BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh yang
dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar sel maupun organ dan dapat
berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula
memproduksi hormon (Singgih, 2003).
Sistem saraf tersusun atas dua tipe sel, yaitu neuron dan
glia. Neuron adalah sel saraf yang berperan dalam penerusuran informasi antar
neuron dan ke otot serta kelenjar. Neuron memiliki beragam ukuran, serta fungsi
(Kalat, 2010). Menurut perkiraan, jumlah neuron yang ada di dalam otak orang
dewasa kurang lebih adalah 100 miliar (R.W. Williams dan Herrup dalam Kalat
2010). Glia secara umum ukurannya lebih kecil daripada neuron, memiliki fungsi
yang beragam, tetapi glia tidak meneruskan informasi dengan jarak yang sangat
jauh. Kerja neuron dan glia “entah bagaimana” dapat menimbulkan begitu banyak
ragam perilaku dan pengalaman. (Kalat, 2010).
Pada manusia, sistem saraf mulai terbentuk ketika embrio
masih berumur 2 minggu (Kalat 2010). Berdasarkan struktur dan fungsinya, sistem
saraf secara garis besar dapat dibagi dalam sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi (Singgih, 2003). Seperti yang telah disampaikan oleh Singgih (2003) bahwa
sistem saraf manusia itu secara umum dibagi menjadi dua, yakni sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan medulla
spinalis yang mempunyai beragam pusat dengan fungsi yang berbeda-beda. Sistem
saraf tepi dan pusat bekerja secara sadar. Sebelumnya masuk ke bagian
penyusunan sistem saraf, akan dipaparkan mengenai istilah yang sering digunakan
dan fungsiya.
Neuron Sistem saraf terbuat dari sel-sel saraf yang disebut
neuron. Neuron ini merupakan kesatuan struktural dan fungsional sistem saraf,
dan terdiri atas badan sel, serabut-serabut saraf, dan selubungnya. Setiap
neuron terdiri dari satu badan sel yang di dalamnya terdapat sitoplasma dan
inti sel. Dari badan sel keluar dua macam serabut saraf, yaitu dendrit dan
akson. Badan sel saraf (soma) mengandung inti sel yang besar dan berbentuk
seperti pembuluh dengan membran yang tipis. Inti sel (nucleus) mengandung satu
anak inti (nucleolus) dan sitoplasma yang disebut neuroplasma. Serabut sel
saraf terdiri atas dua macam, yaitu dendrite dan akson (neurit). Dendrit
merupakan serabut saraf yang pendek, umumnya bercabang-cabang seperti pohon
dengan bentuk dan ukuran berbeda-beda. Dendrit berfungsi menerima impuls yang
dating dari ujung akson sel saraf lain ke badan sel saraf, sedangkan akson
merupakan serabut saraf yang panjang dan umumnya tidak bercabang. Akson
berfungsi mengirimkan impuls dari badan sel ke kelenjar dan serabut otot. Akson
biasanya sangat panjang, bisa mencapai ratusan sentimeter. Sebaliknya, dendrit
pendek. Menurut struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dikelompokkan menjadi
tiga yaitu sel saraf sensoris, sel saraf penghubung dan sel saraf motoris.
Struktur dan fungsi sel terangkum dalam tabel berikut (Jati, 2007: 180) Nama
Struktur Fungsi Sel saraf sensoris Badan sel bergelombang membentuk ganglia
Akson pendek sedangkan dendritnya panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang
dari reseptor, sedangkan aksomn mengirimkan rangsang ke sel saraf lain atau
sistem saraf pusat Sel saraf penghubung Dendrit pendek dan aksonnya ada yang
pendek dan ada yang panjang Menghubungkan sel saraf sensoris dan sel saraf
motoris di sistem saraf pusat Sel saraf motoris Dendrit pendek dan aksonnya
panjang Dendrit berfungsi menerima rangsang dari sel saraf lain sedangkan akson
mengirim rangsang ke efektor berupa otot atau kelenjar Setiap neuron hanya
mempunyai satu akson dan minimal satu dendrit. Kedua serabut saraf ini berisi
plasma sel. Pada bagian luar akson terdapat lapisan lemak disebut mielin yang
dibentuk oleh sel Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann merupakan sel
glia utama pada sistem saraf perifer yang berfungsi membentuk selubung mielin.
Fungsi mielin adalah melindungi akson dan memberi nutrisi. Bagian dari akson
yang tidak terbungkus mielin disebut nodus Ranvier, yang dapat mempercepat
penghantaran impuls.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu
sebagai berikut:
1)
Apa yang dimaksud dengan sistem saraf ?
2)
Apa saja penyusun sistem saraf ?
3)
Apa saja fungsi sistem saraf ?
4)
Apa saja klasifikasi sistem saraf ?
5)
Bagaimana mekanisme penghantar impuls ?
6)
Apa saja penyakit dan kelainan pada sistem saraf ?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu sebagai berikut:
1)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Anatomi Fisiologi
Manusia.
2)
Untuk mengetahui pengertian sistem saraf.
3)
Untuk mengetahui apa saja penyusun sistem saraf.
