BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
belakang
Psikologi pendidikan adalah
studi tentang bagaimana manusia belajar dalam setting pendidikan, efektivitas
intervensi pendidikan, Psikologi pengajaran, dan Psikologi sosial
sekolah sebagai organisasi. Psikologi pendidikan berkaitan dengan
bagaimana siswa belajar dan berkembang, sering fokus pada subkelompok seperti
anak-anak berbakat dan mereka tunduk pada cacat tertentu. Peneliti dan ahli
teori yang cenderung diidentifikasi di Amerika Serikat dan Kanada sebagai
psikolog pendidikan, sementara praktisi di sekolah atau sekolah yang terkait
dengan pengaturan yang diidentifikasi sebagai psikolog sekolah. Namun perbedaan
ini tidak dibuat di Inggris, di mana istilah generik untuk praktisi adalah
"psikolog pendidikan".
Dalam proses dan pelaksanaan
kegiatan-kegiatan pendidikan peranan Psikologi menjadi sangat mutlak.
Analisis Psikologi akan membantu para pendidik memahami struktur
Psikologi s anak didik dan kegiatan-kegiatannya, sehingga kita dapat
melaksanakan kegiatan-kegiatan pendidikan secara efektif.
Oleh karena itu kami membuat makalah
ini untuk memberikan pandangan tentang landasan Psikologi pendidikan dan
mencegah terjadinya beban Psikologi pada peserta didik serta dapat melakukan pendekatan secara baik
antara pendidik dan peserta didik.
Pendidikan selalu melibatkan
kejiwaan manusia, sehingga landasan psikologi merupakan salah satu landasan
yang penting dalam bidang pendidikan. Sementara itu, keberhasilan pendidik
dalam melaksanakan berbagai peranannya antara lain akan dipengaruhi oleh
tentang pemahamannya dalam pendidikan perkembangan peserta didik. Oleh karena
itu agar sukses dalam mendidik, kita perlu memahami perkembangan, sebab hal ini
membantu kita dalam memahami tingkah laku. Tingkah laku siswa sendiri
dipelajari dalam suatu ilmu yang disebut sebagai psikologi. Psikologi adalah
ilmu yang mempelajari jiwa manusia.
Perbedaan individual terjadi karena adanya
perbedaan berbagai aspek kejiwaan antar peserta didik, bukan hanya yang
berkaitan dengan kecerdasan dan bakat tetapi juga perbedaan pengalaman dan
tingkat perkembangan, perbedaan aspirasi dan citacita bahkan perbedaan
kepribadian secara keseluruhan.
Oleh sebab itu, pendidik perlu memahami
perkembangan individu peserta didiknya baik itu prinsip perkembangannya maupun
arah perkembangannya. Sehingga, psikologi dibutuhkan di berbagai ilmu
pengetahuan untuk mengerti dan memahami kejiwaan seseorang.
Psikologi juga merupakan suatu disiplin ilmu
berobjek formal perilaku manusia, yang berkembang pesat sesuai dengan
perkembangan perilaku manusia dalam berbagai latar.
1.2
Tujuan
Tujuan umum
penulisan makalah ini adalah untuk memahami tentang landasan psilokogi
pendidikan. Tujuan khususnya antara lain:
1.
Memahami pendapat para ahli tentang teori Psikologi .
2.
Mengetahui pengertian Psikologi pendidikan.
3.
Mengetahui bentuk – bentuk Psikologi pendidikan.
4.
Mengetahui macam – macam kontribusi landasan Psikologi pendidikandalam
proses belajar.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Teori
Psikologi menurut para ahli
1. Aliran Psikologi
tingkah laku
A. Teori Pengaitan dari Edward L. Thorndike
Berdasarkan hasil percobaannnya di Laboratorium yang menggunakan beberapa
jenis hewan, ia mengemukakan suatu teori belajar yang dikenal dengan teori
“pengaitan” (connectionism). Teori tersebut menyatakan belajar pada hewan dan
manusia pada dasrnya berlangsung menurut prinsip yang sam taitu, belajar
merupakan peristiwa terbentuknya ikatan (asosiasi) antara peristiwa-peristiwa
yang disebut stimulus (S) dengan respon (R) yang diberikan atas
stimulus tersebut. (Orton, 1991:39; Resnick dan Ford, 1981:13).
