Sunday, 6 November 2022

MAKALAH ANALISA TANAMAN PADI

 

Daftar isi

 

kata pengantar............................................................................................ i          

daftar isi........................................................................................................... ii

bab i pendahuluan...................................................................................... 1

A.    Latar Belakang.............................................................................................. 1

B.     Tujuan........................................................................................................... 2

Bab ii TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3

A.    Padi............................................................................................................... 3          

a)      Penyiapan lahan................................................................................... 5

b)      Pemilihan benih................................................................................... 5

c)      Penyemaian.......................................................................................... 5

d)     Cara Tanam.......................................................................................... 5

e)      Pemupukan.......................................................................................... 5

f)       Pengendalian hama dan Penyakit........................................................ 6

g)      Pemanenan........................................................................................... 6

Bab iii metode praktikum...................................................................... 7

1.      Waktu dan Tempat........................................................................................ 7

2.      Alat dan Bahan............................................................................................. 7

3.      Cara Kerja..................................................................................................... 7

4.      Pembahasan................................................................................................... 8

Bab iv penutup............................................................................................... 12

A.    Kesimpulan .................................................................................................. 12

B.     Saran............................................................................................................. 12

Daftar pustaka........................................................................................... 13

 

 

 

 

 

 



BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari pemerintah Indonesia karena peranannya yang sangat penting dalam rangka pembangunan ekonomi jangka panjang maupun dalam rangka pemulihan ekonomi bangsa. Peranan sektor pertanian adalah sebagai sumber penghasil bahan kebutuhan pokok, sandang dan papan, menyediakan lapangan kerja bagi sebagian besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang tinggi dan memberikan devisa bagi negara. Sektor ini memegang peranan penting dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia khususnya pada tanaman pangan yaitu padi.

Padi bukan hanya sekedar komoditas pangan, tetapi juga merupakan komoditas strategis yang memiliki sensitivitas politik, ekonomi dan kerawanan sosial yang tinggi di Indonesia. Besarnya kebutuhan masyarakat akan beras membuat tanaman padi sebagai penghasil beras menjadi komoditas yang terus diusahakan dan dikembangkan guna mencukupi kebutuhan pangan. Demikian tergantungnya penduduk Indonesia pada beras. Sedikit saja terjadi gangguan produksi beras maka pasokan menjadi terganggu dan harga jual meningkat. Indonesia menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar. Oleh karena itu, kebijakan ketahanan pangan menjadi fokus utama dalam pembangunan pertanian.

Sebagai sumber makanan pokok penduduk Indonesia bahkan Asia, padi merupakan komoditas paling penting. Komoditas ini memiliki pengaruh jamak. Tidak hanya secara teknis menjadi perhatian dari kementerian pertanian, tetapi padi juga menjadi konsennya banyak pihak lain. Komoditas ini dapat meng-guncangkan kondisi sosial, politik, ekonomi, dan pemerintahan bila tidak cukup tersedia atau harga tidak terjangkau. Oleh karenanya, pemerintah sangat berkepentingan menjaga kecukupan bahan pangan yang satu ini.

Kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional adalah kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air. Konversi lahan pertanian untuk kegiatan non pertanian terutama di Jawa menyebabkan produksi pertanian semakin sempit. Tantangan lain dalam budidaya padi sawah adalah perubahan cuaca di Indonesia mengalami perubahan yang cukup dinamis. Salah satu kondisi yang dirasakan adalah semakin meningkatnya suhu udara dan tidak seimbangnya jumlah air di musim kemarau dan musim hujan. Masyarakat mengalami kekurangan air di musim kemarau dan kebanjiran di musim hujan. Suhu yang makin tinggi berpengaruh pada peningkatan evaporasi dan evapotranspirasi pada akhirnya menipisnya ketersediaan air. Sementara itu, petani tidak cukup mampu beradaptasi terhadap perubahan cuaca yang ditandai dengan tidak berubahnya pola penggunaan air pada padi sawah yang makin terbatas jumlahnya.