4)
Untuk mengetahui fungsi sistem saraf
5)
Untuk mengetahui klasifikasi sistem saraf.
6)
Untuk mengetahui mekanisme penghantar impuls.
7)
Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada sistem
saraf.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari berjuta-juta sel saraf yang
bentuknya bervariasi.Sistem ini terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem
saraf tepi. Sistem saraf adalah salah satu sistem koordinasi yang berfungsi
untuk menyampaikan rangsangan dari reseptor yang akan dideteksi dan direspon
oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup dapat menanggapi
perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam secara cepat.
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf yang sering
disebut dengan neuron . berfungsi dalam mengirimkan pesan (impuls) yang berupa
rangsangan ataupun tanggapan. Untuk menanggapi rangsangan tersebut, ada 3
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, antara lain:
- Reseptor
Reseptor adalah sel yang memberikan respon terhadap ransangan
terhadap lingkungan eksternal maupun internal kemudian reseptor akan mengubah
rangsangan yang diterima menjadi suatu impuls saraf yang akan di teruskan
melalui neuron. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah alat
indera.
- Penghantar
impuls
Penghantar impuls dikerjakan oleh saraf itu sendiri tanpa
bantuan organ – organ lain. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung
(akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan
meluas.
- Efektor
Efektor adalah sel atau organ yang di gunakan untuk beraksi
terhadap rangsangan baik dari dalam maupun dari luar tubuh dapat diartikan
sebagai bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls. Bagian utama efektor pada manusia adalah otot dan kelenjar.
B.
Penyusun Sistem
Saraf
Sistem saraf tersusun atas sel-sel saraf yang disebut neuron.
Neuron merupakan unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron
memiliki kemampuan mersepon rangsangan yang cukup kuat. Neuron tidak bisa
mengalami pembelahan sehingga tidak dapat diganti jika sudah rusak. Neuron
bersatu membentuk jaringan untuk mengantarkan suatu impuls (rangsangan).
- Berdasarkan
Bentuknya
Berdasarkan bentuknya, satu sel saraf terdiri dari badan sel,
dendrit, dan akson.
a)
Badan Sel
Badan sel saraf adalah bagian yang terbesar dari sel saraf.
Badan sel dapat berfungsi sebagai penerima rangsangan dari dendrit dan kemudian
diteruskannya menuju ke akson. Pada badan sel saraf terdapar inti sel,
sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan golgi, lisosom, dan badan nisel.
b)
Dendrit
Dendrit merupakan serabut sel saraf pendek, bercabang-cabang
dan perluasan dari badan sel. Dendrit memiliki fungsi sebagai penerima dan
pengantarkan rangsangan ke badan sel. Dendrit mengandung badan Nissl dan
organel. Pada umumnya neuron terdiri dari beberapa dendrite. Dendrit tidak
mengandung selubung myelin maupun neurolema.
c)
Akson
Akson sering disebut juga neurit. Bagian ini merupakan
tonjolan sitoplasma yang panjang dan berfungsi untuk meneruskan impuls saraf
yang berupa informasi berita dari badan sel. Akson memiliki bagian-bagian yang
spesifik ,yaitu sebagai berikut:
1)
Neurofibril
Neurofibril merupakan bagian terdalam dari akson yang
berupa serabut-serabut halus.Bagian-bagian inilah yang memilik tugas pokok
untuk meneruskan impuls.
2)
Selubung Mielin
Bagian ini tersusun oleh sel-sel pipih yang disebut
schwan. Selubung mielin merupakan bagian paling luar dari akson yang berfungsi
untuk melindungi akson. Selain itu, bagian ini pulalah yang memberikan nutrisi
dan bahan-bahan yang diperlukan untuk mempertahankan kegiatan dari akson.
3)
Nodus Ranvier
Nodus ranvier merupakan bagian akson yang menyempit
dan tidak dilapisi selubung mielin. Bagian ini tersusun dari sel-sel pipih.
Dengan bagian ini, terlihat bagian akson tampak berbuku-buku. Agar lebih dapat
memahami tentang struktur dan bentuk neuron.
d)
Kelompok-kelompok serabut saraf, akson dan dendrit
bergabung dalam satu selubung dan membentuk urat saraf.Sedangkan badan sel
saraf berkumpul membentuk ganglion atau simpul saraf.
- Berdasarkan
Struktur dan Fungsinya
Berdasarkan struktur dan fungsinya, sel saraf dapat dibagi
menjadi 3 macam, yaitu sel saraf sensori, sel saraf motor, dan sel saraf
intermediet (asosiasi).
a)
Sel saraf sensori
Sel
saraf sensori merupakan neuron yang badan selnya bergerombol membentuk ganglia,
aksonnya pendek tetapi dendritnya panjang. Neuron sensorik berhubungan dengan
alat indra untuk menerima rangsangan. Fungsi sel saraf sensori sebagai
penghantar impuls dari reseptor ke sistem saraf pusat, yaitu otak (ensefalon)
dan sumsum belakang (medula spinalis). Ujung akson dari saraf sensori
berhubungan dengan saraf asosiasi (intermediet).
