DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang......................................................................................... 1
1.2 Rumus Masalah....................................................................................... 1
1.3 Tujuan..................................................................................................... 1
1.4 Manfaat.................................................................................................... 1
BAB II
PEMBAHASAN.............................................................................. 2
2.1 Gizi Mikro............................................................................................... 2
2.2 Jenis Gizi Mikro
Dan Makro............................................................................................... 3
BAB III PENUTUP...................................................................................... 8
3.1 Kesimpulan.............................................................................................. 8
DAFTAR PUSTAKA................................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Berdasarkan jumlahnya, zat gizi terbagi menjadi zat
gizi mikro (mikronutrien) dan zat gizi makro (makronutrien). Kedua zat ini
memiliki fungsi yang sangat penting bagi tubuh secara keseluruhan, seperti mendukung
fungsi berbagai organ dalam tubuh dan sebagai sumber energi untuk menunjang
aktivitas sehari-hari.
Zat gizi mikro merupakan nutrisi yang terkandung
dalam tubuh dengan jumlah sedikit. Meski jumlahnya sedikit, kebutuhan zat
gizi mikro tetap perlu dicukupi karena fungsinya bagi tubuh ada banyak,
misalnya proses pertumbuhan, kekebalan tubuh, dan perkembangan otak.
Sementara itu, zat gizi makro dalam tubuh memiliki
jumlah yang lebih banyak daripada zat gizi mikro. Zat gizi ini berfungsi
sebagai sumber energi agar tubuh dapat melakukan berbagai aktivitas, sehingga
dibutuhkan dalam jumlah besar.
Intinya, baik zat gizi mikro maupun zat gizi makro
memiliki peran yang sama pentingnya bagi kelancaran fungsi tubuh. Oleh karena
itu, asupan kedua zat gizi ini perlu dipenuhi sesuai kebutuhan.
Kebutuhannya pun berbeda-beda bagi setiap orang dan
biasanya dibedakan berdasarkan usia, jenis kelamin, aktivitas fisik, maupun
kondisi medis atau penyakit tertentu.
1.2
Rumus Masalah
1.
Apa yang di
maksud dengan gizi mikro dan makro?
2.
Bagaimana fungsi
dari gizi mikro dan makro?
3.
Apa saja jenis
gizi mikro dan makro?
1.3
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
gizi mikro dan makro.
2.
Untuk mengetahui
fungsi dari gizi mikro dan makro.
3.
Untuk mengetahui
jenis dari gizi mikro dan makro.
1.4
Manfaat
1. Memberikan informasi ilmiah kepada pembaca
tentang materi gizi mikro dan makro.
2. Mengetahui pengetahuan fungsi dan jenis dari
gizi mikro dan makro.
3. Dapat memanfaatkan ilmu gizi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Gizi Mikro
Mikronutrien
(zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit, namun mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan hormon,
aktivitas enzim serta mengatur fungsi
sistem imun dan sistem reproduksi. Yang termasuk mikronutrien adalah vitamin
(baik yang larut air maupun larut lemak) dan mineral. Mineral dibagi menjadi
dua kelompok yaitu makromineral dan mikromineral. Makromineral adalah mineral
yang dibutuhkan tubuh sebanyak minimal 100 mg per hari (contoh: kalsium,
fosfor), sedangkan mikromineral (trace elements) adalah mineral yang dibutuhkan
tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg per hari (contoh: seng, besi). Adapula mikromineral dibutuhkan dalam jumlah
hanya beberapa mikrogram per hari, seperti cuprum dan molibdenum. Mikronutrien
diperoleh dari luar tubuh seperti dari makanan atau suplemen, karena tubuh
tidak mampu memproduksinya dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
Gambar 1.1 Pangan
https://www.alodokter.com/ketahui-berbagai-zat-gizi-mikro-dan-zat-gizi-makro-beserta-fungsinya
Meskipun
hanya dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sangat sedikit, mikronutrien sangat
dibutuhkan oleh tubuh. Kekurangan zat gizi mikro dapat meningkatkan resiko
terserang penyakit menular, kematian akibat diare, campak, malaria dan
paru-paru. Kondisi tersebut merupakan bagian dari 10 penyebab utama kematian di
dunia saat ini. WHO mencatat bahwa lebih dari 2000 juta penduduk di dunia
menderita kekurangan vitamin dan mineral, terutama vitamin A, yodium, besi dan
seng.
