DAFTAR ISI
A.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria
B.
Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pengetahuan
tentang anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada manusia merupakan ilmu
yang penting bagi setiap individu untuk mengetahui susunan dan fungsi yang
dimiliki masing-masing organ reproduksi sehingga tidak terjadi kesalahpahaman.
Dalam makalah ini akan dibahas dua hal yaitu tentang anatomi dan fisiologi
sistem reproduksi pada pria dan anatomi dan fisiologi sistem reproduksi pada
wanita.
B. Rumusan
Masalah
Adapun rumusan
masalah dalam makalah ini yaitu :
1.
Bagaimana anatomi sistem reproduksi pada
pria ?
2.
Bagaimana fisiologi sistem reproduksi
pada pria ?
3.
Bagaimana anatomi sistem reproduksi pada
wanita ?
4.
Bagaimana fisiologi sistem reproduksi pada
wanita ?
C. Tujuan
Masalah
1.
Untuk mengetahui anatomi sistem reproduksi pada pria.
2.
Untuk mengetahui fisiologi sistem
reproduksi pada pria.
3.
Untuk mengetahui anatomi sistem reproduksi pada wanita.
4.
Untuk mengetahui fisiologi sistem reproduksi
pada wanita.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Anatomi
dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Pria
1. Anatomi
Sistem Reproduksi pada Pria
Secara anatomi, sistem reproduksi pria terdiri dari
genitalia eksternal dan genitalia internal . Genitalia eksternal terdiri dari
penis dan skrotum, sedangkan genitalia internal terdiri dari testis dan
organ-organ penunjang fungsinya, yaitu epididimis, duktus deferens (vas
deferens), vesikula seminalis, duktus ejakulatorius, glandula prostatica, dan
glandula bulbouretralis (glandula cowperi).
2. Genitalia eksternal
a. Penis
Secara anatomi
organ penis dibagi menjadi dua yaitu pars occulta dan pars libera. Pars occulta
yang disebut juga radiks penis atau pars fiksa adalah bagian
penis yang tidak bergerak, terletak dalam spatium perinea superfisialis. Pars occulta merupakan jaringan erektil. Pars
occulta terdiri dari crus penis dan bulbus penis. Crus penis melekat pada
bagian kaudal sebelah dalam dari ramus inferior ossis ischii ventral dari tuber
iskiadum. Masing-masing crus penis ini tertutup oleh muskulus ischiokavernosus dan
selanjutnya kaudal dari simfisis pubis, kedua crus penis tersebut bergabung
disebut sebagai corpora kavernosa penis. Sedangkan, bulbus penis terletak
antara kedua crus penis dalam spatium perinea superfisialis. Fascies superiror
melekat pada fasia diafragma urogenital inferior, sedangkan fascies lateralis
dan inferior tertutup oleh muskulus bulbokavernosus. Ke arah kaudal berubah
menjadi korpus spongiosum penis yang juga ikut membentuk korpus penis.
b. Skrotum
Skrotum
merupakan kantong yang terdiri dari jaringan kutis dan subkutis yang terletak
dorsal dari penis dan kaudal dari simfisis pubis. Skrotum juga terbagi atas dua
bagian dari luar oleh raphe scrota dan dari dalam oleh septum skrotum scrota.
Masing-masing skrotum membungkus testis, epididimis, dan sebagai funikulus
spermatikus. Skrotum sinistra lebih rendah rendah daripada dekstra. Lapisan
skrotum terdiri atas lapisan cutis dan lapisan subcutis.
