BAB I
PENDAHULUAN
Sarana
utama yang dibutuhkan untuk pengembangan kehidupan manusia tidak lain adalah
pendidikan, dalam dimensi yang setara dengan tingkat daya cipta, daya rasa dan
daya karsa masyarakat beserta anggota-anggotanya. Oleh karena itu antara
manusia dengan tuntutan hidupnya saling berpacu berkat dorongan ketiga daya
tersebut. Maka pendidikan menjadi semakin penting. Bahkan boleh dikata ,
pendidikan merupakan kunci dari segala bentuk kemajuan hidup umat manusia
sepanjang sejarah.
Khusus
pada masyarakat Islam yang berkembang
sejak zaman Nabi Muhammad melaksanakan misi sucinya yakni menyebarkan agamanya,
pendidikan juga kunci kemajuan. Sumber-sumber pokok ajaran Islam yang berupa Al
Quran dan As Sunnah banyak mendorong pemeluknya untuk menciptakan pola kemajuan
hidup yang dapat menyejahterakan pribadi dalam masyarakat, sehingga dengan
kesejahteraan yang berhasil diciptakannya, manusia secara individual dan
sosial, mampu meningkatkan derajat dan martabatnya, baik bagi kehidupannya di
dunia maupun di akhirat nanti. Derajat dan martabatnya sebagai “kholifah” di
muka bumi dapat diraih berkat usaha pendidikan yang bercorak Islam itu.
Dalam
makalah ini Pemakalah akan menjelaskan tentang Dasar-Dasar Pendidikan Islam dan
Dasar Pelaksanaan Pendidikan Islam di
Indonesia yang spesifiknya penjelasan ini akan mengarah pada Dasar Ideal
Pendidikan Islam atau bisa disebut Dasar Pokok Pendidikan Islam. Semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua amin.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Dasar Pendidikan Islam
Pendidikan –kata ini juga dilekatkan kepada Islam—telah
didefinisikan secara berbeda-beda oleh berbagai kalangan, yang banyak
dipengaruhi pandangan dunia (weltanschauung)
masing-masing. Namun pada dasarnya, semua pandangan yang berbeda itu bertemu
dalam semacam kesimpulan awal; pendidikan merupakan suatu proses penyiapan
generasi muda untuk menjalankan kehidupan dan memenuhi tujuan hidupnya secara
lebih efektif dan efisien.
Pendidikan lebih daripada sekedar pengajaran;
yang terakhir ini dapat dikatakan sebagai proses transfer ilmu belaka, bukan
transformasi nilai dan pembentukan kepribadian dengan segala aspek yang
dicakupnya. Dengan demikian, pengajaran lebih berorientasi pada pembentukan
“tukang-tukang” atau para spesialis yang terkurung dalam ruang spesialisasinya
yang sempit, karena itu, perhatian dan minatnya lebih bersifat teknis.[1]
Secara lebih rinci, Yusuf Al-Qardhawi
memberikan pengertian, “Pendidikan Islam adalah pendidikan manusia seutuhnya,
akal dan hatinya, rohani dan jasmaninya, akhlak dan keterampilannya. Karena
itu, pendidikan Islam menyiapkan manusia untuk hidup baik dalam keadaan damai
maupun perang, dan menyiapkannya untuk menghadapi masyarakat dengan segala
kebaikan dan kejahatannya, manis dan pahitnya” (al Qardhawi: 157).
Secara teoritis pendidikan Islam sebagai ilmu
atau disiplin ilmu adalah merupakan konsepsi pendidikan yang mengandung
berbagai teori yang mengandung berbagai teori yang dikembangkan dari
hipotesa-hipotesa atau wawasan yang bersumber dari kitab suci Al Quran atau As
Sunnah, baik dilihat dari segi sistem, proses dan produk (hasil) yang
diharapkan maupun dari segi missionair-nya
(tugas pokoknya) untuk membudayakan umat manusia agar bahagia dan hidup
sejahtera dalam hidupnya.[2]
B.
Hakikat Pendidikan Islam
Hakikat pendidikan Islam adalah usaha orang
dewasa muslim yang bertaqwa secara sadar mengarahkan dan membimbing pertumbuhan
serta perkembangan fitrah (kemampuan dasar) anak didik melalui ajaran Islam
kearah titik maksimal pertumbuhan dan perkembangannya.
