BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Jaringan saraf merupakan jaringan komunikasi yang terdiri
dari jaringan sel-sel khusus dan dibedakan menjadi dua, sel neuron dan sel
neoroglia. Sel neuron adalah sel saraf yang merupakan suatu unit dasar dari
sistem saraf. Sel ini bertugas melanjutkan informasi dari organ penerima
rangsangan kepusat susunan saraf dan sebaliknya.
Adapun Jaringan saraf terdiri dari 3 komponen yang
mempunyai struktur dan fungsi yang berbeda, yaitu sel saraf (neuron) yang mampu
menghantarkan impuls, sel Schwann yang merupakan pembungkus kebanyakan akson
dari sistem saraf perifir dan sel penyokong (neuroglia) yang merupakan sel yang
terdapat diantara neuron dari sistem saaf pusat. Oleh karena itu saraf dari
sistem saraf perifiritu di bangun oleh neuron dan sel schwann, sedangkan
traktus yang terdapat diotak dan susm-sum tulang belakang dibentuk oleh neuron
dan neuroglia.
Untuk mengetahui perubahan-perubahan listrik didalam saraf,
perlu diketahui dulu sifat-sifat akson. Akson dari kebanyakan hewan mamalia
umumnya relatif kecil, untuk itu didalam percobaan digunakan akson raksasa yang
terdapat pada hewan invertebrat seperti cumi-cumi dan gurita. Berbagai bangunan
yang dapat ditemukan dalam sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf,
plektus, dan ganglia. Serabut saraf yaitu kumpulan akson dari sejumlah sel
saraf baik sejenis maupun tidak sejenis. Contoh serabut yang sejenis adalah
serabut eferen, serabut campuran contohnya adalah campuran antara sejumlah
akson dari sel saraf motorik dan sensorik. Apabila rangsangan dengan kekuatan
tertentu diberikan kepada membran sels araf, membran akan mengalami perubahan
elektrokimia dan perubahan fisiologis. Perubahan tersebut berkaitan dengan
adanya perubahan permeabilitas membran yang menyebabkan terjadinya permiabel
tehadap Na+ dan sangat kurang permiabel terhadap K+.
Depolarisasi yang timbul hanya pada bagian yang dirangsang
dinamakan depolarisasi lokal. Pada bagian tersebut terbentuk arus lokal.
Apabila rangsangan yang diberi cukup kuat, arus lokal yang timbul pada membran
yang terdepolarisasiakan merangsang membran disebelahnya yang masih dalam
keadaan istirahat, sehingga sebagian membran tersebut akan ikut
terdepolarisasi. Peristiwa ini menunjukkan penjalaran impuls. Depolarisasi
adalah nilai potensial aksi yang terjadi akibat adanya rangsangan. Bagian otak
depan terakhir adalah telensefalon, telah mengalami perubahan sangat besar
selama evolusi vertebrata. Pada ikan dan amphibi, telensefalon lebih dari
sekedar suatu penciuman, tapi dapat juga menerima input dari bulbus olfaktori.
Suatu refleks adalah setiap respon yang terjadi secara otomatis tanpa disadari.
Oleh karena itu, penulis akan memfokuskan pembahasan mengenai obat-obat
gangguan neurologi (saraf).
B. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan
sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1.
Apa defenisi sistem saraf pusat ?
2.
Apa obat perangsang sistem saraf
pusat ?
3.
Bagaimana klasifikasi sistem saraf
pusat ?
4.
Bagaimana jenis obat-obat sistem
saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
C. Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Menjelaskan
tentang defenisi sistem saraf pusat ?
2. Menjelaskan
tentang obat perangsang sistem saraf pusat ?
3. Menjelaskan
tentang klasifikasi sistem saraf pusat ?
4. Menjelaskan
tentang jenis obat-obat sistem saraf pusat & mekanisme kerjanya ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Defenisi
Sistem Saraf Pusat
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi,
dimana seluruh aktivitas tubuh dikendalikan Otak dilingdungi oleh tengkorak dan
sumsum tulang belakang dilindungi oleh ruas-ruas tulang belakang oleh sistem
saraf pusat. Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang..