Lapisan cutis
merupakan lapisan kulit yang sangat tipis mengandung pigmen lebih banyak
daripada kulit sekitarnya sehingga lebih
gelap warnanya. Terdapat sedikit
rambut, tetapi memiliki kelenjar sebasea dan kelenjar keringat yang lebih
banyak. Yang kedua dalah lapisan subcutis disebut juga tunika dartos. Lapisan
ini terdiri atas serabut-serabut otot polos dan tidak didapatkan jaringan
lemak. Lapisan subcutis melekat erat pada jaringan cutis superficial dan
merupakan lanjutan dari fasia superfisialis dan fasia penis superfisialis.
c. Genitalia
internal
1) Testis
Merupakan organ
berbentuk ovoid dengan jumlah dua buah, biasanya testis sebelah kiri lebih
berat dan lebih besar daripada yang kanan. Testis terletak di dalam skrotum dan
dibungkus oleh tunica albuginea, beratnya 10-14 gram, panjangnya 4 cm, diameter
anteroposterior kurang lebih 2,5 cm.
Testis merupakan
kelenjar eksokrin (sitogenik) karena pada pria dewasa menghasilkan spermatozoa,
dan disebut juga kelenjar endokrin karena menghasilkan hormon untuk pertumbuhan
genitalia eksterna. Testis terbagi menjadi lobulus-lobulus kira-kira 200 sampai
400 .
Pada bagian dalam
lobulus-lobulus tersebut terletak jaringan parenkim yang membentuk tubuli
seminiferi kontorti. Pada waktu mencapai mediastinum testis, tubulus-tubulus
ini berubah menjadi tubuli seminiferi recti, jalannya kurang lebih 20 – 30
tubulus di mana mereka membentuk anyaman sehingga disebut rete testis
(halleri). Dari rete ini keluar kurang lebih 15 – 20 duktus efferentes yang
masuk ke dakam kaput epididimis.
2) Epididimis
Merupakan organ
yang berbentuk organ yang berbentuk seperti huruf C, terletak pada fascies
posterior testis dan sedikit menutupi fascies lateralis. Epididimis terbagi
menjadi tiga yaitu kaput epididimis, korpus epididimis dan kauda epididimis.
Kaput epididimis merupakan bagian terbesar di bagian proksimal, terletak pada
bagian superior testis dan menggantung.
Korpus
epididimis melekat pada fascies posterior testis, terpisah dari testis oleh
suatu rongga yang disebut sinus epididimis (bursa testikularis) celah ini
dibatasi oleh epiorchium (pars viseralis) dari tunika vagianlis. Kauda
epididimis merupakan bagian paling distal dan terkecil di mana duktus
epididimis meulai membesar dan berubah jadi duktus deferens.
3. Fisiologi
Sistem Reproduksi pada Pria
a.
Genitalia
Eksternalis
1)
Penis
Berfungsi
sebagai saluran yang menyalurkan sperma kepada vagina wanita.
2)
Skrotum
Berfungsi
sebagai kantung kulit khusus yang melindungi
testis dan epididimis dari cedera fisik dan merupakan pengatur suhu testis.
b. Genitalia
Internalis
1)
Testis
Berfungsi sebagai penghasil sperma
dan mensekresikan hormon testosteron.
2)
Epididimis
Berfungsi sebagai tempat sekresi
sperma dari testis, sebagai pematangan motilitas dan fertilitas sperma,
memekatkan/mengentalkan dan menyimpan sperma.
3)
Duktus deferens (Vas Deferens)
Berfungsi sebagai pembawa
spermatozoa dari epididimis ke duktus ejakulatorius dan menghasilkan cairan
semen yang berfungsi unutk mendorong sperma keluar dari dukrus ejakulatorius
dan uretra.
4)
Vesikula seminalis
Berfungsi sebagai penghasil
fruktosa untuk memberi nutrisi sperma yang dikeluarkan, mengeluarkan
prostaglandin yang merangsang motilitas saluran reproduksi pria untuk membantu
mengeluarkan sperma, menghasilkan sebagian besar cairan semen, menyediakan
precursor (proses biologis) untuk pembekuan semen.
5)
Duktus ejakulatorius
Berfungsi membawa spermatozoa dari
vas deferens menuju ke basis prostat.