b)
Sel saraf motorik
Sel
saraf motorik merupakan neuron yang memiliki dendrit yang pendek dan akson yang
panjang. Dendrit berhubungan dengan akson lain, sedangkan akson berhubungan
dengan efektor yang berupa otot atau kelenjar. Fungsi sel saraf motor sebagai
pengirim impuls dari sistem saraf pusat ke otot atau kelenjar yang hasilnya
berupa tanggapan dari tubuh terhadap rangsangan. Badan sel saraf motor berada
di sistem saraf pusat. Dendritnya sangat pendek berhubungan dengan akson saraf
asosiasi, sedangkan aksonnya dapat sangat panjang.
c)
Sel saraf intermediet (Neuron konektor)
Sel
saraf intermediet disebut juga sel saraf asosiasi. Sel ini dapat ditemukan di
dalam sistem saraf pusat dan berfungsi menghubungkan sel saraf motor dengan sel
saraf sensori atau berhubungan dengan sel saraf lainnya yang ada di dalam
sistem saraf pusat. Sel saraf intermediet menerima impuls dari reseptor sensori
atau sel saraf asosiasi lainnya.
C.
Fungsi
Sistem Saraf
Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya
yaitu sebagai berikut.
1)
Menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh.
2)
Bereaksi pada sensasi tersebut, menghadapinya secara
otomatis atau merasakan dan memikirkannya.
3)
Menyimpan memori dan melepaskannya bila dibutuhkan.
4)
Mengekspresikan emosi.
5)
Mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf lain,
untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lain.
6)
Mengontrol tubuh dengan mempertahankan kesehatan,
menghindari atau menghadapi bahaya, dan meningkatkan aktivitas yang
menyenangkan.
D.
Klasifikasi
Sistem Saraf
Susunan sistem saraf manusia tersusun dari sistem saraf pusat
dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang
belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas sistem saraf somatis dan
sistem saraf otonom.
- Sistem
Saraf Pusat
Sistem
saraf pusat meliputi otak (ensefalon) dan sumsum tulang belakang (Medula
spinalis). Keduanya merupakan organ yang sangat lunak, dengan fungsi yang
sangat penting maka perlu perlindungan dari rangka.
a.
Otak
Otak
terdiri dari dua belahan, belahan kiri mengendalikan tubuh bagian kanan,
belahan kanan mengendalikan belahan kiri.Mempunyai permukaan yang
berlipat-lipat untuk memperluas permukaan sehingga dapat ditempati oleh banyak
saraf.Otak juga sebagai pusat penglihatan, pendengaran, kecerdasan, ingatan,
kesadaran, dan kemauan.Bagian dalamnya berwarna putih berisi serabut saraf,
bagian luarnya berwarna kelabu berisi banyak badan sel saraf. Otak terdiri dari
3 bagian, yaitu
1)
Otak depan (Prosoncephalon)
Otak
depan berkembang menjadi telencephalon dan diencephalon. Telencephalon
berkembang menjadi otak besar (Cerebrum). Diencephalon berkembang menjadi
thalamus, hipotamus.
Otak
besar (Cerebrum)
Otak
besar mempunyai fungsi dalam pengaturan semua aktivitas mental, yaitu yang
berkaitan dengan kepandaian (intelegensi), ingatan (memori), kesadaran, dan
pertimbangan.Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau
sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian
korteks otak besar yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area
sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur
gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang
menghubungkan area motor dan sensorik. Area ini berperan dalam proses belajar,
menyimpan ingatan, membuat kesimpulan, dan belajar berbagai bahasa. Di sekitar
kedua area tersebut dalah bagian yang mengatur kegiatan psikologi yang lebih
tinggi. Misalnya bagian depan merupakan pusat proses berfikir (yaitu mengingat,
analisis, berbicara, kreativitas) dan emosi. Pusat penglihatan terdapat di
bagian belakang. thalamus terdiri dari sejumlah pusat syaraf dan berfungsi
sebagai “tempat penerimaan untuk sementara” sensor data dan sinyal-sinyal
motorik, contohnya untuk pengiriman data dari mata dan telinga menuju bagian
yang tepat dalam korteks. hypothalamus berfungsi untuk mengatur nafsu makan dan
syahwat dan mengatur kepentingan biologis lainnya.
2)
Otak tengah (Mesencephalon)
Otak
tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah
terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar
endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang
mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat
pendengaran.Otak tengah tidak berkembang dan tetap menjadi otak tengah.
3)
Otak belakang (Rhombencephalon)
Otak
belakang berkembang menjadi metencephalon dan mielencephalon.Metencephalon
berkembang menjadi cerebellum dan pons varolli.Sedangkan mielencephalon
berkembang menjadi medulla oblongata.
Otak
kecil (serebelum)
Serebelum
mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar,
keseimbangan, dan posisi tubuh.Bila ada rangsangan yang merugikan atau
berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
Sumsum
sambung (medulla oblongata)
Sumsum
sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke
otak.Sumsum sambung juga memengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak
jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan,
dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak
refleks yang lain seperti bersin, batuk, dan berkedip.
Jembatan
varol (pons varoli)
Jembatan
varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan,
juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang..
b.
Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang tampak bagian
luar berwarna putih, sedangkan bagian dalam berbentuk kupu-kupu dan berwarna
kelabu.Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap
yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut
tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang
belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang
belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat
badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari
sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor.
- Sistem
Saraf Perifer
Sistem saraf perifer adalah saraf-saraf yang berada di luar
sistem saraf pusat (otak dan sumsum ulang belakang). Sistem saraf perifer
merupakan saraf yang menyebar pada seluruh bagian tubuh yang melayani
organ-organ tubuh tertentu,seperti kulit, persendian, otot, kelenjar, saluran
darah dan lain-lain. Tidak seperti sistem saraf pusat, sistem saraf perifer
tidak dilindungi tulang.Sistem saraf perifer disusun oleh saraf otak (saraf
kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang
belakang (saraf spinal), yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang
belakang.
- Saraf
Volunter/Somatik (disadari)
Yaitu sistem saraf yang mengatur segala gerakan yang
dilakukan secara sadar atau dibawah koordinasi saraf pusat atau otak.
Berdasarkan asalnya sistem saraf sadar dibedakan menjadi dua yaitu: sistem
saraf kepala (cranial) dan sistem saraf tulang belakang (spinal).
- Sistem
Saraf Involunter/Otonom (Tidak Disadari)
Sistem saraf otonom mempunyai peran dalam mengendalikan tubuh
yang tidak kita sadari, seperti denyut jantung, gerakan-gerakan pada saluran
pencernaan, sekresi enzim dan keringat.
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal
dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang
bersangkutan.Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur
membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang
terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada
pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik
dan sistem saraf parasimpatik.Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan
parasimpatik terletak pada posisi ganglion.Saraf simpatik mempunyai ganglion
yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang
sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik
mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ
yang dibantu.Sistem saraf simpatetik dan parasimpatetik mempunyai efek yang
berlawanan (antagonis). Sistem saraf parasimpatetik : memperlambat denyut
jantung, menurunkan tekanan darah mempercepat gerakan-gerakan usus serta
sekresi kelenjar. Sementara sistem saraf simpatetik kebalikannya.
Parasimpatik
·
mengecilkan pupil
·
menstimulasi aliran ludah
·
memperlambat denyut jantung
·
membesarkan bronkus
·
menstimulasi sekresi kelenjar pencernaan
·
mengerutkan kantung kemih
Simpatik
·
memperbesar pupil
·
menghambat aliran ludah
·
mempercepat denyut jantung
·
mengecilkan bronkus
·
menghambat sekresi kelenjar pencernaan
·
menghambat kontraksi kandung kemih
E.
Mekanisme
Penghantar Impuls
Ada
dua mekanisme jalannya impuls saraf, yaitu sebagai berikut :
a.
Impuls Melalui Sel Saraf
Impuls dapat mengalir melalui serabut saraf karena adanya
perbedaan potensial listrik antara bagian luar dan bagian dalam serabut saraf.
Pada saat sel saraf istirahat, sebelah dalam serabut saraf bermuatan negatif,
kira-kira –60 mV, sedangkan di sebelah luar serabut saraf bermuatan positif.
Keadaan muatan listrik tersebut diberi nama potensial istirahat, sedangkan
membran serabut saraf dalam keadaan polarisasi. Jika sebuah impuls merambat
melalui sebuah akson, dalam waktu singkat muatan di sebelah dalam menjadi
positif, kira-kira +60 mV, dan muatan di sebelah luar menjadi negatif.
Perubahan tiba-tiba pada potensial istirahat bersamaan dengan impuls disebut
potensial kerja. Pada saat ini terjadi depolarisasi pada selaput membran akson.
Proses depolarisasi merambat sepanjang serabut saraf bersamaan dengan
merambatnya impuls. Akibatnya, muatan negatif di sebelah luar membran merambat
sepanjang serabut saraf.
Apabila impuls telah lewat, maka sementara waktu serabut
saraf tidak dapat dilalui oleh impuls karena terjadi perubahan dari potensial
kerja menjadi potensial istirahat. Agar dapat berfungsi kembali, diperlukan
waktu kira-kira 1/500 sampai 1/1.000 detik untuk pemulihan.
Kecepatan merambatnya impuls pada mamalia tertentu dapat lebih
dari 100 meter per detik sedangkan pada beberapa hewan tingkat rendah kira-kira
hanya 0,5 meter per detik. Ada dua faktor yang mempengaruhi kecepatan rambatan
impuls saraf, yaitu selaput myelin dan diameter serabut saraf. Pada serabut
saraf yang bermyelin, depolarisasi hanya terjadi pada nodus ranvier sehingga
terjadi lompatan potensial kerja, akibatnya implus saraf lebih cepat merambat.
Semakin besar diameter serabut saraf semakin cepat rambatan impuls sarafnya.
b.
Impuls Melalui Sinapsis
Sinapsis merupakan titik temu antara ujung neurit dari suatu
neruron dengan ujung dendrit dari neuron lainnya. Setiap ujung neurit
membengkak membentuk bonggol yang disebut bonggol sinapsis. Pada bonggol
sinapsis tersebut terdapat mitokondria dan gelembung-gelembung sinapsis.
