DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR…………………………………………………………………………
BAB
I…………………………………………………………………………………………
PENDAHULUAN……………………………………………………………………………...
1.1
Latar belakang…………………………………………………………………….
1.2 rumusan
masalah………………………………………………………………….
BAB
II………………………………………………………………………………………….
2.1
pengertian tanaman holtikultura dan
jenis-jenisnya………………………………
a.
pengertian…………………………………………………………………..
b.
jenis-jenis…………………………………………………………………….
2.2 pengembangan
holtikultura…………………………………………………………
BAB
III………………………………………………………………………………………….
PENUTUP………………………………………………………………………………………
3.1
Kesimpulan…………………………………………………………………………
3.2
Saran………………………………………………………………………………..
DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………..
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Tanaman hortikultura merupakan komoditas
pertanian khas tropis yang potensial dikembangkan di Indonesia. Komoditas
hortikultura unggulan terdiri dari sayur-sayuran, buah-buahan, dan tanaman hias
(Nurjayanti dan subeki, 2017). Ada banyak tanaman hias yang mudah dikembangkan
di daerah yang beriklim tropis seperti Indonesia, salah satunya adalah Adenium
(Mohamad, 2016). Tanaman Adenium sp. yang sering dikenal dengan nama sebutan
kamboja Jepang adalah salah satu komoditi dari jenis tanaman hias dan sangat potensial
untuk dikembangkan di Indonesia. Sebagai tanaman gurun, maka tanaman kamboja
jepang termasuk dalam tanaman semak sukulen yang kuat dalam pertahanan diri
terhadap lingkungan yang kering dan panas. Melihat dari asal tanaman ini, maka
Adenium sp. merupakan tanaman yang memerlukan sinar matahari penuh dan media
tanam yang porus (Sugih, 2007). Indonesia dengan iklim tropis yang cenderung
panas sangat cocok untuk mengembangkan adenium secara luas (Megawati, 2011).
Tanaman jenis ini merupakan salah satu jenis tanaman hias yang berbunga dan
memiliki nilai ekonomi tinggi serta berpotensi mendatangkan keuntungan.
Kebutuhan terhadap jenis tanaman Adenium sp. baik dari biji, bibit bonggolan,
tanaman sambung atau tanaman jadi yang akhir-akhir ini semakin meningkat pesat
(Rochmatino dan Prayoga, 2011). Menurut Haryanto (2005), salah satu keindahan
adenium adalah kemampuan pangkal batang dan akarnya yang membesar yang dikenal
dengan
sebutan “Bonggol”. Ukuran akar dan batang dapat
semakin bertambah besar seiring bertambahnya waktu dan bertambahnya umur
tanaman tersebut. Keindahan bonggol Adenium menjadi salah satu nilai jual
Adenium. Penambahan hormon auksin dan sitokinin diharapkan akan meningkatkan
keberhasilan dan mempercepat sambung (Grafting) pada tanaman Adenium sp.
(Ekosari, 2010). Tanaman Adenium memiliki keunikan dan daya tarik sebagai
tanaman hias, seperti bentuk bunganya yang indah, warna yang beraneka ragam
(merah, putih, merah muda, jingga, ungu, dan kuning), serta memiliki berbagai
motif bunga (motif strip, bercak, bergaris, dan berbintik-bintik) (Sulistiana,
2009). Menurut hasil penelitian Fransiska et al., (2020) mengatakan zat
perangsang tumbuh Indole Butyric Acid (IBA) ini memberikan pengaruh nyata
terhadap semua parameter pengamatan. Aplikasi ZPT golongan sitokinin
menghasilkan persentase pembentukan tunas baru (Yuda et al., 2020). Auksin dan
sitokinin merupakan faktor pemicu dalam proses tumbuh dan berkembang jaringan pada
tanaman. Penggunaan zat pengatur tumbuh tersebut dapat memacu pertumbuhan tunas
baru (Lestari 2011).
1.2 Rumusan
Masalah
Berdasarkan
uraian latar belakang tersebut, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap penyambungan tanaman
adenium.
2. Bagaimana
pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan dan perkembangan
tanaman
3. Bagaimana Interaksi pemberian hormon pertumbuhan
(ZPT) dengan macam varietas tanaman Adenium dalam penyambungan.