6)
Glandula prostatica
Berfungsi mengeluarkan cairan basa
yang menetralkan sekresi vagina yang asam, memicu pembekuan semen untuk menjaga
sperma tetap berada dalam vagina pada saat penis dikeluarkan.
7)
Glandula bulbuurethralis (Glandula
Cowperi)
Berfungsi mengeluarkan mucus untuk
pelumasan.
4. Hormon pada Pria
a. Hormon
testosterone
Dihasilkan oleh
sel interstitial yang terletak antara tubulus seminiferus. Testosteron yang
tidak terikat pada jaringan dengan cepat diubah oleh hati menjadi aldosteron
dan dehidroepialdosteron.
Fungsi
testosteron adalah sebagai berikut :
1) Efek
desensus (penempatan) testis
Hal ini menunjukkan bahwa
testosteron merupakan hal yang penting untuk perkembangan seks pria selama
kehidupan manusia dan merupakan faktor keturunan.
2) Perkembangan
seks primer dan sekunder
Sekresi testosteron setelah
pubertas menyebabkan penis, testis, dan skrotum membesar sampai usia 20 tahun
serta mempengaruhi pertumbuhan sifat seksual sekunder pria mulai pada masa
pubertas.
b. Hormon
gonadotropin
Kelenjar hipofisis anterior
menghasilkan dua macam hormone yaitu Lutein hormone (LH) dan Folicle
Stimulating Hormon (FSH).
c. Hormon
estrogen
Dibentuk dari testosteron dan
dirangsang oleh hormon perangsang folikel. Hormon ini memungkinkan spermatogenesis untuk
menyekresi protein pengikat endogen untuk mengikat testosterone dan estrogen
serta membawa keduanya ke dalam cairan lumen tubulus seminiferus untuk
pematangan sperma.
d. Hormon
pertumbuhan (Growth Hormone)
Hormon ini diperlukan untuk
mengatur latar belakang fungsi metabolism testis secara khusus dan untuk
meningkatkan pembelahan awal spermatogenesis.
5. Pengaturan Fungsi Reproduksi
Pengaturan
fungsi reproduksi dimulai dari pelepasan hormone gonadotropin (GnRH) oleh
hipotalamus lalu merangsang kelenjar hipofisis anterior untuk menyekresi lutein
hormon, hormon perangsang lutein hormone (LH), dan follicle stimulating hormone
(FSH). Lutein hormon merupakan rangsangan utama untuk sekresi testosteron oleh
testis dan folikel stimulating. Hormone yang disekresi akan merangsang
spermatogenesis.
6. Kegiatan Seksual Pria
Rangsangan
akhir organ sensorik dan sensasi seksual menyebar melalui saraf pudendus
melalui pleksus sakralis dari medulla spinalis untuk membantu rangsangan aksi
seksual dalam mengirim sinyal ke medulla dan berfungsi untuk meningkatkan
sensasi seksual yang berasal dari struktur interna. Dorongan seksual akan
mengisi organ seksual dengan sekret yang menyebabkan keinginan seksual dengan
merangsang kandung kemih dan mukosa uretra. Unsur psikis rangsangan seksual
sesuai dengan meningkatnya kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan seksual
dengan memikirkan/khayalan akan menyebabkan terjadinya aksi seksual sehingga
menimbulkan ejakulasi atau pengeluaran sepanjang mimpi/khalayan, terutama pasa
saat usia remaja. Aksi seksual pada medulla spinalis, fungsi otak tidak terlalu
penting karena rangsangan genital yang menyebabkan ejakulasi dihasilkan dari
mekanisme refleks yang sudah terintregasi pada medulla spinalis lumbalis.
Mekanisme ini dapat dirangsang secara psikis dan seksual yang nyata ataupun
kombinasi keduanya.