Kelompok
yang paling mudah mengalami kekurangan zat gizi mikro adalah ibu hamil, ibu
menyusui dan anak-anak berusia di bawah 5 tahun. Hal ini disebabkan karena
mereka membutuhkan vitamin dan mineral dalam jumlah yang lebih besar
dibandingkan dengan kelompok lainnnya. Di samping itu, kelompok ini juga sangat
mudah mengalami akibat yang merugikan dari kekurangan zat gizi mikro. Bagi ibu
hamil, kekurangan zat gizi mikro dapat meningkatkan resiko kematian ibu saat
melahirkan, melahirkan bayi berat badan kurang (low birth weight) Bagi ibu menyusui, status zat gizi mikronya akan
menentukan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan bayi yang disusuinya, terutama pada usia 6 bulan pertama setelah
bayi lahir. Sedangkan bagi anak-anak kecil, kekurangan zat gizi mikro dapat
meningkatkan resiko kematian yang disebabkan karena penyakit menular dan dapat
menyebabkan gangguan fisik dan perkembangan mental anak.
2.2
Jenis Gizi Mikro Dan Makro
v Gizi Mikro
o
Vitamin
A
Vitamin A mempunyai peranan penting dalam fungsi penglihatan, kekebalan
tubuh, diferensiasi sel (perubahan bentuk dan fungsi sel), reproduksi
(pembentukan sperma pada laki-laki dan menjaga kesuburan pada perempuan),
pertumbuhan embrio, dan pertumbuhan serta perkembangan sel, antara lain tulang
dan gigi. Vitamin A terdapat dalam bentuk retinol, retinal dan asam retinoat
sedangkan pro-vitamin A terdapat dalam bentuk karotenoid (alfa, beta dan gama
karoten). Sumber vitamin A sebagian besar berasal dari bahan pangan hewani
seperti hati ayam, telur, minyak ikan, susu dan mentega. Sedangkan
sayur-sayuran berwarna hijau tua seperti daun singkong, daun kacang, kangkung,
brokoli, bayam dan buah-buahan berwarna kuning-jingga seperti wortel, tomat,
papaya, mangga banyak mengandung pro-vitamin A (karotenoid). Kekurangan vitamin
A dapat menyebabkan buta senja (night blindness),
menurunnya fungsi kekebalan tubuh, gangguan pertumbuhan sel, terutama tulang
dan gigi, kulit menjadi kering dan kasar.
Defisiensi vitamin A yang sudah
berat dapat mengakibatkan kebutaan. Angka kecukupan vitamin A rata-rata yang
dianjurkan per hari untuk laki-laki dan perempuan dewasa masing-masing adalah
600 dan 500 mikrogram per hari. Untuk ibu hamil sampai dengan 6 bulan pertama,
perlu ada penambahan sebanyak 350 mikro gram vitamin A per hari. Kelebihan
vitamin A dapat terjadi akibat konsumsi suplemen vitamin A dalam dosis tinggi
dalam jangka waktu lama. Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah sakit
kepala, pusing, mual, rambut rontok, kulit kering, tidak ada nafsu makan (anoreksia) dan sakit pada tulang.
Gambar 1.2 Buah-buahan
https://foodtech.binus.ac.id/2015/02/03/mikronutrien-sedikit-tapi-penting/
o Zat Besi
Zat besi merupakan
mineral esensial bagi pembentukan hemoglobin yang berfungsi untuk membawa
oksigen dari paru-paru ke seluruh jaringan tubuh, elektron ke dalam sel, dan
membentuk enzim zat gizi besi yang dibutuhkan untuk produksi energi seluler,
sistem kekebalan tubuh, dan fungsi otak.
Zat besi dalam makanan
terdapat dalam dua bentuk yaitu heme dan non-heme. Bentuk ini berpengaruh
terhadap penyerapannya dalam tubuh. Besi-heme merupakan bagian dari hemoglobin
dan mioglobin, umumnya terdapat dalam bahan pangan hewani dan mempunyai
ketersediaan biologis (bioavailability) yang baik karena mudah diserap
dua kali lipat dibandingkan besi non-heme. Mengkonsumsi zat besi heme dan
non-heme secara bersama-sama dapat meningkatkan penyerapan besi non heme. Asam
organik, seperti vitamin C diketahui juga dapat membantu penyerapan besi
non-heme. Hati, daging, ayam, ikan, tiram, dan kerang merupakan sumber besi
yang sangat baik dari segi jumlah maupun ketersediaan biologis (bioavailability).
