Thursday, 6 May 2021

MAKALAH SUJUD SYUKUR

 

MAKALAH

SUJUD SYUKUR

 

A.    Pengertian Sujud Syukur

            Sujud syukur adalah sujud yang dilakukan ketika menerima kabar gembira, mendapatkan nikmat, atau terhindar dari bencana. Ungkapan rasa syukur atas segala limpahan nikmat tersebut diwujudkan dalam bentuk sujud terima kasih atau sujud Syukur. Hukum sujud Syukur adalah sunah yang sangat dianjurkan.

            Firman Allah SWT:   

Artinya: Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".(Q.S. Ibrahim: 7)

 

B.     Ketentuan-ketentuan sujud

Cara Mensyukuri Nikmat

            Sebagai seorang Muslim, ketika kita terhindar dari bahaya atau bencana, atau mendapat kesenangan, disunahkan untuk melakukan sujud Syukur. Bersyukur ada kalanya dengan menggunakan anggota badan yaitu dengan melakukan sujud Syukur. Gerakan sujud Syukur sama dengan gerakan sujud ketika shalat. Bacaan yang dibaca ketika sujud Syukur yaitu:

سَجَدَ وَجْهِىَ لِلذىْ خَلَقَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَتِهِ فَتَبَا رَكَ اللَهُ أَحْسَنُ الْخَا لِقِيْنَ

Artinya: wajahku sujud kepada Zat yang telah menciptakannya, membentuknya, membelah (menjadikan dua) pendengarannya dan (membelah) penglihatannya dengan daya-Nya dan kekuatan-Nya. Mahamulia Allah dan pencipta yang paling baik.

hukum sujud syukur

            Sujud syukur hukumnya sunnah, sama halnya dengan sujud tilawah. Bedanya sujud syukur hanya dikerjakan diluar sholat.

Rukun Sujud Syukur

            Rukun dan bacaan sujud Syukur sama dengan sujud Tilawah. Bedanya, sujud Tilawah dapat dilakukan di dalam shalat, sedangkan sujud Syukur hanya dilakukan di luar shalat.[2]

a.       Niat

b.      Takbir

c.       Sujud satu kali

d.      Salam

e.       tertib

 

SUJUD TILAWAH

A.    Pengertian Sujud Tilawah

            Tilawah menurut bahasa artinya bacaan. Sedang menurut istilah, sujud tilawah ialah sujud karena membaca atau mendengar ayat-ayat sajdah. Pada shalat berjamaah apabila imam membaca ayat sajadah dan ia sujud, maka yang mendengar atau makmum sujud pula, tetapi apabila yang membacanya tidak sujud, yang mendengar tidak disunnahkan sujud pula.

Dari Abu Hurairah bahwa Nabi SAW. bersabda, “Apabila manusia membaca ayat sajadah, kemudian ia sujud, menghindarlah setan dan ia menangis seraya berkata, ‘Hai celaka! Anak Adam (manusia) disuruh sujud, lantas ia sujud maka baginya surga dan saya disuruh sujud juga, tetapi saya enggan (tidak mau), maka bagi saya neraka.” (HR Muslim)

 Dalam Al-Qur’an ada 15 ayat Sajdah.

 

B.     Ketentuan-ketentuan sujud

Hukum Sujud Tilawah

            Sujud tilawah hukumnya sunnah, baik dikerjakan sedang dalam shalat atau di luar shalat.

            Sujud tilawah dianjurkan oleh Rasuluoh SAW. Melakukannya apabila membaca atau mendengar orang membaca ayat-ayat sajadah, sebab setan akan menghindar dari padanya.

            Dalam hadits lain diriwayatkan, bahwa Rasulullah SAW. Pernah membaca Al-Qur’an di depan Ibnu Umar, ketika beliau membaca ayat sajadah beliau takbir lalu sujud dan Ibnu Umar pun sujud bersama beliau. Jadi orang yang membaca atau mendengar ayat-ayat sajadah di sunnahkan sujud.[3]

Rukun Sujud Tilawah di luar Shalat

a.       Niat

b.      Takbir

c.       Sujud satu kali

d.      Salam

e.       Tertib.

Tata cara sujud tilawah

a.       Di dalam shalat

      Apabila di saat shalat membaca ayat-ayat sajadah maka langsung bersujudtanpa melakukan rukuk maupun i’tidal dan selanjudnya kembali pada posisi semula.

b.      Di luar shalat

      Kita dapat langsung bersujud dengan posisi sebagaimana sujudnya kita dalam shalat.bacaan sujud tilawah

 

 سَجَدَ وَجْهِىَ لِلذىْ خَلَقَهُ وَشَقَ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ بِحَوْلِهِ وَقُوَتِهِ فَتَبَا رَكَ اللَهُ أَحْسَنُ الْخَا لِقِيْنَ

“ Aku sujud kepada Tuhan yang menciptakan diriku, Tuhan yang membukakan pendengaran dan penglihatan dengan daya dan kekuasaa-Nya.” (HR Tirmidzi)

Ayat-ayat sajadah.[4]

a.       Surah al-A’raf: 206

b.      Surah ar-Ra’d: 15

c.       Surah an-Nahl:49-50

d.      Surah al-Israa’:107-109

e.       Surah Maryam: 58

f.       Surah al-Hajj: 18 dan 77

g.      Surah al-Furqon: 60

h.      Surah an-Naml:25-26

i.         Surah as-Sajdah: 15

j.        Surah Shaad: 24

k.      Surah Fushilat: 37-38

l.        Surah an-Najm: 62

m.    Surah al-Insyiqaq: 21

n.      Surah al-Alaq: 19[5]

 

 

 

C.    Mempraktikkan sujud syukur dan  tilawah

        Praktik sujud syukur ialah sujud syukur dilakukan seketika, yaitu pada saat baru saja mendapatkan kenikmatan atau terhindar dari musibah, melaksanakan sujud syukur tidak harus suci dari hadats dan najis, sebab sujud syukur dilakukan di luar salat.

Cara melakukannya.

a.       Niat untuk sujud syukur

b.      Membaca Allahu akbar

c.        Sujud sambil membaca bacaan sujud

d.      Memberi salam

        Praktik sujud tilawah ialah apabila dalam shalat,  setelah ayatnya selesai dibaca, kemudian turun dan berdiri untuk sujud dan terus berdiri untuk menyempurnakan salat. Namun apabila di luar salat, ketika ayatnya selesai dibaca kemudian niat sujud tilawah dn bertakbir (seperti takbiratul ihram) dengan mengangkat kedua tangannya, lalu bersujud dengan membaca takbir. Apabila telah selesai membaca bacaannya, kemudian bangkit dari sujud dengan bertakbir dan terus duduk lalu salam.[6]

 

PUASA PADA UMUMNYA

Pengertian Puasa, Jenis, Syarat, Hikmah, Niat dan Imsyak

بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم

Shaum (Bahasa Arab: صوم, transliterasi: Sauwm) secara bahasa artinya menahan atau mencegah. Menurut syariat agama Islam artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim. Perintah puasa difirmankan oleh Allah pada Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 183.

يَـٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡڪُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِڪُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ

"Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Berpuasa (saum) merupakan salah satu dari lima Rukun Islam. Terdapat puasa wajib dan puasa sunnah, namun tata caranya tetap sama.

 

1. Jenis / Macam Puasa:

1. Puasa yang hukumnya wajib

1.Puasa Ramadhan

2.Puasa karena Nadzar

3.Puasa Kifarat atau denda

 

2. Puasa yang hukumnya sunah

1.Puasa 6 hari di bulan Syawal selain hari raya Idul Fitri.

2.Puasa Arafah pada tanggal 9 Dzulhijah bagi orang-orang yang tidak menunaikan ibadah haji.

3.Puasa Senin dan Kamis

4.Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)

5.Puasa 'Asyura (pada bulan muharram), dilakukan pada tanggal 10 (dalam riwayat dikatakan sehari sebelum dan sesudahnya).

6.Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul Bidh), tanggal 13, 14, dan 15

7.Puasa pada sebagian bulan Sya'ban

8.Puasa bulan Haram; yaitu bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

 

2. Syarat wajib puasa

Syarat wajib puasa adalah segala sesuatu yang menyebabkan seseorang diwajibkan melakukan puasa. Muslim yang belum memenuhi syarat wajib puasa maka dia belum dikenai kewajiban untuk mengerjakan puasa wajib. Tetapi tetap mendapatkan pahala apabila mau mengerjakan ibadah puasa. Syarat wajib puasa adalah sebagai beriktu:

    Beragama Islam

    Berakal sehat

    Baligh

    Suci dari haid dan nifas (khusus bagi kaum wanita)

    Bermukim (tidak sedang bepergian jauh)

    Mampu (tidak dalam keadaan sakit).

 

Apabila salah satu dari hal-hal di atas tidak ada pada seorang muslim, maka ia belum/tidak wajib mengerjakan puasa wajib.

 

3. Syarat Sahnya Puasa

Syarat sahnya puasa ada dua, yaitu:

(1) Dalam keadaan suci dari haidh dan nifas. Syarat ini adalah syarat terkena kewajiban puasa dan sekaligus syarat sahnya puasa.

(2) Berniat. Niat merupakan syarat sah puasa karena puasa adalah ibadah sedangkan ibadah tidaklah sah kecuali dengan niat sebagaimana ibadah yang lain. Dalil dari hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ

Sesungguhnya setiap amal itu tergantung dari niatnya.”

 

4. Tentang Niat

Perlu ketahui bahwasanya niat tersebut bukanlah diucapkan (dilafadzkan). Karena yang dimaksud niat adalah kehendak untuk melakukan sesuatu dan niat letaknya di hati  An Nawawi rahimahullah –ulama besar dalam Syafi’iyah- yang mengatakan,

لَا يَصِحُّ الصَّوْمَ إِلَّا بِالنِّيَّةِ وَمَحَلُّهَا القَلْبُ وَلَا يُشْتَرَطُ النُّطْقُ بِلاَ خِلَافٍ

Tidaklah sah puasa seseorang kecuali dengan niat. Letak niat adalah dalam hati, tidak disyaratkan untuk diucapkan. Masalah ini tidak terdapat perselisihan di antara para ulama.”[1].

Ulama Syafi’iyah lainnya, Asy Syarbini rahimahullah mengatakan,

وَمَحَلُّهَا الْقَلْبُ ، وَلَا تَكْفِي بِاللِّسَانِ قَطْعًا ، وَلَا يُشْتَرَطُ التَّلَفُّظُ بِهَا قَطْعًا كَمَا قَالَهُ فِي الرَّوْضَةِ

Niat letaknya dalam hati dan tidak perlu sama sekali dilafazhkan. Niat sama sekali tidakk disyaratkan untuk dilafazhkan.”[2], Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengatakan,

وَالنِّيَّةُ مَحَلُّهَا الْقَلْبُ بِاتِّفَاقِ الْعُلَمَاءِ ؛ فَإِنْ نَوَى بِقَلْبِهِ وَلَمْ يَتَكَلَّمْ بِلِسَانِهِ أَجْزَأَتْهُ النِّيَّةُ بِاتِّفَاقِهِمْ

Niat itu letaknya di hati berdasarkan kesepakatan ulama. Jika seseorang berniat di hatinya tanpa ia lafazhkan dengan lisannya, maka niatnya sudah dianggap sah berdasarkan kesepakatan para ulama.”

 

 

 

5. Tentang Imsak

Imsak; Kita sudah terlampau akrab dengan kata imsak, lebih-lebih ketika bulan Ramadhan. Banyak orang memahami Imsak sebagai waktu menjelang fajar (subuh) dimana seorang muslim yang akan berpuasa berhenti makan sahur. Padahal makna dari imsak tidaklah sesempit itu. Imsak yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan lain-lain dari mulai terbit fajar sampai terbenam matahari. Jadi, waktu dimulainya puasa bukanlah pada saat sirine atau pengumuman imsak disuarakan, tetapi dimulai ketika fajar (shubuh). Tentang kenapa diperlukan sirine dan jadwal waktu imsak itu supaya kita berhati-hati dan bersiap-siap karena sebentar lagi (sekitar 5 menit lagi) fajar akan tiba.

 

6. Hikmah puasa

Ibadah puasa Ramadhan yang diwajibkan Allah kepada setiap mukmin adalah ibadah yang ditujukan untuk menghamba kepada Allah seperti yang tertera dalam QS. Al- Baqarah/2: 183. Hikmah dari ibadah shaum itu sendiri adalah melatih manusia untuk sabar dalam menjalani hidup. Maksud dari sabar yang tertera dalam al-Quran adalah ‘gigih dan ulet’ seperti yang dimaksud dalam QS. Ali ‘Imran/3: 146. Di antara hikmah dan faedah puasa selain untuk menjadi orang yang bertakwa adalah sebagai berikut;

 

    Untuk pendidikan/latihan rohani

    Mendidik jiwa agar dapat menguasai diri

    Mendidik nafsu agar tidak senantiasa dimanjakan dan dituruti

    Mendidik jiwa untuk dapat memegang amanat dengan sebaik-baiknya

    Mendidik kesabaran dan ketabahan

    Untuk perbaikan pergaulan;Orang yang berpuasa akan merasakan segala kesusahan fakir miskin yang banyak menderita kelaparan dan kekurangan. Dengan demikian akan timbul rasa suka menolong kepada orang-orang yang menderita.