Sektor pertanian dalam menghadapi tantangan tersebut dapat dilakukan dengan meningkatan efisiensi pertanaman melalui melakukan budidaya tanaman padi yang tepat dan benar. Budidaya tanaman padi mulai dari penyiapan benih, penyemaian, pemindahan bahan tanam, penanaman, perawatan, hingga pemanenan. Budidaya antara padi sawah dan padi gogo berbeda. Kedua jenis padi tersebut mengharuskan kondisi lahan yang berbeda dimana tanaman padi sawah membutuhkan banyak air pada saat pertumbuhannya. Sebaliknya, tanaman padi gogo tumbuh pada lahan yang tidak banyak airnya atau lahan kering.

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan pengetahuan dalam hal penanamanbudidaya tanaman padi yang tepat. Hal ini bertujuan untuk meningkatkan produksi padi sehingga produktivitas yang dihasilkan lebih optimal. Pengetahuan tentang syarat tumbuh juga dibutuhkan karena tanpa memenuhi syarat-syarat pertumbuhan tersebut, tanaman padi tidak akan dapat tumbuh dengan baik.

 

B.     Tujuan

1.    Mahasiswa dapat memahami dan mempelajari teknik budidaya tanaman padi.

2.    Melatih keterampilan mahasiswa dalam menentukan komponen-komponen budidaya yang baik bagi tanaman padi.

 


 

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A.    Padi

Tanaman pangan menyebar hampir secara merata di seluruh wilayah Indonesia meskipun sentra beberapa jenis tanaman pangan terdapat di daerah tertentu (Marlina, et al., 2012). Padi (Oryza sativa L.) merupakan tanaman makanan pokok bagi sebagian besar penduduk di Indonesia (Jamilah dan Safridar, 2012). Padi merupakan salah satu komoditi tanaman pangan yang sangat memegang peran penting di dalam kehidupan perekonomian di Indonesia (Suardana, et al., 2013). Menurut Kaihatu dan Marietje (2011), padi merupakan tulang punggung pembangunan subsektor tanaman pangan, berperan penting terhadap pencapaian ketahanan pangan, dan memberikan kontribusi besar terhadap produk domestik bruto nasional.

Upaya yang dapat digunakan dilakukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman padi sawah adalah dengan menciptakan lingkungan tumbuh yang optimal bagi pertumbuhan. Teknologi yang diterapkan tidak hanya berorientasi pada peningkatan hasil, tetapi juga menekankan efisiensi penggunaan sarana produksi. Komponen paket teknologi produksi padi yang diharapkan dapat meningkatkan produksi dan efisiensi usaha tani adalah sistem tanam benih langsung atau tabela. Penerapan tabela dilahan sawah dapat meningkatkan produksi karena penanaman dapat dilakukan tiga kali dalam setahun (Lita dkk., 2013).

Teknologi budidaya tanaman padi yang dapat diterapkan adalah sistem tanaman SRI. SRI (System of rice intensification) merupakan suatu metode budidaya yang dapat tahan dibawah tekanan kekeringan dan penanaman bibit padi pada usia 10-15 hari dengan jarak 25 x 25 cm. Padi tidak tumbuh pada lahan yang digenangi namun pada kondisi yang lembab dengan irigasi berselang (Tann et al., 2012). SRI (System of rice intensification) dapat diaplikasikan tanpa masalah dalam usaha tani tadah hujan dalam dua situasi. Situasi yang pertama membutuhkan curah hujan yang teratur dan cukup untuk setengah bulan sampai akar tanaman yang tumbuh cukup untuk menahan kekeringan. Situasi yang kedua perluasan sistem irigasi yang mampu menggunakan curah hujan dalam periode yang cukup (Laulane, 2011).           Metode SRI memiliki keunggulan dalam menghemat air. SRI mengusulkan penggunaan bibit muda tunggal dan hidup pada kondisi aerobik. SRI telah dipromosikan sebagai praktek manajemen ekonomi untuk budidaya padi yang meningkatkan hasil dan mengurangi penggunaan air (Kumar et al., 2013).

Teknologi budidaya tanaman padi lainnya yaitu dapat menerapkan sistem tanam jajar legowo. Jajar legowo merupakan perubahan teknologi jarak tanam padi yang dikembangkan dari sistem tanam tegel yang telah berkembang di masyarakat. Prinsip dari sistem tanam jajar legowo adalah pemberian kondisi pada setiap barisan tanam padi untuk mengalami pengaruh sebagai tanaman pinggir. Secara umum, tanaman pinggir menunjukkan hasil lebih tinggi daripada tanaman yang ada di bagian dalam barisan. Tanaman pinggir juga menunjukkan pertumbuhan yang lebih baik karena persaingan tanaman antar barisan dapat dikurangi (Anggraini dkk., 2013).

