BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar
belakang
Setiap
makhluk hidup di muka bumi di ciptakan oleh ALLAH SWT, dimana sebagai makhluk ciptaannya kita wajib menyukuri apa
yang telah di berikan kepada kita, termasuk pemberian keturunan untuk
melanjutkan generasi selanjutnya.
ISLAM
bukan agama yang suka mempersulit kita, tapi juga jangan terlalu di
mudah-mudahkan, Disini
kita mencoba untuk mengkaji bagian-bagian yang di bolehkan dan di larang dalam
islam.
Seperti (1) Sejarah perkembangan agama di indonesia.
(2) Konsep ibadah dan hubungan antar manusia.
1.2.
Tujuan
• Untuk mengetahui Sejarah perkembangan agama
di indonesia.
• Untuk mengetahui Konsep ibadah dan hubungan
antar manusia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Ssejarah
Perkembangan Dan Macam-Macam Agama Di Indonesia
2.1.1
Islam
Indonesia merupakan Negara Islam,agama
islam dengan penduduk Muslimterbanyak di dunia, dengan 85% dari jumlah penduduk
adalah penganut ajaran Islam. Mayoritas Muslim dapat dijumpai di wilayah barat
Indonesia seperti di Jawa dan Sumatera .Sedangkan di wilayah timur Indonesia,
persentase penganutnya tidak sebesar di kawasan barat. Sekitar 98% Muslim di
Indonesia adalah penganut aliran Sunni Sisanya, sekitar dua juta pengikut
adalah Syiah(di atas satu Sejarah Islam
di Indonesia sangatlah komplek spersen), berada di Aceh. dan mencerminkan
keanekaragaman dan kesempurnaan tersebut kedalam kultur. Pada abad ke-12,
sebagian besar pedagang orang Islam dari India tiba di pulau Sumatera, Jawa dan
Kalimantan. Hindu yang dominan beserta kerajaan Buddha, seperti Majapahit dan
Sriwijaya, mengalami kemunduran, dimana banyak pengikutnya berpindah agama ke
Islam.
Dalam jumlah yang lebih kecil, banyak
penganut Hindu yang berpindah ke Bali, sebagian Jawa dan Sumatera. Dalam
beberapa kasus, ajaran Islam di Indonesia dipraktikkan dalam bentuk yang
berbeda jika dibandingkan Ada pula
sekelompok pemeluk Ahmadiyah dengan Islam daerah Timur Tengah yang kehadirannya
belakangan ini sering dipertanyakan. Aliran ini telah hadir di Indonesia sejak
1925. Pada 9 Juni 2008, pemerintah Indonesia mengeluarkan sebuah surat
keputusan yang praktis melarang Ahmadiyah melakukan aktivitasnya ke luar. Dalam
surat keputusan itu dinyatakan bahwa Ahmadiyah dilarang menyebarkan ajarannya.
2.1.2
Kristen
kristen protestanKristen
ProtestanKristen Protestan berkembang di Indonesia selama masa kolonial Belanda
(VOC), pada sekitar abad ke- 16. Kebijakan VOC yang mereformasi Katolik dengan
sukses berhasil meningkatkan jumlah penganut paham Protestan di Indonesia. Agama
ini berkembang dengan sangat pesat pada abad ke-20, yang ditandai oleh
kedatangan para misionaris dari Eropa ke beberapa wilayah di Indonesia, seperti
di wilayah barat Papua dan lebih sedikit di kepulauan Sunda. Pada 1965, ketika
terjadi perebutan kekuasaan, orang-orang tidak beragama dianggap sebagai
orang-orang yang tidak ber-Tuhan, dan karenanya tidak mendapatkan hak-haknya
yang penuh sebagai warganegara. Sebagai hasilnya, gereja Protestan mengalami
suatu pertumbuhan anggota.Protestan membentuk suatu perkumpulan minoritas
penting di beberapa wilayah.