    Untuk kesehatan; Perlu diingat ibadah puasa Ramadhan akan membawa faedah bagi kesehatan rohani dan jasmani jika pelaksanaannya sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan, jika tidak maka hasilnya tidaklah seberapa, malah mungkin ibadah puasa kita sia-sia saja.

 

Allah berfirman dalam surat [Al-A'Raaf] ayat 31:

 يَـٰبَنِىٓ ءَادَمَ خُذُواْ زِينَتَكُمۡ عِندَ كُلِّ مَسۡجِدٍ۬ وَڪُلُواْ وَٱشۡرَبُواْ وَلَا تُسۡرِفُوٓاْ‌ۚ إِنَّهُ ۥ لَا يُحِبُّ ٱلۡمُسۡرِفِينَ

"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan"

Nabi S.A.W.juga bersabda:

نَحْنُ قَوْمٌ لاَ نَأْكُلُ حَتَّى نَجُوْعَ وَإِذَا أَكَلْنَا لاَ نَشْبَعُ

"Kita ini adalah kaum yang makan bila lapar, dan makan tidak kenyang."

Tubuh manusia memerlukan makanan yang bergizi. Jika manusia makan berlebih-lebihan sudah tentu akan membawa mudharat kepada kesehatan. Badan bisa menjadi gemuk, yang bisa mengakibatkan sakit jantung, darah tinggi, penyakit kencing manis, dan berbagai penyakit lainnya. Oleh itu makanlah secara sederhana, terutama ketika berbuka, mudah-mudahan Puasa akan membawa kesehatan bagi rohani dan jasmani kita.

Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                               

“Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

 

PUASA RAMADHAN

A.    Pengertian Puasa Ramadhan

Puasa dalam Bahasa Arab berasal dari kata soum atau siyam yang artinya sama dengan imsak yaitu menahan

Sedangkan menuru istilah syariat islam puasa adalah suatu amal ibadah yang dilakukan denggan  menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa mulai dari terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari disertai sengan niat karena Allah dengan syarat dan rukun tertentu,

Ramadhan berarti panas terik dari sengatan matahari/ membakar/ bulan yang membakar dosa.

Jadi puasa ramadhan adalah suatu amal ibadah puasa yang dilakukan dalam bulan ramadhan.

 

B.     Dalil Diwajibkanya Puasa

            Adapun dalil yang menunjukkan wajib puasa dibulan ramadhan yaitu:

Q.S. Al-Baqarah: 183

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa.”(Q.S. Al-baqarah;183)

C.    Bacaan Niat Puasa Ramadhan

Niat puasa Ramadhan untuk satu bulan(dibaca pada awal ramadhan):

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كِلِّهِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri ramadhaana kulihi lillaahi ta’aalaa

"Aku niat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala"

Niat puasa Ramadhan harian (dibaca setiap hari):

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ االشَّهْرِ رَمَضَانَ هَذِهِ السَّنَةِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu saumagadin an'adai fardi syahri ramadhana hadzihissanati lillahita'ala

"Aku niat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".

D.    Syarat Wajib & Syarat Sah Puasa

Syarat Wajib:

a)      Islam : Puasa hanya diwajibkan bagi orang yang beragama islam

b)      Baligh : (umur 15 tahun ke atas) atau tanda yang lain. Anak kecil tidak wajib puasa.

c)      Berakal : Orang gila tidak wajib berpuasa

d)     Mampu melaksanakan puasa : Orang yang tidak mampu samada kerana tua atau sakit tidak diwajibkan ke atas mereka berpuasa.

Syarat Sah:

a)      Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa.

b)      Mumayyiz (iaitu dapat membezakan yang baik dengan yang tidak baik).

c)      Suci dari haid (darah kotoran) dan nifas (darah setelah melahirkan anak). Orang yang kedatangan haid atau nifas tidak sah berpuasa tetapi keduanya wajib mengganti (membayar) puasa yang tertinggal itu secukupnya. (Qada': Ialah membayar kewajipan yang ditinggalkan sesudah waktunya, seperti orang yang meninggalkan puasa kerana haid, wajib ke atasnya menebus puasa yang ditinggalkan itu di dalam bulan lain. Kalau ketinggalan 3 hari, wajib ke atasnya qada' 3 hari juga)

E.     Rukun Puasa

Diantara rukun-rukun puasa yaitu:

a)      Niat di dalam hati , niat ini diwajibkan pada tiap-tiap malam,  kerana ibadat puasa pada tiap-tiap hari dalam bulan Ramadhan adalah perbuatan yang terpisah di antara hari dengan hari yang lain Sebagaimana Hadis Nabi SAW :

من لم يجمع الصوم قبل الفجر فلا صيام له

Artinya :”Barang siapa yang tidak berniat puasa sebelum fajar maka tiada puasa baginya”(Diriwayatkan oleh Ahmad dan Asbus Sunan).

 

b)      Menahan diri daripada makan dan minum atau menahan dari segala sesuatu yang membatalkan puasa dari keluarnya fajar hingga tenggelamnya matahari.

F.     Orang yang Boleh Tidak Berpuasa

Orang-orang berikut ini boleh tidak berpuasa tapi harus melakukan kafarat/denda.

a)      Orang sakit

b)      Orang dalam perjalanan(Musyafir)

sebagaimana firman Allah:

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Artinya: “Barang siapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka hendaklah dia berpuasa di hari lain. Allah menghendaki keringanan bagi kamu, dan Dia tidak menghendaki kesukaran ke atas kamu.”(Q.S. Al-Baqarah, Ayat: 185)

c)      Wanita haid dan nifas

d)     Wanita yang sedang hamil & menyusui, karena dikhawatirkan menganggu kesehatan dirinya dan anaknya.

e)      Orang yang lanjut usia

G.   Denda/ Kafarat Puasa

Denda atau kafarat puasa adalah perbuatan yang harus dilakukan sebagai ganti dari puasa yang ditinggalkan dengan berdasarkan ketentuan Allah SWT. Jika seseorang tidak melakukan puasa ramadhan dengan alasan atau sebab tertentu yang dibolehkan syara’ maka berlaku ketentua denda/ kafarat sbb:

1)      Wajib mengkhodo’ pada hari lain sesuai dengan jumlah hari yng ditinggalkan:

a)      Orang sakit yang masih bisa sembuh

b)      Orang yang sedang dalam perjalanan (Musyafir)

Sebagaimana firman Allah:

وَمَنْ كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِنْ أَيَّامٍ أُخَرَ يُرِيدُ اللَّهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلاَ يُرِيدُ بِكُمُ الْعُسْرَ

Artinya: “Barang siapa yang sakit atau sedang dalam perjalanan, maka hendaklah dia berpuasa di hari lain. Allah menghendaki keringanan bagi kamu, dan Dia tidak menghendaki kesukaran ke atas kamu.”(Q.S. Al-Baqarah, Ayat: 185)

c)      Wanita yang sedang hamil & menyusui, jika mengkhawatirkan membahayakan diri sendiri dan anaknya maka wajib mengkhodo’, tapi jika hanya mengkhawatirkan anaknya saja maka wajib baginya mengkhodo’ dan membayar fidyah

2)      Wajib membayar fidyah yaitu memberi makan(makanan pokok) fakir miskin pada tiap hari yang ditinggalkan sebesar 1 mud (6 ons).

a)      Orang sakit yang tidak ada harapan untuk sembuh

b)      Orang tua yang tidak mampu berpuasa.