Otak dan sumsum tulang belakang dibungkus oleh selaput meningia yang melindungi
sistem saraf halus, membawa pembuluh darah, dan dengan mensekresi sejenis
cairan yang disebut serebrospinal, selaput meningia dapat memperkecil benturan
dan guncangan. Meningia terdiri ata tiga lapisan, yaitu piamater, arachnoid,
dan duramater.
Susunan saraf pusat berkaitan dengan sistem saraf manusia
yang merupakan suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan saling
berhubungan satu dengan yang lain. Fungsi sistem saraf antara lain :
mengkoordinasi, menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan
lingkungan sekitarnya.
Stimulan sistem saraf pusat (SSP) adalah obat yang dapat
merangsang serebrum medula dan sumsum tulang belakang. Stimulasi daerah korteks
otak-depan oleh se-nyawa stimulan SSP akan meningkatkan kewaspadaan,
pengurangan kelelahan pikiran dan semangat bertambah. Contoh senyawa stimulan
SSP yaitu kafein dan amfetamin.
Sistem saraf dapat dibagi menjadi sistem saraf pusat atau
sentral dan sistem saraf tepi (SST). Pada sistem syaraf pusat, rangsang seperti
sakit, panas, rasa, cahaya, dan suara mula-mula diterima oleh reseptor,
kemudian dilanjutkan ke otak dan sumsum tulang belakang. Rasa sakit disebabkan
oleh perangsangan rasa sakit diotak besar. Sedangkan analgetik narkotik menekan
reaksi emosional yang ditimbulkan rasa sakit tersebut. Sistem syaraf pusat
dapat ditekan seluruhnya oleh penekan saraf pusat yang tidak spesifik, misalnya
sedatif hipnotik. Obat yang dapat merangsang SSP disebut analeptika.
Obat – obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat
berdasarkan efek farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1.
Merangsang atau menstimulasi yang
secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
2.
Menghambat atau mendepresi, yang
secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada
aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Obat yang bekerja pada susunan saraf pusat memperlihatkan
efek yang sangat luas (merangsang atau menghambat secara spesifik atau secara
umum). Kelompok obat memperlihatkan selektifitas yang jelas misalnya analgesik
antipiretik khusus mempengaruhi pusat pengatur suhu pusat nyeri tanpa pengaruh
jelas.
B.
Klasifikasi Sistem Saraf Pusat
Obat yang bekerja terhadap SSP dapat dibagi dalam beberapa
golongan besar, yaitu:
1.
Psikofarmaka (psikotropika), yang
meliputi Psikoleptika (menekan atau menghambat fungsi-fungsi tertentu dari SSP
seperti hipnotika, sedativa dan tranquillizers, dan antipsikotika);
Psiko-analeptika (menstimulasi seluruh SSP, yakni antidepresiva dan
psikostimulansia (wekamin).
2.
Untuk gangguan neurologis, seperti
antiepileptika, MS (multiple sclerosis), dan penyakit Parkinson.
3.
Jenis yang memblokir perasaan
sakit: analgetika, anestetika umum, dan lokal.
4.
Jenis obat vertigo dan obat
migrain (Tjay, 2002).
5.
Umumnya semua obat yang bekerja
pada SSP menimbulkan efeknya dengan mengubah sejumlah tahapan dalam hantaran
kimia (tergantung kerja transmitter).
C.
Hipnosediatif
1. Pengertian Hipnosediatif
Hipnotik atau obat tidur
berasal dari kata hynops yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam
hari dalam dosis terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur,
mempermudah atu menyebabkan tidur
. Sedangkan sedative adalah
obat obat yang menimbulkan depresi ringan pada SSP tanpa menyebabkan tidur,
dengan efek menenangkan dan mencegah kejang-kejang. Yang termasuk golongan
obat sedative-hipnotik adalah: Ethanol (alcohol), Barbiturate, fenobarbital, Benzodiazepam,
methaqualon.
Insomnia dan pengobatannya
Insomnia atau tidak bisa tidur dapat
disebabkan oleh factor-faktor seperti : batuk,rasa nyeri, sesak nafas, gangguan
emosi, ketegangan, kecemasan, ataupun depresi. Factor penyebab ini harus
dihilangkan dengan obat-obatan yang sesuai seperti:Antussiva, anelgetik,
obat-obat vasilidator, anti depresiva, sedative atau tranquilizer.