Selanjutnya Thorndike (dalam Orton, 1991:39-40; Resnick dan Ford, 1981:13;
Hudojo, 1991:15-16) mengemukakan bahwa, terjadinya asosiasi antara stimulus dan
respon ini mengikuti hkum-hukum berikut. (1) Hukum Kesiapan (law of readiness),
(2) Hukum Latihan (law of exercise), (3) hukum Akibat (law of effect).
B. Teori Penguatan B.F. Skinner
Skinner mengembangkan tori belajarnya juga dari hasil percobaan dengan
menggunakan hewan. Dari percobaannya, Skinner menyimpulkan bahwa kita dapat
membentuk tingkah laku manusia melalui pengaturan kondisi lingkungan (operant
conditioning) dan penguatan.
Skinner membagi penguatan ini menjadi dua, yaitu penguatan positif dan
penguatan negative. Penguatan positif sebagai stimulus, apabila penyajiannya
mengiringi suatu tingkah laku siswa yang cenderung dapat meningkatkan
terjadinya pengulangan tingkah laku itu, dalam hal ini berarti tingkah laku
tersebut diperkuat. Sedangkan penguatan negatif adalah stimulus yang
dihilangkan/dihapuskan Karena cenderung menguatkan tingkah laku.
C. Teori Hirarki Belajar dari Robert M. Gagne
Menurut Orton (1990:39), Gagne merupakan tokoh Behaviorism gaya baru
(modern neobehaviourist). Dalam mengembangkan teorinya, Gagne memperhatikan
objek-objek dalam mempelajari matematika yang terdiri dari objek langsung dan
tidak langsung. Objek langsung adalah: fakta, keterampilan, konsep dan prinsip,
sedangkan objek tak langsung adalah: transfer belajar, kemampuan menyelidiki,
kemampuan memecahkan masalah, disiplin diri, dan bersikap positif terhadap
matematika.
Gagne berpandangan bahwa belajar merupakan perubahan tingkah laku yang kegiatan
belajarnya mengikuti suatu hirarki kemampuan yang dapat diobservasi dan diukur.
Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Gagne dikenal dengan “ teori
hirarki belajar”
Gagne membagi belajar dalam delapan tipe secara berurtan, yaitu: belajar
sinyal (isyarat), stimulus-respon, rangkaian gerak, rangkaian verbal,
memperbedakan, pembentukan konsep, dan pemecahan masalah.Gagne berpendapat
bahwa proses belajar pada setiap tipe belajar tersebut terjadi dalam empat
tahap secara berurutan yaitu tahap: pemahaman, penguasaan, ingatan, dan
pengungkapan kembali.
Untuk menerapkan teori hirarki belajar Gagne ini pada pembelajaran
matematika perlu diterjemahkan secara operasional yaitu: (1) untuk mengajarkan
suatu topic matematika guru perlu: (a) memperhatikan kemampuan prasyarat yang
diperlukan untuk mempelajari topic tersebut, (b) menyusun dan mendaftar
langkah-langkah kegiatan belajar serta membedakan karakteristik belajar yang
tersusun secara hirarkis yang dapat didemonstrasikan oleh peserta didik
sehingga guru dapat mengamati dan mengukurnya. (2) guru dapat memilih
tipe belajar tertentu yang dianggap sesuai untuk belajar topic matematika yang
akan diajarkan.
Perkembangan
kemampuan belajar menurut Gagne (McNeil,1977)
Multideskriminasi, yaitu belajar membedakan stimuli yang mirip, misalnya
huruf b dan d.
Belajar konsep, yaitu belajar membuat respon sederhana, seperti huruf
hidup, hurup mati, dsb.
3. Belajar Prinsip, yaitu mempelajari
prinsip-prinsip atau aturan-aturan konsep.