Gelembung-gelembung sinapsis tersebut berisi zat kimia neurotransmitter yang
berperan penting dalam merambatkan impuls saraf ke sel saraf lain. Ada berbagai
macam neurotransmitter, antara lain asetilkolin yang terdapat pada sinapsis di
seluruh tubuh, noradrenalin yang terdapat di sistem saraf simpatik, dan dopamin
serta serotonin yang terdapat di otak.
Antara ujung bonggol sinapsis dengan membran sel saraf
berikutnya terdapat celah sinapsis yang dibatasi oleh membran prasinapsis dan
membran postsinapsis dari sel saraf berikutnya atau membran efektor. Apabila
impuls saraf sampai pada bonggol sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis
akan mendekati membran prasinapsis, kemudian melepaskan isinya, yaitu
neurotransmitter, ke celah sinapsis. Impuls saraf dibawa oleh neurotransmitter
ini. Neurotransmitter menyeberang celah sinapsis menuju membran postsinapsis.
Zat kimia neurotransmitter mengakibatkan terjadinya depolarisasi pada membran
postsinapsis dan terjadilah potensial kerja. Ini berarti impuls telah diberikan
ke sarabut saraf berikutnya. Dengan demikian impuls saraf menyeberangi celah
sinapsis dengan cara perpindahan zat-zat kimia, untuk kemudian dilanjutkan pada
sal saraf berikutnya dengan cara rambatan potensial kerja.
Impuls adalah rangsangan atau pesan yang diterima oleh
reseptor dari lingkungan luar, kemudian dibawa oleh neuron.Impuls dapat juga
dikatakan sebagai serangkaian pulsa elektrik yang menjalari serabut saraf. Impuls
yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan terjadinya
gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.
1.
Gerak sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena
disengaja atau disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan
melalui jalan yang panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensori, dibawa ke
otak, untuk selanjutnya diolah oleh otak, kemudian hasil olahan oleh otak,
berupa tanggapan, dibawa oleh saraf motor sebagai perintah yang harus
dilaksanakan oleh efektor.
2.
Gerak refleks
Gerak refleks merupakan gerakan yang terjadi tanpa
dipengaruhi kehendak atau tanpa disadari terlebih dahulu. Gerak refleks
berjalan sangat cepat dan tanggapan terjadi secara otomatis terhadap
rangsangan.
Rangkaian (jalur) saraf yang terlibat dalam aktivitas refleks
disebut lengkung refleks, yaitu terdiri dari 5 komponen dasar: (1) reseptor,
(2) jalur aferen sensorik, (3) pusat pengintegrasi, (4) jalur aferen motorik,
(5) efektor. Respon merespon stimulus yang merupakan suatu perubahan atau kimia
dalam lingkungan reseptor. Dalam merespon stimulus, reseptor mengubah energi
stimulus menjadi energi bioelektrik disebut potensial reseptor yang berbentuk
potensial bertingkat. Potensial reseptor ini akan dirambatkan ke pusat
pengintegrasi refleks-refleks dasar, sedangkan bagian otak yang lebih tinggi
memproses refleks yang dipelajari. Pusat pengintegrasian memproses semua
informasi yang dapat diperoleh dari reseptor tersebut termasuk semua informasi
dari input lain, kemudian membuat suatu keputusan tentan respon yang sesuai.
Instruksi dari pusat pengintegrasi diteruskan melalui lintasan eferen ke
efektor (suatu otot atau kelenjar) yang melaksanakan respon yang diinginkan.
Berikut adalah macam-macam gerak refleks berdasarkan pengklasifikasiannya,
antara lain:
a)
Gerak Refleks Berdasarkan Prosesnya (dipelajari/tidak
dipelajari).
Terdapat
dua tipe refleks menurut prosesnya, yaitu:
1.
Refleks sederhana atau refleks dasar: refleks yang
menyatu tanpa dipelajari, seperti mengedipkan mata pada saat ada benda yang
menuju ke arahnya.
2.
Refleks yang dipelajari atau dikondisikan: refleks
yang dihasilkan dari berbuat dan belajar, seperti membelokkan mobil kalau mau
menabrak benda. Kita mengerjakan hal tersebut secara otomatis, tetapi hanya
setelah banyak berlatih secara sadar.
b)
Gerak Refleks Berdasarkan Pusat Pengintegrasinya.
Terdapat
dua tipe refleks menurut pusat pengintegrasinya, yaitu:
1.
Refleks Kranial: refleks yang diintegrasikan oleh
otak. Semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input aferen ke respon
aferen pada otak. Contoh: refleks mengedipkan mata.
2.
Refleks Spinal: refleks yang diintegrasikan oleh
sumsum tulang belakang, semua komponen yang diperlukan untuk menyambung input
aferen ke respon aferen berada dalam sumsum tulang belakang.
c)
Gerak Refleks Berdasarkan Jumlah sinaps dalam lengkung
refleksnya.
Terdapat
dua tipe refleks menurut jumlah sinapsnya, yaitu:
1.