Sebagaimana firman Allah:

وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ

Artinya:” Dan atas orang yang mampu tetapi amat payah menunaikannya (kerana tua, lemah atau sebagainya) hendaklah dia membayar fidyah, (iaitu) memberi makan orang miskin”

H.    Sunah-Sunah Puasa

Diantara Sunah-Sunahnya Puasa Yaitu:

a)      Makan Sahur, Rasulullah bersabda:

تَسَحَّرُوا فَاِ نَّ فِى السُّحُورِ بَرَكَةً

Artinya:”Hendaklah kalian makan sahur karena didalam sahur itu terdapat keberkahan”(Mutafaqun Alaih)

b)      Mengakhiri sahur, Rasulullah Bersabda:

إن تأخير السحور من سنن المرسلين

Artinya:” Sesungguhnya melewatkan bersahur itu adalah sunnah Para Rasul”(Diriwayatkan oleh Ibn. Hibban)

c)      Menyegerakan berbuka, Rasulullah Bersabda:

لا يزال الناس بخير ما عجلوا الفطر

Artinya:” Manusia akan tetap berkeadaan baik selagi mereka menyegerakan berbuka”(Diriwayatkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

d)     Meninggalkan perkataan yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat, menfitnah dan sebagainya, Rasulullah Bersabda:

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Artinya:”Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya maka Allah tidak mempunyai hajat padanya dalam dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya sia-sia).”(H.R. Bukhari)

e)      Berbuka dengan kurma atau yang manis-manis atau dengan air sebelum makan yang lain

f)       Memberi makan orang lain untuk berbuka

g)      Berdoa ketika berbuka, Doa itu antara lain:

اّلَّلهُمَ لَكَ صُمْتُ وَبِكَ اَمَنْتُ وَعَلي رِزْقِكَ اَفْطَرْتُ

Artinya;” Wahai Tuhanku, karena-Mulah aku berpuasa dan dengan rizki-mulah aku berbuka”

I.       Makruh Puasa

Beberapa hal yang dimakruhkan pada saat puasa yaitu:

a)      Berkata  yang tidak baik, seperti berbohong, mengumpat, menfitnah dan sebagainya, Rasulullah Bersabda:

من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

Artinya:”Barang siapa yang tidak meninggalkan kata-kata dusta dan beramal dengannya maka Allah tidak mempunyai hajat padanya dalam dia meninggalkan makanan dan minumannya (puasanya sia-sia).”(H.R. Bukhari)

b)      Sengaja melambatkan berbuka meskipun sudah masuk waktu maghrib

c)      Berbekam, kecuali kalau terpaksa

d)     Bersiwak, sikat gigi dan berkumur secara berlebihan pada saat matahari sudah tergelincir ke barat(waktu Dhuhur), kecuali terpaksa

e)      Sebagaian ulama’ berpandapat bahwa: suntik cacar termasuk makruh, jika tidak ada keperluan mendesak.

J.      Hal-hal yang Membatalkan Puasa

a)      Murtad(keluar dari agama islam)

b)      Muntah dengan sengaja

c)      Makan dan minum dengan sengaja termasuk juga merokok

d)     Haid, Nifas, Wiladah

e)      Gila, Mabuk, Pingsan

f)       Jimak pada saat puasa, Sebagaimana Hadis Rasulullah SAW :

Seorang lelaki datang kepada Rasulullah S.A.W, Dan berkata: “Celaka aku, wahai Rasulullah.” Nabi S.A.W berkata: “Apakah yang mencelakakan engkau?.” lelaki itu menjawab:” Aku telah bersetubuh dengan isteriku pada waktu siang di bulan Ramadan.”  Rasulullah S.A.W berkata: “Sanggupkah engkau memerdekakan hamba?”. lelaki itu menjawab: “Tidak sanggup.” Rasulullah S.A.W berkata: “Hendaklah engkau berpuasa dua bulan berturut-turut?.” lelaki itu menjawab: “Tidak mampu.” Rasulullah S.A.W berkata: “Adakah engkau mempunyai makanan untuk diberikan kepada enam puluh orang miskin?.” lelaki itu menjawab:” Tidak.” Kemudian lelaki itu duduk, sekejap lepas itu datang seseorang kepada Nabi s.a.w dengan memberi satu bakul besar berisi tamar. Lalu Rasulullah S.A.W bersabda: “Sedekahkanlah kurma ini.” Kata lelaki itu: "Kepada siapakah?. Kepada yang lebih miskin daripada aku? Demi Allah tidak ada penduduk kampung ini yang lebih berhajat kepada makanan selain dari kami seisi rumah.” Nabi S.A.W tertawa sehingga terlihat gigi taringnya dan berkata:” Pulanglah, berikanlah kurma itu kepada ahli rumahmu.”(Hadis Riwayat Imam Al-Bukhari dan Muslim)

g)      Keluar Mani dengan sengaja, yaitu Dengan cara yang pada adatnya bisa membuat mani keluar. Atau dengan sengaja memandang, atau berfikir-fikir, cium, sentuh dan sebagainya sehingga keluar maninya.

Akan tetapi sekiranya keluar kerana bermimpi maka tidak membatalkan puasa.

K.    Hikmah-hikmah berpuasa

Berpuasa disamping dapat menambah takewa pada Allah, juga mengandung beberapa hikmah diantaranya sbb:

a)      Akan timbul rasa hibah terhadap fakir miskin yang sering kali tidak makan sehingga timbul keinginan untuk menolong.

b)      Dapat mendidik diri untuk bersabar dalam menghadapai cobaan dan penderitaan. Sebab orang yang berpuasa itu harus mampu menahan penderitaan lapar dan haus, sehingga akan terlatih kesabaran hatinya.

c)      Dapat mendidik diri untuk bersifat amanah dan percaya diri. Karena orang yang berpuasa dengan menahan lapar dan haus tidak ada orang yang tahu kecuali hanya Allah, sehingga akan terlatih sifat amanah dan percaya dirinya.

d)     Dapat mendidik untuk tidak berbuat dusta dan berkata keji

e)      Dapat memelihara kesehatan tubuh.