2. Aliran Psikologi kognitif
A. Teori Perkembangan Intelektual Jean Piaget
Piaget adalah ahli Psikologi Swiss yang latar belakang pendidikan
formalnya adalah falsafah dan biologi. Piaget mengemukakan Teori
Perkembangan Intelektual (kognitif)
Menurut Piaget ada empat tingkat perkembangan Intelektual. (Mulyani 1988,
Nana Syaodih, 1988, dan Callahan, 1983):
1. Periode Sensorimotor pada umur 0 – 2 tahun
2.
Periode Praoperasional pada umur 2 – 7 tahun
3.
Periode operasi konkret pada umur 7 – 11 tahun
4.
Periode operasi formal pada umur 11 – 15 tahun
B. Teori Belajar dari Jerome Bruner
Perkembangan mental anak menurut Bruner (Toeti Soekamto, 1994) ada tiga
tahap, yaitu:
1.Tahap Enaktif, anak melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya
memahami lingkungan
2. Tahap Ikonik, anak memahami dunia melalui
gambaran-gambaran dan visualisasi verbal.
3.Tahap simbolik,anak telah memilikigagasan abstrak yang banyak
dipengaruhi oleh bahasa dan logika.
Berdasarkan hasil observasi dan eksperimennya mengenai kegiatan
belajar-mengajar matematika Bruner merumuskan empat teori umum tentang belajar
matematika yaitu:
1. Teorema penyusunan (contruction theorem)
2. Teorema pelambangan (notation theorem)
3. Teorema pembedaan dan keaneka ragaman ( contrast and variation theorem)
4. Teorema pengaitan (connectivity theorem)
Teori-teori
Psikologi telah banyak membantu membentuk Landasan Pendidikan didalamnya
anak dapat belajar dengan efektif. Landasan Psikologi s sangat penting
karena manusia memiliki karakter yang berbeda-beda, sehinggap membutuhkan teori
yang berbeda-beda untuk diaplikasikan dalam kasus-kasus pendidikan.
Mengingat dekatnya hubungan teori-teori tersebut dengan pendidikan, maka
guru-guru modern patut mempelajarinya dan mengaplikasikannya dalam kelas.
2.2
Pengertian landasan Psikologi pendidikan
Untuk memahami karakteristik peserta
didik dalam masa kanak-kanak, remaja, dewasa, dan usia tua, Psikologi
pendidikan mengembangkan dan menerapkan teori-teori pembangunan manusia.
Sering digambarkan sebagai tahap di mana orang lulus saat jatuh tempo, teori-teori
perkembangan menggambarkan perubahan kemampuan mental (kognisi), peran sosial,
penalaran moral, dan keyakinan tentang hakikat pengetahuan.
Menurut Pidarta (2007:194) Psikologi
atau ilmu jiwa adalah ilmu yang mempelajari jiwa manusia. Jiwa itu
sendiri adalah roh dalam keadaan mengendalikan jasmani, yang dapat dipengaruhi
olaeh
alam sekitar. Jiwa manusia berkembang sejajar dengan pertumbuhan jasmani.
Pendidikan selalu melibatkan aspek kejiwaan manusia, sehingga landasan
Psikologi s pendidikan merupakan suatu landasan dalam proses pendidikan yang
membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia pada umumnya serta
gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia pada setiap tahapan
usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi manusia sesuai dengan
tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk memudahkan proses pendidikan.
Psikologi berasal dari kata
Yunani “psyche” yang artinya jiwa. Logos berarti ilmu pengetahuan. Jadi secara
etimologi psikologi berarti : “ilmu yang mempelajari tentang jiwa, baik
mengenai gejalanya, prosesnya maupun latar belakangnya”. Namun pengertian
antara ilmu jiwa dan psikologi sebenarnya berbeda atau tidak sama (menurut
Gerungan dalam Khodijah : 2006) karena :
- Ilmu jiwa
adalah : ilmu jiwa secara luas termasuk khalayan dan spekulasi tentang
jiwa itu.