Persyaratan obat tidur yang ideal
1. Menimbulkan suatu keadaan yang sama dengan tidur normal
2.
Jika terjadi
kelebihan dosis, pengaruh terhadap fungsi lain dari system saraf pusat maupun
organ lainnya yang kecil.
3.
Tidak
tertimbun dalam tubuh
4.
Tidak
menyebabkan kerja ikutan yang negative pada keesokan harinya
5.
Tidak
kehilangan khasiatnya pada penggunaan jangka panjang
2.
Efek samping
Kebanyakan obat tidur memberikan efek samping
umum yang mirip dengan morfin antara lain :
a. Depresi pernafasan, terutama pada dosis tinggi, contihnya flurazepam,
kloralhidrat, dan paraldehida.
b.
Tekanan
darah menurun, contohnya golongan barbiturate.
c.
Hang-over,
yaitu efek sisa pada keesokan harinya seperti mual, perasaan ringan di kepala
dan pikiran kacau, contohnya golongan benzodiazepine dan barbiturat.
d.
Berakumulasi
di jaringan lemak karena umumnya hipnotik bersifat lipofil.
3.
Penggolongan
Secara kimiawi, obat-obat hipnotik digolongkan sebagai berikut :
1)
Golongan
barbiturate, seperti fenobarbital, butobarbital, siklobarbital,
heksobarbital,dll.
2)
Golongan
benzodiazepine, seperti flurazepam, nitrazepam, flunitrazepam dan triazolam.
3)
Golongan
alcohol dan aldehida, seperti klralhidrat dan turunannya serta paraldehida.
4)
Golongan
bromide, seperti garam bromide ( kalium, natrium, dan ammonium ) dan turunan
ure seperti karbromal dan bromisoval.
5)
Golongan
lain, seperti senyawa piperindindion (glutetimida ) dan metaqualon.
4.
Obat
generik, indikasi, kontra indikasi, dan efek samping
1)
Diazepam
Indikasi : hipnotika dan sedative, anti konvulsi, relaksasi, relaksasi otot
dan anti ansietas (obat epilepsi).
2)
Nitrazepam
Indikasi : seperti indikasi diazepam
Efek samping : pada pengguanaan lama terjadi kumulasi dengan efek sisa
(hang over), gangguan koordinasi dan melantur.
3)
Flunitrazepam
Indikasi : hipnotik, sedatif, anestetik premedikasi operasi.
Efek samping : amnesia (hilang ingatan )
4)
Kloral
hidrat
Indikasi : hipnotika dan sedatif
Efek samping: merusak mukosa lambung usus dan ketagihan
5)
Luminal
Indikasi : sedative, epilepsy, tetanus, dan keracunan strikhnin.
D.
Psikotropika
1. Pengertian Psikotropika
Psikotropika adalah kategori obat yang dapat mengobati
berbagai kondisi. Psikotropika bekerja dengan menyesuaikan tingkat
neurotransmitter atau dengan cara merangsang susunan saraf pusat sehingga
menyebabkan perubahan pada aktivitas mental, perilaku yang disertasi
halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir seseorang. Selain itu, psikotropika
dapat menyebabkan perubahan perasaan secara tiba-tiba dan menimbulkan kecanduan
pada penggunanya.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 5
tahun 1997, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada
susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada aktivitas mental dan
perilaku.
2.
Jenis-Jenis Psikotropika
Psikotropika merupakan jenis obat-obatan yang bisa
ditemukan di apotek, namun penggunaan obat ini harus menggunakan resep dokter
karena jika obat ini disalahgunakan dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya seperti merusak organ tubuh, hingga menyebabkan kematian.
Psikotropika memiliki beberapa jenis sebagai berikut:
a.
Sedatin
b.
Rohypnol
c.
Valium
d.
Amphetamine
e.
Metakualon
f.
Phenobarbital
g.
Shabu-shabu
h.
Ekstasi
3.