1.3 Tujuan
Penelitian
1. Untuk
mengetahui pengaruh pemberian hormon pertumbuhan (ZPT) terhadap penyambungan
tanaman adenium.
2. Untuk
mengetahui pengaruh macam varietas tanaman Adenium terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman.
3. Untuk mengetahui Interaksi pemberian hormon
pertumbuhan (ZPT) dengan macam varietas tanaman Adenium dalam penyambungan.
1.4 Keaslian Penelitian Penelitian yang berjudul
“Efektifitas Pemberian Hormon Pertumbuhan Terhadap Penyambungan Berbagai Macam
Varietas Kamboja Jepang (Adenium obesum)” adalah penelitian yang benar-benar
dilakukan di Sukamakmur, Kecamatan Ajung, Kabupaten Jember. Adapun pendapat
penelitian lain yang tercantum dalam tulisan ini ditulis dengan menyertakan sumber
pustaka aslinya.
1.5 Luaran Penelitian Penelitian ini dapat
menghasilkan luaran berupa : Skripsi, Artikel ilmiah, dan Poster Ilmiah.
1.6 Kegunaan Hasil Penelitian Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah, menambah wawasan dan dapat
dijadikan referensi bagi pembaca atau peneliti selanjutnya tentang “Efektifitas
Pemberian Hormon Pertumbuhan Terhadap Penyambungan Berbagai Macam Varietas
Kamboja Jepang (Adenium obesum)”
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
tanaman holtikultura dan jenis-jenisnya
a. pengertian
Hortikultura merupakan gabungan bahasa Latin, hortus
yang mengandung arti kebun dan culture yang berarti bercocok
tanam. Hortikultura bisa didefinisikan sebagai cara budidaya tanaman
yang dilakukan di kebun dan halaman rumah
b. jenis-jenis
1)
Olerikultura (Tanaman sayur)
Tanaman
olerikultura atau biasa dikenal dengan tanaman sayur ini tak asing di tengah
masyarakat, sebab menjadi salah satu makanan sehat yang dianjurkan untuk
dikonsumsi. Tanaman ini umumnya bertekstur lunak dan dapat dikonsumsi dalam
kondisi segar ataupun dimasak.
Tanaman sayur terbagi menjadi dua jenis, yaitu tanaman musiman dan tanaman
tahunan. Jenis tanaman musiman merupakan tanaman yang hanya bisa ditanam pada
saat tertentu, seperti musim panas atau musim penghujan. Berikut beberapa
contoh tanaman musiman:
- bawang Putih
- kubis
- wortel
- kentang
- sawi
- bayam
- kangkong
2)
Frutikultura/pomologi (Tanaman buah)
Tanaman
frutikultura merupakan tanaman buah yang dapat dikonsumsi sehari-hari dan
mengandung banyak nutrisi untuk tubuh
Tanaman buah tak bisa ditanam sembarang waktu. Pasalnya, ia ditentukan
berdasarkan musim. Beberapa tanaman yang terkait pada musim-musim tertentu di
antaranya:
jeruk
- rambutan
- semangka
- melon
Selain
itu, ada pula tanaman buah yang memiliki jangka tanam tahunan atau panen dalam
setahun sekali, seperti berikut:
- nanas
- nangka
- sawo
- belimbing
- manga
3)
Florikultura (Tanaman bunga)
Tanaman
hortikultura satu ini berfungsi untuk mempercantik ruang atau area tertentu.
Cara tanamnya dan perawatannya pun tergolong mudah.
Beberapa contoh florikultura adalah sebagai berikut:
- melati
- mawar
- krisan
- anyelir
4)
Biofarmaka (Tanaman obat)
Biofarmaka atau
tanaman obat juga sering dikaitkan dengan tanaman obat keluarga (Toga). Tanaman
ini dapat dengan mudah tumbuh di ladang luas ataupun pekarangan rumah.
Tak hanya sebagai obat, tanaman-tanaman ini juga dapat berfungsi sebagai
kosmetik ataupun perawatan alami tubuh. Berikut adalah beberapa contoh tanaman
obat:
- serai
- temulawak
- lengkuas
- kayu manis
- mengkudu
2.2 pengembangan
holtikultura
Pendekatan kawasan dirancang untuk meningkatkan efektivitas kegiatan,
efisiensi biaya dan mendorong keberlanjutan kawasan komoditi unggulan. Melalui
pengembangan kawasan diharapkan dapat terwujud pelayanan pembangunan yang lebih
bersifat partisipatif dan efisien dengan fokus pada upaya pengembangan
komoditi unggulan. Dalam pembangunan kawasan mutlak diperlukan suatu
perencanaan yang disusun dengan melibatkan masyarakat setempat dan seluruh
pemangku kepentingan.
