikanan bisa diapresiasikan oleh pasar dalam bentuk harga yang
layak (Junianto 2003).
2.5.3
Pengangkutan Hasil Perikanan
Produk perikanan akan bernilai bila bisa diangkut hingga sampai ke
konsumen secara tepat waktu, tepat jumlah, tepat mutu dan tepat harga. Bila
tidak, maka nilai produk perikanan tersebut menjadi berkurang atau tidak
berharga sama sekali. Oleh karena itu pengangkutan merupakan salah satu
kegiatan pemasaran yang sangat penting dan menentukan (Effendi dan Oktariza
2006). Pengangkutan produk perikanan merupakan penyampaian produk kepada
konsumen secara efisien dan menguntungkan.
Kegiatan pengangkutan dalam pemasaran produk agribisnis perikanan
bergantung kepada tipe produk perikanan, yaitu ikan hidup, ikan segar atau ikan
olahan. Pengangkutan ikan segar mensyaratkan lingkungan dingin disekeliling
produk sehingga dibutuhkan wadah khusus berupa cool box dan drum
berisulasi yang diberi es untuk pendingin. Pengangkutan jenis ini banyak
digunakan untuk mengangkut produk perikanan tangkap dari tempat pelelangan ikan
(TPI), tempat pendaratan ikan tautangkahan (Effendi dan Oktariza 2006).
2.5.4
Pengumpulan dan Penyimpanan
Pengumpulan (holding) merupakan kegiatan mengumpulkan produk
dari produsen sebelum dijual ke konsumen, sehingga kegiatan ini tidak terlepas
dari penyimpanan. Beberapa pertimbangan pengumpulan dan penyimpanan produk
perikanan, antara lain menstabilkan pasokan produk perikanan ke pasar, lokasi
produsen dan konsumen, serta skala ekonomi pengangkutan (Effendi dan Oktariza 2006).
Pengumpulan produk perikanan terjadi karena lokasi produsen
bersifat remote (jauh dan terpencil), terpencar dan ada kalanya memiliki
aksesibilitas yang buruk. Pedagang pengumpul mesti mengumpulkan barang tersebut
untuk dikumpulkan pada suatu tempat yang lebih dekat dan aksesibilitas yang
lebih tinggi ke pasar. Pedagang yang menang di dalam persaingan pemasaran
adalah pedagang yang bisa memenuhi prinsip tersebut terhadap pasar dan konsumen
(Effendi dan Oktariza 2006).
2.5.5
Analisis Usaha Perikanan
Analisis kelayakan usaha merupakan suatu analisis yang dilakukan
untuk mengetahui kelayakan finansial
investasi pada suatu usaha perikanan tangkap (Naufal 2016)
Usaha perikanan yang akan dilakukan oleh seorang pengusaha harus
menghasilkan keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
analisis usaha. Analisis usaha merupakan suatu cara untuk mengetahui tingkat
kelayakan dari suatu jenis usaha (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2007).
Tujuan analisis usaha adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan,
pengembalian investasi maupun titik impas suatu usaha. Berbagai antisipasi
untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan perusahaan juga dapat dilakukan
analisis usaha. Analisis usaha perikanan sangat diperlukan mengingat
ketidakpastian usaha yang cukup besar, apalagi usaha perikanan tangkap yang
sangat dipengaruhi oleh musim penangkapan dan kondisi cuaca yang tidak menentu (Effendi
dan Oktariza 2006).
2.5.6
Pola Pemasaran Produk Perikanan
Pemasaran produk perikanan adalah suatu kegiatan ekonomi yang
memindahkan produk dari sektor produksi ke sektor konsumsi yang umumnya
melibatkan barbagai lembaga pemasaran di pelabuhan perikanan.
