DAFTAR ISI
Kata
Pengantar ………………………………………………i
Daftar
Isi………………………………………………………ii
Daftar
Gambar………………………………………………..iii
Bab I
Pendahuluan……………………………………………iv
a.
Latar Belakang ………………………………………….…..1
b.
Rumusan Masalah………………………………….………..1
c.
Tujuan……………………………………………….……….2
d.
Manfaat……………………....……………………….………2
Bab II
Konsep Teori…………………………………………….3
a.Pengerti
Sistem Saraf……………...……………………………3
b.Pengertian.Sistem
Saraf Pusat………………………………….4
c.Pengertian.Sistem
Saraf Tepi\Perifer…………………………..5
Bab III
Penutup………………………………………...………12
a.Kesimpulan…………………………………………………….12
b.Saran……..……………………………………………………12
Daftar
pustaka…………………………………………………13
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan
dari berbagai sistem organ. Suatusistem organ terdiri dari berbabagai organ
tubuh atau alat-alat tubuh. Dalammelaksanakan kegiatan fisiologisnya diperlukan
adanya hubungan atau kerjasamaanatara alat-alat tubuh yang satu dengan yang
lainnya. Agar kegiatan sistem-sistemorgan yang tersusun atas banyak alat itu
berjalan dengan harmonis (serasi), makadiperlukan adanya sistem pengendalian
atau pengatur. Sistem pengendali itu disebutsebagai sitem koordinasi.Tubuh
manusia dikendalikan oleh sistem saraf, sistem indera, dan sistemendokrin.
Pengaruh sistem saraf yakni dapat mengambil sikap terhadap adanya perubahan keadaan
lingkungan yang merangsangnya. Semua kegiatan tubuh manusiadikendalikan dan
diatur oleh sistem saraf. Sebagai alat pengendali dan pengaturkegiatan
alat-alat tubuh, susunan saraf mempunyai kemampuan menerima rangsangdan
mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf ke pusat susunan saraf,
danselanjutnya memberikan tanggapan atau reaksi terhadap rangsang tersebut.
Impulssaraf tersebut dibawa oleh serabut-serabut saraf. (Kus Irianto. 2004).
B.Rumusan
Masalah
a.Apa
yang di maksud dengan sistem saraf?
b.Bagaimana
pembagian sistem saraf?
c.Bagaimana
penyusunan sitem saraf?
d.Bagaimana
mekanisme jalannya implus pada sistem saraf?
e.Apa
yang di maksud dengan saraf pusat?
f.Apa
yang di maksud dengan sistem saraf tepi/perifer?
C.Tujuan
a.Mengetahui
pengertian sistem saraf.
b.Mengetahui
pembagian sistem saraf.
c.Mengetahui
penyusun sistem saraf.
d.Mengetahui
mekanisme implus pada sistem.
e.Mengetahui
sistem saraf pusat.
f.Mengetahui
sistem sraf tepi atau perifer.
D.Manfaat
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai beritkut :
a. Membantu masyarakat dalam
mendeteksi gangguan sistem saraf yang diderita oleh anak secara langsung atau
tanpa bertemu dokter.
b. Membantu masyarakat dalam
memahami tentang jenis-jenis gangguan sistem saraf yang diderita oleh anak.
BAB II
KONSEP TEORI
A.Pengertian
Sistem Saraf
Sistem saraf
adalah sistem koordinasi berupa penghantaran impuls saraf ke susunan saraf
pusat, pemrosesan impuls saraf dan pemberi tanggapan rangsangan (Feriyawati,
2006). Sistem atau susunan saraf merupakan salah satu bagian terkecil dari
organ dalam tubuh, tetapi merupakan bagian yang paling kompleks. Susunan saraf
manusia mempunyai arus informasi yang cepat dengan kecepatan pemrosesan yang
tinggi dan tergantung pada aktivitas listrik (impuls saraf) (Bahrudin, 2013).