7. Spermatogenesis
Spermatogenesis berasal dari
kata sperma dan genesis (pembelahan). Pada spermatogenesis terjadi
pembelahan secara mitosis dan meiosis. Spermatogenesis merupakan tahap atau fase-fase pendewasaan
sperma di epididimis. Setiap satu spermatogonium akan
menghasilkan empat sperma matang.
Spermatogenesis adalah proses gametogenesis pada pria dengan cara pembelahan meiosis dan mitosis. Spermatogenesis pada sperma biasa terjadi di epididimis. Sedangkan tempat menyimpan sperma sementara, terletak di vas deferens. Berikut adalah tahap-tahap spermatogenesis :
Spermatogonium merupakan tahap pertama pada
spermatogenesis yang dihasilkan oleh testis. Spermatogoium
terbentuk dari 46 kromosom dan
2N kromatid.
Spermatosit primer merupakan mitosis dari spermatogonium.
Pada tahap ini tidak terjadi pembelahan. Spermatosit primer terbentuk dari
46 kromosom dan
4N kromatid.
Spermatosit sekunder merupakan meiosis dari spermatosit primer. Pada tahap
ini terjadi pembelahan secara meiosis. Spermatosit
sekunder terbentuk dari 23 kromosom dan
2N kromatid.
Spermatid merupakan meiosis dari spermatosit sekunder. Pada tahap
ini terjadi pembelahan secara meiosis yang
kedua. Spermatid terbentuk dari 23 kromosom dan
1N kromatid.
Sperma merupakan diferensiasi atau
pematangan dari spermatid. Pada tahap ini terjadi diferensiasi. Sperma
terbentuk dari 23 kromosom dan
1N kromatid dan merupakan tahap sperma yang
telah matang dan siap dikeluarkan.
B. Anatomi
dan Fisiologi Sistem Reproduksi pada Wanita
1. Anatomi
Sistem Reproduksi pada Wanita
Secara anatomi, sistem reproduksi wanita terdiri
dari genitalia eksternal dan genitalia internal . Genitalia eksternal terdiri
dari mons pubis, labia mayora, labia minora, klitoris, glandula vestibularis
mayor, glandula vestibularis minor. Sedangkan genitalia internal terdiri dari
vagian hymen, tuba uterina, uterus, ovarium.
a.
Genitalia
Eksternal
1) Mons pubis
Mons pubis ialah penonjolan berlemak di sebelah ventral
simfisis dan daerah supra pubis. Sebagian besar mons pubis terisi oleh lemak,
jumlah jaringan lemak bertambah pada pubertas dan berkurang setelah menopause.
Setelah
dewasa, mons pubis tertutup oleh rambut kemaluan yang kasar.
2)
Labia
mayora
Labia mayora merupakan organ yang
terdiri atas dua lipatan yang memanjang
berjalan ke kaudal dan dorsal dari mons pubis dan keduanya menutup rima pudendi
(pudendal cleft). Permukaan dalamnya licin dan tidak mengandung rambut. Kedua
labia mayora di bagian ventral menyatu dan terbentuk komisura anterior. Jika
dilihat dari luar, labia mayora dilapisi oleh kulit yang mengandung banyak
kelenjar lemak dan tertutup oleh rambut setelah pubertas.
3)
Labia
minora
Labia minora merupakan organ yang
terdiri atas dua lipatan kulit kecil terletak di antara kedua labia mayora pada
kedua sisi introitus vaginae. Kedua labium minus membatasi suatu celah yang
disebut sebagai vestibulum vaginae. Labia minora ke arah dorsal berakhir dengan
bergabung pada aspectus medialis labia mayora dan di sini pada garis mereka
berhubungan satu sama lain berupa lipatan transversal yang disebut
frenulum labii. Sementara itu, ke depan masing-masing minus terbagi menjadi
bagian lateral dan medial. Pars lateralis kiri dan kanan
bertemu membentuk sebuah lipatan di atas (menutup) glans klitoris disebut
preputium klitoridis. Kedua pars medialis kiri dan kanan bergabung di bagian kaudal klitoris membentuk frenulum
klitoris. Labia minora tidak mengandung
lemak dan kulit yang menutupnya berciri halus, basah dan agak kemerahan.