 

PUASA NAZAR DAN PUASA SUNAH

Puasa Nazar

Pengertian puasa nazar adalah merupakan puasa wajib yang dikarenakan suatu aturan agama. Aturan agama yang seperti apakah? Nazar adalah merupakan suatu janji dari seseorang yang akan melakukan suatu kebajikan atau kebaikan dengan niatan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt baik dengan syarat tertentu ataupun tidak dengan syarat apapun. Dalam Islam, suatu kebajikan atau kebaikan yang asal mulanya tidak wajib dikerjakan namun menjadi wajib dikerjakan apabila dinazarkan.

Suatu contoh kebaikan yang dinazarkan dengan syarat adalah misalnya seseorang mempunyai nazar akan berpuasa selama 2 hari apabila lulus dari ujian masuk perguruan tinggi negeri dan diterima sebagai mahasiswa baru pada salah satu perguruan tinggi negeri.

Suatu contoh kebaikan atau kebajikan yang dinazarkan tanpa adanya syarat atau nazar tidak bersyarat adalah misalnya seseorang mengucapkan: Demi Allah swt. saya akan berpuasa selama 2 hari dalam satu minggu ini. sehingga puasa yang dikerjakan oleh seseorang tersebut adalah puasa nazar tanpa syarat dengan maksud ingin mendekatkan diri kepada Allah swt.

 

Apa hukum mengerjakan puasa nazar dalam Islam?

Nazar adalah merupakan janji dari seseorang kepada Allah swt. oleh sebab itu, segala sesuatu perbuatan yang hukumnya tidak wajib, setelah dinazarkan maka hukumnya menjadi wajib untuk dilaksanakan. Sehingga puasa nazar setelah dijanjikan maka hukumnya adalah menjadi wajib.

Hal ini berdasarkan dalil firman Allah swt. dalam al-Qur’an yang berbunyi:

يُوفُونَ بِٱلنَّذۡرِ وَيَخَافُونَ يَوۡمٗا كَانَ شَرُّهُۥ مُسۡتَطِيرٗا

 

Artinya: Mereka menunaikan nazar dan takut akan suatu hari yang azabnya merata di mana-mana.

Juga Dalil hadits dari sabda Nabi saw. yang menerangkan bahwa puasa nazar hukumnya wajib :

مَنْ نَذَر اَنْ يُطِيْعَ اللهِ فَلْيُطِعْهُ.رواه البخارى

Artinya: siapa yang bernazar akan menaati Allah, hendaknya dia menepati janjinya. (HR. Bukhari).

Apa dendanya apabila seseorang tidak mengerjakan puasa nazar yang terlah dijanjikan?

Dalam Islam denda dikenal dengan istilah kafarat. Mengenai kafarat atau denda bagi seseorang yang tidak melaksanakan nazarnya, Allah swt. berfirman dalam Al-Qur’an yang berbunyi:

لَا يُؤَاخِذُكُمُ ٱللَّهُ بِٱللَّغۡوِ فِيٓ أَيۡمَٰنِكُمۡ وَلَٰكِن يُؤَاخِذُكُم بِمَا عَقَّدتُّمُ ٱلۡأَيۡمَٰنَۖ فَكَفَّٰرَتُهُۥٓ إِطۡعَامُ عَشَرَةِ مَسَٰكِينَ مِنۡ أَوۡسَطِ مَا تُطۡعِمُونَ أَهۡلِيكُمۡ أَوۡ كِسۡوَتُهُمۡ أَوۡ تَحۡرِيرُ رَقَبَةٖۖ فَمَن لَّمۡ يَجِدۡ فَصِيَامُ ثَلَٰثَةِ أَيَّامٖۚ ذَٰلِكَ كَفَّٰرَةُ أَيۡمَٰنِكُمۡ إِذَا حَلَفۡتُمۡۚ وَٱحۡفَظُوٓاْ أَيۡمَٰنَكُمۡۚ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ ٱللَّهُ لَكُمۡ ءَايَٰتِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ

Artinya: Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah), tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-sumpah yang kamu sengaja, maka kafarat (melanggar) sumpah itu, ialah memberi makan sepuluh orang miskin, yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau memerdekakan seorang budak. Barang siapa tidak sanggup melakukan yang demikian, maka kafaratnya puasa selama tiga hari. Yang demikian itu adalah kafarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langgar). Dan jagalah sumpahmu. Demikianlah Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar kamu bersyukur (kepada-Nya). (QS. AL-Maidah : 89).

Dari dalil firman Allah swt. di atas, maka seseorang yang tidak melaksanakan nazar (janji)nya. Misalnya puasa nazar, maka seseorang tersebut harus membayar denda atau kafarat dengan memilih salah satu denda di bawah ini:

http://islamiwiki.blogspot.com/

http://islamiwiki.blogspot.com/

    Memerdekakan budah atau hamba sahaya.

    Memberi makan kepada 10 orang miskin.

    Memberi pakaian orang miskin

Seseorang yang bernazar terhadap hal-hal yang buruk dan dilarang oleh agama, maka mereka harus tetap membayar denda atau kafarat yang ditetapkan oleh Allah swt. dan seseorang ini tidak boleh melaksanakan nazar keburukan tersebut serta berdosa apabila melaksanakan nazarnya.

Apa saja sebab seseorang wajib melaksanakan puasa nazar?

Sebab seseorang wajib melaksanakan puasa nazar adalah dikarenakan seseorang telah berjanji atau nazar untuk mengerjakan puasa baik dengan syarat atau tanpa syarat seperti yang telah dijelaskan di atas. Syarat yang lain adalah seseorang tersebut telah memenuhi syarat-syarat untuk berpuasa.

Kesimpulannya adalah apabila seseorang bernazar atau berjanji ingin mengerjakan hal kebaikan maka hukumnya adalah wajib untuk melaksanakan nazar tersebut. Misalnya berjanji melaksanakan puasa, maka seseorang yang telah berjanji ini wajib melaksanakan puasa nazar baik dengan syarat atau tanpa syarat. Apabila seseorang ini tidak melaksanakan puasa nazar, maka dia wajib membayar denda atau kafarat nazar sebagaimana yang telah ditentukan oleh Allah swt. Nazar dalam hal keburukan tidak diperbolehkan dalam Islam dan hukumnya adalah dosa apabila melaksanakannya dan seseorang yang bernazar keburukan ini juga wajib membayar denda atau kafarat nazar.