Usaha pemasaran hasil perikanan baik untuk konsumsi lokal maupun
tujuan ekspor diarahkan untuk menunjang kelangsungan usaha perbaikan tingkat
penghasilan nelayan/petani ikan serta pengolah ikan dan juga menyediakan
kebutuhan protein hewani bagi masyarakat dalam jumlah yang cukup dan mutu yang
baik serta yang layak (Murniyati dan Sunarman 2000).
Pemasaran merupakan suatu proses atau kegiatan yang menyalurkan
produk dari produsen ke konsumen sehingga menjadi jembatan antara produsen dan
konsumen. Produsen harus memproduksi produk sesuai dengan keinginan konsumen
dan menguntungkan. Sementara itu konsumen menghendaki produk yang tepat mutu,
tepat jumlah, tepat waktu dan tepat harga. Terdapat dua kepentingan dalam
pemasaran yaitu kepentingan produsen dan kepentingan konsumen yang harus
disambungkan dan dipadukan sehingga menjadi kepentingan bersama secara harmonis
dan sinergis. Disitulah peran pemasaran menjadi penting yang dapat menentukan
serta menguntungkan bagi pengusaha perikanan (Effendi dan Oktariza 2006).
Manajemen pemasaran produk perikanan tidak hanya menyangkut aspek
teknis pemasaran. Seorang pengusaha perikanan harus sudah memikirkan kemana
produknya akan dipasarkan, tidak hanya produknya siap jual, tetapi jauh
sebelumnya, bahkan ketika masih dalam proses penyusunan rencana usaha harus
sudah ditentukan kemana produk akan dipasarkan (Abdi 2009)
Berdasarkan tingkat pembeli hasil perikanan, seorang produsen atau
nelayan dapat menjual hasil tangkapannya keberbagai tingkat pedagang. Dengan
adanya pemasaran yang lebih baik diharapkan untuk mendapatkan produk perikanan
pada waktu dan jumlah yang diperlukan dengan kualitas yang lebih baik, sehingga
produk perikanan tersebut memiliki nilai tambah.
Pada mulanya orientasi pemasaran lebih difokuskan pada produk perikanan,
tetapi pada saat sekarang ini kecenderungan yang ada menunjukan bahwa yang
menentukan pasar adalah pedagang atau konsumen bukan produsen (Effendi dan
Oktariza 2006).
2.6
Biaya,
Harga dan Margin Pemasaran
Setiap lembaga pemasaran dalam melakukan kegiatannya untuk
memindahkan ikan dari produsen ke konsumen akhir mengeluarkan biaya pemasaran
yaitu jumlah pengeluaran perusahaan perikanan (yang dikeluarkan oleh nelayan
dan petani ikan) untuk keperluan pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan
penjualan hasil produksinya dan jumlah pengeluaran oleh lembaga tataniaga
(badan perantara) dan laba (profit) yang diterima oleh badan yang
bersangkutan. Biaya tataniaga suatu macam produk biasanya diukur secara kasar
dengan margin, margin adalah suatu istilah yang digunakan untuk menyatakan
perbedaan harga yang dibayar kepada penjual pertama dengan dibayar oleh pembeli
terakhir (Yesmala 2004 dikutip oleh Waoma 2015).
Made (2002) mengatakan bahwa biaya pemasaran adalah biaya yang
dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Biaya pemasaran meliputi biaya angkut,
biaya pengeringan, pungutan retribusi, dan lain-lain.
Besarnya biaya pemasaran ini berbeda satu sama lain, tergantung pada:
a.
Macam
komoditi perikanan.
b.
Lokasi-lokasi
pengusahaan yang terpencil.
c.
Macam
dan peranan lembaga tataniaga.
Nilai margin pemasaran adalah perbedaan harga di kedua tingkat
sistem pemasaran dibandingkan dengan kuantitas produk yang dipasarkan. Cara perhitungan
ini sama dengan konsep nilai tambah (value added). Pengertian ekonomi
nilai margin pemasaran adalah harga dari sekumpulan jasa pemasaran/tataniaga
yang merupakan hasil dari interaksi antara permintaan dan penawaran
produk-produk tersebut. Oleh karena itu nilai margin pemasaran dibedakan
menjadi dua yaitu marketing costs dan marketing charges (Bagus
2001 dikutip oleh Waoma 2015). Perubahan/perbedaan harga dapat terjadi akibat
perubahan permintaan dan penawaran suatu barang, yang meliputi :
a.