Sumber besi lainnya terdapat dalam serealia tumbuk, kacang-kacangan,
sayur-sayuran dan beberapa jenis buah. Namun demikian, ketersediaan biologis
besi dalam bahan pangan nabati tidak sebaik bahan pangan hewani, terutama pada
bahan pangan nabati yang mengandung asam oksalat tinggi seperti bayam dan asam
fitat yang tinggi seperti serealia dan kedelai. Tanin, senyawa polifenol yang
terdapat dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayur dan buah juga dapat
menghambat absorpsi zat besi dalam tubuh. Kalsium dosis tinggi juga dapat menghambat
absorpsi besi.
Defisiensi zat besi
dapat menyebabkan anemia. Anemia merupakan gangguan gizi yang banyak dijumpai
di dunia, terutama di negara berkembang. Anemia dapat menyebabkan gangguan
perkembangan fisik dan otak pada anak, meningkatkan resiko kematian anak-anak,
menurunkan produktivitas kerja orang dewasa, penyebab prematuritas, bayi berat
lahir rendah, kematian ibu, meningkatkan resiko terjadinya pendarahan dan
infeksi saat melahirkan. Anemia berkontribusi 20% terhadap penyebab kematian
ibu saat melahirkan. Defisiensi besi terutama dialami oleh anak-anak, remaja,
ibu hamil dan menyusui serta pekerja berpenghasilan rendah. Defisiensi besi
dapat juga terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan
absorpsi besi, dan diperburuk dengan pendarahan akibat luka atau cacingan, dan
penyakit menular seperti HIV dan tuberculosis. Angka kecukupan besi yang
dianjurkan pada laki-laki dewasa adalah 13 mg per hari dan 26 mg per hari pada
perempuan dewasa. Pada ibu hamil 3 bulan pertama diperlukan tambahan sebesar 9
mg dan 13 mg untuk 3 bulan kedua. Sedangkan pada ibu menyusui diperlukan
tambahan sebesar 6 mg untuk 6 bulan pertama dan 8 mg untuk 6 bulan kedua.
o Zat Seng (zinc)
Zat seng adalah salah
satu zat gizi mikro yang menarik perhatian para ahli gizi akhir-akhir ini
karena fungsinya bagi tubuh. Zat seng merupakan komponen dari enzim atau
sebagai katalisator pada kegiatan lebih dari 200 enzim. Zat seng berperan dalam
fungsi metabolisme seperti reaksi-reaksi yang berkaitan dengan sintesis dan
degradasi karbohidrat, protein, lemak dan asam nukleat. Di samping itu, seng
juga berperan dalam proses replikasi sel, fungsi kekebalan tubuh, penglihatan,
mencegah kerusakan sel akibat radikal bebas, pengembangan fungsi reproduksi
laki-laki dan pembentukan sperma, perkembangan janin, kondisi bayi yang akan
dilahirkan, perkembangan fungsi pengecapan dan nafsu makan, serta kesehatan
tulang.
Protein hewani seperti
daging, hati, kerang, tiram dan telur merupakan sumber zat seng yang sangat
baik. Golongan serealia dan kacang-kacangan terutama serealia yang belum
mengalami proses pengolahan, juga merupakan sumber seng namun absorpsinya
dalam tubuh sangat rendah. Hal ini disebabkan karena bahan pangan tersebut
memiliki kandungan asam fitat yang tinggi yang dapat menghambat absorpsi seng.
Proses fermentasi pada makanan dapat meningkatkan ketersediaan biologis (bioavailability)
serta absorpsi zat seng.
Defisiensi zat seng
banyak terjadi di dunia, terutama pada negara-negara berkembang dan kelompok
yang rentan seperti anak-anak, ibu hamil dan menyusui, serta orang tua.