Golongan psikotropika
Penggunaan psikotropika yang tidak sesuai resep dokter
dapat menyebabkan penggunanya mengalami kecanduan. Berdasarkan tingkat risiko
kecanduan yang dihasilkan, psikotropika dibagi menjadi empat golongan,
yaitu:
a. Obat psikotropika
golongan 1
Psikotropika golongan
satu merupakan obat-obatan dengan daya adiktif, yang memiliki potensi tinggi
menyebabkan kecanduan. Selain itu, obat-obatan psikotropika golongan ini
masuk dalam obat terlarang yang penyalahgunaannya bisa dikenakan sanksi hukum.
Psikotropika golongan satu contohnya adalah ekstasi, STP, dan LSD.
b. Obat psikotropika
golongan 2
Psikotropika golongan
dua merupakan obat-obatan yang memiliki risiko ketergantungan di bawah
psikotropika golongan satu. Obat yang masuk dalam golongan ini biasa digunakan
untuk pengobatan berbagai penyakit, sehingga jika penggunaan psikotropika
golongan dua tidak sesuai dengan resep dokter dapat menimbulkan kecanduan.
Psikotropika golongan dua contohnya adalah sabu, amfetamin, ritalin, dan
metilfenidat.
c. Obat psikotropika
golongan 3
Psikotropika golongan
tiga merupakan obat-obatan dengan daya adiktif sedang dan umumnya digunakan untuk
penelitian dan pengobatan. Psikotropika golongan tiga contohnya adalah
pentobarbital, flunitrazepam, buprenorsina, dan lumibal.
d. Obat psikotropika
golongan 4
Psikotropika golongan
empat merupakan obat-obatan dengan daya adiktif ringan yang biasanya digunakan
untuk pengobatan. Psikotropika golongan empat contohnya adalah diazepam,
nitrazepam, lexotan, pil koplo, obat penenang,
dan obat tidur.
4.
Kelas dan Nama Psikotropika
Kelas |
Contoh |
Antipsikotik yang khas |
chlorpromazine
(Thorazine) fluphenazine (Prolixin) haloperidol (Haldol) perphenazine
(Trilafon) thioridazine (Mellaril) |
antipsikotik atipikal |
aripiprazole
(Abilify) clozapine (Clozaril) iloperidone (Fanapt) olanzapine (Zyprexa)
paliperidone (Invega) quetiapine (Seroquel) risperidone (Risperdal)
ziprasidone (Geodon) |
Antikecemasan |
alprazolam (Xanax)
clonazepam (Klonopin) diazepam (Valium) lorazepam (Ativan) |
Stimulan |
amphetamine
(Adderall, Adderall XR) dexmethylphenidate (Focalin, Focalin XR)
dextroamphetamine (Dexedrine) lisdexamfetamine (Vyvanse) methylphenidate
(Ritalin, Metadate ER, Methylin, Concerta) |
Antidepresan serotonin reuptake inhibitor selektif
(SSRI) |
citalopram (Celexa)
escitalopram (Lexapro) fluvoxamine (Luvox) paroxetine (Paxil), sertraline
(Zoloft) |
Serotonin-norepinefrin reuptake inhibitor (SNRI)
antidepresan |
atomoxetine
(Strattera) duloxetine (Cymbalta) venlafaxine (Effexor XR) desvenlafaxine
(Pristiq) |
Antidepresan monoamine oksidase inhibitor (MAOI) |
isocarboxazid
(Marplan) phenelzine (Nardil) tranylcypromine (Parnate) selegiline (Emsam,
Atapryl, Carbex, Eldepryl, Zelapar) |
Antidepresan trisiklik |
amitriptyline
amoxapine desipramine (Norpramin),imipramine (Tofranil) nortriptyline
(Pamelor), protriptyline (Vivactil) |
Mood Stabilisator |
carbamazepine
(Carbatrol, Tegretol, Tegretol XR) divalproex sodium (Depakote) lamotrigine
(Lamictal) lithium (Eskalith, Eskalith CR, Lithobid) |
5.