Sistem budidaya tanaman padi di Indonesia secara garis besar dikelompokkan menjadi dua yaitu padi sawah dan padi gogo. Pada sistem sawah, tanaman padi sepanjang hidupnya slalu tergenang oleh air. Sebaliknya, pada sistem gogo, tanaman padi ditumbuhkan tidak dalam kondisi tergenang. Kombinasi kedua sistem ini dikenal sebagai gogo rancah, yaitu padi ditanam saat awal musim hujan pada petakan sawah, kemudian secara perlahan digenangi dengan air hujan seiring dengan makin bertambahnya curah hujan (Prasetio, 2002). Tanaman padi dapat dikembangkan secara langsung baik dengan benih maupun dengan benih yang disemai menjadi bibit. Benih yang digunakan terlebih dahulu disemai selama 21 -28 hari, kemudian dicabut dan ditanam diareal yang telah disiapkan. Sementara padi gogo menggunakan benih yang ditanam langsung tanpa disemai. Upaya untuk mempercepat perkecambahan yaitu dengan terlebih dahulu benih direndam dalam air selama 2 x 24 jam (Purwono dan Purnamawati, 2007).

Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), teknologi padi sawah di Indonesia relatif lebih maju dibandingkan padi gogo. Produktivitas padi sawah kini berkisar 4,5-6 ton/ha, sedangkan padi gogo hanya 1-2 ton/ha. Ciri khusus budidaya tanaman padi sawah adalah penggenangan selama pertumbuhan tanaman. Budidaya padi sawah dilakukan pada tanah yang berstruktur lumpur. Teknik budidaya tanaman padi diantaranya yaitu :

 

a.    Penyiapan lahan

Waktu pengolahan tanah yang baik tidak kurang dari 4 minggu sebelum penanaman. Pengolahan tanah terdiri dari pembajakan, penggaruan, dan perataan. Tujuan dari pengolahan tanah yaitu untuk memberikan media pertumbuhan padi yang optimal dan gulma dapat dibenamkan dengan sempurna.

b.   Pemilihan benih

Benih yang disarankan adalah yang bersertifikat, bebas dari hama dan penyakit, tidak kopong, dan warnanya murni. Kebutuhan benih berkisar 20-25 kg/ha.

c.    Penyemaian

Lokasi persemaian diusahakan pada tanah subur dengan intensitas cahaya matahari sempurna. Buat bedengan berukuran lebar 1 m, panjang 4 m, tinggi 20-30 cm. Pada lahan seluas 1 hektar dibutuhkan 4 bedengan. Untuk menghindari serangan hama tikus, sebaiknya tempat persemaian dikelilingi pagar plastik. Berikan pupuk NPK sebanyak 1 kg untuk 4 bedengan. Benih padi yang telah direndam selama 1 malam siap ditebar. Bibit padi siap pindah tanam saat berumur 18 hari.

d.   Cara Tanam

Saat penanaman kondisi lahan dalam keadaan tidak tergenang atau macak-macak. Jarak tanam yang dianjurkan 25 x 25 cm atau 30 x 15 cm. Bibit yang ditanam berkisar 3 batang per lubang.

e.    Pemupukan

Pemupukan dilakukan untuk mendapatkan hasil panen padi yang maksimal. Pemupukan dimuali saat padi berumur tujuh hari setelah tanam dengan 150 kg/ha NPK 15-15-15 dan 50 kg/ha urea. Saat padi berusia 20 hari setelah tanam, pemupukan dilakukan dengan jenis dan jumlah yang sama. Ketika padi berumur 35 hari setelah tanam, pemupukan hanya dilakukan dengan memberi 250 kg/ha pupuk NPK 15-15-15.

f.     Pengendalian hama dan Penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman padi sangat mempengaruhi sebagian besar berhasil tidaknya dalam budidaya padi. Pengendalian tersebut diharapkan dapat mengurangi resiko gagalnya pbudidaya tanaman padi dan diharapkan pertumbuhan tanaman padi tetap optimal.

g.    Pemanenan.

