BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Bekalang Masalah
Di antara masalah-masalah sosial dunia yang paling mendesak adalah masalah
pertumbuhan penduduk. Masalah ini merupakan tantangan bagi pemimpin dunia. Hal
tersebut menjadi sesuatu yang harus dipikirkan oleh setiap bangsa atau negara
karena kedamaian dan kemakmuran suatu negara tergantung pada jumlah dan mutu
penduduknya. Jika terlampau banyak manusia yang harus diberi makan, pakaian,
dan tempat berlindung, maka kesusahan, kemiskinan dan kekacauan sosial yang
mengikutinya tidak dapat dielakan. Sebaliknya, jika penduduknya terlampau
sedikit, maka tidak akan ada kekuatan untuk membangun suatu bangsa yng dapat
disegani bangsa-bangsa lain.
Masalah kependudukan merupakan persoalan jangka panjang. Sejak zaman dulu,
sekarang dan masa yang akan datang, sampai suatu saat dimana semua manusia
musnah. Penanganannya memerlukan usaha terus menerus karena merupakan persoalan
yang tidak dapat ditunda apalagi diabaikan. Setiap kelambatan dalam
penanganannya akan menyebabkan usaha penanggulangannya semakin bertambah akibat
berat dan sulit sehubungan dengan beban yang ditimbulkannya semakin menjadi
menumpuk, mencakup semua segi kehidupan manusia. Masalah kependudukan merupakan
salah satu permasalahan yang dihadapi hampir semua negara berkembang di dunia,
khususnya akibat tingkat fertilitas (kelahiran) yang tinggi. Pertumbuhan
penduduk yang besar akan mempunyai dampak terhadap berbagai aspek kehidupan
Pada dasarnya permasalahan pertumbuhan penduduk merupakan suatu masalah
yang sangat kompleks yang ada di seluruh dunia terutama di negara berkembang
seperti Indonesia, diperkirakan pada pertengahan abad ke 20 dunia akan
dihadapkan pada bom bayi yang sama bahaya nya dengan teroris. Pertumbuhan
penduduk sangat berpengaruh terhadap permasalahan yang dimana angka kelahiran
lebih tinggi dibandingkan angka kematian dan usia produktif lebih banyak
dibandingkan usia nonproduktif.
B. Rumusan
masalah
- Apa itu teori kependudukan?
- Jelaskan teori-teori menurut para ahli?
- Jelaskan Teori Transisi Kependudukan?
C. Tujuan
- Untuk mengetahui teori kependudukan
- Untuk mengetahui teori-teori menurut para ahli
- Untuk mengetahui apa itu Teori Transisi
Kependudukan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Teori-Teori Kependudukan Menurut Para Ahli
- Aliran Malthusian (Thomas
Robert Malthus)
Malthus adalah orang pertama yang mengemukakan tentang penduduk. Dalam
“Essay on Population”, Malthus beranggapan bahwa bahan makanan penting untuk
kelangsungan hidup, nafsu manusia tak dapat ditahan dan pertumbuhan penduduk
jauh lebih cepat dari bahan makanan. Teori Malthus menyebutkan bahwa
pertumbuhan penduduk mengikuti deret ukur sedangakn pertumbuhan ketersediaan
pangan mengikuti deret hitung, pada kasus ini dimana terdapat permasalahan meledaknya
jumlah penduduk dikota yang tidak diimbangi dengan ketersediaan pangan pun
berkurang, hal ini merupakan perimbangan yang kurang menguntungkan jika kita
kembali kepada teori Malthus.
Teori Malthus jelas menekankan tentang pentingnya keseimbangan pertambahan
jumlah penduduk menurut deret ukur terhadap persediaan bahan makanan menurut
deret hitung. Teori Malthus tersebut sebetulnya sudah mempersoalkan daya dukung
lingkungan dan daya tampung lingkungan. Tanah sebagai suatu komponen lingkungan
alam tidak mampu menyediakan hasil pertanian untuk mencukupi kebutuhan jumlah
penduduk yang terus bertambah dan makin banyak. Daya dukung tanah sebagai
komponen lingkungan menurun, karena beban manusia yang makin banyak. Jumlah
penduduk harus seimbang dengan batas ambang lingkungan, agar tidak menjadi
beban lingkungan atau mengganggu daya dukung dan daya tampung lingkungan,
dengan menampakkan bencana alam berupa banjir, kekeringan, gagal panen,
kelaparan, wabah penyakit dan kematian.