Perubahan
harga umum yang dipengaruhi tingkat upah dan skala output keseluruhan.
b.
Perubahan
siklus, terjadi akibat produk perikanan terbentur waktu yang sulit disesuaikan
dengan cepat dan tepat terhadap keadaan harga karena hasil perikanan adalah
organisme hidup yang memiliki biological process.
c.
Perubahan
musiman, karena adanya perbedaan produksi dalam tataniaga secara musiman.
d.
Kecenderungan
perubahan menuju ke satu arah/trend, terjadi karena adanya perubahan
perlahan-lahan dalam penawaran atau permintaan sepanjang periode bersangkutan.
e.
Fluktuasi
harga jangka pendek, yaitu perubahan harga dari jam ke jam, hari ke hari,
minggu ke minggu yang terjadi akibat perubahan sementara dalam permintaan dan
penawaran (Bagus 2001 dikutip oleh Waoma 2015).
Menurut Basri (2014) analisa
margin yaitu suatu analisis untuk mengetahui tingkat efisiensi teknis serta
efisiensi ekonomis (harga) dari pemasaran komoditi. Harga merupakan unsur
terkuat di antara sekian banyak unsur perangsang produksi.
Hal ini dikarenakan harga yang berkembang di pasar adalah pedoman
para petani dalam cara berproduksi dan penggunaan faktor-faktor produksi yang
akan digunakan dalam usahanya. Margin pemasaran dipakai salah satu indikator
untuk menyatakan efisiensi suatu sistem pemasaran, dimana margin dapat
menunjukkan sistem pemasaran tersebut.
Ada dua cara memperbaiki strategi pemasaran yaitu:
1.
Memperluas
pasar yang ditempuh dengan dua cara yaitu memperbesar permintaan konsumen dan
melaksanakan pemasaran dengan memanfaatkan potensi pasar yang ada dengan
mengatur penyaluran barang menurut waktu, tempat dan bentuk yang diinginkan
konsumen.
2.
Memperkecil
margin yang akan ditempuh ada dua cara yaitu margin keuntungan yang diperbesar
dan mengurangi biaya pemasaran (Amprialdi dikutip oleh Waoma 2015).
3
BAB III
METODELOGI
3.1
Waktu
dan Tempat
Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari –
Februari 2020 di Tempat Pelelangan Ikan(TPI) Calang, Kecamatan Krueng Sabee, Kabupaten
Aceh Jaya
Gambar.1 Peta Kabupaten Aceh Jaya
|
3.2
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah alat perekam suara (recorder) dan kamera dari handphone,
buku catatan, dan Timbangan, seperti yang terlihat pada Tabel. 1
Table. 1 Alat dan
Bahan
No.
|
Nama Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1
|
Recorder Handphone
|
Untuk merekam ketika wawancara.
|
2
|
Kamera Handphone
|
Untuk mengambil gambar.
|
3
|
Buku Catatan
|
Untuk mencatat hal-hal yang dianggap penting saat
pengamatan di lapangan.
|
4
|
Timbangan
|
Untuk menimbang berat ikan
|
3.3
Materi
Penelitian
Materi penelitian yang dilakukan meliputi jenis
ikan yang di pasarkan yaitu ikan Tuna madidihang (Thunus albacares), ikan
Tongkol (Auxis Thazard), ikan Kakap Merah (Lutjanus campechanus),
ikan Kerapu (Epinephelus Sp) dan ikan Kuwe (Caranx Sp), serta
kondisi pemasaran ikan, nelayan, agen/pedagang pengecer, pedagang pengumpul dan
konsumen di Pangkalan pendaratan Ikan (PPI) calang kabupaten Aceh Jaya
.