- Ilmu
psikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai jiwa yang diperoleh secara
sistematis dengan metode-metode ilmiah
Psikologi adalah ilmu yang mempelajari gejala kejiwaan yang ditampakkan dalam bentuk
perilaku baik manusia ataupun hewan yang pemanfaatannya untuk kepentingan
manusia ataupun aktivitas-aktivitas individu baik yang disadari ataupun yang
tidak disadari yang diperoleh melalui suatu proses atau langkah-langkah ilmiah
tertentu serta mempelajari penerapan dasar-dasar atau prinsip-prinsip, metode,
teknik, dan pendekatan psikologis untuk memahami dan memecahkan masalah-masalah
dalam pendidikan. Kondisi psikologis adalah kondisi karakteristik
psikofisik manusia sebagai individu, yang dinyatakan dalam berbagai bentuk perilaku
dalam interaksinya dengan lingkungan. Perilaku merupakan
manifestasi dari ciri-ciri kehidupan baik yang tampak maupun tidak tampak Ã
perilaku kognitif, afektif, psikomotor.
2.3
Bentuk Psikologis pendidikan
A. Psikologi s Perkembangan
Ada tiga teori
atau pendekatan tentang perkembangan. Pendekatan-pendekatan yang dimaksud
adalah (Nana Syaodih, 1989).
1.
Pendekatan pentahapan. Perkembangan individu berjalan melalui tahapan-tahapan
tertentu. Pada setiap tahap memiliki ciri-ciri khusus yang berbeda dengan
ciri-ciri pada tahap-tahap yang lain.
2.
Pendekatan diferensial. Pendekatan ini dipandang individu-individu itu memiliki
kesamaan-kesamaan dan perbedaan-perbedaan. Atas dasar ini lalu orang-orang
membuat kelompok–kelompok. Anak-anak yang memiliki kesamaan dijadikan satu
kelompok. Maka terjadilah kelompok berdasarkan jenis kelamin, kemampuan
intelek, bakat, ras, status sosial ekonomi, dan sebagainya.
3.
Pendekatan ipsatif. Pendekatan ini berusaha melihat karakteristik setiap
individu, dapat saja disebut sebagai pendekatan individual. Melihat
perkembangan seseorang secara individual.
Dari ketiga
pendekatan ini, yang paling dilaksanakan adalah pendekatan pentahapan.
Pendekatan pentahapan ada 2 macam yaitu bersifat menyeluruh dan yang bersifat
khusus. Yang menyeluruh akan mencakup segala aspek perkembangan sebagai faktor
yang diperhitungkan dalam menyusun tahap-tahap perkembangan, sedangkan yang
bersifat khusus hanya mempertimbang faktor tertentu saja sebagai dasar menyusun
tahap-tahap perkembangan anak, misalnya pentahapan Piaget, Koglberg, dan
Erikson.
Psikologi
perkembangan menurut Rouseau membagi masa perkembangan anak atas empat
tahap yaitu :
1)Masa bayi
dari 0 – 2 tahun sebagian besar merupakan perkembangan fisik.
2)Masa anak
dari 2 – 12 tahun yang dinyatakan perkembangannya baru seperti hidup
manusia primitif.
3)Masa pubertas
dari 12 – 15 tahun, ditandai dengan perkembangan pikiran dan kemauan untuk
berpetualang.
4)Masa adolesen
dari 15 – 25 tahun, pertumbuhan seksual menonjol, sosial, kata hati, dan moral.
Remaja ini sudah mulai belajar berbudaya.
B. Psikologi Belajar
Menurut Pidarta
(2007:206) belajar adalah perubahan perilaku yang relatif permanen sebagai
hasil pengalaman (bukan hasil perkembangan, pengaruh obat atau kecelakaan) dan
bisa melaksanakannya pada pengetahuan lain serta mampu mengomunikasikannya
kepada orang lain.
Secara
Psikologi s, belajar dapat didefinisikan sebagai “suatu usaha yang
dilakukan oleh seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara
sadar dari hasil interaksinya dengan lingkungan” (Slameto, 1991:2). Definisi
ini menyiratkan dua makna. Pertama, bahwa belajar merupakan suatu usaha untuk
mencapai tujuan tertentu yaitu untuk mendapatkan perubahan tingkah laku Kedua,
perubahan tingkah laku yang terjadi harus secara sadar.