Kawasan hortikultura adalah hamparan sebaran usaha hortikultura yang
disatukan oleh faktor pengikat tertentu, baik faktor alamiah, sosial budaya maupun
faktor infrastruktur fisik buatan. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2010 tentang Hortikultura, penetapan kawasan hortikultura dilakukan dengan
memperhatikan aspek sumberdaya hortikultura, potensi unggulan yang ingin
dikembangkan, potensi pasar, kesiapan dan dukungan masyarakat, dan kekhususan
wilayah.
Pengembangan hortikultura berbasis kawasan akan memberikan manfaat
sebagai berikut :
- Memungkinkan penangaanan berbasis komoditas
hortikultura secara terpadu sesuai dengan kesamaan karakteristiknya.
- Memberikan peluang bagi semua komoditas
potensial di kawasan untuk ditangani secara proporsional.
- Merupakan wadah dan wahana pelaksanaan
desentralisasi pembangunan secara nyata, sinergis, dan harmonis, diantara
Pemerintah, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah Kabupaten/Kota.
- Memungkinkan “critical mass” penggalangan
sumberdaya sehingga terjadi sinergi dari berbagai sumberdaya.
- Membedakan secara jelas karakter dan
pengukuran kinerja antara pengembangan dan perbaikan.
- Meningkatkan kegiatan ekonomi di kawasan dan
sekitarnya.
- Skala pengembangan usaha menjadi lebih luas.
- Sebagai entry point pelayanan inovasi,
pelaksanaan pendidikan dan pelatihan, penyuluhan dan pembiayaan.
Menurut Permentan No. 41 Tahun 2009, penetapan kawasan budidaya
hortikultura dilakukan berdasarkan kriteria sebagai berikut :
- Mempunyai kesesuaian lahan yang didukung
dengan sarana dan prasarana budidaya, panen, dan pasca panen.
- Memiliki potensi untuk pengembangan sistem dan
usaha agribisnis hortikultura.
- Mempunyai akses, prasarana transportasi jalan
serta pengangkutan yang mudah dan dekat dengan pusat pemasaran dan
pengumpulan produksi.
Strategi dasar pengembangan kawasan
hortikultura di Kota Pontianak dapat diawali dengan optimalisasi
komoditas unggulan yang telah berkembang seperti lidah buaya, pepaya, dan
sayuran, yang secara terfokus dan terarah kemudian dikembangkan melalui
pendekatan agribisnis dengan memperhatikan keterkaitan hulu-hilir secara
berkesinambungan. Pengembangan kawasan hortikultura tidak berdiri sendiri,
namun lebih merupakan keterpaduan dari beberapa program dan kegiatan
pengembangan antar sektor/sub sektor, antar institusi dan antar pelaku yang
telah ada, yang terfokus dikawasan.
Pada hakekatnya pengembangan kawasan hortikultura dibangun atas
kerjasama diantara setiap pelaku usaha, dan kontribusi dari berbagai sektor
terkait, antara lain pertanian, perindustrian, perdagangan, koperasi, UKM,
Infrastruktur, pusat penelitian, perguruan tinggi, swasta, asosiasi, perbankan,
dan lainnya.
Keberhasilan dalam pengembangan kawasan hortikultura dapat ditunjukkan
oleh indikator-indikator sebagai berikut :
- Meningkatnya produktivitas dan kualitas produk
hortikultura, yang dicirikan dengan diterapkannya GAP dan SOP, serta
teregistrasinya lahan usaha hortikultura.
- Tertatanya manajemen rantai pasokan, yang
dicirikan dengan terdistribusikannya secara proporsional keuntungan dalam
setiap mata rantai pasar.
- Terjalinnya kemitraan antara kelompok tani
dengan pengusaha.
- Berkembangnya industri pengolahan hasil
komoditas hortikultura unggulan yang merupakan usaha peningkatan nilai
tambah produk segar.
- Meningkatnya penggunaan benih bermutu.