3.4
Metode
Penelitian
Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah
metode survey. Metode survey dilaksanakan dengan cara mengamati
pola pemasaran secara langsung pada tempat atau daerah penelitian mulai dari
produsen/nelayan sampai kepada konsumen yang dilanjutkan dengan menganalisis
margin pemasaran hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di TPI Calang,
Kabupaten Aceh Jaya.
3.4.1
Metode Pengambilan Sampel
Sampel yang diambil dalam penelitian ini
dilakukan mulai dari pedagang pengumpul, nelayan, pengecer, konsumen Teknik
pengambilan sampel dilakukan dengan cara kuisioner dan wawancara langsung
dengan pedagang dan pelaku pemasaran lain nya. Sampel ini diambil secara “Purposive
sampling”.
3.5
Metode
Pengumpulan Data
Data yang diambil pada penelitian ini adalah data
primer dan data sekunder, data primer diambil dengan wawancara langsung dengan
produsen/nelayan, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, agen dan konsumen,
sesuai dengan pelaku pemasaran yang tersedia di lokasi penelitian, sedangkan
data sekunder diambil dari instansi yang terkait seperti Dinas Kelautan dan
Perikanan (DKP) yang terdapat di kabupaten Aceh Jaya. Rincian jenis dan sumber
data dapat dilihat pada tabel. 2.
Tabel 2 Jenis dan sumber data
No.
|
Jenis data
|
Sumber data
|
Metode pengumpulan data
|
Data Yang didapat
|
1
|
Primer
|
Panglima Laoet
|
Wawancara
|
-
Pola pemasaran dan distribusi
-
Daerah pasaran dan distribusi
|
2
|
Pihak Pengumpul
|
Wawancara
|
-
Harga beli ikan
-
Harga jual ikan
-
Arah saluran penjualan
-
Jenis ikan yang dibeli dan dijual
beserta jumlah
|
|
3
|
Pengecer
|
Wawancara
|
-
Harga Beli ikan
-
Harga jual ikan
-
Arah saluran penjualan
-
Jenis ikan yang dibeli dan dijual
beserta jumlah
|
|
4
|
Nelayan
|
Wawancara
dan kuisioner
|
-
Lama melakukan penangkapan
-
Jumlah hasil tangkapan/trip
-
Jenis hasil tangkapan
-
Harga jual
-
Arah saluran penjualan
|
|
5
|
Konsumen
|
Wawancara
dan kuisioner
|
-
Harga beli
-
Tempat pembelian
-
Jenis ikan yang dibeli dan dijual
beserta jumlah
|
|
6
|
Lokasi penelitian
|
Observasi
|
-
Sistem pemasaran
-
Jenis ikan yang dibeli dan dijual
beserta jumlah
|
|
7
|
Toke bangku
|
Wawancara
|
-
Daerah distribusi ikan
-
Harga pembelian
-
Harga jual
-
Jenis ikan yang dibeli dan dijual
-
beserta jumlah
|
|
7
|
Skunder
|
DKP Aceh jaya
|
Pengumpulan
dokumen-dokumen
|
-
Jumlah hasil tangkapan ikan/tahun
-
Jenis hasil tangkapan ikan
|
8
|
BPS
|
Pengumpulan
dokumen-dokumen
|
-
Jumlah penduduk menurut tata
usaha
|
3.6
Metode
Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan dari hasil
observasi dilapangan, selanjutnya diolah dan dimasukkan dalam bentuk tabel.
Dalam menganalisa data dilakukan dengan cara :
3.6.1
Menganalisis Pola Pemasaran Ikan
Dimulai dari produsen/nelayan pedagang,
pengumpul, pedagang pengecer, konsumen.
3.6.2
Menganalisis Margin Pemasaran pada Masing-Masing Saluran Pemasaran
Dalam menganalisis margin pemasaran tersebut dilakukan dengan cara
sebagai berikut :
1.