Dari pengertian
belajar di atas, maka kegiatan dan usaha untuk mencapai perubahan
tingkah laku itu dipandang sebagai Proses belajar, sedangkan perubahan
tingkah laku itu sendiri dipandang sebagai Hasil belajar. Hal
ini berarti, belajar pada hakikatnya menyangkut dua hal yaitu proses
belajar dan hasil belajar.
Para ahli
Psikologi cenderung untuk menggunakan pola-pola tingkah laku
manusia sebagai suatu model yang menjadi prinsip-prinsip belajar. Prinsip-prinsip
belajar ini selanjutnya lazim disebut dengan Teori Belajar.
1.
Teori belajar klasik masih tetap dapat dimanfaatkan, antara lain untuk
menghapal perkalian dan melatih soal-soal (Disiplin Mental). Teori Naturalis
bisa dipakai dalam pendidikan luar sekolah terutama pendidikan seumur hidup.
2.
Teori belajar behaviorisme bermanfaat dalam mengembangkan perilaku-perilaku
nyata, seperti rajin, mendapat skor tinggi, tidak berkelahi dan sebagainya.
3.
Teori-teori belajar kognisi berguna dalam mempelajari materi-materi yang rumit
yang membutuhkan pemahaman, untuk memecahkan masalah dan untuk mengembangkan
ide (Pidarta, 2007:218).
C. Psikologi Sosial
Menurut
Hollander (1981) Psikologi sosial adalah Psikologi yang mempelajari
Psikologi seseorang di masyarakat, yang mengkombinasikan ciri-ciri
Psikologi dengan ilmu sosial untuk mempelajari pengaruh masyarakat
terhadap individu dan antar individu (dikutip Pidarta, 2007:219).
Pembentukan
kesan pertama terhadap orang lain memilki tiga kunci utama yaitu.
1.
Kepribadian orang itu. Mungkin kita pernah mendengar tentang orang itu
sebelumnya atau cerita-cerita yang mirip dengan orang itu, terutama tentang
kepribadiannya.
2.
Perilaku orang itu. Ketika melihat perilaku orang itu setelah berhadapan, maka
hubungkan dengan cerita-cerita yang pernah didengar.
3.
Latar belakang situasi. Kedua data di atas kemudian dikaitkan dengan
situasi pada waktu itu, maka dari kombinasi ketiga data itu akan keluarlah
kesan pertama tentang orang itu.
Dalam dunia
pendidikan, kesan pertama yang positif yang dibangkitkan pendidik akan
memberikan kemauan dan semangat belajar anak-anak. Motivasi juga merupakan
aspek Psikologi s sosial, sebab tanpa motivasi tertentu seseorang sulit untuk
bersosialisasi dalam masyarakat. Sehubungan dengan itu, pendidik punya
kewajiban untuk menggali motivasi anak-anak agar muncul, sehingga mereka dengan
senang hati belajar di sekolah.
Menurut Klinger
(dikutip Pidarta, 2007:222) faktor-faktor yang menentukan motivasi belajar
adalah.
1.
Minat dan kebutuhan individu.
2.
Persepsi kesulitan akan tugas-tugas.
3.
Harapan sukses.
2.4
Kontribusi Psikologi pendidikan dalam proses belajar
1. Kontribusi
Psikologi pendidikan terhadap Pengembangan Kurikulum.
Kajian
Psikologi pendidikan dalam kaitannya dengan pengembangan kurikulum
pendidikan terutama berkenaan dengan pemahaman aspek-aspek perilaku dalam
konteks belajar mengajar. Terlepas dari berbagai aliran Psikologi yang
mewarnai pendidikan, pada intinya kajian Psikologi s ini memberikan perhatian
terhadap bagaimana in put, proses dan out pendidikan dapat berjalan dengan
tidak mengabaikan aspek perilaku dan kepribadian peserta didik.
Secara Psikologi s, manusia merupakan individu yang unik. Dengan
demikian, kajian Psikologi s dalam pengembangan kurikulum seyogyanya
memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu, baik ditinjau dari
segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaaan serta
karakterisktik-karakteristikindividulainnya.