Defisiensi seng disebabkan karena rendahnya asupan, penyerapan, meningkatnya
kebutuhan serta pengeluaran zat seng. Diare serta infeksi kronis seperti
penyakit paru-paru juga dapat menyebabkan defisiensi seng. Defisiensi seng
dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan, fungsi pencernaan, kekebalan,
reproduksi, sistem saraf, otak, kelenjar tiroid, metabolisme vitamin A, nafsu
makan serta memperlambat penyembuhan luka. Pada anak-anak dapat menyebabkan
terhambatnya pertumbuhan dan anak menjadi rentan terhadap infeksi sedangkan
pada ibu hamil berkaitan dengan komplikasi saat melahirkan. Angka kecukupan
seng yang dianjurkan adalah 13 mg pada laki-laki dan 10 mg pada perempuan. Pada
ibu hamil diperlukan tambahan 2 mg pada kehamilan 3 bulan pertama, 4 mg pada 3
bulan kedua, dan 10 mg pada 3 bulan ketiga. Sedangkan pada ibu menyusui
diperlukan tambahan masing-masing sebesar 10 mg pada usia 6 bulan pertama dan 6
bulan kedua.
o Yodium
Yodium merupakan
komponen penting dalam sintesis hormon tiroid, yaitu hormon yang berfungsi
mengatur suhu tubuh, metabolisme dasar, reproduksi, pertumbuhan dan
perkembangan, pembentukan sel darah merah serta fungsi otot dan saraf. Dalam
darah, yodium terdapat dalam bentuk yodium bebas atau terikat dengan protein (Protein-Bound
Iodine/PBI). Laut merupakan sumber utama yodium. Karena itu makanan laut
seperti ikan, udang, kerang, rumput laut merupakan sumber yodium paling baik.
Ikan laut mengandung yodium yang lebih banyak dibandingkan dengan ikan air
tawar. Sayur-sayuran dan buah-buahan sedikit mengandung yodium. Untuk mencukupi
kebutuhan yodium sekaligus mengatasi masalah defisiensi yodium, maka dilakukan
penambahan yodium pada garam.
Defisiensi yodium dapat
menyebabkan pembesaran kelenjar tiroid (goiter). Kekurangan yodium yang
parah di awal kehamilan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan
janin, dan dalam keadaan parah dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan pada bayi
yang dilahirkan yang disebut kretinisme (cebol).
Kretinisme yang parah dapat menyebabkan bisu, tuli dan gangguan mental.
Kekurangan yodium juga dapat menyebabkan kemampuan belajar yang rendah dan
penurunan kepandaian (IQ). Kubis mentah, lobak dan singkong mengandung
goitrogen yang merupakan senyawa yang menghambat absorpsi yodium dalam
tubuh. Konsumsi makanan tersebut dalam keadaan segar dan dalam jumlah
besar dapat menyebabkan kekurangan yodium. Pemasakan dapat menginaktifkan
goitrogen. Kekurangan yodium banyak terdapat di daerah yang letaknya jauh
dari laut seperti pegunungan. Tanah di daerah pegunungan sedikit mengandung
yodium. Angka kecukupan yodium yang dianjurkan adalah 4700 mg per hari.
Sedangkan untuk ibu menyusui memerlukan tambahan masing-masing sebesar 400 mg
untuk kelahiran 6 bulan pertama dan 6 bulan kedua.
Ada beberapa cara yang
dapat dilakukan untuk mengatasi kekurangan zat gizi mikro. Pertama adalah
dengan penganekaragaman/diversifikasi makanan, dan kedua adalah dengan
fortifikasi yaitu dengan penambahan satu atau lebih zat gizi mikro ke dalam
makanan, misalnya fortifikasi besi pada susu formula, atau sereal.
o Mineral
Sama halnya dengan
vitamin, mineral juga merupakan sumber zat gizi mikro. Mineral terkandung dalam
berbagai makanan, seperti makanan laut, daging, buah, sayur, dan
kacang-kacangan. Terdapat dua jenis mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, yaitu:
1.
Makromineral,
seperti kalsium, magnesium, natrium, dan kalium, yang sangat penting untuk
kesehatan tulang dan otot serta berperan dalam mengendalikan tekanan darah
2.
Mikromineral,
seperti zat besi, mangan, zinc, tembaga, selenium, dan seng, yang penting dalam
membantu produksi sel darah merah, menjaga kesehatan otot, dan memperbaiki
kerusakan sel.