Efek Obat Psikotropika
Penggunaan psikotropika dalam dunia kesehatan selama
sesuai dengan resep dokter masih terbilang aman dan diperbolehkan. Namun, jika
zat psikotropika disalahgunakan secara berlebihan dan tidak sesuai dengan resep
dokter, maka hal tersebut dapat berakibat buruk pada kesehatan. Selain
memberikan efek kecanduan, psikotropika juga memiliki efek samping lainnya jika
digunakan secara berlebihan, yaitu:
a. Depresan
Zat psikotropika dapat
memberikan efek tenang karena psikotropika bekerja dengan menekan sistem saraf
pusat. Jika psikotropika digunakan secara berlebihan, maka penggunanya dapat
tidur lama, tidak sadarkan diri, hingga menyebabkan kematian. Salah satu
psikotropika yang memberi efek depresan adalah putaw.
b. Stimulan
Psikotropika dapat
membuat fungsi tubuh bekerja lebih tinggi dan bergairah, sehingga penggunanya
lebih terjaga. Hal ini mengakibatkan kerja organ tertentu menjadi lebih berat.
Apabila si pengguna tidak memakai obat-obatan tersebut dapat menyebabkan badan
menjadi lemah. Untuk mengembalikan kondisi tubuh agar tetap prima, biasanya ia
akan menggunakan lagi. Hal ini menyebabkan pengguna mengalami kecanduan. Contoh
psikotropika yang memberi efek stimulan adalah sabu-sabu dan ekstasi.
c. Halusinogen
Efek halusinogen
mengakibatkan penggunanya merasakan halusinasi yang berlebihan. Salah satu
contoh psikotropika yang dapat mengakibatkan halusinogen adalah ganja.
E. Narkotika
1. Pengertian Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang
berasal dari tanaman maupun bukan dari tanaman baik itu sintesis maupun
semisintesis yang dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran,
mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan,
(UU RI No 22 / 1997).
2. Golongan Narkotika
Narkotika terdiri dari tiga golongan,
yaitu :
Golongan I : Narkotika yang hanya digunakan untuk
kepentingan ilmu pengetahuan dan tidak dipergunakan untuk terapi, serta memiliki potensi ketergantungan
sangat tinggi, contohnya: Cocain, Ganja, dan Heroin
Golongan II : Narkotika yang dipergunakan sebagai obat,
penggunaan sebagai terapi, atau dengan tujuan pengebangan ilmu pengetahuan, serta
memiliki potensi ketergantungan sangat tinggi, contohnya : Morfin, Petidin
Golongan III : Narkotika yang digunakan sebagai obat dan
penggunaannya banyak dipergunakan untuk terapi, serta
dipergunakan untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan memiliki potensi
ketergantungan ringan, contoh: Codein
3. Jenis narkotika
1)
Morfin
Morfin berasal dari
kata morpheus (dewa mimpi) adalah alkaloid analgesik yang sangat kuat yang
ditemukan pada opium. Jenis narkotika dan psikotropika ini bekerja langsung
pada sistem saraf pusat sebagai penghilang rasa sakit.
2)
Heroin atau Putaw
Heroin dihasilkan dari
pengolahan morfin secara kimiawi. Akan tetapi, reaksi yang ditimbulkan dari
jenis narkotika dan psikotropika ini menjadi lebih kuat daripada morfin itu
sendiri, sehingga mengakibatkan zat ini sangat mudah menembus ke otak.
3)
Kokain
Kokain berasal dari
tanaman Erythroxylon coca di Amerika Selatan. Biasanya daun tanaman ini
dimanfaatkan untuk mendapatkan efek stimulan, yaitu dengan cara dikunyah.
Kokain dapat memicu metabolisme sel menjadi sangat cepat.
4)
Ganja
Ganja (Cannabis sativa
syn. Cannabis indica) merupakan tumbuhan budidaya yang menghasilkan serat dan
kandungan zat narkotika, yang terdapat pada bijinya. Jenis narkoba ini dapat
membuat si pemakai mengalami euforia (rasa senang yang berkepanjangan tanpa
sebab.
5)
LSD atau Lysergic Acid
LSD merupakan jenis
narkotika dan psikotropika yang tergolong halusinogen. Biasanya berbentuk
lembaran kertas kecil, kapsul, atau pil.
6)
Opiat atau Opium
Opium adalah zat
berbentuk bubuk yang dihasilkan oleh tanaman yang bernama papaver somniferum.