Kurikulum pendidikan seyogyanya mampu menyediakan kesempatan kepada setiap
individu untuk dapat berkembang sesuai dengan potensi yang dimilikinya, baik
dalam hal subject matter maupun metodepenyampaiannya.
Secara khusus, dalam
konteks pendidikan di Indonesia saat ini, kurikulum yang dikembangkan saat ini
adalah kurikulum berbasis kompetensi, yang pada intinya menekankan pada upaya
pengembangan pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak. Kebiasaan berfikir dan
bertindak secara konsisten dan terus menerus memungkinkan seseorang menjadi
kompeten, dalam arti memiliki pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar
untuk melakukan sesuatu.
Dengan demikian
dalam pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, kajian Psikologis terutama
berkenaan dengan aspek-aspek: (1) kemampuan siswa melakukan sesuatu dalam
berbagai konteks; (2) pengalaman belajar siswa; (3) hasil belajar (learning
outcomes), dan (4) standarisasi kemampuan siswa
2. Kontribusi
Psikologi pendidikan terhadap Sistem Pembelajaran
Kajian
Psikologi pendidikan telah melahirkan berbagai teori yang mendasari
sistem pembelajaran. Kita mengenal adanya sejumlah teori dalam pembelajaran,
seperti : teori classical conditioning, connectionism, operant conditioning,
gestalt, teori daya, teori kognitif dan teori-teori pembelajaran lainnya.
Terlepas dari kontroversi yang menyertai kelemahan dari masing masing teori
tersebut, pada kenyataannya teori-teori tersebut telah memberikan sumbangan
yang signifikan dalam proses pembelajaran.
Di samping itu, kajian Psikologi pendidikan telah melahirkan pula
sejumlah prinsip-prinsip yang melandasi kegiatan pembelajaran Nasution (Daeng
Sudirwo,2002) mengetengahkan tiga belas prinsip dalam belajar, yakni :
1)
Agar seorang benar-benar belajar, ia harus mempunyai suatu tujuan
2)
Tujuan itu harus timbul dari atau berhubungan dengan kebutuhan hidupnya dan
bukan karena dipaksakan oleh orang lain.
3)
Orang itu harus bersedia mengalami bermacam-macam kesulitan dan berusaha dengan
tekun untuk mencapai tujuan yang berharga baginya.
4)
Belajar itu harus terbukti dari perubahan kelakuannya.
5)
Selain tujuan pokok yang hendak dicapai, diperolehnya pula hasil sambilan.
6)
Belajar lebih berhasil dengan jalan berbuat atau melakukan.
7)
Seseorang belajar sebagai keseluruhan, tidak hanya aspek intelektual namun
termasuk pula aspek emosional, sosial, etis dan sebagainya.
8)
Seseorang memerlukan bantuan dan bimbingan dari orang lain.
9)
Untuk belajar diperlukan insight. Apa yang dipelajari harus benar-benar
dipahami. Belajar bukan sekedar menghafal fakta lepas secara verbalistis.
10)
Disamping mengejar tujuan belajar yang sebenarnya, seseorang sering mengejar
tujuan-tujuan lain.
11)
Belajar lebih berhasil, apabila usaha itu memberi sukses yang menyenangkan.
12)
Ulangan dan latihan perlu akan tetapi harus didahului oleh pemahaman.
13)
Belajar hanya mungkin kalau ada kemauan dan hasrat untuk belajar.
3. Kontribusi
Psikologi pendidikan terhadap Sistem Penilaian
Penilaiain
pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam pendidikan guna memahami
seberapa jauh tingkat keberhasilan pendidikan. Melaui kajian Psikologi s kita
dapat memahami perkembangan perilaku apa saja yang diperoleh peserta didik
setelah mengikuti kegiatan pendidikan atau pembelajaran tertentu.