Refleks Monoseptik: refleks yang melibatkan satu
sinaps. Contoh: refleks regangan pada patela yang melibatkan satu sinaps, yaitu
antara neuron aferen yang berasal dari reseptor regangan dalam otot kerangka,
yang bersinapsis dengan neuron eferen untuk otot rangka yang sama. Contoh salah
satu gerak refleks monosinaptik adalah ketika kaki kita meregang.
Mekanisme
Gerak Refleks Monosinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
a.
Refleks Polisinaptik: refleks yang melibatkan banyak
sinaps. Contoh: refleks menarik tangan ketika terkena api.
Mekanisme
Gerak Refleks Polisinaptik dapat diskemakan sebagai berikut:
a.
Refleks menarik diri dapat dijelaskan sebagai berikut:
Stimulus panas yang mengenai jari, oleh reseptor panas akan diubah menjadi
potensial aksi yang akan dirambatkan melalui saraf aferen masuk ke sumsum
tulang belakang. Saraf aferen bersinapsis dengan beberapa interneuron dan akan
terjadi rangkaian peristiwa, sebagai berikut ini:
1)
Potensial aksi akan menstimulus beberapa saraf
interneuron yang pada gilirannya menstimulus saraf eferen motorik yang
menginervasi triseps, suatu oto ekstensor pada persendian siku. Akibat dari
konstraksi triseps maka tangan tertarik dari benda panas tersebut.
2)
Potensial aksi pada saat yang sama juga menstimulus
interneuron lain, yang pada gilirannya menghambat neuron eferen yang
menginervasi biseps, sehingga biseps tidak berkontraksi. Biseps adalah
otot-otot pada lengan atas yang menggerakkan lengan bawah sehingga siku lebih
menekuk (menutup). Jika triseps sedang berkontaksi membuka lengan bawah, ini
akan diimbangi oleh relaksasi dari biseps. Tipe hubungan saraf yang melibatkan
stimulasi saraf yang menginervasi satu otot dan secara bersama-sama melakukan
penghambatan pada otot antagonisnya diketahui sebagai inervasi resiprokal.
3)
Potensial aksi juga stimulus interneuron yang lain
lagi yang membawa sinyal ke atas ke otak melalui jalur naik. Pada impuls
mencapai daerah korteks sensori otak, maka orang yang bersangkutan merasa sakit
dan menyadari apa yang sedang terjadi. Juga bila impuls mencapai otak, maka
informasi dapat disimpan sebagai memori, dan seseorang dapat mulai berpikir
tentang situasi yang terjadi, apa yang harus dilakukan untuk menghindari
kejadian yang sama.
F.
Penyakit
dan Kelainan pada Sistem Saraf
1.
Stroke (Cerebrovascular accident ( CVA ) atau Cerebral
apoplexy ), adalah kerusakan otak akibat tersumbatnya atau pecahnya pembuluh
darah otak.
2.
Poliomielitis, penyakit yang disebabkan oleh infeksi
virus yang menyerang neuron-neuron motoris sistem saraf ( otak dan medula
spinalis ). Agen pembawa penyakit ini, sebuah virus yang dinamakan poliovirus
(PV).
3.
Migrain, adalah nyeri kepala berdenyut yang disertai
mual dan muntah yang terjadi akibat adanya hiperaktivitas impuls listrik otak
yang meningkatkan aliran darah di otak dan mengakibatkan terjadinya pelebaran
pembuluh darah otak serta proses inflamasi (peradangan).
4.
Parkinson, penyakit yang disebabkan oleh berkurangnya
neurotranslator dopamin pada dasar ganglion dengan gejala tangan gemetaran
sewaktu istirahat (tetapi gemetaran itu hilang sewaktu tidur), sulit bergerak,
kekakuan otot, otot muka kaku menimbulkan kesan seolah-olah bertopeng, mata
sulit berkedip dan langkah kaki menjadi kecil dan kaku.
5.
Transeksi , kerusakan atau seluruh segmen tertentu
dari medula spinalis. Misalnya karena jatuh, tertembak yang disertai dengan
hancurnya tulang belakang.
6.
Neurasthonia, (lemah saraf) , penyakit ini ada karena
pembawaan lahir, terlalu berat penderitanya, rohani terlalu lemah atau karena penyakit
keracunan.
7.
Neuritis, radang saraf yang terjadi karena pengaruh
fisis seperti patah tulang, tekanan pukulan, dan dapat pula karena racun atau
defisiensi vitamin B1, B6, B12.
8.
Amnesia, yaitu ketidakmampuan seseorang untuk
mengingat atau mengenali kejadian yang terjadi dalam suatu periode di masa
lampau. Biasanya kelainan ini akibat guncangan batin atau cidera otak.
9.
Cutter, kelainan di mana penderitanya selalu melukai
dirinya sendiri pada saat depresi, stres, atau bingung.
10.
Alzheimer, atau pikun, bukan penyakit menular,
melainkan merupakan sejenis sindrom dengan apoptosis sel-sel otak pada saat
yang hampir bersamaan, sehingga otak tampak mengerut dan mengecil. Alzheimer
juga dikatakan sebagai penyakit yang sinonim dengan orang tua.
11.
