BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Saat
ini Indonesia menghadapi masalah gizi ganda, yakni masalah gizi kurang dan
masalah gizi lebih. Masalah gizi kurang umumnya disebabkan oleh kemiskinan,
kurangnya persediaan pangan, kurang baiknya kualitas lingkungan (sanitasi),
kurangnya pengetahuan masyarakat tentang gizi, menu seimbang dan kesehatan, dan
adanya daerah miskin gizi (iodium). Sebaliknya masalah gizi lebih disebabkan
oleh kemajuan ekonomi pada lapisan masyarakat tertentu yang disertai dengan
minimnya pengetahuan tentang gizi, menu seimbang, dan kesehatan. Dengan
demikian, sebaiknya masyarakat meningkatkan perhatian terhadap kesehatan guna
mencegah terjadinya gizi salah (malnutrisi) dan risiko untuk menjadi kurang
gizi. Masalah gizi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan
oleh
banyak faktor, sehingga penanggulangannya tidak cukup dengan pendekatan medis
maupun pelayanan kesehatan saja Keadaan gizi dan kesehatan masyarakat
tergantung pada tingkat konsumsi.
Pelaksanaan kesehatan kerja merupakan
salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat atau
lingkungan kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan,
sehingga dapat mengurangi atau terbebas dari
kejadian kecelakaan kerja dan penyakit akibat
kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan
produktivitas kerja suatu perusahaan atau tempatkerja.
B.
Rumusan Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan gizi?
2. Apa
yang dimaksud dengan gizi Kesehatan masyrakat?
3. Apa
saja faktor-faktor yang mempengaruhi gizi seseorang?
4. Bagaimana
cara penanggulan masalah gizi?
5. Bagaimana
solusi permasalahan gizi masyarakat?
6. Apa
yang dimaksud dengan Kesehatan kerja?
7. Bagaimana
strategi Kesehatan kerja?
8. Jenis-jenis
pelayanan Kesehatan kerja?
C.
Tujuan
1.
Untuk dapat mengerti
tentang pengertian gizi;
2.
Untuk dapat memahami
gizi dalam kesehatan masyarakat;
3.
Untuk Dapat memperluas
wawasan tentang faktor-faktor yang memengaruhi status gizi seseorang;
4.
Untuk Dapat mengetahui
beberapa cara penanggulangan masalah gizi.
5.
Untuk dapat mengetahui
solusi permasalahan gizi masyarakat;
6.
Mengetahui apa yang dimaksud dengan kesehatan
kerja.
7.
Dapat mengetahui apa yang menjadi strategi
kesehatan kerja.
8. Mengetahui Jenis jenis
pelayanan kesehatan kerja
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Gizi
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Secara
etimologi, kata “gizi” berasal dari bahasa Arab “ghidza”, yang berarti
“makanan”. Menurut dialek Mesir, “ghidza” dibaca “ghizi”.
Gizi
adalah proses makhluk hidup menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti (penyerapan), absorpsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan.
B. Pengertian
gizi Kesehatan masyarakat
Terkait
erat dengan ”gisi kesehatan masyarakat” adalah ”kesehatan gizi masyarakat,”
yang mengacu pada cabang populasi terfokus kesehatan masyarakat yang memantau
diet, status gizi dan kesehatan, dan program pangan dan gizi, dan memberikan
peran kepemimpinan dalam menerapkan publik kesehatan prinsip-prinsip untuk
kegiatan yang mengarah pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui
pengembangan kebijakan dan perubahan lingkungan.
Definisi
Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan
masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan internasional
dilapangan.
Gizi
istilah dalam kesehatan masyarakat mengacu pada gizi sebagai komponen dari
cabang kesehatan masyarakat , ”gizi dan kesehatan masyarakat” berkonotasi
koeksistensi gizi dan kesehatan masyarakat, dan gizi masyarakat mengacu pada
cabang kesehatan masyarakat yang berfokus pada promosi kesehatan individu,
keluarga, dan masyarakat dengan menyediakan layanan berkualitas dan
program-program berbasis masyarakat yang disesuaikan dengan kebutuhan yang unik
dari komunitas yang berbeda dan populasi. Gizi masyarakat meliputi program
promosi kesehatan, inisiatif kebijakan dan legislatif, pencegahan primer dan
sekunder, dan kesehatan di seluruh rentang hidup
C. Faktor-faktor yang
mempengaruhi gizi
a.