Panen dilakukan jika butir gabah 80 % menguning dan tangkainya menunduk.

Sementara untuk mendapat hasil padi yang berkualitas tinggi perlu disukung dengan waktu panen yang tepat, cara panen yang benar serta penanganan pascapanen. Panen yang terlalu cepat maupun terlalu lambat dipanen dapat menyebabkan penurunan kualitas gabah karena banyaknya butir hijau dan kapur. Gabah yang memiliki terlalu banyak butir kapur memiliki rendemen yang rendah dan menghasilkan dedak yang banyak. Gabah yang terlambat dipanen menyebabkan gabah rontok karena terlalu masak (Prasetio, 2002). Pandey and Tiwari (2012) menjelaskan bahwa panen dengan tepat waktu dapat mencegah terjadinya kerugian dalam hasil karena penumpahan butir. Panen dapat dilakukan sejak 30-35 hari setelah berbunga ketika batang masih dalam keadaan hijau untuk menghindari kehilangan butir. Kadar air padi harus 20-24% pada saat panen. Pengeringan secara bertahap dibawah teduh sampai kadar air antara 12-14% yang menjamin kualitas yang lebih baik pada saat pengilingan dan penyimpanan. Varietas hibrida dapat menghasilkan 1,0-1,5 ton per hektare.

 

Urea merupakan unsur utama yang banyak diperlukan untuk padi terutama varietas unggul dengan teknik bercocok tanam intensif. Pupuk N mudah mengalami pencucian sehingga aplikasinya dilapang efesiensi pupuk N hanya sekitar 30-40 % dari jumlah pupuk yang diberikan (Jamilah dan Safridar, 2012). Pupuk hayati seperti rhizobium, azotobacter dan azospirillum telah lama dimanfaatkan dan merupakan pupuk organik ramah lingkungan dan lebih ekonomis dibanding pupuk kimia. Penggunaan pupuk biologis atau hayati merupakan upaya efisiensi penggunaan pupuk nitrogen pada pertanaman padi dengan tetap meningkatkan produksi (Syaiful dkk., 2013).

BAB III

METODE PRAKTIKUM

1.      Waktu dan Tempat

Kegiatan praktikum mata praktikum Budidaya Tanaman Pangan acara “Budidaya Tanaman Padi” dilaksanakan pada Sabtu, 03 Oktober 2015 mulai pukul 10.00-12.00 WIB bertempat di Desa .

 

2.      Alat dan Bahan

3.2.1   Alat

1.    Kamera

2.    Alat tulis

 

3.2.2   Bahan

1.    Areal pertanaman padi

2.    Kuisioner

 

3.      Cara Kerja

1.    Mahasiswa menetukan lokasi areal pertanaman padi yang akan dijadikan sebagai areal observasi lapang budidaya padi.

2.    Kegiatan Observasi Lapang Budidaya Padi dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang terdapat di Quisioner

3.    Mahasiswa wajib mendokumentasikan hasil observasi berupa foto.

4.    Setelah kegiatan observasi selesai, mahasiswa diharuskan membuat laporan tertulis.

5.    Laporan tertulis yang telah dibuat oleh mahasiswa setelah kegiatan observasi.


 

4.      Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani menunjukkan bahwa teknik pra tanaman padi yang telah dilakukan diantaranya yaitu pengolahan tanah, penyiapan benih padi dan penyemaian benih. Pengolahan tanah dilakukan ketika 4 minggu sebelum penanaman. Teknik pengolahan tanah yang digunakan yaitu dengan cara dibajak dengan menggunakan traktor dimana tanah dibolak-balik. Selain dengan menggunakan traktor, petani juga mengolah tanah khususnya di bagian pinggir lahan dengan menggunkan cangkul. Teknik pra tanaman padi lainnya yaitu penyiapan benih. Varietas padi yang ditanam yaitu pandan wangi. Petani menggunakan bahan tanam sendiri maksudnya yaitu petani tidak membeli bibit di toko pertanian melainkan membuat bibit sendiri. Benih yang digunakan yaitu berasal dari hasil panen tanaman padi sebelumnya. Penyiapan benih yang dilakukan oleh petani yaitu diawali dengan memilih benih yang memenuhi beberapa persyaratan benih bermutu. Setelah itu dilanjutkan dengan pembuatan bedengan tepatnya di dekat lahan yang digunakan sebagai tempat penyemaian benih. Umur pemindahan bibit yang siap ditanam ke lahan produksi yaitu sekitar 25 hari setelah penyemaian. Adapun ciri-ciri dari bibit yang siap ditanam yaitu berumur 25-30 hari dan jumlah daunnya 3-4 helai.