Marketing margin dapat
dihitung dengan memilih sejumlah tertentu barang yang diperdagangkan dan
mencatatnya sejak awal sampai akhir sistem pemasaran. saluran pemasaran yang
dilalui oleh sejumlah barang ini harus diketahui terlebih dahulu.
2.
Marketing margin dapat
dihitung dengan mencatat nilai penjualan, nilai pembelian dan volume barang
dagangan dari tiap lembaga pemasaran yang terlibat dalam satu saluran
pemasaran. Dari kedua unsur ini maka AGM dapat dihitung dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Dimana :
AGM :
Average Gross Margin
Ps :
Nilai Penjualan
Pb :
Nilai Pembelian
V :
Volume penjualan dan pembelian
Dengan cara menetapkan saluran-saluran
pemasaran tertentu dan mencari AGM dari urutan pedagang yang mengambil bagian
dalam saluran tersebut maka biaya pemasaran dari keseluruhan dapat diketahui (Amprialdi
dikutip oleh Waoma dikutip oleh Waoma 2015).
3.6.3
Menganalisis Tingkat Keuntungan Masing-Masing Lembaga
Pemasaran
Dalam menganalisis
tingkat keuntungan dari masing-masing lembaga pemasaran tersebut, dilakukan
dengan cara menggunakan rumus yaitu:
HTKL =
Hk – Hp – Ha ………………….
Waoma (2015)
Dimana :
HTKL :
Harga Tingkat Keuntungan Lembaga
Hk :
Harga Konsumen
Hp :
Harga Pengecer
Ha : Harga
Agen/Pengumpul
3.7
Menganalisis
tingkat efisiensi pola pemasaran
Efisiensi pemasaran merupakan maksimisasi rasio antara pengeluaran
dan masukan yang digunakan dalam kegiatan pemasaran (Irawan 2007).
dimana:
Eps : efisiensi pemasaran
Bp : biaya pemasaran
HE : harga eceran
Kriteria:
Ø Eps < 5%, berarti efisien
Ø Eps > 5 %, berarti tidak Efisien
4
DAFTAR
PUSTAKA
Abdi W. 2009. Pola Pemasaran
Ikan Laut di Pasar Gunung Sitoli. [Skripsi] Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta Padang.
61 halaman.
Adisasmita dan Rahardjo. 2005. Dasar-dasar Ekonomi Wilayah.
Yogyakarta.
Amprialdi. 2007. Pola Pemasaran Ikan Yang
Didaratkan di Tempat Pelelangan Ikan
(TPI) Sikakap.
[Skripsi] Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas
Bung Hatta Padang. 93 halaman.
Apriono. 2012. Analisif Efisiensi
Saluran Pemasaran Ikan Lele di Desa Rasau Kec.
Rasau
Jaya Kab. Kubu Raya. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian. 1 (3) :
29-36.
Ayunita D. 2013.
Studi Pemasaran Ikan Bawal Putih(Pampus argenteus) di
Pelabuhan
Perikanan Nusantara Brondong, Kabupaten Lamongan.
[Artikel]
Fakultas Pertanian. Universitas Trunojoyo Madura. 11
halaman
Basri H. 2014. Analisis Rantai
Pemasaran dan Besar Marjin Pemasaran Ikan Asin
Pada Tiap Pelaku Pemasaran Di Desa Padang Rubek Kecamatan
Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya. [Skripsi]. Fakultas pertanian
Universitas Teuku Umar. 71 halaman.
Dahuri.
2001. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu.
PT.
Pradnya Paramita. Jakarta
Effendi dan Oktariza. 2006. Manajemen Agribisnis Perikanan. Penebar
Swadaya.
Bogor.
Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi
Pertanian. CV. Andi. Yogyakarta.
Harman. 2014. Analisis Strategi Pemasaran Komoditas Perikanan (Ikan
Bawal) CV.