Pendidikan secara teoritis mengandung
pengertian “memberi makan” (opvoeding)
kepada jiwa anak didik sehingga mendapatkan kepuasan dasar manusia. Bila ingin
diarahkan kepada pertumbuhan sesuai dengan ajaran Islam, maka harus berproses
melalui sistem pendidikan Islam, baikl melalui kelembagaan maupun melalui
sistem kurikuler.[3]
Esensi daripada potensi dinamis dalam setiap
diri manusia ini terletak pada keimanan/keyakinan,
ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas) dan pengamalannya.[4]
Dan keempat potensi esensial ini menjadi tujuan fungsional pendidikan Islam.
Oleh karenanya, maka dalam strategi pendidikan Islam,
keempat potensi dinamis yang esensial tersebut menjadi titik pusat dari
lingkaran proses kependidikan Islam sampai kepada tercapainya tujuan akhir
pendidikan, yaitu manusia dewasa yang mukmin/muslim, muhsin dan muchlisin
muttaqin.[5]
C.
Dasar Pendidikan Islam
Dasar-dasar pendidikan Islam secara prinsipiil
diletakkan pada ajaran Islam dan seluruh perangkat kebudayaannya. Dasar-dasar
dan pembentukan dan pengembangan pendidikan Islam yang pertama dan utama adalah
Al Quran dan As Sunnah. Al Quran misalnya, memberikan prinsip sangat penting
bagi pendidikan, yaitu penghormatan kepada akal manusia, bimbingan ilmiah,
tidak menentang fitrah manusia, serta memlihara kebutuhan sosial.[6]
Dasar pendidikan Islam selanjutnya adalah nilai
sosial kemasyarakatan yang tidak bertentangan dengan ajaran Al Quran dan As
Sunnah atas prinsip mendatangkan kemanfaatan dan menjauhkan kemudharatan bagi
manusia. Dengan dasar ini,pendidikan Islam dapat diletakkan didalam kerangka
sosiologis, selain menjadi sarana transmisi pewarisan kekayaan sosial budaya
yang positif bagi kehidupan manusia.
Kemudian warisan pemikiran Islam juga merupakan
daasar penting dalam pendidikan Islam. Dalam hal ini, hasil pemikiran para ulama,
filsuf, cendekiawan muslim, khususnya dalam pendidikan, menjadi rujukan penting
pengembangan pendidikan Islam. Pemikiran mereka pada dasarnya merupakan
refleksi terhadap ajaran pokok Islam. Terlepas dari hasil refleksi itu apakah
berupa idealisasi atau kontekstualisasi ajaran Islam, jelas warisan pemikiran Islam
mencerminkan dinamika Islam dalam menghadapi kenyataan kehidupan yang terus
berubah dan berkembang. Karena itu, terlepas pula dari keragaman warisan
pemikiran Islam tersebut, ia dapat diperlakukan secara positif dan kreatif
untuk pengembangan pendidikan Islam.
Dari dasar diatas pendidikan Islam itulah
kemudian dikembangkan sistem pendidikan Islam yang mempunyai karakteristik
tersendiri yang berbeda dengan sistem pendidikan lainnya. Secara singkat
karakteristik pendidikan Islam adalah:
Pertama, pendidikan Islam adalah penekanan pada pencarian ilmu pengetahuan,
penguasaan, dan pengembangan atas dasar ibadah kepada Allah SWT. Setiap
penganut Islam diwajibkan mencari ilmu pengetahuan untuk dipahami secara
mendalam, yang dalam taraf selanjutnya dikembangkan dalam kerangka ibadah guna
kemaslahatan umat manusia. Pencarian, penguasaan dan pengembangan ilmu
pengetahuan merupakan proses berkesinambungan, dan berlangsung seumur hidup.
Inilah yang kemudian dikenal dengan istilah life
long education dalam sistem pendidikan modern.[7]
Sebagai ibadah, dalam pencarian, penguasaan dan
pengembangan ilmu pengetahuan dalam pendidikan Islam sangat menekankan pada
nilai-nilai akhlaq. didalam konteks ini,, kejujuran, sikap tawadhu'’dan
menghormati sumber pengetahuan merupakan prinsip pentingyang perlu dipegangi
setiap pencari ilmu.