Faktor Lingkungan
Lingkungan
yang buruk seperti air minum yang tidak bersih, tidak adanya saluran
penampungan air limbah, tidak menggunakan kloset yang baik, juga kepadatan
penduduk yang tinggi dapat menyebabkan penyebaran kuman patogen.
Lingkungan
yang mempunyai iklim tertentu berhubungan dengan jenis tumbuhan yang dapat
hidup sehingga berhubungan dengan produksi tanaman.
b.
Faktor Ekonomi
Di
banyak negara yang secara ekonomis kurang berkembang, sebagian besar
penduduknya berukuran lebih pendek karena gizi yang tidak mencukupi dan pada
umunya masyarakat yang berpenghasilan rendah mempunyai ukuran badan yang lebih
kecil.
Masalah
gizi di negara-negara miskin yang berhubungan dengan pangan adalah mengenai
kuantitas dan kualitas. Kuantitas menunjukkan penyediaan pangan yang tidak
mencukupi kebutuhan energi bagi tubuh. Kualitas berhubungan dengan kebutuhan
tubuh akan zat gizi khusus yang diperlukan untuk petumbuhan, perbaikan
jaringan, dan pemeliharaan tubuh dengan segala fungsinya.
c.
Faktor Sosial-Budaya
Indikator
masalah gizi dari sudut pandang sosial-budaya antara lain stabilitas keluarga
dengan ukuran frekuensi nikah-cerai-rujuk, anak-anak yang dilahirkan di
lingkungan keluarga yang tidak stabil akan sangat rentan terhadap penyakit gizi
kurang. Juga indikator demografi yang meliputi susunan dan pola kegiatan
penduduk, seperti peningkatan jumlah penduduk, tingkat urbanisasi, jumlah
anggota keluarga, serta jarak kelahiran.
Tingkat
pendidikan juga termasuk dalam faktor ini. Tingkat pendidikan berhubungan
dengan status gizi karena dengan meningkatnya pendidikan seseorang, kemungkinan
akan meningkatkan pendapatan sehingga dapat meningkatkan daya beli makanan.
d.
Faktor Biologis/Keturunan
Sifat
yang diwariskan memegang kunci bagi ukuran akhir yang dapat dicapai oleh anak.
Keadaan gizi sebagian besar menentukan kesanggupan untuk mencapai ukuran yang
ditentukan oleh pewarisan sifat tersebut. Di negara-negara berkembang
memperlihatkan perbaikan gizi pada tahun-tahun terakhir mengakibatkan perubahan
tinggi badan yang jelas.
e.
Faktor Religi
Religi
atau kepercayaan juga berperan dalam status gizi masyarakat, contohnya seperti
tabu mengonsumsi makanan tertentu oleh kelompok umur tertentu yang sebenarnya
makanan tersebut justru bergizi dan dibutuhkan oleh kelompok umur tersebut.
Seperti ibu hamil yang tabu mengonsumsi ikan.
D .Penanggulan masalah
gizi
A).
Penanggulangan masalah gizi kurang
Upaya
pemenuhan persediaan pangan nasional terutama melalui peningkatan produksi
beraneka ragam pangan;
Peningkatan
usaha perbaikan gizi keluarga (UPGK) yng diarahkan pada pemberdayaan keluarga
untuk meningkatkan ketahanan pangan tingkat rumah tangga;
Peningkatan
upaya pelayanan gizi terpadu dan sistem rujukan dimulai dari tingkat Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), hingga Puskesmas dan Rumah Sakit;
Peningkatan
upaya keamanan pangan dan gizi melalui Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi
(SKPG);
Peningkatan
komunikasi, informasi, dan edukasi di bidang pangan dan gizi masyarakat;
Peningkatan
teknologi pangan untuk mengembangkan berbagai produk pangan yang bermutu dan
terjangkau oleh masyarakat luas;
Intervensi
langsung kepada sasaran melalui pemberian makanan tambahan (PMT), distribusi
kapsul vitamin A dosis tinggi, tablet dan sirup besi serta kapsul minyak
beriodium;
Peningkatan
kesehatan lingkungan;
Upaya
fortifikasi bahan pangan dengan vitamin A, Iodium, dan Zat Besi;
Upaya
pengawasan makanan dan minuman;
Upaya
penelitian dan pengembangan pangan dan gizi.