Alur informasi pada sistem saraf dapat dipecah secara skematis menjadi tiga
tahap. Suatu stimulus eksternal atau internal yang mengenai organ-organ
sensorik akan menginduksi pembentukan impuls yang berjalan ke arah susunan
saraf pusat (SSP) (impuls afferent), terjadi proses pengolahan yang komplek
pada SSP (proses pengolahan informasi) dan sebagai hasil pengolahan, SSP
membentuk impuls yang berjalan ke arah perifer (impuls efferent) dan
mempengaruhi respons motorik terhadap stimulus (Bahrudin,2013). Susunan Sistem Saraf Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi
yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf
kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik
(Bahrudin, 2013).
a. Susunan
Sistem Saraf
Susunan sistem saraf terbagi secara anatomi
yang terdiri dari saraf pusat (otak dan medula spinalis) dan saraf tepi (saraf
kranial dan spinal) dan secara fisiologi yaitu saraf otonom dan saraf somatik
(Bahrudin, 2013).
B.
Sistem Saraf Pusat
Susunan
saraf pusat (SSP) yaitu otak (ensefalon) dan medula spinalis, yang merupakan
pusat integrasi dan kontrol seluruh aktifitas tubuh. Bagian fungsional pada
susunan saraf pusat adalah neuron akson sebagai penghubung dan transmisi
elektrik antar neuron, serta dikelilingi oleh sel glia yang menunjang secara
mekanik dan metabolik (Bahrudin, 2013).
Sistem saraf manusia mempunyai
struktur yang kompleks dengan berbagai fungsi berbeda dan saling mempengaruhi
(Tarwoto et al, 2009). Sistem saraf pusat terdiri dari otak dan sumsusm tulang
belakang (Fitzgerald, 2012). Otak manusia berbentuk gyrencephalic (yaitu
berlipat) (Rockland, 2017). Otak banyak membutuhkan nutrien terutama glukosa
dan oksigen., dengan demikian otak membutuhkan aliran darah yang cukup. Otak
terdiri dari 20 milyar neuron, setiap neuron dapat menerima informasi melalui
ribuan sinaps dalam satu waktu. Otak orang dewasa hampir 95% terdiri dari
jaringan neural dalam tubuh. Berat otak orang dewasa: 1,4 kg dan volume 1350
cc. Otak laki-laki 10% lebih besar dari wanita, oleh karena perbedaan rata-rata
ukuran badan (Bachrudin, 2014). Sumsum tulang belakang (medula spinalis)
berbentuk silinder dan panjang yang terdapat disaluran vertebra panjangnya
sekitar 45 cm dan tebalnya sebesar jari kelingking (Wilson et al, 2010).
a
.Otak
Otak
merupakan alat tubuh yang sangat penting dan sebagai pusat pengatur dari segala
kegiatan manusia yang terletak di dalam rongga tengkorak. Bagian utama otak
adalah otak besar (cerebrum), otak kecil (cereblum) dan otak tengah
(Khanifuddin, 2012). Otak besar merupakan pusat pengendali kegiatan tubuh yang
disadari. Otak besar ini dibagi menjadi dua belahan, yaitu belahan kanan dan
kiri. Tiap belahan tersebut terbagi menjadi 4 lobus yaitu frontal, parietal,
okspital, dan temporal. Sedangkan disenfalon adalah bagian dari otak besar yang
terdiri dari talamus, hipotalamus, dan epitalamus (Khafinuddin, 2012). Otak
belakang/ kecil terbagi menjadi dua subdivisi yaitu metensefalon dan
mielensefalon.Metensefalon berubah menjadi batang otak (pons) dan cereblum.
Sedangkan 7 mielensefalon akan menjadi medulla oblongata (Nugroho, 2013). Otak
tengah/ sistem limbic terdiri dari hipokampus, hipotalamus, dan amigdala
(Khafinuddin, 2012).