Karakteristik berikutnya adalah pengakuan
terhadap potensi dan kemampuan seseorang untuk berkembang. Setiap pencari ilmu
dipandang sebagai makhluk Tuhan yang perlu dihormati dan disantuni agar
potensi-potensi yang dimilikinya dapat teraktualisasi sebaik-baiknya.
Pengamalan ilmu pengetahuan atas dasar tanggung
jawab kepada Tuhandan masyarakat manusia merupakan karakteristik pendidikan Islam
berikutnya. Disini pendidikan bukan hanya untuk diketahui dan dikembangkan,
melainkan sekaligus dipraktikan dalam kehidupan nyata. Dengan demikian,
terdapat konsistensi antara apa-apa yang diketahui dengan pengamalannya dalam
kehidupan sehari-hari. Di dalam Islam, mengetahui suatu ilmu pengetahuan sama
pentingnya dengan pengamalannya secara konkret sehingga dapat terwujud
kemaslahatan bagi umat.[8]
D.
Pendidikan masa kini
Dahulu kala, fungsi utama pendidikan adalah
pemindahan nilai-nilai dari generasi tua ke generasi muda agar identitas suatu
masyarakat terpelihara adanya. Nilai-nilai seperti keberanian, kejujuran,
kesetiakawanan, dan lain-lainperlu tetap dipelihara demi keutuhan dan
kelanjutan hidup masyarakat. Sebab masyarakat yang tidak punya nilai-nilai akan
hancur sendiri.
Kalau inilah salah satu fungsi pendidikan zaman
dahulu, yaitu pemindahan nilai-nilai, tidakkah pendidikan zaman sekarang
berfungsi demikian juga. Masyarakat modern pun memerlukan kejujuran demi
kelajutan hidupnya.[9]
Fungsi kedua pendidikan adalah pemindahan ilmu
dan ketrampilan-ketrampilan dari generasi ke generasi. Ilmu adalah
prinsip-prinsip yang digunakan untuk memahami manusia sendiri. Ada beberapa
jalan yang dilalui ilmu itu. Pertama melalui indera. Kedua adalah akal.
Seterusnya adalah intuisi, kemudian ilham, yang tertinggi adalah wahyu yang terdapat pada nabi-nabi dan
rosul-rosul.
Yang penting adalah adanya prinsip-prinsip itu.
Prinsip-prinsip inilah yang dipindahkan dari generasi ke generasi, tidak perlu
produk ilmunya. Berkaitan dengan ilmu, adalah keterampilan. Keterampilan adalah
kemampuan membuat sesuatu walaupun tidak memahami prinsip sesuatu berlaku
demikian.
Pendeknya masyarakat zaman dulu melatih
generasi mudanya memegang peranan-peranan yang akan ditinggalkan oleh generasi
tua setelah mereka tua atau meninggal dengan berlatih sambil mengerjakan.
Sedang zaman modern melatih generasi mudanya untuk mengambil alih
peranan-peranan itu didalam lembaga-lembaga pendidikan. Peranan-peranan seperti
petani, nelayan, juru bina, tukang kayu, tukang besi, tukang emas, guru-guru,
polisi, dan lain-lain adalah kekal dari abad ke abad. Hanya metode dan teknik
melatihnya yang berbeda dari zaman ke zaman.
Kembali ke permasalahan awal, adakah perbedaan
antara pendidikan zaman dulu dan pendidikan masa kini? Jawabnya: prinsipnya
tidak berbeda, yang berbeda adalah tekniknya. Sengaja kita hanya sebutkan
beberapa aspek pendidikan, yaitu fungsi-fungsi sosialnya, sebab itulah yang
relevan dengan prose belajar dan penghayatan.[10]
E.
Dasar Pelaksanaan
Pendidikan Islam di Indonesia
Pengembangan ilmu pendidikan berkaitan UU Nomor
20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB II DASAR, FUNGSI DAN TUJUAN pada pasal 2 yang menyebutkan:
“Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945.”
Dasar pendidikan Nasional adalah Pancasila yang
terdiri atas 5 Sila, yaitu:
1.
Ketuhanan Yang Maha Esa.
2.
Kemanusiaan yang adil dan beradab.
3.
Persatuan Indonesia.
4.
Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan.
5.
Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.