B).
Penanggulangan masalah gizi lebih
Dilakukan
dengan cara menyeimbangkan masukan dan keluaran energi melalui pengurangan
makanan dan penambahan latihan fisik atau olahraga serta menghindari tekanan hidup/stress.
Penyeimbangan masukan energi dilakukan dengan membatasi konsumsi karbohidrat
dan lemak serta menghindari konsumsi alkohol.
E .Solusi permasalahan
gizi
Upaya
perbaikan gizi akan lebih efektif jika merupakan bagian dari kebijakan
penangulangan kemiskinan dan pembangunan SDM. Membiarkan penduduk menderita
masalah kurang gizi akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan dalam hal
pengurangan kemiskinan. Berbagai pihak terkait perlu memahami problem masalah
gizi dan dampak yang ditimbulkan begitu juga sebaliknya, bagaimana pembangunan
berbagai sektor memberi dampak kepada perbaikan status gizi. Oleh karena itu
tujuan pembangunan beserta target yang ditetapkan di bidang perbaikan gizi
memerlukan keterlibatan seluruh sektor terkait.
Dibutuhkan
adanya kebijakan khusus untuk mempercepat laju percepatan peningkatan status
gizi. Dengan peningkatan status gizi masyarakat diharapkan kecerdasan,
ketahanan fisik dan produktivitas kerja meningkat, sehingga hambatan
peningkatan ekonomi dapat diminimalkan.
Pelaksanaan
program gizi hendaknya berdasarkan kajian ‘best practice’ (efektif dan efisien)
dan lokal spesifik. Intervensi yang dipilih dengan mempertimbangkan beberapa
aspek penting seperti: target yang spesifik tetapi membawa manfaat yang besar,
waktu yang tepat misalnya pemberian Yodium pada wanita hamil di daerah endemis
berat GAKY dapat mencegah cacat permanen baik pada fisik maupun intelektual
bagi bayi yang dilahirkan. Pada keluarga miskin upaya pemenuhan gizi diupayakan
melalui pembiayaan publik.
Pengambil
keputusan di setiap tingkat menggunakan informasi yang akurat dan evidence base
dalam menentukan kebijakannya. Diperlukan sistem informasi yang baik, tepat
waktu dan akurat. Disamping pelaksanaan monitoring dan evaluasi yang baik dan
kajian-kajian intervensi melalui kaidah-kaidah yang dapat dipertanggung
jawabkan.
Mengembangkan
kemampuan (capacity building) dalam upaya penanggulangan masalah gizi, baik
kemampuan teknis maupun kemampuan manajemen. Gizi bukan satu-satunya faktor
yang berperan untuk pembangunan sumber daya manusia, oleh karena itu diperlukan
beberapa aspek yang saling mendukung sehingga terjadi integrasi yang saling
sinergi, misalnya kesehatan, pertanian, pendidikan diintegrasikan dalam suatu
kelompok masyarakat yang paling membutuhkan.
Meningkatkan
upaya penggalian dan mobilisasi sumber daya untuk melaksanakan upaya perbaikan
gizi yang lebih efektif melalui kemitraan dengan swasta, LSM dan masyarakat.
F .Pengertian Kesehatan
kerja
Kesehatan
kerja (Occupational health) merupakan bagian dari kesehatan masyarakat yang
berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang
mempengaruhi kesehatan pekerja (dalam hal ini Dosen, Mahasiswa dan Karyawan).
Bahaya pekerjaan (akibat kerja), Seperti halnya masalah kesehatan lingkungan
lain, bersifat akut atau khronis (sementara atau berkelanjutan) dan efeknya
mungkin segera terjadi atau perlu waktu lama. Efek terhadap kesehatan dapat
secara langsung maupun tidak langsung. Kesehatan
kerja mempengaruhi manusia dalam hubunganya dengan pekerjaan dan lingkungan
kerjanya, baik secara fisik maupun psikis yang meliputi, antara lain: metode
bekerja, kondisi kerja dan lingkungan kerja yang mungkin dapat menyebabkan
kecelakaan, penyakit ataupun perubahan dari kesehatan seseorang. Pada hakekatnya
ilmu kesehatan kerja mempelajari dinamika, akibat dan problematika yang
ditimbulkan akibat hubungan interaktif.