- Meningkatnya jumlah dan kualitas kelembagaan
tani.
- Meningkatnya kualitas lingkungan, dengan
diterapkannya aspek konservasi lahan, pola tanam dan penanganan PHT dalam
pengelolaan OPT.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan kesimpulan dari
makaka ini
1.
Perkembangan
hortikultura di Indonesia memiliki prospek atau peluang yang baik dikarenakan
tingkat konsumsi di masyarakat terkhusus masyarakat domestic yang semakin
menigkat dan di Indonesia memiliki keadaan lingkungan yang bersahabat
2.
Peranan
hortikultura fungsi penyediaan pangan,ekonomi,Kesehatan dan sosial budaya
3.
Tantangan
atau permasalahan yang di hadapi untuk pengembangan hortikultura di Indonesia
di karenakana pola usaha tani yang kecil, mutu bibit,yang rendah dan di tunjang
oleh keragamanjenis/varietas tanaman, serta rendahanya penerapan teknologi
budidaya.
3.2 saran
Pengembangan hortikultura di Indonesia
memilikin prospek yang sangat baik, oleh karena itu sebaiknya masyarakat
perimtah, peneliti dan Lembaga Pendidikan terkhusus di bidang pertanian lebih
giat dan berupaya dalam pengembangan horticultural agar dapat bersaing dengan
produk luar dan dapat memenuhi kebutuhan masyrakat.
DAFTAR PUSTAKA
Afzal,
M., Khan, Q.M., and Sessitsch, A. 2014. Endophytic Bacteria: Prospects and
Applications for The Phytoremediation of Organic Pollutants. Chemosphere Vol
117:232-242.
Ahmad,
F., Ahmad, I., Khan, M.S. 2005. Indol Acetic Acid Production by The
Indigineous Isolates of Azotobacter and Fluorescens Pseuodomonad in The Presence
and Absence of Tryptophan. Turk. J. Biol. Vol 29:29-34.
Aldi,
E.S., Wuryandari, Y., dan Radiyanto, I. 2016. Respon Pertumbuhan dan
Produksi Tanaman Cabai Akibat Pemberian Formula Berbahan Aktif Pseudomonad
Fluorescens Isolat 122 dalam Berbagai Bentuk dan Dosis. Plumula Vol
5(2):2089-8010.
Andoko,
A. 2004. Budidaya Cabai Merah Secara Vertikular Organik. Penebar Swadaya.
Jakarta hal. 85.
Aryantha,
I.N.P., Lestari, D.P., Pangesti, N.P.D. 2004. Potensi Isolat Bakteri
Penghasil IAA dalam Peningkatan Pertumbuhan Kecambah Kacang Tanah pada Kondisi
Hidroponik. Bandung. Jurnal Mikrobiologi Indonesia Vol 9(2):43-46.
Bacon, C.W. and Hilton, D.M. 2007. Bacterial
Endophytes: The Endophytic Nische, its Occupants, and its Utillity. S.S.
Gnanamanickam (ed.). Berlin: Plant-Associated Bacteria. Springer hal. 155-194.
Badan
Pusat Statistik. 2013. Statistik Indonesia. BPS : Jakarta.
Bakhtiar,
B.S.P., Trikoesoemaningtyas, M.A.C., Dewi, L., Amir, M. 2007. Penapisan
Galur Haploid Ganda Padi Gogo Hasil Kultur Antera Untuk Toleransi Terhadap
Cekaman Aluminium. Bul Argon. Vol 35(1):8-14.
Bakker, P.A.H.M., Pierterse, C.M.J., and Loon,
L.C. 2007. .
Balai Penelitian Tanah. 2012. Petunjuk
Juknis Analisis Kimia Tanah, Tanaman, Air, dan Pupuk. Balai Penelitian dan
Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. Bogor. Bandara, W.M., Seneviratne,
G., and Kalasooriya, S.A. 2006. Interaction Among Endophytic Bacteria and Fungi:
Effects and Potensials. Indian Academy and Sciences. J. Biosci Vol
31(5):645-650.
Barka, E.A., Gognies, S., Nowak, J., Audran,
J.C., and Belarbi, A. 2002. Inhibitory Effect of Endophyt Bacteria on
Botrytis Cinerea and Its Influence to Promote The Grapevine Growth. Biol.
Control Vol 24(2):135-142
No comments:
Post a Comment