Bell’s palsy adalah nama penyakit yang menyerang saraf
wajah hingga menyebabkan kelumpuhan otot pada salah satu sisi wajah. Terjadi
disfungsi syaraf VII (syaraf fascialis). Berbeda dengan stroke, kelumpuhan pada
sisi wajah ditandai dengan kesulitan menggerakkan sebagian otot wajah, seperti
mata tidak bisa menutup, tidak bisa meniup, dsb. Beberapa ahli menyatakan
penyebab Bell’s Palsy berupa virus herpes yang membuat syaraf menjadi bengkak
akibat infeksi.
12.
Disleksia (Inggris: dyslexia) adalah sebuah kondisi
ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang
tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Para peneliti menemukan
disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan
juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua. Developmental
dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik.
13.
Ayan atau Epilepsi, penyakit karena dilepaskannya
letusan-letusan listrik ( impuls ) pada neuron-neuron otak. Epilepsi adalah
penyakit saraf menahun yang menimbulkan serangan mendadak berulang-ulang tak
beralasan. Pada penderita ayan, Sinyal-sinyal yang berhubungan dengan perasaan
penglihatan, berpikir, dan bergerak tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
14.
Kelumpuhan atau paralisis adalah hilangnya fungsi otot
untuk satu atau banyak otot. Kelumpuhan dapat menyebabkan hilangnya perasaan
atau hilangnya mobilitas di wilayah yang terpengaruh. Kelumpuhan sering
disebabkan akibat kerusakan pada otak.
15.
Leukoaraiosis (bahasa Inggris: leukoencephalopathy, White
matter changes, WMC) adalah perubahan pada bagian ganglia basal dari otak
besar. WMC dapat disebabkan oleh hipoperfusi atau iskemia pada otak, khususnya
pada area sub-cortical dari ganglia basal.
16.
Leukoensefalopati multifokal progresif atau
progressive multifocal leukoencephalopathy (PML), adalah penyakit yang jarang
dan fatal yang disebabkan oleh virus. Penyakit ini dikarakterisasikan sebagai
kerusakan progresif atau peradangan pada massa putih otak pada dua lokasi.
Penyakit ini biasanya muncul pada orang yang sistem kekebalan tubuhnya kurang,
contohnya pasien yang terinfeksi HIV.
17.
Lumpuh otak (Inggris: cerebral palsy, spastic
paralysis, spastic hemiplegia, spastic diplegia, spastic quadriplegia, CP)
adalah suatu kondisi terganggunya fungsi otak dan jaringan saraf yang
mengendalikan gerakan, laju belajar, pendengaran, penglihatan, kemampuan
berpikir.
18.
Meningitis adalah radang selaput pelindung sistem
saraf pusat (meninges). Penyakit ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme, luka
fisik, kanker, atau obat-obatan tertentu.
19.
Penyakit Huntington, chorea Hunting atau chore mairo
adalah penyakit yang menyerang saraf. penyakit ini disebabkan oleh faktor
genetika, sehingga dapat diwariskan dari orang tua kepada anaknya.
20.
Penyakit Minamata atau Sindrom Minamata adalah sindrom
kelainan fungsi saraf yang disebabkan oleh keracunan akut air raksa.
21.
Sklerosis multipel, merupakan suatu kelainan
peradangan yang terjadi pada otak dan sumsum tulang belakang yang disebabkan
oleh banyak faktor, terutama focal lymphocytic infiltration (sel T secara
terus-menerus bermigrasi menuju lokasi dan melakukan penyerangan seperti yang
layak terjadi pada setiap infeksi) dan berakibat pada kerusakan mielin dan
akson.
22.
Sindrom Kleine-Levin (Inggris: Kleine-Levin Syndrome
disingkat KLS) adalah penyakit syaraf yang langka dimana penderita tidak bisa
mengontrol rasa kantuknya. Penderita bisa tertidur selama berjam-jam,
berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan bisa berbulan-bulan, tergantung pada
berapa lama penyakit itu muncul/kambuh.
23.
Rabies adalah penyakit infeksi akut pada susunan saraf
pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu
dapat ditularkan dari hewan ke manusia.
24.
Radang otak (bahasa Inggris: encephalitis) adalah
peradangan akut otak yang disebabkan oleh infeksi virus. Terkadang ensefalitis
dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, seperti meningitis, atau komplikasi dari
penyakit lain seperti rabies (disebabkan oleh virus) atau sifilis (disebabkan
oleh bakteri).
25.
Sindrom Adie atau sindrom Holmes-Adie adalah sindrom yang
dikerenakan kerusakan pada serat pascaganglionik pada sistem saraf parasimpatik
pada mata dan ditandai dengan pupil yang terdilatasi atau midriasis.
26.
Sindrom Alice di Wonderland atau mikropsia adalah
keadaan disorientasi saraf yang memengaruhi persepsi penglihatan pada manusia,
penderita sindrom ini akan merasa melihat rekannya, bagian tubuh dari manusia,
hewan, objek tak bergerak menjadi lebih kecil dari kenyataan. Secara umum,
objek yang dipersepsi muncul sangat jauh atau sangat dekat pada waktu bersamaan.
Sindrom Alice di Wonderland ini dapat merupakan gejala utama dari mononukleosis
atau dapat menyebabkan epilepsi sebagian kompleks. dan akibat obat psikoaktif.