4)
Klitoris
5)
Terletak
dorsal dari komissura anterior labia mayora dan hamper keseluruhannya tertutup
oleh labia minora. Klitoris mempunyai tiga bagian yaitu krura klitoris, korpus
klitoris dan glans klitoris.
6)
Glandula
vestibularis mayor
Sering disebut juga kelenjar Bartholini, merupakan kelenjar
yang bentuknya bulat/ovoid yang ada sepanjang dan terletak dorsal dari bulbus
vestibule atau tertutup oleh bagian posterior bulbus vestibuli.
7)
Glandula
vestibularis minor
Glandula vestibularis minor mengeluarkan lendir ke dalam
vestibulum vagina untuk melembapkan labia minora dan mayora serta vestibulum
vagina. Organ ini adalah daerah dengan peninggian di daerah dengan peninggian
di daerah median membulat terletak ventral dari simfisis pubis. Sebagian besar
terisi oleh lemak. Setelah pubertas, kulit diatas tertutup rambut kasar.
b.
Genitalia
Internal
1)
Vagina
Secara anatomi, vagina merupakan
organ yang berbentuk tabung dan membentuk sudut kurang lebih 60 derajat dengan
bidang horizontal. Namun, posisi ini berubah sesuai dengan isi vesika urinaria.
Dinding ventral vagina yang ditembus serviks panjangnya 7,5 cm, sedangkan
panjang dinding posterior kurang lebih 9 cm. Dinding anterior dan posterior ini
tebal dan dapat diregang. Dinding lateralnya di bagian cranial melekat pada
ligament Cardinale, dan di bagian kaudal melekat pada diafragma pelvis sehingga
lebih rigid dan terfiksasi. Vagina ke bagian atas berhubungan dengan uterus,
sedangkan bagian kaudal membuka pada vestibulum vagina pada lubang yang disebut
introitus vaginae.
2)
Himen
Adalah lipatan mukosa yang menutupi
sebagian dari introitus vagina. Himen tidak dapat robek disebut hymen
imperforatus. Terdapat beberapa bentuk himen diantaranya :
himen anular
himen septal himen kribiformis himen parous
3) Tuba uterine
Tuba uterina atau tuba fallopi memiliki panjang
masing-masing tuba kurang lebih 10 cm. Dibagi atas 4 bagian (dari uterus kea
rah ovarium) yaitu pars uterine tubae (pars intramuralis), isthmus tubae,
ampulla tubae, dan infundibulum tubae.
4) Uterus
Uterus merupakan organ berongga dengan dinding muscular
tebal, terletak di dalam kavum pelvis minor (true pelvis) antara vesika
urinaria dan rectum. Ke arah kaudal, kavum uteri berhubungan dengan vagina.
Uterus berbentuk seperti buah pir (pyriformis) terbalik dengan apeks mengarah
ke kauda dorsal, yang membentuk sudut dengan vagina sedikit lebih 90 derajat
uterus seluruhnya terletak di dalam pelvis sehingga basisnya terletak kaudal
dari aperture pelvis kranialis. Organ ini tidak selalu terletak tepat di garis
median, sering terletak lebih kanan. Posisi yang tidak tepat (fixed) bisa
berubah tergantung pada isi vesika urinaria yang terletak ventro kaudal dan isi
rectum yang terletak dorso cranial. Panjand uterus kurang kebih 7,5 cm, lebarnya
kurang lebih 5 cm, tebalnya kurang lebih 2,5 cm, beratnya 30-40 gram. Uterus
dibagi menjadi tiga bagian yaitu fundus uteri, korpus uteri dan serviks uteri.