Hasnidar diPulau Sebatik Kabupaten Nunukan Provinsi Kalimantan
Utara. Jurnal Ilmiah Agr IBA. 1 (2) : 88.
Hendrik. 2013. Peranan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Dalam Pemasaran
Ikan Hasil
Tangkapan Nelayan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kec. Tanjung
Beringin Kab. SerdangL Bedagai Provinsi Sumatera Utara. Jurnal
Berkala Perikanan Terubuk. 41
(1) :102-108.
Huda M. 2015. Tingkat Efisien Pemasaran Ikan Laut Segar Di
Pelabuhan Perikanan
Nusantara Brondong. Jurnal teknologi perikanan dan kelautan. Vol :
6
(1) : 14 Hal
Irawan B. 2007. Fluktuasi harga, transmisi harga dan marjin
pemasaran sayuran dan
buah. Analisis Kebijakan Pertanian Vol 5: 358-373.
Jasin M. 2011. Mengembangkan Strategi Pemasaran Pada Tahap Daur
Hidup
Produk. Jurnal Manajemen dan Bisnis. 11 (2) : 169.
Johanson D. 2013.Analisis Efisiensi Pola
Distribusi Hasil Penangkapan Ikan Nelayan
Kecamatan
Kahayan Kuala Kabupaten Pulang Pisau. jurnal sains
manajemen. Vol 1
(1) :14
Junianto. 2003. Teknik Penangkapan Ikan. Penebar Swadaya.
Bogor.
Kotler P. 1987. Dasar-dasar pemasaran, inter media, Jakarta.
Made S. 2002. Studi Pemasaran Ikan Kerapu (Epinephelus spp). [Skripsi]
Universitas Hasanuddin. Ujung Pandang. 99 halaman
Ma’ruf. 2006. Pemasaran
Ritel. Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
http//www. Pengertian Pemasaran. blogspot.com.
Mubyarto. 1989. Pengantar Ekonomi Pertanian. LP3ES, Jakarta.
Murniyati dan Sunarman. 2000. Pendinginan, Pembekuan dan
Pengawetan Ikan.
Kanisius.Yogyakarta.
Mursaini. 2014. Analisis Dampak Pangkalan Pendaratan Ikan (Ppi)
Terhadap Kondisi
Sosial Ekonomi Masyarakat Lhok Timon. [ Skripsi]. 37 halaman
Naufal A et al.
2016. Kajian Ekonomi Model Pengelolaan Sumberdaya Perikanan
Cakalang di Pantai Utara Aceh. Jurnal Aplikasi Manajemen.
Vol. 14 : 2 (9)
Parr
JB. 1999. Growth-Pole Strategis in Regional Economic Planning: A
Retrospective
View : Part 1. Origins and Advocacy.Urban Studies.
Vol
36 (7) : 23
Purnomo
C. 2018. Pola Saluran Pemasaran Ikan di Daerah Istimewa Yogyakarta
(Diy).
Majalah Ilmiah Bahari Jogja (MIBJ) Vol. 16 (2) : 22
Rais et al . 2004. Menata Ruang Laut Terpadu.PT.
Pradnya Paramita. Jakarta
Setiyorini ES et al. 2018. Strategi Pemasaran Produk Olahan
Hasil Perikanan pada
UMKM Cindy Group. Jurnal manajemen IKM. Vol. 13 : 1 (10)
Soekartawi.
1989. Prisip dasar ekonomi pertanian Teori dan Aplikasi. CV. Rajawali.
Bandung
Soekartawi.
2002. Analisis Usaha Tani. Universitas Indonesia. jakarta
Swastha DH dan Basu. 1998. Azsa-azas Marketing. Edisi
Revisi. Cetakan ke tujuh.
Liberty. Yogyakarta.