Keseimbangan zat gizi
mikro dan zat gizi makro sangat penting untuk menjaga kesehatan serta
kelancaran fungsi tubuh Anda. Kekurangan atau kelebihan mikronutrien maupun
makronutrien bisa menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, seperti infeksi,
penyakit kardiovaskular, dan malnutrisi.
v Gizi Makro
o Karbohidrat
Karbohidrat adalah zat
gizi makro yang berfungsi sebagai sumber energi utama bagi sel-sel dalam tubuh
untuk menjalankan fungsinya secara normal. Tubuh akan mengubah karbohidrat
menjadi glukosa yang dapat digunakan langsung maupun dijadikan cadangan energi.
Terdapat dua jenis
karbohidrat, yaitu karbohidrat kompleks dan karbohidrat sederhana. Karbohidrat
kompleks diperoleh dari sayuran, buah-buahan, maupun kacang-kacangan dan
dianggap lebih sehat karena tidak meningkatkan gula darah secara drastis.
Sementara itu, karbohidrat
sederhana kurang disarankan bagi penderita penyakit tertentu, seperti diabetes,
karena dapat meningkatkan gula darah dengan cepat. Jenis karbohidrat ini
umumnya terkandung dalam nasi putih, roti tawar, kue panggang, permen, dan
minuman maupun makanan kemasan.
o Protein
Zat gizi lainnya yang
dibutuhkan dalam jumlah besar adalah protein. Zat gizi makro ini dicerna
menjadi asam amino yang berperan dalam pembentukan jaringan dalam tubuh.
Ada sekitar 20 jenis
asam amino yang penting bagi tubuh Anda, tetapi 9 di antaranya tidak bisa
diproduksi sendiri oleh tubuh dan hanya bisa diperoleh dari makanan seperti
daging, ikan, telur, serta olahan susu. Kesembilan asam amino tersebut dikenal
dengan asam amino esensial.
o Lemak
Zat yang kerap
dihindari oleh banyak orang ini sebenarnya termasuk dalam kelompok zat gizi
makro yang diperlukan oleh tubuh. Apabila dikonsumsi dalam jumlah yang wajar,
lemak berfungsi sebagai cadangan energi dan pelindung organ tubuh, serta
berperan dalam pengaturan suhu.
Lemak dapat dibedakan
menjadi lemak jenuh dan lemak tak jenuh. Lemak jenuh terkandung dalam daging
maupun produk olahan susu dan diketahui dapat meningkatkan risiko terjadinya
penyakit kardiovaskular apabila dikonsumsi secara berlebihan.
Sementara itu, konsumsi
lemak tak jenuh justru bisa mengurangi risiko terjadinya penyakit
kardiovaskular. Anda bisa memperoleh lemak tak jenuh dari daging tanpa lemak,
ikan, telur, alpukat, dan kacang-kacangan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
·
Mikronutrien
(zat gizi mikro) adalah zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah
sedikit, namun mempunyai peran yang sangat penting dalam pembentukan hormon,
aktivitas enzim serta mengatur fungsi
sistem imun dan sistem reproduksi.
·
Makromineral
adalah mineral yang dibutuhkan tubuh sebanyak minimal 100 mg per hari (contoh:
kalsium, fosfor), sedangkan mikromineral (trace elements) adalah mineral yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah kurang dari 100 mg per hari (contoh: seng, besi). Adapula mikromineral dibutuhkan dalam jumlah
hanya beberapa mikrogram per hari, seperti cuprum dan molibdenum. Mikronutrien
diperoleh dari luar tubuh seperti dari makanan atau suplemen, karena tubuh
tidak mampu memproduksinya dalam jumlah yang cukup sesuai dengan kebutuhan
tubuh.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier,S. 2010.Prinsip
Dasar Ilmu Gizi, Jakarta :Gramedia Pustaka Utama.
Departemen Kesehatan RI. Angka Kecukupan
Gizi Rata-rata yang Dianjurkan. 2013.
http://www.who.int/nutrition/topics/micronutrients/en/
Insel, P., Turner, R.E., and Ross, D.
Nutrition, Update 2002. Jones and Bartlett Publisher. 2001. Preventing
and Controlling Micronutrient Deficiencies in Population Affected by an
Emergencies, 2006. Joint statement by the World Health Organization,
the World Food Programme and the United Nations Children’s Fund.
(Available at:
http://www.unicef.org/nutrition/files/Joint_Statement_Micronutrients_March_2006)
The World Health Report 2001: Reducing risks, promoting healthy life. Geneva,
World Health Organization, 2001(Yulia, STP., M.Gizi)
No comments:
Post a Comment