Menurut pendapatnya, faktor pencegah dari ketidakseimbangan penduduk dan
manusia antara lain Preventive checks (penundaan perkawinan, mengendalikan hawa
nafsu dan pantangan kawin), Possitive checks (bencana alam, wabah penyakit,
kejahatan dan peperangan). Robert Malthus ini mengemukakan beberapa pendapat
tentang kependudukan, yaitu :
- Penduduk (seperti juga tumbuhan dan binatang)
apabila tidak ada pembatasan akan berkembang biak dengan sangat cepat dan
memenuhi dengan cepat beberapa bagian dari permukaan bumi.
- Manusia untuk hidup memerlukan bahan makanan,
sedangkan laju pertumbuhan makanan jauh lebih lambat (deret hitung)
dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk (deret ukur)
Menurut aliran ini pembatasan pertumbuhan penduduk dapat dilakukan dengan 2
cara :
1.
Preventif Checks (pengekangan diri), yang terdiri dari,
a.
Moral restraint (pengekangan diri)
1)
Mengekang nafsu seks
2)
Tunda kawin
b.
Vice atau Kejahatan (pengurangan kelahiran)
1)
Pengguguran kandungan
2)
Homoseksual
2.
Positive Checks (lewat proses kelahiran), yang terdiri dari,
a.
Vice atau kejadian (pencabutan nyawa)
1)
Bunuh anak-anak
2)
Bunuh orang cacat
3)
Bunuh orang tua
b.
Misery (kemelaratan)
1)
Epidemi
2)
Bencana alam
3)
Peperangan
4)
Kekurangan makanan
Meskipun demikian teori mendapat berbagai kritik karena Malthus tidak
memperhitungkan hal-hal sebagai berikut :
- kemajuan bidang transportasi yang dapat
menghubungkan satu daerah dengan daerah lain sehingga distribusi makana
dapat berjalan
- kemajuan bidang teknologi, terutama bidang
pertanian
- Usaha pembatasan kelahiran bagi pasangan yang
sudah menikah
- fertilitas akan menurun apabila perbaikan ekonomi
dan standar hidup penduduk dinaikkan.
- Aliran Marxist (Karl & F.
Angel)
Aliran ini tidak sependapat dengan Malthus (bila tidak dibatasi penduduk
akan kekurangan makanan). Menurut Marxist tekanan penduduk di suatu negara
bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan makanan, tetapi tekanan terhadap
kesempatan kerja (misalnya di negara kapitalis) Marxist juga berpendapat bahwa
semakin banyak jumlah manusia semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi
dengan demikian tidak perlu diadakan pembatasan penduduk. Negara-Negara yang
mendukung teori Malthus umumnya adalah negara berekonomi kapitalis seperti USA,
Inggris, Prancis, Australia, Canada, dll Sedangkan negara-negara yang mendukung
teori Marxist umumnya adalah negara-negara berekonmi Sosialis seperti Eropa
Timur, RRC, Korea, Rusia dan Vietnam.
Dasar Pegangan Marxist adalah beranjak dari pengalaman bahwa manusia
sepanjang sejarah akan dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Beda
pandangan Marxist dan Maltus adalah pada “Natural Resource” tidak bisa
dikembangkan atau mengimbangi kecepatan pertumbuhan penduduk.Menurut Marxist
tekanan penduduk di suatu negara bukanlah tekanan penduduk terhadap bahan
makanan, tetapi tekanan terhadap kesempatan kerja (misalnya di negara
kapitalis). Marxist juga berpendapat bahwa semakin banyak jumlah manusia
semakin tinggi produk yang dihasilkan, jadi dengan demikian tidak perlu
diadakan pembatasan penduduk. Berikut beberapa pendapat aliran Marxis :
- Populasi manusia tidak menekan makanan, tapi
mempengaruhi kesempatan kerja.
- Kemeralatan bukan terjadi karena cepatnya
pertumbuhan penduduk, tapi karena kaum kapitalis mengambil sebagian hak
para buruh
- Semakin tinggi tingkat populasi manusia, semakin
tinggi produktifitasnya, jika teknologi tidak menggantikan tenaga manusia
sehingga tidak perlu menekan jumlah kelahirannya, ini berarti ia menolak
teori Malthus tentang moral restraint untuk menekan angka kelahiran.
- Aliran Neo-Malthusian (Garreth
Hardin & Paul Ehrlich)
Pada abad 20 teori Malthus mulai diperdebatkan kembali. kelompok ini
menyokong aliran Malthus, akan tetapi lebih radikal lagi dan aliran ini sangat
menganjurkan untuk mengurangi jumlah penduduk dengan menggunakan cara- cara
“Preventif Check” yaitu menggunakan alat kontrasepsi. Tahun 1960an dan 1970an
foto-foto telah diambil dari ruang angkasa dengan menunjukkan bumi terlihat
seperti sebuah kapal yang berlaya dengan persediaan bahan bakar dan bahan
makanan yang terbatas. Pada suatu saat kapal ini akan kehabisan bahan bakar dan
bahan makanan tersebut sehingga akhirnya malapetaka menimpa kapaltersebut.
