Sunday, 6 November 2022

Makalah Dasar Kependudukan TEORI KEPENDUDUKAN

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A. Latar Bekalang Masalah

Di antara masalah-masalah sosial dunia yang paling mendesak adalah masalah pertumbuhan penduduk. Masalah ini merupakan tantangan bagi pemimpin dunia. Hal tersebut menjadi sesuatu yang harus dipikirkan oleh setiap bangsa atau negara karena kedamaian dan kemakmuran suatu negara tergantung pada jumlah dan mutu penduduknya. Jika terlampau banyak manusia yang harus diberi makan, pakaian, dan tempat berlindung, maka kesusahan, kemiskinan dan kekacauan sosial yang mengikutinya tidak dapat dielakan. Sebaliknya, jika penduduknya terlampau sedikit, maka tidak akan ada kekuatan untuk membangun suatu bangsa yng dapat disegani bangsa-bangsa lain.

Masalah kependudukan merupakan persoalan jangka panjang. Sejak zaman dulu, sekarang dan masa yang akan datang, sampai suatu saat dimana semua manusia musnah. Penanganannya memerlukan usaha terus menerus karena merupakan persoalan yang tidak dapat ditunda apalagi diabaikan. Setiap kelambatan dalam penanganannya akan menyebabkan usaha penanggulangannya semakin bertambah akibat berat dan sulit sehubungan dengan beban yang ditimbulkannya semakin menjadi menumpuk, mencakup semua segi kehidupan manusia. Masalah kependudukan merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia, khususnya akibat tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertumbuhan penduduk yang besar akan mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan

Pada dasarnya permasalahan pertumbuhan penduduk merupakan suatu masalah yang sangat kompleks yang ada di seluruh dunia terutama di negara berkembang seperti Indonesia, diperkirakan pada pertengahan abad ke 20 dunia akan dihadapkan pada bom bayi yang sama bahaya nya dengan teroris. Pertumbuhan penduduk sangat berpengaruh terhadap permasalahan yang dimana angka kelahiran lebih tinggi dibandingkan angka kematian dan usia produktif lebih banyak dibandingkan usia nonproduktif.

B. Rumusan masalah

  1. Apa itu teori kependudukan?
  2. Jelaskan teori-teori menurut para ahli?
  3. Jelaskan Teori Transisi Kependudukan?

 

C. Tujuan

  1. Untuk mengetahui teori kependudukan
  2. Untuk mengetahui teori-teori menurut para ahli
  3. Untuk mengetahui apa itu Teori Transisi Kependudukan

BAB II

PEMBAHASAN

 

A.  Teori-Teori Kependudukan Menurut Para Ahli

  1. Aliran Malthusian (Thomas Robert Malthus)

Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam “Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dari bahan makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakn pertumbuhan ketersediaan pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini dimana terdapat permasalahan meledaknya jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan pun berkurang, hal ini merupakan perimbangan yang kurang menguntungkan jika kita kembali kepada teori Malthus.

Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung lingkungan dan daya tampung lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan alam tidak mampu menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah penduduk yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah sebagai komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin banyak. Jumlah penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen, kelaparan, wabah penyakit dan kematian.

Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa nafsu dan pantangan kawin), Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit, kejahatan dan peperangan). Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat tentang kependudukan, yaitu :

  1. Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang) apabila tidak ada pembatasan akan berkembang biak dengan sangat cepat dan memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi.
  2. Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan, sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat (deret hitung) dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret ukur)

 

Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2 cara :

1.      Preventif Checks (pengekangan diri), yang terdiri dari,

a.       Moral restraint (pengekangan diri)

1)      Mengekang nafsu seks

2)      Tunda kawin

b.       Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)

1)      Pengguguran kandungan

2)      Homoseksual

2.      Positive Checks (lewat proses kelahiran), yang terdiri dari,

a.       Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)

1)      Bunuh anak-anak

2)      Bunuh orang cacat

3)      Bunuh orang tua

b.       Misery (kemelaratan)

1)      Epidemi

2)      Bencana alam

3)      Peperangan

4)      Kekurangan makanan

Meskipun demikian teori mendapat berbagai kritik karena Malthus tidak memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :

  1. kemajuan bidang transportasi yang dapat menghubungkan satu daerah dengan daerah lain sehingga distribusi makana dapat berjalan
  2. kemajuan bidang teknologi, terutama bidang pertanian
  3. Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang sudah menikah
  4. fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi dan standar hidup penduduk dinaikkan.

 

  1. Aliran Marxist (Karl & F. Angel)

Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk akan kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis) Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Negara-Negara yang mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA, Inggris, Prancis, Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang mendukung teori Marxist umumnya adalah negara-negara berekonmi Sosialis seperti Eropa Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.

Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Berikut beberapa pendapat aliran Marxis :

  1. Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi mempengaruhi kesempatan kerja.
  2. Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak para buruh
  3. Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.