Apabila dibandingkan dengan literatur yang ada maka tahapan teknik pra tanam tanaman padi yang telah dilakukan petani sudah benar atau tepat. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007) menyatakan bahwa teknik budidaya tanaman padi diawali dengan beberapa tahapan sebelum dilakukan penanaman padi pada lahan produksi. Tahapan tersebut meliputi pengolahan lahan, penyiapan benih bila menggunakan benih sendiri dan juga persemaian benih. Namun waktu pemindahan bibit yang dilakukan oleh petani tidak singkron dengan keterangan waktu pemindahan bibit yang terdapat pada literatur. Menurut Purwono dan Purnamawati (2007), waktu pemindahan bibit yang terdapat pada literatur yaitu saat berumur 18 hari sedangkan menurut Bobihoe (2007), waktu pemindahan bibit berumur sekitar 15-21 hari (4 helai daun). Adapun petani sendiri memindahkan bibit ketika berumur 25 hari. Hal tersebut menunjukkan bahwa waktu yang dilakukan petani dalam memindahkan bibit lebih lama dibandingkan yang disebutkan dalam literatur. Muyassir (2012) menjelaskan bahwa umur bibit saat pemindahan ke lahan produksi berpengaruh terhadap hasil produktivitas tanaman padi. Berikut data yang menjelaskan tentang pengaruh umur bibit terhadap hasil produksi padi, yaitu :

Tabel 1. Pengaruh Umur Pemindahan Bibit Terhadap Jumlah Gabah Per Malai, Persentase Gabah Hampa, Bobot 1000 Butir dan Hasil Produksi Gabah.

Sumber: Muyassir (2012)

Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa umur pemindahan bibit sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi khususnya hasil produksi gabah. Umur bibit 8 hari di persemaian dapat memberikan hasil padi tertinggi yaitu 8,01 ton per hektar dan berbeda nyata dengan hasil pada pada umur bibit 16 hari yakni 7,66 ton per hektar. Berdasarkan fakta tersebut dapat dinyatakan bahwa umur bibit sampai 8 hari lebih baik terhadap produksi padi sawah dibandingkan umur bibit lebih dari 8 hari di persemaian. Muyassir (2012) menambahkan bahwa pemindahan bibit ke lapangan harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan akar, sehingga pada waktu pemindahan bibit tidak terjadi kerusakan akar, apabila akar mengalami kerusakan maka untuk pertumbuhan awal bibit memerlukan waktu penyembuhan padahal anakan maksimum terjadi sampai pada batas umur 49-50 hari setelah semai serta perkembangan akar umumnya akan terhenti pada umur 42 hari setelah semai. Oleh karena itu, apabila waktu pemindahan bibit ke lapangan di perpanjang maka kesempatan untuk berkembangnya anakan menjadi semakin pendek, sehingga anakan yang dihasilkan juga semakin sedikit.

Teknik penanaman yang dilakukan oleh petani yaitu pola tanamnya monokultur. Petani hanya melakukan pergiliran tanaman padi dengan tanaman padi dalam satu tahun atau dalam tiga kali musim tanam hanya menanam tanaman padi saja. Petani tidak menerapkan budidaya tumpang sari atau yang lainnya. Petani tersebut menjelaskan bahwa beliau hanya ingin menanam tanaman padi saja karena menurutnya padi atau beras setiap saat dibutuhkan oleh masyarakat sebagai kebutuhan pangan dibandingkan tanaman lainnya. Penanaman tanaman padi di lahan produksi ketika bibit padi berumur 25 hari tepatnya pada bulan Juni 2015. Sistem budidaya yang diterapkan adalah sistem budidaya konvensional dimana petani masih menggunakan sistem tanam tegel. Jarak tanam padi yang digunakan yaitu 20 x 20 cm. Jumlah bibit perlubang tanam sekitar 3-4 bibit. Petani menanam padi dengan cara manual tanpa menggunakan alat atau mesin apapun.