 

Puasa Sunnah

Puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib. Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang terdepan (as saabiqun al muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,

وَمَا يَزَالُ عَبْدِى يَتَقَرَّبُ إِلَىَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِى يَسْمَعُ بِهِ ، وَبَصَرَهُ الَّذِى يُبْصِرُ بِهِ ، وَيَدَهُ الَّتِى يَبْطُشُ بِهَا وَرِجْلَهُ الَّتِى يَمْشِى  بِهَا ، وَإِنْ سَأَلَنِى لأُعْطِيَنَّهُ ، وَلَئِنِ اسْتَعَاذَنِى لأُعِيذَنَّهُ

“Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya”[1].

 

Pahala dan Keutamaan Berpuasa

Puasa merupakan salah satu amalan yang dicintai oleh Allah Subhanahu wa ta’ala yang mana Allah menjanjikan keutamaan dan manfaat yang besar bagi yang mengamalkannya,

Dari Abu Hurairah r.a. bahwasanya Rasulullah saw. bersabda:

قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلّ: كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إلا الصِيَامَ. فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ. وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ. فَإِذَا كَانَ يَوْمُ صَوْمِ أَحَدِكُمْ فَلا يَرْفُثْ وَلا يَصْخَبْ وَلا يَجْهَلْ. فَإِنْ شَاتَمَهُ أَحَدٌ أَوْ قَاتَلَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ – مَرَّتَيْنِ –  وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ. لَخَلُوْفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ يَوْمَ القِيَامَةِ مِنْ رِيْحِ المِسْك. وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ يَفْرَحُهُمَا: إِذَا أَفْطَرَ فَرِحَ بِفِطْرِهِ. وَإِذَا لَقِيَ رَبَّهُ فَرِحَ بِصَوْمِهِ

“Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Setiap amal anak Adam adalah untuknya kecuali puasa, sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya, puasa adalah perisai, maka apabila salah seorang dari kalian berpuasa maka janganlah ia berkata-kata keji, dan janganlah berteriak-teriak, dan janganlah berperilaku dengan perilakunya orang-orang jahil, apabila seseorang mencelanya atau menzaliminya maka hendaknya ia mengatakan: Sesungguhnya saya sedang berpuasa (dua kali), demi Yang diri Muhammad ada di tangan-Nya, sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih wangi di sisi Allah pada hari kiamat dari wangi kesturi, dan bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan yang ia berbahagia dengan keduanya, yakni ketika ia berbuka ia berbahagia dengan buka puasanya dan ketika berjumpa dengan Rabbnya ia berbahagia dengan puasanya.” (HR Bukhari, Muslim dan yang lainnya).

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

لا يَصُوْمُ عَبْدٌ يَوْمًا فِي سَبِيْلِ الله. إلا بَاعَدَ اللهُ، بِذَلِكَ اليَوْمِ، وَجْهَهُ عَنِ النَارِ سَبْعِيْنَ خَرِيْفاً

“Tidaklah seorang hamba berpuasa satu hari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya dari api neraka (dengan puasa itu) sejauh 70 tahun jarak perjalanan.” (HR. Bukhari Muslim dan yang lainnya).

Sebagaimana jenis ibadah lainnya maka puasa haruslah didasari niat yang benar yakni beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala semata-mata serta dilaksanakan sesuai dengan tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

Secara Syar’i makna puasa adalah “menahan diri dari makan, minum dan jima’ serta segala sesuatu yang membatalkannya dari terbit fajar hingga terbenamnya matahari dengan niat beribadah kepada Allah subhanahu wa ta’ala” ,

Maka jika seseorang menahan diri dari makan dan minum tidak sebagaimana pengertian di atas atau menyelisihi dari apa yang menjadi tuntunan Rasulullah saw. maka tentu saja ini merupakan hal yang menyimpang dari syariat, termasuk perbuatan yang sia-sia dan bahkan bisa jadi mendatangkan kemurkaan Allah subhanahu wa ta’ala,

Penyimpangan yang bisa terjadi dalam berpuasa diantaranya:

1. Berpuasa tidak dalam rangka beribadah kepada Allah.

Semisal seseorang yang berpuasa karena hendak mendapatkan bantuan dari jin/syaitan berupa sihir atau yang lainnya, atau bernadzar puasa kepada selain Allah,  maka perbuatan ini termasuk kesyirikan yang besar karena memalingkan ibadah kepada selain Allah subhanahu wa ta’ala. Adapun seseorang yang berpuasa semata-mata karena alasan kesehatan, walaupun hal ini boleh-boleh saja akan tetapi ia keluar dari pengertian puasa yang syar’i sehingga tidaklah ia termasuk orang yang mendapatkan keutamaan puasa sebagaimana yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Menyelisihi tata cara Nabi shallallahu’alaihi wa sallam, diantaranya:

Mengkhususkan tata cara tertentu yang tidak dituntunkan oleh Nabi saw., semisal puasa mutih (menyengaja menghindari makan daging atau yang lainnya), puasa sehari semalam tanpa tidur atau tanpa berbicara dengan menganggap hal ini memiliki keutamaan dan yang lainnya.

Mengkhususkan waktu tertentu yang tidak dikhususkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam semisal mengkhususkan puasa pada hari  atau bulan tertentu tanpa dalil dari al-Qur’an dan sunnah, ataupun mengkhususkan jumlah hari yang tidak dikhususkan dalam syariat.

Maka seyogyanya kaum muslimin menahan diri dari beribadah tanda dasar ilmu atau tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebuah hadits dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلاً لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

“Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak ada tuntunannya dari kami maka tertolak.” (HR. Muslim).

Maka berikut ini adalah beberapa jenis puasa yang dianjurkan di dalam Islam di luar puasa yang wajib (Puasa Ramadhan) berdasarkan dalil-dalil yang syar’i, semoga kita diberi kemudahan untuk mengamalkannya berdasarkan ilmu dan terhindar dari perkara-perkara yang menyelisihi syariat Allah subhanahu wa ta’ala sehingga kita dapat memperoleh berbagai keutamaan dari apa-apa yang dijanjikan Allah subhanahu wa ta’ala.

 

2. Macam-macam Puasa Sunnah

Pembaca dapat mengetahui rincian dari aneka puasa sunnah dengan mengklik link di bawah  ini:

 

    Puasa Enam hari pada Bulan Syawal

    Puasa Arafah

    Puasa Senin – Kamis

    Puasa Asyura

    Puasa Daud (sehari puasa, sehari tidak)

    Puasa 3 hari pada pertengahan bulan (menurut kalender islam)(Yaumul Bidh), tanggal 13, 14, dan 15

    Puasa pada sebagian bulan Sya'ban

    Puasa bulan Haram; yaitu bulan Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab.