27.
Tumor otak, adalah proliferasi dan pertumbuhan tak
terkendali sel-sel di dalam dan di sekitar jaringan otak. Tumor otak mencakup
sekitar 7-9% dari semua jenis kanker dan dapat terjadi pada semua usia. Tumor
otak dinamai menurut jaringan otak yang terkena, antara lain:
a.
Glioma: pada sel-sel glia atau neuroglia, tisu yang
mengelilingi dan mendukung neuron atau sel-sel saraf otak. Glioma adalah yang
paling umum, meliputi 50% tumor otak primer.
b.
Astrocytoma: pada sel-sel neuroglia astrosit yang
berbentuk bintang.
c.
Ependymoma: pada ependyma atau membran epitel yang
melapisi ventrikel otak dan kanal tulang belakang.
d.
Glioma batang otak: pada bagian otak yang berisi
medula oblongata, pons varolii, dan otak tengah, bagian otak yang menghubungkan
sumsum tulang belakang ke otak.
e.
Medulloblastoma: pada otak kecil dan menyebar dengan
cepat ke jaringan sekitarnya, terutama di cairan serebrospinal dan batang otak.
Medulloblastoma adalah tumor ganas yang paling sering terjadi pada anak.
f.
Meningioma: pada meninges atau membran otak dan sumsum
tulang belakang. Meningioma biasanya jinak, tumbuh lambat sehingga sering terlambat
terdeteksi.
g.
Neurinoma: biasanya terjadi pada fosa posterior. Saraf
kranial kedelapan, yang menyampaikan indera pendengaran dan keseimbangan paling
sering terpengaruh. Neurinoma tidak membentuk metastasis.
h.
Limfoma: pada limfosit (sel yang bertanggung jawab
untuk pertahanan tubuh). Ini adalah tumor ganas, yang berasal dari jaringan
limfoid. Tumor ini sering terjadi pada pasien dengan AIDS dan pasien
imunosupresi.
i.
Adenoma hipofisis: pada kelenjar hipofisis dan dasar
otak. Ini adalah jenis tumor otak yang jinak.
28.
Optic neuritis, peradangan pada saraf optik. Saraf
optik merupakan bundel serat saraf yang mengirimkan informasi visual dari mata
ke otak. Rasa sakit dan kehilangan penglihatan sementara adalah gejala umum
dari optic neuritis.
29.
Hidrosefalus (kepala air) adalah penyakit yang terjadi
akibat gangguan aliran cairan di dalam otak (cairan serebro spinal) atau
akumulasi cairan serebrospinal dalam ventrikel serebral, ruang subarachnoid,
atau ruang subdural. Gangguan itu menyebabkan cairan tersebut bertambah banyak
yang selanjutnya akan menekan jaringan otak di sekitarnya, khususnya
pusat-pusat saraf yang vital.
BAB 1II
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem saraf merupakan salah satu sistem dalam tubuh
yang dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar sel maupun organ dan dapat
berfungsi sebagai pengendali berbagai sistem organ lain serta dapat pula
memproduksi hormon. Penyusun sistem saraf yaitu terdiri dari dua yaitu
berdasarkan bentuknya serta berdasarkan struktur dan fungsinya, berdasarkan
bentuknya penyusun sistem saraf terdiri dari badan sel, dendrit, dan
akson,sedangkan berdasarkan struktur dan fungsinya penyusun sistem saraf
terdiri dari sel saraf sensorik,sel saraf motorik,dan sel saraf intermediet
(asosiasi). Sistem saraf mempunyai beberapa fungsi, diantaranya yaitu sebagai
berikut: menerima berbagai sensasi dari dalam dan luar tubuh,bereaksi pada
sensasi tersebut, menghadapinya secara otomatis atau merasakan dan
memikirkannya,menyimpan memori dan melepaskannya bila
dibutuhkan,mengekspresikan emosi,mengirimkan pesan untuk bagiab sistem saraf
lain, untuk otot, kelenjar endokrin dan organ lain, serta mengontrol tubuh
dengan mempertahankan kesehatan, menghindari atau menghadapi bahaya, dan
meningkatkan aktivitas yang menyenangkan. Susunan sistem saraf manusia tersusun
dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat terdiri atas
otak dan sumsum tulang belakang. Sedangkan sistem saraf tepi terdiri atas
sistem saraf somatis dan sistem saraf otonom. Ada dua mekanisme jalannya impuls
saraf , yaitu impuls dihantarkan melalui sel saraf dan impuls dihantarkan lewat
sinaps. Adapun penyakit dan kelainan pada sistem saraf yaitu stroke,
poliomielitis, migrain, parlinso, transeksi, neurasthoni, neuritis,amnesia,cutter
dan lain-lain.
DAFTAR PSUSTAKA
Anonim,2014. Fungsi sistem
saraf. http://www.sridianti.com. Diakses tanggal 4 oktober 2014
Anonim,2014. Sistem saraf.
http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 4 oktober 2014
Anonim,2014.Sistem saraf.
http://kamuskesehatan.com. Diakses tanggal 4 oktober 2014
Asrijal, 2011. Anatomi dan
fisiologi manusia,Universitas Veteran RI Makassar