Tiga
komponen utama yang mempengaruhi seseorang bila bekerja yaitu:
1. Kapasitas kerja: Status kesehatan
kerja, gizi kerja, dan lain-lain.
2. Beban kerja: fisik maupun mental.
3. Beban tambahan yang berasal dari
lingkungan kerja antara lain:bising, panas,
debu, parasit, dan lain-lain.
G
. Strategi Kesehatan kerja
1. Pembinaan
Program
2. Pembinaan
Institusi
3. Peningkatan
Profesionalisme.
a). Pembinaan
Program
·
Perluasan jangkauan
pelayanan ke seluruh lapisan masyarakat pekerja formal & informal melalui
sistem yankes yang sudah berjalan & potensi pranata sosial yang sudah ada.
·
Peningkatan mutu
pelayanan dengan standardisasi, akreditasi & SIM (Sistem Informasi
Manajemen)
·
Promosi K3 dilaksanakan
dengan pendekatan Advokasi, Bina Suasana,
dan Pemberdayaan & Pembudayaan K3 dikalangan dunia usaha &
keluarganya serta masyarakat sekelilingnya.
·
Pengembangan program
Upaya Kesehatan Kerja melalui Kabupaten/Kota
Sehat
b). Pembinaan Institusi
·
Pengembangan jaringan
yankesja yg meliputi Pos UKK, Klinik Perusahaan, Puskesmas, BKKM (Balai Kesehatan Kerja Masyarakat) & Rumah Sakit
·
Pengembangan jaringan
kerjasama & penunjang yankesja, baik lintas
program maupun lintas sektor
·
Pelembagaan K3 di
tempat kerja yang merupakan wahana utama penerapan program K3
·
Memperjelas peran
manajemen & serikat pekerja dalam program K3.
c). Peningkatan
Profesionalisme
·
Penambahan tenaga ahli
K3 di tingkat Pusat, Propinsi dan Kabupaten/Kota.
·
Peningkatan Kemampuan
& Keterampilan K3 petugas kesehatan melalui Diklat.
·
Pengembangan
profesionalisme K3 bekerjasama dengan ikatan profesi terkait.
H. Tujuan
Kesehatan Kerja
1. Memelihara
dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pekerja di semua lapangan
pekerjaan ketingkat yang setinggi-tingginya, baik fisik, mental maupun
kesehatan sosial.
2. Mencegah
timbulnya gangguan kesehatan masyarakat pekerja yang diakibatkan oleh
tindakan/kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan olek faktor-faktor yang membahayakan kesehatan.
4. Menempatkan
dan memelihara pekerja di suatu lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan
kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.
BAB III
PENUTUP
A.kesimpulan
Dari
pembahasan maka dapat dibuat beberapa kesimpulan yaitu :
Gizi
adalah suatu proses organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi secara normal
melalui proses digesti, absobsi, transportasi, penyimpanan, metabolisme dan
pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan,
pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ, serta menghasilkan energi.
Definisi
Gizi kesehatan masyarakat merupakan penyulingan kompetensi untuk gizi kesehatan
masyarakat yang disarankan oleh para pemimpin nasional dan internasional
dilapangan.
[Kesehatan
kerja adalah ilmu yang mendalami masalah hubungan dua arah antara pekerjaan dan
kesehatan.
Kapasitas
kerja merupakan status kesehatan kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan
fisik yang prima diperlukan agar pekerja dapat melakukan pekerjaannya dengan
baik.
Beban
kerja merupakan beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja terlalu
berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seseorang
pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja
DAFTAR PUSTAKA
http://syair79.wordpress.com/2010/07/05/evaluasi-pelaksanaan-program-perbaikan-gizi-masyarakat-dalam-mencapai-visi-misi-indonesia-sehat-2010-di-kota-kendari-tahun-2010
No comments:
Post a Comment