 

3. Ketentuan dalam Melakukan Puasa Sunnah

1. Boleh berniat puasa sunnah setelah terbit fajar jika belum makan, minum dan selama tidak melakukan hal-hal yang membatalkan puasa. Berbeda dengan puasa wajib maka niatnya harus dilakukan sebelum fajar. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata,

دَخَلَ عَلَىَّ النَّبِىُّ -صلى الله عليه وسلم- ذَاتَ يَوْمٍ فَقَالَ « هَلْ عِنْدَكُمْ شَىْءٌ ». فَقُلْنَا لاَ. قَالَ « فَإِنِّى إِذًا صَائِمٌ ». ثُمَّ أَتَانَا يَوْمًا آخَرَ فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ أُهْدِىَ لَنَا حَيْسٌ. فَقَالَ « أَرِينِيهِ فَلَقَدْ أَصْبَحْتُ صَائِمًا ». فَأَكَلَ.

“Pada suatu hari, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menemuiku dan bertanya, "Apakah kamu mempunyai makanan?" Kami menjawab, "Tidak ada." Beliau berkata, "Kalau begitu, saya akan berpuasa." Kemudian beliau datang lagi pada hari yang lain dan kami berkata, "Wahai Rasulullah, kita telah diberi hadiah berupa Hais (makanan yang terbuat dari kura, samin dan keju)." Maka beliau pun berkata, "Bawalah kemari, sesungguhnya dari tadi pagi tadi aku berpuasa." [2]. An Nawawi memberi judul dalam Shahih Muslim, “Bab: Bolehnya melakukan puasa sunnah dengan niat di siang hari sebelum waktu zawal (bergesernya matahari ke barat) dan bolehnya membatalkan puasa sunnah meskipun tanpa udzur. ”

2. Boleh menyempurnakan atau membatalkan puasa sunnah. Dalilnya adalah hadits ‘Aisyah diatas. Puasa sunnah merupakan pilihan bagi seseorang ketika ia ingin memulainya, begitu pula ketika ia ingin meneruskan puasanya. Inilah pendapat dari sekelompok sahabat, pendapat Imam Ahmad, Ishaq, dan selainnya. Akan tetapi mereka semua, termasuk juga Imam Asy Syafi’i bersepakat bahwa disunnahkan untuk tetap menyempurnakan puasa tersebut.

3. Ijin suami. Seorang istri tidak boleh berpuasa sunnah sedangkan suaminya bersamanya kecuali dengan seizin suaminya. Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لاَ تَصُومُ الْمَرْأَةُ وَبَعْلُهَا شَاهِدٌ إِلاَّ بِإِذْنِهِ

“Janganlah seorang wanita berpuasa sedangkan suaminya ada kecuali dengan seizinnya.” [3].

An-Nawawi rahimahullah menjelaskan, “Yang dimaksudkan dalam hadits tersebut adalah puasa sunnah yang tidak terikat dengan waktu tertentu. Larangan yang dimaksudkan dalam hadits di atas adalah larangan haram, sebagaimana ditegaskan oleh para ulama Syafi’iyah. Sebab pengharaman tersebut karena suami memiliki hak untuk bersenang-senang dengan istrinya setiap harinya. Hak suami ini wajib ditunaikan dengan segera oleh istri. Dan tidak bisa hak tersebut terhalang dipenuhi gara-gara si istri melakukan puasa sunnah atau puasa wajib yang sebenarnya bisa diakhirkan.” Beliau rahimahullah menjelaskan pula, “Adapun jika si suami bersafar, maka si istri boleh berpuasa. Karena ketika suami tidak ada di sisi istri, ia tidak mungkin bisa bersenang-senang dengannya.”

Sebarkan !!! insyaallah bermanfaat.

                      ﺳُﺒْﺤَﺎﻧَﻚَ ﺍﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻭَﺑِﺤَﻤْﺪِﻙَ ﺃَﺷْﻬَﺪُ ﺃَﻥْ ﻻَ ﺇِﻟﻪَ ﺇِﻻَّ ﺃَﻧْﺖَ ﺃَﺳْﺘَﻐْﻔِﺮُﻙَ ﻭَﺃَﺗُﻮْﺏُ ﺇِﻟَﻴْﻚ                               “Maha suci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Engkau. Aku mohon ampun dan bertaubat kepada-Mu.”

 

ZAKAT FITRAH

1.      Pengertian Zakat Fitrah

Pengertian zakat terbagi atas dua yaitu pengertian zakat menurut bahasa dan pengertian zakat menurut istilah. Pengertian zakat menurut bahasa adalah membersihkan diri atau mensucikan diri. Sedangkan pengertian zakat menurut istilah adalah ukuran harta tertentu yang wajib dikeluarkan kepada orang yang membutuhkan atau yang berhak menerima dengan beberapa syarat sesuai dengan syariat islam.

2. Hukum Membayar Zakat Fitrah

Zakat Fitrah (Pengertia, Hukum, Syarat, Rukun & Ketentuan)

Membayar zakat fitrah atau zakat fitri adalah hukumnya wajib ain yang artinya wajib bagi umat muslim laki-laki, perempuan, tua atau muda.

3. Dalil Mengenai Zakat Fitrah

Sebagaimana firman Allah SWT :

    Zakat Fitrah (Pengertia, Hukum, Syarat, Rukun & Ketentuan)

Artinya : "Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku". (QS: Al-Baqarah 2: 43).

Zakat Fitrah (Pengertia, Hukum, Syarat, Rukun & Ketentuan)

Artinya : "Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat . Dan kebaikan apa saja kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Allah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan". (QS: Al-Baqarah 2:110).

Dari Ibnu Abbas radhiallau anhu berkata :

Zakat Fitrah (Pengertia, Hukum, Syarat, Rukun & Ketentuan)

Artinya : "Rasullah Shallallahu 'alaihi wa  sallam mewajibkan zakat fitrah sebagai penyuci bagi orang yang berpuasa dari perbuatan yang sia-sia dan kata-kata kotor serta sebagai pemberian makanan untuk orang-orang miskin".

Dari Ibnu Umar radhiallahu anhuma berkata :

Zakat Fitrah (Pengertia, Hukum, Syarat, Rukun & Ketentuan)

Advertisement

Artinya : "Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam menfardukan zakat fitrah satu sha' kurma atau satu sha' gandum atas budak sahaya orang merdeka laki-laki wanita kecil dan besar dari kaum muslimin. Dan nabi memerintahkan untuk ditunaikan sebelum keluar orang-orang menuju shalat".

4. Syarat-Syarat Wajib Membayar Zakat Fitrah

    Orang Islam. sedangkan bagi orang yang bukan islam tidak diwajibkan

    Membayar zakat fitrah dilaksanakan setelah terbenamnya matahari dari bulan ramadhan sampai akhir bulan ramadan.

    Memiliki harta yang berlebih dengan ketentuan kelebihan harta untuk dirinya sendiri dan untuk keluarganya. Sedangkan bagi yang kekurangan tidak diwajibkan untuk membayar zakat fitrah.