Waoma I G . 2015. Pola Pemasaran Ikan Yang Didaratkan Di Tempat
Pelelangan
Ikan (Tpi) Telukdalam Kabupaten Nias Selatan Provinsi Sumatera
Utara. [Skripsi]. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan Universitas
Bung Hatta. 98 halaman
Widiastuti. 2008. Analisis Mutu Ikan Tuna Selama Lepas Tangkap Pada
Perbedaan
Preparasi dan Waktu Penyimpanan. [Skripsi]. IPB. Bogor. 93 halaman
Lampiran
DAFTAR
PERTANYAAN UNTUK PANGLIMA LAOT
1.
Nama = ……….
2.
Alamat =……….
3.
Umur = .............. tahun
4.
Apakah pekerjaan utama ?
5.
Apakah ada pekerjaan lain ?
a.
Ya, jelaskan : ……….
b.
Tidak
6.
Menurut anda bagaimana system pemasaran ikan
yang terjadi saat ini ?
7.
Kemana hasil tangkapan akan disalurkan ?
8.
Jenis apa saja yang akan diekspor ?
9.
Berapa banyak ikan yang di ekspor ?
10. Berapa
banyak ikan yang disalurkan ke pasar local ?
Kegiatan
Penangkapan
1.
Jenis
ikan apa saja yang tertangkap ?
No.
|
Jenis ikan
|
Jumlah Kg/trip
|
jumlah Kg/bulan
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
dst
|
|||
Total
|
|
|
2.
Alat
tangkap apa yang digunakan ?
3.
Berapa
lama anda melakukan penangkapan ?
4.
Kemana
ikan anda akan dijual ?
Kegiatan
Pembelian
1.
Tabel
pertanyaan
No.
|
Jenis ikan
|
Harga pembelian (Rp/Kg
|
Volume Pembelian (Kg)
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
dst
|
|||
Total
|
2.
Ikan laut dibeli dari :
a.
Nelayan
b.
Pedagang pengumpul
c.
Pedagang pengecer
d.
Pedagang besar
e.
Lainnya (sebutkan) : ……….
3.
Tempat
pembelian
a.
Mendatangi nelayan
b.
Pasar lokal
c.
TPI
d.
Lainnya (sebutkan) : ……….
4.
Apakah ada sortasi/sortir ?
a.
Ya (besar/kecil)
b.
Tidak
5.
Jarak pasar (antara pedagang dengan tempat
konsumen) = ……… km
6.
Alat angkut yang digunakan : ………..
Kegiatan pemasaran
1.
Tabel
Pertanyaan
No.
|
Jenis ikan
|
Harga pembelian (Rp/Kg
|
Volume Pembelian (Kg)
|
1
|
|||
2
|
|||
3
|
|||
4
|
|||
5
|
|||
6
|
|||
dst
|
|||
Total
|
|
|
2.
Biaya Pemasaran
a.
Pengangkutan = Rp ……..
b.
Bongkar muat = Rp ……..
c.
Retribusi = Rp ……….
d.
Pengemasan = Rp ……….
e.
Penyimpanan = Rp ……….
f.
Sortasi = …………... kg = Rp ……….
g.
Sewa tempat = Rp ……….
h.
Es batu = …………. balok es = Rp ……..
i.
Tenaga kerja = ………….. orang = Rp ……..
j.
Biaya lain = Rp ……….
k.
JUMLAH = Rp ……….
3.
Ikan dijual kepada :
a.
Pedagang besar
b.
Pedagang pengumpul
c.
Pedagang pengecer
d.
Konsumen
e.
Lainnya (sebutkan) ………
Keterangan : Nama = ……….
Alamat = ……….
4.
Tempat penjualan
a.
Didatangi pedagang
b.
Didatangi konsumen
c.
Pasar lokal
d.
TPI
e.
Lainnya (sebutkan) ……
5.
Cara penjualan
a.
Borongan
b.
Per kilogram
c.
Lainnya : ……….
6.
Apakah ada sortasi/sortir ?
a.
Ya (besar/kecil)
b.
Tidak