Di samping itu,
kajian Psikologi s telah memberikan sumbangan nyata dalam pengukuran
potensi-potensi yang dimiliki oleh setiap peserta didik, terutama setelah
dikembangkannya berbagai tes Psikologi s, baik untuk mengukur tingkat
kecerdasan, bakat maupun kepribadian individu lainnya.Kita mengenal sejumlah
tes Psikologi s yang saat ini masih banyak digunakan untuk mengukur potensi
seorang individu, seperti Multiple Aptitude Test (MAT), Differensial Aptitude
Tes (DAT), EPPS dan alat ukur lainnya.
Pemahaman kecerdasan, bakat, minat dan aspek kepribadian lainnya melalui
pengukuran Psikologi s, memiliki arti penting bagi upaya pengembangan proses
pendidikan individu yang bersangkutan sehingga pada gilirannya dapat dicapai
perkembangan individu yang optimal.
Oleh karena itu, betapa pentingnya penguasaan Psikologi pendidikan bagi
kalangan guru dalam melaksanakan tugas profesionalnya.
Keadaan anak yang tadinya belum dewasa hingga menjadi dewasa berarti mengalami
perubahan,karena dibimbing, dan kegiatan bimbingan merupakan usaha atau
kegiatan berinteraksi antara pendidik,anak didik dan lingkungan.
Perubahan tersebut adalah merupakan gejala yang timbul secara Psikologi s. Di
dalam hubungan inilah kiranya pendidik harus mampu memahami perubahan yang
terjadi pada diri individu, baik perkembangan maupun pertumbuhannya. Atas dasar
itu pula pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut Psikologi s.
Dengan demikian, Psikologi
adalah salah satu landasan pokok dari pendidikan. Antara Psikologi
dengan pendidikan merupakan satu kesatuan yang sangat sulit dipisahkan.
Subyek dan obyek pendidikan adalah manusia, sedangkan Psikologi menelaah
gejala-gejala Psikologi s dari manusia. Dengan demikian keduanya menjadi satu
kesatuan yang tidak terpisahkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa, landasan Psikologi s pendidikan merupakan suatu landasan dalam
proses pendidikan yang membahas berbagai informasi tentang kehidupan manusia
pada umumnya serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi manusia
pada setiap tahapan usia perkembangan tertentu untuk mengenali dan menyikapi
manusia sesuai dengan tahapan usia perkembangannya yang bertujuan untuk
memudahkan proses pendidikan. Bentuk-bentuk landasan Psikologi pendidikan mencakup, Psikologi s Perkembangan,belajar, sosial. Dalam perkembangannya landasan
Psikologi s pendidikan memiliki per anan sebagai perkembangan kurikulum
dalam sistem pembelajaran dan penilaian.
3.2 Saran
Saran yang dapat kami berikan kepada pembaca adalah sebagai berikut:
1.
Pendidik diwajibkan menerapkan nilai-nilai landasan Psikologi s pendidikan
dalam proses belajar mengajar.
2.
Pendidik lebih memperhatikan landasan Psikologi pendidikan yang sesuai
dengan peserta didik.
Dengan begitu
maka perkempangan peserta didik diharapkan berkembang secara optimal dan
mengarah ke arah yang ditujukan.
Daftar pustaka
Sudrajat, A.
2002. Kontribusi Psikologi Pendidikan, (online),
(file:///H:/Kontribusi%C2%A0Psikologi
%C2%A0terhadap%C2%A0Pendidikan%20_%20AKHMAD%20SUDRAJAT%20%20TENTANG%20PENDIDIKAN.html)
diakses 18 Oktober 2011.
Wikipedia.
(file:///H:/beberapa-landasan-pendidikan.xhtml.html) diakses 18 Oktober 2011.
Lela, AB. 2001.
Landasan Psikologi . (online).
(file:///H:/TUGAS%205%20%20BAB%206.%20LANDASAN%20PSIKOLOGI
%20%C2%AB%20Lela68%E2%80%B2s%20Blog.html) diakses 17 Oktober 2011.
Google.
(file:///H:/Himpunan%20Pengembang%20Kurikulum%20Indonesia%20%C2%BB%20Blog%20Archive%20%C2%BB%20Pentingnya%20Landasan%20Psikologi
s%20dalam%20Pengembangan%20Kurikulum%20Tingkat%20Satuan%20Pendidikan.html)
diakses 17 Oktober 2011.