Petani dalam memilih benih tidak sembarangan dimana benih yang dipilih yaitu yang memenuhi beberapa persyaratan. Syarat-syarat benih yang dipilih  diantaranya yaitu benih tidak kopong, warna putih bersih dan daya berkecambah tinggi. Adapun jarak tanam yang digunakan oleh petani adalah sistem tanam tegel yaitu 20 x 20 cm. Pemilihan benih tersebut dapat mempengaruhi produktivitas dari tanaman padi. Benih yang unggul berperanan penting dalam peningkatan hasil, perbaikan dan diversifikasi mutu, dan penekanan kehilangan hasil karena gangguan hama, penyakit, maupun cekaman lingkungan (Hanum, 2008). Selain itu, jarak tanam juga mempengaruhi produktivitas tanaman padi. Berikut data yang menjelaskan pengaruh jarak tanam terhadap hasil produksi, yaitu sebagai berikut :

Tabel 2. Pengaruh Jarak Tanam Terhadap Rata-Rata Persentase Gabah Hampa, Bobot 1000 Butir dan Produksi Padi.

Sumber: Muyassir (2012)

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa pemilihan jarak tanam sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi terutama hasil produksi gabah. Hasil produksi gabah per hektar menunjukkan perbedaan yang nyata antara jarak tanam 20 x20 cm, 25 x 25 cm dan 30 x 30 cm. Penggunaan jarak tanam 20 x20 cm menunjukkan hasil produksi gabah terendah diantara kedua macam jarak tanam lainnya yaitu sekitar 7,76 ton/ha. Penggunaan jarak tanam 20 x20 cm menunjukkan hasil produksi gabah tidak terlalu berbeda jauh dengan jarak tanam 20 x20 cm yaitu sekitar 7,68 ton/ha. Adapun penggunaan jarak tanam 30 x 30 cm menunjukkan hasil produksi gabah yang tertinggi yaitu sekitar 8,12 ton/ha. Hal ini menunjukkan bahwa jarak tanam yang rapat cenderung menekan produksi padi sawah dan jarak tanam padi sampai 30  x 30 cm dapat menghasilkan gabah tertinggi dibandingkan dengan jarak tanam lainnya. Uraian tersebut sesuai dengan fakta yang ada dilapang dimana petani dengan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm, petani hasil produksinya sekitar 7,5 ton/ha.

Salah satu pemeliharaan tanaman padi yang dilakukan oleh petani yaitu pemupukan. Pemupukan dilakukan dua kali dalam satu musim tanam yaitu ketika 7 HST (hari setelah tanam) dan pada waktu pengisian bulir. Jenis pupuk yang digunakan diantaranya yaitu aurea, ZA, dan Phonska. Adapun dosis yang digunakan oleh petani yaitu Urea 50 kg/ha, ZA 50 kg/ha, dan Phonska 50 kg/ha. Adapun standar pemupukan tanaman padi berdasarkan status hara tanah menurut Kementrian Pertanian diantaranya yaitu :

Tabel 3. Rekomendasi Pemupukan Pada Tanaman Padi Sawah Dengan Pupuk Majemuk Berdasarkan Status Hara Tanah.

Sumber: Apriyantono (2007)

Berdasarkan tabel diatas dapat diketahui bahwa dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh pemerintah. Petani hanya menggunakan dosis yang terlalu tinggi dan sama pada semua jenis pupuk baik Urea, ZA dan Phonska yaitu 50 kg/ha. Padahal kebutuhan tanaman padi akan pupuk berbeda-beda dari setiap jenis pupuk pada setiap fase pertumbuhannya. Pemerintah menetapkan beberapa macam dosis pemupukan yang berbeda berdasarkan status hara pada tanah. Hal ini disebabkan ketersediaan hara pada tanah mempengaruhi kebutuhan tanaman akan pupuk  yang akan diaplikasikan. Misalnya pada kelas status hara P dan K yang sedang dosis pemupukan yang digunakan yaitu 25 kg/ha dan SP-36 25 kg/ha.

BAB IV

 PENUTUP

A.       Kesimpulan

1.    Teknik pra tanam tanaman padi yang telah dilakukan petani meliputi pengolahan tanah, pemilihan benih dan penyemaian benih.