Pada
otak terdapat suatu cairan yang dikenal dengan cairan serebrospinalis. Cairan
cerebrospinalis ini mengelilingi ruang sub araknoid disekitar otak dan medula
spinalis. Cairan ini juga mengisi ventrikel otak. Cairan ini menyerupai plasma
darah dan cairan interstisial dan dihasilkan oleh plesus koroid dan sekresi
oleh sel-sel epindemal yang mengelilingi pembuluh darah serebral dan melapisi
kanal sentral medula spinalis. Fungsi cairan ini adalah sebagai bantalan untuk
pemeriksaan lunak otak dan medula spinalis, juga berperan sebagai media
pertukaran nutrien dan zat buangan antara darah dan otak serta medula spinalis
(Nugroho, 2013).
b .Selaput Otak
(Meningen)
Otak dan sumsum tulang belakang
diselimuti meningia yang melindungi struktur saraf yang halus, membawa pembuluh
darah, dan dengan sekresi sejenis Otak depan: Hemisfer serebri Korpus striatum
Talamus Hipotalamus Otak tengah: Diensefalon Otak Batang otak: Serebelum Pons
Medula oblongata Sistem saraf pusat Medula Pars servikalis Pars torasika Pars
lumbalis 8 cairan, yaitu cairan serebrospinal (Pearce, 2010). Terdapat tiga
lapisan meningen yaitu : durameter, arachnoid, dan pia meter. Durameter adalah
lapisan luar meningen, merupakan lapisan yang kasar, dan mempunyai dua lapisan
membran. Arachnoid adalah
membran bagian tengah, tipis dan bebentuk seperti laba-laba. Sedangkan pia
meter berupa lapisan paling dalam, tipis, merupakan membran vaskuler yang
membungkus seluruh permukaan otak. Antara lapisan satu dengan lainnya terdapat
ruang meningeal yaitu ruang epidural yang merupakan ruangan antara tengkorak
dan lapisan luar durameter. Selanjutnya terdapat ruang subdural yaitu ruang
antara lapisan dalam duramter dengan membran arachnoid. Serta ruang
subarachnoid yaitu ruang antara arachnoid dengan pia meter. Pada ruang
subarachnoid ini terdapat cairan serebrospinalis (Tarwoto et al, 2009).
c. Medula
Spinalis (Sumsum tulang belakang)
Sumsum tulang belakang terletak memanjang
di dalam rongga tulang belakang, mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas
tulang pinggang yang kedua. Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis
yaitu lapisan luar berwarna putih (white area) dan lapisan dalam berwarna
kelabu (grey area) (Chamidah, 2013). Lapisan luar mengandung serabut saraf dan
lapisan dalam mengandung badan saraf. Di dalam sumsum tulang belakang terdapat
saraf sensorik, saraf motorik dan saraf penghubung. Fungsinya adalah sebagai
penghantar impuls dari otak dan ke otak serta sebagai pusat pengatur gerak
refleks (Khafinuddin, 2012).
C.Sistem
Saraf Tepi/Perifer
Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf
kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis komunikasi antara SSP dan tubuh
. SST tersusun dari semua saraf yang membawa pesan dari dan ke SSP (Bahrudin,
2013). Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian yaitu:
a.Sistem Saraf Somatik (SSS)
Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang
saraf kranial dan 31 pasang saraf spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi
oleh kesadaran.
1. Saraf
kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai
bagian batang otak. Beberapa dari saraf tersebut hanya tersusun dari serabut
sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari serabut sensorik dan motorik.
2. Saraf
spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda
melalui radiks dorsal (posterior) dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah
saraf gabungan motorik dan sensorik, membawa informasi ke korda melalui neuron
aferen dan meninggalkan melalui eferen.
b.Sistem
Saraf Otonom (SSO)
Sistem saraf otonom mengatur jaringan dan
organ tubuh yang tidak disadari. darah
dan jantung. Sistem ini terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf
parasimpatik. Fungsi dari kedua sistem saraf ini adalah saling berbalikan.
c.Sel Saraf (Neuron)
Sel saraf (neuron) bertanggung jawab
untuk proses transfer informasi pada sistem saraf (Bahrudin, 2013). Sel saraf berfungsi
untuk menghantarkan impuls. Setiap satu neuron terdiri dari tiga bagian utama
yaitu badan sel (soma), dendrit dan akson (Feriyawati, 2006).Badan
sel (soma) memiliki satu atau beberapa tonjolan (Feriyawati, 2006).Soma
berfungsi untuk mengendalikan metabolisme keseluruhan dari neuron(Nugroho,
2013). Badan sel (soma) mengandung organel yang bertanggung jawab untuk
memproduksi energi dan biosintesis molekul organik, seperti enzim-enzim.