5. Rukun-Rukun Zakat Fitrah

    Niat untuk menunaikan zakat fitrah dengan ikhlas semata-mata karena Allah SWT

    Terdapat pemberi zakat fitrah atau musakki

    Terdapat penerima zakat fitrah atau mustahik

    Terdapat makanan pokok yang dizakatkan

    Besar zakat fitrah yang dikeluarkan sesuai agama islam

 

6. Waktu Pembayaran Zakat Fitrah

Terdapat beberapa waktu yang diperbolehkan dalam membayar zakat fitrah baik itu yang wajib, sunnah, makruh, dan haram antara lain sebagai berikut...

    Wajib yang diperbolehkan yaitu dari bulan ramadhan sampai terakhir bulan Ramadhan

    Waktu yang wajib adalah pada saat terbenamnya matahari pada penghambisan bulan Ramadhan (malam takbiran)

    Waktu Sunnah, yaitu dibayarkan sesudah shalat subuh, sebelum pergi shalat ied

    Waktu makruh, yaitu membayar zakat fitrah sesudah shalat ied, tetapi belum terbenam matahari pada hari raya idul fitri.

    Waktu Haram, yaitu membayar zakat fitrah setelah terbenam matahari pada hari raya idul fitri

 

 

7. Ukuran Membayar/Pembayaran Zakat Fitrah

Benda yang digunakan zakat fitrah adalah makanan pokok menurut tiap-tiap daerah seperti beras, gandum, kurma untuk setiap orang yang membutuhkan atau fakir miskin yang jumlah pembayaran zakat fitrah adalah 3,2 liter atau 2,5 kg beras.

8. Akibat Tidak Mengeluarkan/Membayar Zakat Fitrah

Bagi orang yang bercukupun lantas tidak membayar zakat fitrah atau fitri akan menerima berbagia akibat antara lain sebagai berikut...

    Berdosa karena zakat fitrah wajib dilakukan bagi orang yang bercukupan

    Puasa yang dikerjakan kurang sempurna

    Menjadi orang yang kupur nikmat

    Seperti memakan hak orang lain

    Terbentuk sifat kikir (bakhil) dan egois.

    Rezeki akan sempit

 

9. Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Melaksanakan Zakat Fitrah

    Orang yang wajib dibayarkan zakat fitrahnya adalah seluruh dari anggota keluarga dan orang yang ditanggungnya

    Bayi yang lahir sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib dizakati. Termasuk wanita yang dinikahi sebelum waktu magrib tanggal 1 syawal wajib dizakati oleh suaminya.

    Orang yang berkewajiban mengeluarkan zakat fitrah untuk diri dan keluarganya adalah mereka yang punya kelebihan makanan di hari idul fitri.

    waktu pengeluaran adalah malam hari sampai dengan menjelang pelaksanaan shalat idul fitri

    Zakat fitrah berupa makan pokok masyarakat setempat

 

ZAKAT MAL

Pengertian Zakat Mal

Pengertian zakat mal adalah zakat harta. Sebuah upaya untuk men-suci-kan harta benda yang dimiliki oleh seseorang. Zakat mal ini juga mengajarkan manusia untuk melakukan amal sosial-kemanusiaan.

 

Zakat mal ini juga ada autran tersendiri, yaitu ketika harta seserorang telah memenuhi ketentuan nishob dan sudah mencapai satu tahun

Hukum Mengeluarkan Zakat Mal

Mengeluarkan zakat mal ini hukumnya adalah fardhu ‘ain. Artinya, bagi setiap muslim yang telah mampu dan telah mencapai nishabnya maka hukumnya wajib untuk mengeluarkan zakat mal ini.

 

Adapun orang yang meninggalkan kewajiban zakat ini, maka orang tersebut masuk kategori orang yang berbuat dosa. Hal ini seperti yang telah diterangkan dalam al-Qur’an surat al-Maidah ayat 103: sebagai berikut

 

 خُذۡ مِنۡ أَمۡوَٰلِهِمۡ صَدَقَةٗ تُطَهِّرُهُمۡ وَتُزَكِّيهِم بِهَا وَصَلِّ عَلَيۡهِمۡۖ …….. ١٠٣

 

Artinya:

“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. …..”

 

Dari ayat di atas, dapat dipahami bahwa zakat memang perintah Allah SWT. yang memang harus ditunaikan oleh setiap muslim yang telah memenuhi syaratnya.

 

Rukun dari zakat mal ini tidaklah berbeda dengan zakat fitrah, yaitu niat, orang yang memberikan zakat (muzakkii), orang yang menerima zakat (mustahiq), serta barang yang dizakatkan.

Orang yang wajib menerima zakat adalah:

 

1.     Orang fakir, orang yang memang tidak mempunyai apa-apa, baik harta, pekerjaan dan pendapat yang tidak mencukupi kebutuhan satu hari

2.     Orang miskin, orang yang sudah mempunyai pekerjaan tetap dan mempunyai pendapatan, tetapi hanya cukup untuk satu atau beberapa hari

3.     Orang muallaf (orang yang baru masuk islam dan membutuhkan bimbingan)

4.     Amil (orang yang mengurus dan membagikan zakat kepada yang berhak menerima)

5.     Orang yang mempunyai hutang, sedangkan harta yang dimilikinya di luar hutang belum mencukupi satu nishob

6.     Orang yang berjuang di jalan Allah dalam menegakkan agama Islam dan

7.     Orang yang kehabisan bekal dalam perjalanan dengan maksud yang baik.

 

 Syarat-Syarat Zakat Mal

  Beberapa syarat dari zakat mal ini adalah:

1.      Islam

2.      Merdeka

3.      Harta yang dizakatkan adalah milik pribadi (bukan harta orang lain)

4.      Harta yang yang hendak dizakatkan sudah memenuhi satu nishob

5.      Sudah mencapai satu tahun

 

Macam-Macam Harta yang Wajib di Zakati

Berikut adalah harta yang ketika sudah mencapai ukuran dan batasannya wajib dizakati:

1.      Harta kekayaan

2.      Hewan ternak (rojo koyo-Jawa) seperti: sapi atau lembu, kambing, unta, dsb.

3.      Benda mulia, seperti emas, perak, sertifikat tanah

4.      Hasil pertanian dan perkebunan

5.      Harta perniagaan (bekaitan dengan keuntungan yang didapat ketika melakukan transaksi jual-beli)

6.      Harta Rikaz atau harta temuan yang merupakan benda penting

Selain hal diatas masih ada beberapa harta lain yang wajib di zakati. Seperti: perikanan, tanaman hias, unggas, profesi dan hasil pertambangan..

Jadi masih dibutuhkan lebih banyak lagi untuk selalu belajar.. inipun belum berkaitan dengan jenis harta dan ukuran satu nishob dari harta tersebut yang masing-masing punya perbedaan..

No comments:

Post a Comment