Kandungan jenis narkotika dan psikotropika dalam bubuk ini biasa digunakan
untuk menghilangkan rasa sakit.
7)
Kodein
Kodein adalah sejenis
obat batuk yang biasa digunakan atau diresepkan oleh dokter, namun jenis
narkotika dan psikotropika ini memiliki efek ketergantungan bagi si pengguna.
4.
Efek Samping
Selain
memberikan efek kecanduan, Narkotika juga memiliki efek samping lainnya jika
digunakan secara berlebihan, yaitu:
a. Depresan
Zat psikotropika dapat
memberikan efek tenang karena psikotropika bekerja dengan menekan sistem saraf
pusat. Jika psikotropika digunakan secara berlebihan, maka penggunanya dapat
tidur lama, tidak sadarkan diri, hingga menyebabkan kematian. Salah satu
psikotropika yang memberi efek depresan adalah putaw.
b. Stimulan
Psikotropika dapat
membuat fungsi tubuh bekerja lebih tinggi dan bergairah, sehingga penggunanya
lebih terjaga. Hal ini mengakibatkan kerja organ tertentu menjadi lebih berat.
Apabila si pengguna tidak memakai obat-obatan tersebut dapat menyebabkan badan
menjadi lemah. Untuk mengembalikan kondisi tubuh agar tetap prima, biasanya ia
akan menggunakan lagi. Hal ini menyebabkan pengguna mengalami kecanduan. Contoh
psikotropika yang memberi efek stimulan adalah sabu-sabu dan ekstasi.
c. Halusinogen
Efek halusinogen
mengakibatkan penggunanya merasakan halusinasi yang berlebihan. Salah satu
contoh psikotropika yang dapat mengakibatkan halusinogen adalah ganja
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Sistem saraf pusat merupakan pusat pengaturan informasi,
dimana seluruh aktivitas tubuh dikendalikan Otak dilingdungi oleh tengkorak dan
sumsum tulang belakang dilindungi
Obat-obat yang bekerja terhadap susunan saraf pusat berdasarkan efek
farmakodinamiknya dibagi atas dua golongan besar yaitu :
1)
Merangsang atau menstimulasi yang
secara langsung maupun tidak langsung merangsang aktivitas otak, sumsum tulang
belakang beserta syarafnya.
2)
Menghambat atau mendepresi, yang
secara langsung maupun tidak lansung memblokir proses proses tertentu pada
aktivitas otak, sumsum tulang belakang dan saraf- sarafnya.
Hipnotik atau obat tidur berasal dari kata
hynops yang berarti tidur, adalah obat yang diberikan malam hari dalam dosis
terapi dapat mempertinggi keinginan tubuh normal untuk tidur, mempermudah atu
menyebabkan tidur.
Psikotropika adalah
kategori obat yang dapat mengobati berbagai kondisi. Psikotropika bekerja
dengan menyesuaikan tingkat neurotransmitter atau dengan cara merangsang
susunan saraf pusat sehingga menyebabkan perubahan pada aktivitas mental,
perilaku yang disertasi halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir seseorang.
Selain itu, psikotropika dapat menyebabkan perubahan perasaan secara tiba-tiba
dan menimbulkan kecanduan pada penggunanya.
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari
tanaman maupun bukan dari tanaman baik itu sintesis maupun semisintesis yang
dapat menyebabkan penurunan dan perubahan kesadaran, mengurangi atau
menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, (UU RI No 22 /
1997).
DAFTAR
PUSTAKA
Gunawan,
Sulistia G. 2009 Farmakologi dan Terapi Edisi VI. Jakarta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia. Ikawati, Zullies. 2014.
Farmakologi
Molekuler. Yogyakarta: UGM Press
http://rudolmandaparintak93.blogspot.com/2013/05/makalah-obat-obat-gangguan-sistem-saraf.html
https://dinkes.kalbarprov.go.id/dampak-penyalahgunaan-narkotika-psikotropika-dan-zat-adiktif-napza/
https://rs.unud.ac.id/narkoba-napza/
https://jatim.bnn.go.id/mengenal-perbedaan-narkotika-psikotropika-undang-undang-mengatur-serta-penggolongannya/
.
No comments:
Post a Comment