Sila pertama adalah sila
yang menegaskan nilai-nilai dan prinsip ketuhanan dalam pendidikan. Dengan
demikian, pendidikan Islam wajib mengembangkan nilai-nilai ketauhidan yang
meyakinkan kepada segenap umat Islam untuk mengembangkan pendidikan yang bernilai
Ilahiyah dan rubbubiyah. Prinsip pendidikan ilahiyah
adalah tolok ukur kebenaran pendidikan yang mengajarkan kekuatan iman dan
keyakinan kepada Allah Yang Maha Esa sebagai sumber ilmu pendidikan. Adapun
prinsip rubbubiyah adalah tolok ukur
pendidikan yang meyakini bahwa Allah dengan segala ciptaannya menggambarkan
sifat-sifat kependidikan yang sangat sempurna, sebagaimana Allah menyataan
bahwa Dia adalah Rabbul’alamin,
artinya Pendidik semua alam.[11]
Dasar kedua dari pendidikan
nasional adalah UUD Tahun 1945, sebagaimana tertuang dalam pasal 3 bahwa
“pendidikan nasioanl berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan
bangsa, bertujuan berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta
bertanggung jawab.”
Pengembangan pendidikan
Islam dalam wilayah kependidikan tidak dibedakan dengan pengembangan pendidikan
umum. Sebagaimana pendidikan tersebut dikembangkan mulai dari tingkat dasar
sampai dengan pendidikan tinggi. Oleh karena itu, wilayah pengembangan
pendidikan Islam menjadi tanggung jawab bersama.
Dengan pandangan tersebut,
dapat dipahami bahwa pendidikan Islam dikembangkan demi peningkatan nilai-nilai
keimanan dan moralitas bangsa yang didukung sepenuhnya oleh pendidikan yang
tinggi dan ilmu pengetahuan yang memberikan manfaat kepada masa depan kehidupan
bangsa dan negara.Dengan demikian, pendidikan berprinsip pada “pendidikan
seumur hidup” yang didasarkan pada kedudukan hukumnya yang wajib.[12]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Setiap kegiatan atau aktivitas yang disengaja secara sadar untuk mencapai suatu
tujuan harus mempunyai dasar atau landasan tempat berpijak yang kokoh dan kuat.
Dasar adalah pangkal atau titik tolak suatu aktivitas. Di dalam menetapkan
dasar suatu aktivitas manusia selalu berpedoman kepada pandangan hidup dan
hukum-hukum dasar yang dianutnya, karena hal ini yang akan menjadi pegangan
dasar di dalam kehidupannya. Apabila pandangan hidup dan hukum dasar yang
dianut manusia berbeda, maka berbeda pulalah dasar dan tujuan hidupnya.
Dasar pendidikan islam tentu
saja didasarkan kepada falsafah hidup umat islam dan tidak didasarkan kepada
falsafah hidup suatu negara, sistem pendidikan islam tersebut dapat
dilaksanakan dimana saja dan kapan saja tanpa dibatasi oleh ruang dan waktu.
Dasar ideal atau pokok
pendidikan islam itu ada dua, pertama Al-Quran dan kedua Sunnah Nabi Muhammad
saw.
[1] Prof. Azyumardi Azra, M.A., M. Phil., Ph.D. Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi di tengah tantangan Millenium
III. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal. 4
[2] Prof. H. M. Arifin, M. Ed. Ilmu
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara. 1994.Hal. 7
[3] Ibid., hal. 32
[4] Dr. Fadlil Al Djamaly. Nahwa
Tarbijjatin Mukminatin. Hal. 85
[5] Arifin,. Ilmu
.............................. hal. 7
[6] Hasan Langgulung. Asas-asas
Pendidikan Islam. Jakarta: pustaka Al Husna. 1980. Hal. 196
[7] Azyumardi. Pendidikan
Islam..........................Hal. 10
[8] Ibid., hal. 10
[9] Hasan. Asas................
hal. 359-360
[10] Ibid., hal. 360-362
[11] Drs.
Hasan Basri, M.Ag dan Drs. Beni Ahmad Saebani, M.Si. ilmu Pendidikan Islam (Jilid II). Bandung: CV. Pustaka Setia. 2010.
Hal. 23
[12] Ibid., hal. 28-29
No comments:
Post a Comment