Tahun 1871 Ehrlich menulis buku “The Population Bomb” dan kemudian direvisi
menjadi “The Population Explotion” yang berisi :
- Sudah terlalu banyak manusia di bumi ini.
- Keadaan bahan makanan sangat terbatas.
- Lingkungan rusak sebab populasi manusia
meningkat.
Analisis ini dilengkapi oleh Meadow (1972), melalui buku “The Limit to
Growth” ia menarik hubungan antara variabel lingkungan (penduduk, produksi
pertanian, produksi industri, sumber daya alam) dan polusi. Tapi walaupun
begitu, melapetaka tidak dapat dihindari, hanya manusia cuma menunggunya, dan
membatasi pertumbuhannya sambil mengelola alam dengan baik. Kritikan terhadap
Meadow umumnya dilakukan oleh sosiolog yang menyindir Meadow karena tidak
mencantumkan variabel sosial-budaya dalam penelitiannya. Karena itu Mesarovic
dan Pestel (1974) merevisi gagasan Meadow & mencantumkan hubungan
lingkungan antar kawasan.
B. Teori
Transisi Kependudukan.
Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat
kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara
atau wilayah berkembang dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang
terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada tahun 1929 oleh ahli geografi
Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan tingkat kelahiran dan
kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian besar negara
maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran
yang rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses
transisi ini.
Beberapa pengecualian adalah negara-negara miskin (terutama di Afrika
sub-Sahara dan Timur Tengah) yang melarat dan terkena dampak kebijakan
pemerintah atau huru hara, terutama di Pakistan, Palestina, Yemen, dan
Afganistan.
Model transisi demografi dapat digunakan untuk memprediksi penurunan
tingkat kelahiran apabila suatu masyarakat menjadi semakin kaya; namun,
beberapa data yang baru dikumpulkan tampaknya membantah hal ini, karena tingkat
kelahiran dapat kembali meningkat setelah tingkat kemajuan tertentu telah
tercapai.Selain itu, dalam jangka panjang, transisi demografi akan dihentikan
oleh tekanan evolusi yang menghasilkan tingkat kelahiran dan kematian yang
lebih tinggi.
Teori transisi demografi merupakan sebuah teori yang didukung oleh banyak
ahli dalam ilmu sosial karena adanya korelasi historis yang kuat antara
penurunan tingkat kesuburan dengan kemajuan sosial dan ekonomi. Para ahli masih
memperdebatkan apakah industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi
mengakibatkan penurunan jumlah penduduk, atau apakah jumlah penduduk yang lebih
rendah mengarah ke industrialisasi dan pendapatan yang lebih tinggi. Para ahli
juga memperdebatkan sejauh mana faktor-faktor yang terkait mempengaruhi
transisi demografi ini, seperti pendapatan per kapita yang tinggi, tingkat
pendapatan perempuan yang tinggi, tingkat kematian yang rendah, jaminan usia
tua, dan bertambahnya permintaan sumber daya manusia.
1.
Tahap Peralihan keadaan demografis:
a.
Tingkat kelahiran dan kematian tinggi. Penduduk tetap atau naik sedikit.
anggaran kesehatan meningkat. Penemuan obat-obatan semakin maju. Angka
kelahiran tetap tinggi.
b.
Angka kematian menurun,tingkat kelahiran masih tinggi dan pertumbuhan
penduduk meningkat. Adanya Urbanisasi., usia kawin meningkat. , pelayanan KB
semakin Luas., pendidikan meningkat.
c.
Angka kematian terus menurun, angka kelahiran menurun - laju pertumbuhan
penduduk menurun.
d.
Kelahiran dan kematian pada tingkat rendah pertumbuhan penduduk kembali
seperti kategori I - mendekati nol. Keempat kategori ini akan didialami oleh
negara yang sedang melaksanakan pembangunan ekonomi.