5) Ovarium
Ukuran dan bentuk ovarium tergantung umur dan stadium siklus
menstruasi. Bentuk ovarium sebelum ovulasi adlah ovoid dengan permukaan licin
dan berwarna merah muda keabu-abuan.
Setelah berkali-kali mengalami ovulasi, maka permukaan
ovarium tidak rata/licin karena banyaknya jaringan parut (cicatrix) dan
warnanya berubahm menjadi abu-abu.
Pada dewasa muda ovarium berbentuk ovoid pipih dengan
panjang kurang lebih 4 cm, lebar kurang lebih 2 cm, tebal kurang lebih 1 cm dan
beratnya kurang lebih 7 gram. Posisi ovarium tergantung pada posisi uterus
karena keduanya dihubungkan oleh ligamen-ligamen.
2. Fisiologi
Sistem Reproduksi pada Wanita
a.
Genitalia
eksternal
1)
Glandula
vestibularis mayor
Berfungsi melubrikasi bagian distal vagina.
2)
Glandula
vestibularis minor
Berfungsi mengeluarkan lender untuk melembabkan vestibulum
vagina dan labium pudendi.
b.
Genitalia
internal
1)
Vagina
Sebagai organ kopulasi, jalan lahir dan menjadi duktus
ekskretorius darah menstruasi.
2)
Tuba
uterine
Berfungsi membawa ovum dari ovarium ke kavum uteri dan
mengalirkan spermatozoa dalam arah berlawanan dan tempat terjadinya fertilisasi.
3)
Uterus
Sebagai tempat ovum yang telah dibuahi secara normal
tertanam dan tempat normal dimana organ selanjutnya tumbuh dan mendapat makanan
sampai bayi lahir.
4)
Ovarium
5)
Sebagai
organ eksokrin (sitogenik) dan endokrin. Disebut sebagai organ eksokrin karena
mampu menghasilkan ovum saat pubertas, sedangkan disebut sebagai organ kelenjar
endokrin karena menghasilkan hormone estrogen dan progesteron.
c.
Hormon
pada Wanita
1)
Hormon
estrogen
Estrogen memengaruhi organ endokrin
dengan menurunkan sekresi FSH, dimana
pada beberapa keadaan akan menghambat sekresi LH dan pada keadaan lain
meningkatkan LH. Pengaruh terhadap organ seksual antara lain pada pembesaran
ukuran tuba falopii, uterus, vagina, pengendapan lemak pada mons veneris,
pubis, dan labia, serta mengawali pertumbuhan mammae.
Pengaruh lainnya adalah kelenjar
mammae berkembang dan menghasilkan susu, tubuh berkembang dengan cepat, tumbuh
rambut pada pubis dan aksilla, serta kulit menjadi lembut.
2)
Hormon
progesterone
Dihasilkan oleh korpus luteum dan plasenta,
bertanggung jawab atas perubahan endometrium dan perubahan siklik dalam serviks
serta vagina. Progesteron berpengaruh sebagai anti estrogenic pada sel-sel
miometrium. Efek progesterone terhadap tuba falopii adalah meningkatkan sekresi
dan mukosa. Pada kelenjar mammae akan meningkatkan perkembangan lobulus dan
alveolus kelenjar mammae, kelenjar elektrolit serta peningkatan sekresi air dan
natrium.
3)
Foliclle
stimulating hormone (FSH)
FSH dibentuk oleh lobus anterior
kelenjar hipofisi. Pembentukan FSH ini akan berkurang pada
pembentukan/pemberian estrogen dalm jumlah yang cukup seperti pada kehamilan.
4)
Lutein
hormone (LH)
LH bekerjasama dengan FSH untuk
menyebabkan terjadinya sekresi estrogen dari folikel de Graaf. LH juga
menyebabkan penimbunan substansi dari progesterone dalam sel granulosa.
5)
Prolaktin
atau luteotropin hormone (LTH)
Fungsi hormon ini adalah untuk
memulai mempertahankan produksi progesterone dari korpus luteum.
d.