Pada badan sel terdapat nukleus,
daerah disekeliling nukleus disebut perikarion. Badan sel biasanya memiliki
beberapa cabang dendrit (Bahrudin, 2013). Dendrit adalah serabut sel saraf
pendek dan bercabang-cabang serta merupakan perluasan dari badan sel. Dendrit
berfungsi untuk menerima dan menghantarkan rangsangan ke badan sel (Khafinudin,
2012). Khas dendrit adalah sangat bercabang dan masing-masing cabang membawa
proses yang disebut dendritic spines (Bahrudin, 2013).
d. Sel penyokong
atau Neuroglia (Sel Glial)
Sel
glial adalah sel penunjang tambahan pada SSP yang berfungsi sebagai jaringan
ikat (Nugroho, 2013), selain itu juga berfungsi mengisolasi neuron, menyediakan
kerangka yang mendukung jaringan, membantu memelihara lingkungan interseluler,
dan bertindak sebagai fagosit. Jaringan pada tubuh mengandung kira-kira 1
milyar neuroglia, atau sel glia, yang secara kasar dapat diperkirakan 5 kali
dari jumlah neuron (Feriyawati, 2006). Sel glia lebih kecil dari neuron dan keduanya
mempertahankan kemapuan untuk membelah, kemampuan tersebut hilang pada banyak
neuron. Secara bersama-sama, neuroglia bertanggung jawab secara kasar pada
setengah dari volume sistem saraf. Terdapat perbedaan organisasi yang penting
antara jaringan sistem saraf pusat dan sitem saraf tepi, terutama disebabkan
oleh perbedaaan pada.
a. Macam-macam
Sel Glia
Ada empat macam sel glia yang memiliki fungsi berbeda yaitu (Feriyawati,
2006) :
·
Astrosit/ Astroglia: berfungsi sebagai “sel pemberi makan” bagi sel saraf
·
Oligodendrosit/ Oligodendrolia: sel glia yang bertanggung jawab menghasilkan mielin dalam susunan saraf pusat. Sel ini
mempunyai lapisan dengan substansi lemak mengelilingi penonjolan atau sepanjang
sel saraf sehingga terbentuk selubung mielin. Mielin pada susunan saraf tepi
dibentuk oleh sel Schwann. Sel ini membentuk mielin maupun neurolemma saraf
tepi. Mielin menghalangi ion natrium dan kalium melintasi membran neuronal
dengan hampir sempurna. Serabut saraf ada yang bermielin ada yang tidak.
Transmisi impuls saraf disepanjang serabut bermielin lebih cepat daripada
serabut yang tak bermielin, karena impuls berjalan dengan cara meloncat dari
nodus ke nodus yang lain disepanjang selubung mielin (Feriyawati, 2006). Peran
dari mielin ini sangatlah penting, oleh sebab itu pada beberapa orang yang
selubung mielinnya mengalami peradangan ataupun kerusakan seperti pada pasien
GBS maka akan kehilangan kemampuan untuk mengontrol otot-ototnya sehingga
terjadi kelumpuhan pada otot-otot tersebut. Perbedaan struktur dari
·
Mikroglia: sel glia yang mempunyai sifat fagosit dalam menghilangkan sel-sel
otak yang mati, bakteri dan lain-lain. Sel jenis ini ditemukan diseluruh SSP
dan dianggap penting dalam proses melawan infeksi.