 

  1. Aliran Neo-Malthusian (Garreth Hardin & Paul Ehrlich)

Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara- cara “Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi. Tahun 1960an dan 1970an foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapaltersebut. Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi menjadi “The Population Explotion” yang berisi :

  1. Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
  2. Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
  3. Lingkungan rusak sebab populasi manusia meningkat.

Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik. Kritikan terhadap Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan lingkungan antar kawasan.

 

B. Teori Transisi Kependudukan.

Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada tahun 1929 oleh ahli geografi Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan tingkat kelahiran dan kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian besar negara maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran yang rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses transisi ini.

Beberapa pengecualian adalah negara-negara miskin (terutama di Afrika sub-Sahara dan Timur Tengah) yang melarat dan terkena dampak kebijakan pemerintah atau huru hara, terutama di Pakistan, Palestina, Yemen, dan Afganistan.

Model transisi demografi dapat digunakan untuk memprediksi penurunan tingkat kelahiran apabila suatu masyarakat menjadi semakin kaya; namun, beberapa data yang baru dikumpulkan tampaknya membantah hal ini, karena tingkat kelahiran dapat kembali meningkat setelah tingkat kemajuan tertentu telah tercapai.Selain itu, dalam jangka panjang, transisi demografi akan dihentikan oleh tekanan evolusi yang menghasilkan tingkat kelahiran dan kematian yang lebih tinggi.

Teori transisi demografi merupakan sebuah teori yang didukung oleh banyak ahli dalam ilmu sosial karena adanya korelasi historis yang kuat antara penurunan tingkat kesuburan dengan kemajuan sosial dan ekonomi. Para ahli masih memperdebatkan apakah industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi mengakibatkan penurunan jumlah penduduk, atau apakah jumlah penduduk yang lebih rendah mengarah ke industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi. Para ahli juga memperdebatkan sejauh mana faktor-faktor yang terkait mempengaruhi transisi demografi ini, seperti pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat pendapatan perempuan yang tinggi, tingkat kematian yang rendah, jaminan usia tua, dan bertambahnya permintaan sumber daya manusia.

1.      Tahap Peralihan keadaan demografis:

a.       Tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap atau naik sedikit. anggaran kesehatan meningkat. Penemuan obat-obatan semakin maju. Angka kelahiran tetap tinggi.

b.       Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi dan pertumbuhan penduduk meningkat. Adanya Urbanisasi., usia kawin meningkat. , pelayanan KB semakin Luas., pendidikan meningkat.

c.       Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju pertumbuhan penduduk menurun.

d.      Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali seperti kategori I - mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi.

Penerapan Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam proses transisi, yaitu:

Tahap 1: Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;

Tahap 2: Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah penduduk naik.

Tahap 3: Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita, urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi sudah mulai menurun;

Tahap 4: Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat rendah atau bahkan mendekati nol 40


BAB III

PENUTUP

 

A. Kesimpulan

Di antara masalah-masalah sosial dunia yang paling mendesak adalah masalah pertumbuhan penduduk. Masalah ini merupakan tantangan bagi pemimpin dunia. Hal tersebut menjadi sesuatu yang harus dipikirkan oleh setiap bangsa atau negara karena kedamaian dan kemakmuran suatu negara tergantung pada jumlah dan mutu penduduknya. Jika terlampau banyak manusia yang harus diberi makan, pakaian, dan tempat berlindung, maka kesusahan, kemiskinan dan kekacauan sosial yang mengikutinya tidak dapat dielakan. Sebaliknya, jika penduduknya terlampau sedikit, maka tidak akan ada kekuatan untuk membangun suatu bangsa yang dapat disegani bangsa-bangsa lain.

Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara atau wilayah berkembang dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada tahun 1929 oleh ahli geografi Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan tingkat kelahiran dan kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian besar negara maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran yang rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses transisi ini.

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Caldwell, John C.; Bruce K Caldwell; Pat Caldwell; Peter F McDonald; Thomas Schindlmayr (2006). Demographic Transition Theory. Dordrecht, The Netherlands: Springer. hlm. 239. ISBN 1-4020-4373-2.

Edmund Conway, 50 Gagasan Ekonomi yang Perlu Anda Ketahui, Esensi Erlangga Group, Jakarta, 2015, hlm.15

Edmund Conway, Op.Cit, hlm.32

Felisa, Op.Cit, hlm.5

http://www.google./ur/jurnal/kependudukan/Felisa.ugm.ac.id diakses pada Jum‟at 29 Juli 2016

Mark Skousen, Op.Cit, hlm.152

Mark Skousen, Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern, Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 90

Myrskylä, Mikko; Kohler, Hans-Peter; Billari, Francesco C. (2009). "Advances in development reverse fertility declines". Nature. 460 (7256): 741–3. Bibcode:2009Natur.460..741M. doi:10.1038/nature08230. PMID 19661915.

Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar,PT Raja Grafindo, Jakarta, 2013,

Warren Thompson. Encyclopedia of Population. 2. Macmillan Reference. 2003. hlm. 939–40. ISBN 0-02-865677-6.

No comments:

Post a Comment