Ovulasi
Pada wanita yang mempunyai siklus
seksual normal 28 hari, sesudah terjadinya menstruasi, tidak berapa lama
sebelum ovulasi, dinding luar folikel yang menonjol akan
membengkak dengan cepat dan aderah kecil bagian tengah kapsul yang disebut
stigma akan me
Dalam waktu 30 menit kemudian cairan
akan mulai mengalir dari folikel ke stigma. Sekitar 2 menit kemudian, folikel
menjadi lebih kecil karena kehilangan cairan. Stigma akan robek cukup besar dan
cairan yang lebih kental yang terdapat di bagian tengah folikel akan mengalami
evaginasi keluar dan kedalam abdomen. Cairan kental ini membawa ovum yang
dikelilingi oleh beberapa ratus sel granulose kecil yang disebut corona
radiata.
e.
Oogenesis
Oogenesis atau oögenesis (pengucapan bahasa Inggris: [ˌoʊ.əˈdʒɛnɨsɪs]
adalah penciptaan ovum (sel telur) merupakan proses dari bentuk betina
gametogenesis yang setara dengan jantan yakni spermatogenesis. Oogenesis
berlangsung melibatkan pengembangan berbagai tahap reproduksi telur sel betina
yang belum matang.
f.
Menstruasi
Siklus menstruasi dibagi atas empat fase.
Yaitu,
luruh dan dikeluarkannya dinding rahim dari tubuh. Hal ini disebabkan
berkurangnya kadar hormon seks. Hali ini secara bertahap terjadi
pada hari ke-1
sampai 7.
Yaitu,
masa pembentukan dan pematangan ovum dalam ovarium yang
dipicu oleh peningkatan kadar estrogen dalam
tubuh. Hal ini terjadi secara bertahap pada hari ke-7 sampai 13.
Yaitu,
masa kemunduran ovum bila
tidak terjadi fertilisasi.
Pada tahap ini, terjadi kenaikan produksi progesteron sehingga endometrium menjadi
lebih tebal dan siap menerima embrio untuk berkembang. Jika tidak
terjadi fertilisasi, maka hormon seks dalam tubuh akan berulang dan
terjadi fase menstruasi kembali.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sistem reproduksi pada manusia mempunyai
anatomi dan fisiologi masing-masing, sehingga sangat penting untuk kita ketahui
dan kita bisa mensyukuri nikmat yang telah Tuhan berikan kepada kita. Dan agar
kita tidak menyalahgunakan nikmat yang telah diberikan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Wanita. [Online]
http:
www.wikipedia.org
diunduh tanggal 15 Desember 2013 pukul 04.15
http://jangkriktertawa.wordpress.com/2009/11/16/anatomidan-
fisiologi-sistem-reproduksi-wanita/. Di akses tanggal 24 Oktober 2010.
http://kuliahbidan.wordpress.com/category/anatomi/. Di
akses tanggal 24 Oktober 2010.
http://pustaka.unpad.ac.id/wpcontent/uploads/2009/12/anatomi_dan_fisiologi_alat
_reproduksi_wanita.pdf. Di akses tanggal 2 November 2010.
http://safarila.blog.friendster.com/. Di akses tanggal 8
November 2010.
Iqbal. 2007. Reproduksi Pada Manusia. [Online]
http://www.blogger.com/. Di akses tanggal 2 november 2010.
Mashudi,Sugeng.
2011.Anatomi dan Fisiologi Dasar. Jakarta:
Salemba Medika
S, Wibowo Daniel. 2005. Anatomi Tubuh Manusia. Jakarta:
PT Grasindo. Safarila. 2010. Sistem Ekskresi & Alat Reproduksi Manusia
[Online]
Siswanto, Edy. 2009. Anatomi dan Fisiologi Sistem Reproduksi
Wanita. [Online]
Syaifuddin.2009.
Fisiologi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
No comments:
Post a Comment