·
Sel ependimal: sel glia yang berperan dalam produksi cairan cerebrospinal.
b. Neuroglia pada Sistem Saraf Tepi (SST)
Neuron pada sistem saraf tepi
biasanya berkumpul jadi satu dan disebut
ganglia (tunggal: ganglion). Akson
juga bergabung menjadi satu dan membentuk
sistem saraf tepi. Seluruh neuron dan
akson disekat atau diselubungi oleh sel glia.
Sel glia yang berperan terdiri dari
sel satelit dan sel Schwann.
-
Sel Satelit
Badan
neuron pada ganglia perifer diselubungi oleh sel satelit. Sel satelit
berfungsi
untuk regulasi nutrisi dan produk buangan antara neuron body
dan
cairan ektraseluler. Sel tersebut juga berfungsi untuk mengisolasi
neuron dari rangsangan lain yang tidak
disajikan di sinap.
- Sel
Schwann
Setiap akson pada saraf tepi, baik
yang terbungkus dengan mielin maupun
tidak, diselubungi oleh sel Schwann
atau neorolemmosit. Plasmalemma
dari akson disebut axolemma; pembungkus
sitoplasma superfisial yang
dihasilkan oleh sel Schwann disebut
neurilemma (Bahrudin, 2013).
Dalam penyampaian impuls dari reseptor
sampai ke efektor perifer
caranya berbeda-beda. Sistem saraf somatik
(SSS) mencakup semua neuron
motorik somatik yang meng-inervasi otot,
badan sel motorik neuron ini terletak
dalam SSP, dan akson-akson dari SSS meluas
sampai ke sinapsis neuromuskuler
yang mengendalikan otot rangka. Sebagaian
besar kegiatan SSS secara sadar dikendalikan.
Sedangkan sistem saraf otonom mencakup semua motorik neuron viseral yang
menginervasi efektor perifer selain otot rangka. Ada dua kelompok neuron
motorik
viseral
yang menginervasi efektor perifer selain otot rangka. Ada dua kelompok
neuron
motorik viseral, satu kelompok memiliki sel tubuh di dalam SSP dan yang
lainnya
memiliki sel tubuh di ganglia perifer (Bahrudin, 2013).
Neuron
dalam SSP dan neuron di ganglia perifer berfungsi mengontrol
efektor
di perifer. Neuron di ganglia perifer dan di SSP mengontrolnya segala
bergiliran.
Akson yang memanjang dari SSP ke ganglion disebut serat
preganglionik.
Akson yang menghubungkan sel ganglion dengan efektor perifer
dikenal
sebagai serat postganglionik. Susunan ini jelas membedakan sistem
(motorik
visceral) otonom dari sistem motorik somatik. Sistem motorik somatik
dan
sitem motorik visceral memiliki sedikit kendali kesadaran atas kegiatan SSO.
Interneuron
terletak diantara neuron sensori dan motorik. Interneuron terletak
sepenuhnya
didalam otak dan sumsum tulang belakang. Mereka lebih banyak
daripada
semua gabungan neuron lain, baik dalam jumlah dan jenis. Interneuron
bertanggung
jawab untuk menganalisis input sensoris dan koordinasi motorik
output.
Interneuron dapat diklasifikasikan sebagai rangsang atau penghambat
berdasarkan
efek pada membran post sinaps neuron (Bahrudin, 2013).
c.Regenerasi Neuron
Sel
saraf sulit sekali untuk melakukan regenarasi setelah mengalami
kerusakan. Dalam sel body (inti sel/ sel tubuh),
bagian kromatofilik menghilang
dan nukleus keluar dari pusat sel. Jika neuron
berfungsi normal kembali, sel
tersebut pelan-pelan akan kembali pada keadaan
normal. Jika suplai oksigen atau
nutrisi dihambat, seperti yang selalu terjadi pada
stroke atau trauma mekanik
mengenai neuron, seperti yang selalu pada kerusakan
medula spinalis atau perifer,
neuron tidak akan mengalami perbaikan kecuali
sirkulasi baik atau tekanan turun
dalam waktu beberapa menit atau jam. Jika keadaan
stress ini terjadi terus
menerus, neuron yang mengalami kerusakan akan
benar-benar mengalami
kerusakan permanen (Bahrudin, 2013).