Penerapan Transisi kependudukan Yang mencerminkan kenaikan taraf hidup
rakyat di suatu negara adalah besarnya tabungan dan akumulasi kapital dan laju
pertumbuhan penduduknya. Laju pertumbuhan yang sangat cepat di banyak negara
sedang berkembang nampaknya disebabkan oleh fase atau tahap transisi demografi
yang dialaminya. Negara-negara sedang berkembang mengalami fase transisi
demografi di mana angka kelahiran masih tinggi sementara angka kematian telah
menurun. Kedua hal ini disebabkan karena kemajuan pelayanan kesehatan yang
menurun angka kematian balita dan angka tahun harapan hidup. Ini terjadi pada
fase kedua dan ketiga dalam proses kependudukan. Umumnya ada empat tahap dalam
proses transisi, yaitu:
Tahap 1:
Masyarakat pra-industri, di mana angka kelahiran tinggi dan angka kematian
tinggi menghasilkan laju pertambahan penduduk rendah;
Tahap 2:
Tahap pembangunan awal, di mana kemajuan dan pelayanan kesehatan yang lebih
baik menghasilkan penurunan angka kelahiran tak terpengaruh karena jumlah
penduduk naik.
Tahap 3:
Tahap pembangunan lanjut, di mana terjadi penurunan angka kematian balita,
urbanisasi, dan kemajuan pendidikan mendorong banyak pasangan muda berumah
tangga menginginkan jumlah anak lebih sedikit hingga menurunkan angka
kelahiran. Pada tahap ini laju pertambahan penduduk mungkin masih tinggi tetapi
sudah mulai menurun;
Tahap 4:
Kemantapan dan stabil, di mana pasangan-pasangan berumah tangga melaksanakan
pembatasan kelahiran dan mereka cenderung bekerja di luar rumah. Banyaknya anak
cenderung hanya 2 atau 3 saja hingga angka pertambahan neto penduduk sangat
rendah atau bahkan mendekati nol 40
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Di antara masalah-masalah sosial dunia yang paling mendesak adalah masalah
pertumbuhan penduduk. Masalah ini merupakan tantangan bagi pemimpin dunia. Hal
tersebut menjadi sesuatu yang harus dipikirkan oleh setiap bangsa atau negara
karena kedamaian dan kemakmuran suatu negara tergantung pada jumlah dan mutu
penduduknya. Jika terlampau banyak manusia yang harus diberi makan, pakaian,
dan tempat berlindung, maka kesusahan, kemiskinan dan kekacauan sosial yang
mengikutinya tidak dapat dielakan. Sebaliknya, jika penduduknya terlampau
sedikit, maka tidak akan ada kekuatan untuk membangun suatu bangsa yang dapat
disegani bangsa-bangsa lain.
Transisi demografi adalah istilah yang mengacu kepada transisi dari tingkat
kelahiran dan kematian yang tinggi menjadi rendah karena ekonomi suatu negara
atau wilayah berkembang dari ekonomi pra-industrial menjadi ekonomi yang
terindustrialisasi. Teori ini diusulkan pada tahun 1929 oleh ahli geografi
Amerika Serikat Warren Thompson yang mengamati perubahan tingkat kelahiran dan
kematian masyarakat-masyarakat industri selama 200 tahun. Sebagian besar negara
maju telah melewati proses transisi demografi dan memiliki tingkat kelahiran
yang rendah, sementara sebagian besar negara berkembang masih mengalami proses
transisi ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Caldwell, John C.; Bruce K Caldwell; Pat Caldwell;
Peter F McDonald; Thomas Schindlmayr (2006). Demographic Transition Theory.
Dordrecht, The Netherlands: Springer. hlm. 239. ISBN 1-4020-4373-2.
Edmund Conway, 50 Gagasan Ekonomi yang Perlu Anda
Ketahui, Esensi Erlangga Group, Jakarta, 2015, hlm.15
Edmund Conway, Op.Cit, hlm.32
Felisa, Op.Cit, hlm.5
http://www.google./ur/jurnal/kependudukan/Felisa.ugm.ac.id
diakses pada Jum‟at 29 Juli 2016
Mark Skousen, Op.Cit, hlm.152
Mark Skousen, Sang Maestro Teori-Teori Ekonomi Modern,
Prenada Media, Jakarta, 2005, hlm. 90
Myrskylä, Mikko; Kohler, Hans-Peter; Billari,
Francesco C. (2009). "Advances in development reverse fertility
declines". Nature. 460 (7256): 741–3. Bibcode:2009Natur.460..741M.
doi:10.1038/nature08230. PMID 19661915.
Sadono Sukirno, Makro Ekonomi Teori Pengantar,PT Raja
Grafindo, Jakarta, 2013,
Warren Thompson. Encyclopedia of Population. 2.
Macmillan Reference. 2003. hlm. 939–40. ISBN 0-02-865677-6.
No comments:
Post a Comment