2.    Teknik penanaman yang dilakukan oleh petani yaitu menggunakan pola tanam monokultur, sistem budidaya konvensional dan sistem tanam tegel (20 x20 cm).

3.    Pemilihan benih dan penggunaan jarak tanam yang telah dilakukan oleh petani berpengaruh terhadap produktivitas tanaman padi terutama pada hasil produksi gabah.

4.    Dosis pemupukan yang dilakukan oleh petani tidak sesuai dengan standart yang ditetapkan oleh pemerintah.

 

B.       Saran

Praktikum telah berjalan dengan lancar, namun sebaiknya daerah praktikum jangan terlalu jauh-jauh sehingga proses wawancara dapat lebih maksimal karena kendala waktu praktikum berbenturan dengan jadwal kuliah. Praktikan kesulitan dalam membagi waktu untuk melakukan wawancara karena setiap praktikan memiliki jadwal kuliah yang berbeda-beda.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Anggraini, F., A. Suryanto dan N. Aini. 2013. Sistem Tanam dan Umur Bibit pada Tanaman Padi Sawah (Oryza Sativa L.) Varietas Inpari 13. Produksi Tanaman, 1 (2): 52-60.

 

Apriantono, A. 2007. Rekomendasi Pemupukan N, P, Dan K Pada Padi Sawah Spesifik Lokasi. Jakarta: Kementrian Pertanian.

 

Bobihoe, J. 2007. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Sawah. Jambi: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jambi.

 

Hanum, C. 2008. Teknik Budidaya Tanaman Jilid 2. Jakarta: Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan.

 

Jamilah dan N. Safridar. 2012. Pengaruh Dosis Urea, Arang Aktif dan Zeolit terhadap Pertumbuhan dan Hasil Padi Sawah (Oryza Sativa L.). Agrista, 16 (3): 153-162.

 

Kaihatu,S.S., Marietje, P. 2011. Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah Di Morokai. Agrivigor, 11(2) : 178-179.

 

Kumar, M., R. Rao, Samosekhar, Surekha, Padmavathi, S. Prasad, R. Bubu, S. Rao, Latha, Sreedevi, Rachandraman, Muthuraman, Gopalakrishnan, V. Goud, Viraktamath. 2013. SRI-A Method for Sustainable Intensification of Rice Production with Enhanced Water Productivity. Agrotechnol, 11(9): 1-6.

 

Laulanie, H. D. 2011. Intensive Rice Farming in Madagascar. Tropicultura,  29(3): 183-187.

 

Lita, T. N., S. Soekartomo., dan B. Guritno. 2013. Pengaruh Perbedaan Sistem Tanam terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Padi (Oryza Sativa L.) di Lahan Sawah. Produksi Tanaman, 1(4): 361-368.

 

Marlina, et al. 2012. Respons Tanaman Padi (Oryza sativa L.) terhadap Takaran Pupuk Organik Plus dan Jenis Pestisida Organik dengan System of Rice Intensification (SRI) di Lahan Pasang Surut. Lahan Suboptimal, 1(2) : 138-139.

 

Pandey, P.and D. K. Tiwari. 2012. Modern techniques and agronomic packages for hybrid rice cultivation in India. Bioflux Society, 49(1): 17-21.

 

Prasetiyo, Y. T. 2002. Budidaya Padi Sawah Tanpa Olah Tanah. Yogyakarta : Kanisius.

 

Purwono dan H. Purnamawati. 2007. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta : Penebar Swadaya.

 

Suardana, et al. 2013. Analisis Produksi Dan Pendapatan Usahatani Padi Sawah Dengan Pola Jajar Legowo Di Desa Laantula Jaya Kecamatan Witaponda Kabupaten Morowali. Agrotekbis, 1(5) : 477-478.

 

Syaiful, S. A., N. S. Sennag dan M. Yasin. 2012. Pertumbuhan dan Produksi Padi Hibrida pada Pemberian Pupuk Hayati dan Jumlah Bibit Per Lubang Tanam. Agrivigor, 11(2): 202-213.

 

Tann, H., C. Makhonpas, A. Utthajadee, and K. Soytong. 2012. Effect of Good Agricultural Practice and Organic Methods on Rice Cultivation under the System of Rice Intensification in Cambodia. Agricultural Technology, 8(1): 289-303.

 

 

No comments:

Post a Comment