Pada SST, sel Schwann berperan dalam memperbaiki
neuron yang rusak.
Proses ini dinamakan degenaration wallerian, bagian
distal akson yang semakin
memburuk dan migrasi makrofag pada sel tersebut
untuk proses fagositosis sel
mati tersebut. Sel Schwann di area yang putus
membentuk jaringan padat
memanjang yang menyambung pada bagian akson yang
sebenarnya. Selain itu, sel
Schwann juga mengelurkan growth factor untuk merangsang
pertumbuhan
kembali akson. Jika akson telah putus, akson yang
baru akan mulai muncul dari
bagian proksimal bagian yang putus dalam beberapa
jam. Pada sebagian
kerusakan yang biasa pada proksimal akson yang rusak
akan mati dan menyusut
beberapa sentimeter sehingga tunas muncul lambat
sekitar beberapa minggu.
Ketika neuron terus mengalami perbaikan, akson
tersebut akan tumbuh kesisi
yang mengalami kerusakan dan sel Schwann membungkus
disekitarnya
(Bahrudin, 2013).
Jika akson terus tumbuh di daerah perifer sepanjang
saluran sel Schwann,
ini akan secepatnya mengembalikan hubungan antar
sinapnya. Jika tidak tumbuh
lagi atau menyimpang, fungsi normalnya tidak akan
kembali. Akson yang tumbuh
mencapai tujuannya, jika bagian distal dan proksimal
bagian yang rusak bertemu.
Ketika sebuah saraf perifer mengalami kerusakan
seluruhnya, relatif hanya
beberapa akson yang akan sukses mengembalikan
hubungan sinap yang normal,
sehingga fungsi saraf akan selamanya rusak.
Regenerasi yang terbatas disebabkan karena:
1. Banyak akson yang terdegenarasi
2. Astrosit menghasilkan jaringan parut sehingga
mencegah pertumbuhan
akson di daerah yang rusak
3. Astrosit melepaskan bahan kimia yang dapat
menghambat pertumbuhan
kembali akson
GBS merupakan bagian atau salah satu dari penyakit
neuromuskular,
penyakit ini jarang dijumpai. Gangguan neuromuskular
memiliki spektrum gejala
dan tanda yang cukup khas .
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Sistem
saraf merupakan sistem koordinasi (pengaturan tubuh) berupa penghantaran impul
saraf ke susunan saraf pusat, pemrosesan impul saraf dan perintah untuk memberi
tanggapan rangsangan. Unit terkecil pelaksanaan kerja sistemsaraf adalah sel
saraf atau neuron. Berdasarkan peranannya, sistem saraf manusiadibedakan
menjadi 2, yaitu, sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar. Sistem
sarafsadar berfungsi, mengatur semua aktivitas tubuh yang kita sadari.
sedangkan, sistem saraftak sadar berfungsi, mengatur semua aktiivitas tubuh
yang tidak kita sadari.
B.Saran
Saran
Untuk dapat memahami sistem saraf, selain membaca dan memahami materi-materi
dari sumber keilmuan yang ada (buku, internet, dan lain-lain) kita harus
dapatmengkaitkan materi-materi tersebut dengan kehidupan kita sehari- hari,
agar lebih mudah untuk paham dan akan selalu diingat.
DAFTAR PUSTAKA
Feriyawati, Lita. 2006. Anatomi Sistem
Saraf dan Peranannya dalam RegulasiKontraksi Otot Rangka. Medan : Fakultas
Kedokteran USUIrianto, Kus. 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk
Paramedis. Bandung :Yrama Widya Nur, Iis. 2013. Sistem Saraf Pada Manusia.
Bandung : Sekolah Tinggi FarmasiSari, Mega. 2004. Sistem Ventrikel dan Liquor
Cerebrospinal. Medan : FakultasKedokteran USUSinaga, Erlintan dkk. 2011.
Anatomi Fisiologi Manusia. Medan : FMIPA Unimed
No comments:
Post a Comment