Sebagai contoh, di pulau Sulawesi, 17%
penduduknya adalah Protestan, terutama di Tana Toraja, Sulawesi Tengah dan
Sulawesi Utara, Sekitar 75% penduduk di Tana Toraja adalah Protestan.
dibeberapa wilayah, keseluruhan desa atau kampung memiliki sebutan berbeda
terhadap aliran Protestan ini, tergantung pada keberhasilan aktivitas para
misionaris.Di Indonesia, terdapat tiga provinsi yang mayoritas penduduknya
adalah Protestan, yaitu Papua, Ambon,dan Sulawesi Utara dengan 90%,91%,94% dari
jumlah penduduk. Di Papua, ajaran Protestan telah dipraktikkan secara baik oleh
penduduk asli.Di Ambon, ajaran Protestan mengalami perkembangan yang sangat
besar. Di Sulawesi Utara, kaum Minahasa, berpindah agama ke Protestan pada
sekitar abad ke-18. Saat ini, kebanyakan dari penduduk asli Sulawesi Utara
menjalankan beberapa aliran Protestan. Selain itu, para transmigran dari pulau
Jawa dan Madura yang beragama Islam juga mulai berdatangan. Sepuluh persen
lebih-kurang; dari jumlah penduduk Indonesia adalah penganut Kristen
Protestan.
2.1.3
Hindu
Hindu Kebudayaan dan agama Hindu tiba di
Indonesia pada abad pertama Masehi, bersamaan waktunya dengan kedatangan agama
Buddha, yang kemudian menghasilkan sejumlah kerajaan Hindu-Buddha seperti
Kutai, Mataram dan Majapahit. Candi Prambanan adalah kuil Hindu yang dibangun
semasa kerajaan Majapahit, semasa dinasti Sanjaya. Kerajaan ini hidup hingga
abad ke 16 M, ketika kerajaan Islam mulai berkembang. Periode ini, dikenal
sebagai periode Hindu-Indonesia, bertahan selama 16 abad penuh. Hindu di
Indonesia berbeda dengan Hindu lainnya di dunia.Sebagai contoh, Hindu di
Indonesia, secara formal ditunjuk sebagai agama Hindu Dharma, tidak pernah
menerapkan sistem kasta. Contoh lain adalah, bahwa Epos keagamaan Hindu
Mahabharata (Pertempuran Besar Keturunan Bharata) dan Ramayana (Perjalanan
Rama), menjadi tradisi penting para pengikut Hindu di Indonesia, yang
dinyatakan dalam bentuk wayang dan pertunjukan tari. Aliran Hindu juga telah
terbentuk dengan cara yang berbeda di daerah pulau Jawa, yang jadilah lebih
dipengaruhi oleh versi Islam mereka sendiri, yang dikenal sebagai Islam Abangan
atau Islam Kejawen.
Semua praktisi agama Hindu Dharma
berbagi kepercayaan dengan banyak orang umum, kebanyakan adalah Lima Filosofi:
Panca Srada. Ini meliputi kepercayaan satu Yang Maha Kuasa Tuhan, kepercayaan
di dalam jiwa dan semangat, serta karma atau kepercayaan akan hukuman tindakan
timbal balik. Dibanding kepercayaan atas siklus kelahiran kembali dan
reinkarnasi, Hindu di Indonesia lebih terkait dengan banyak sekali yang berasal
dari nenek moyang roh. Sebagai tambahan, agama Hindu disini lebih memusatkan
pada seni dan upacara agama dibanding kitab, hukum dan kepercayaan. Menurut
catatan, jumlah penganut Hindu di Indonesia pada tahun 2006 adalah 6,5 juta
orang), sekitar 1,8% dari jumlah penduduk Indonesia, merupakan nomor empat
terbesar. Namun jumlah ini diperdebatkan oleh perwakilan Hindu Indonesia,
Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI). PHDI memberi suatu perkiraan bahwa ada
18 juta orang penganut Hindu di Indonesia. Sekitar 93 % penganut Hindu berada
di Bali. Selain Bali juga terdapat di Sumatera, Jawa, Lombok, dan pulau
Kalimantan yang juga memiliki populasi Hindu cukup besar, yaitu di Kalimantan
Tengah, sekitar 15,8 % (sebagian besarnya adalah Hindu Kaharingan, agama lokal
Kalimantan yang digabungkan ke dalam agama Hindu).
2.1.4
Buddha
Buddha merupakan agama tertua kedua
di4.buddha Indonesia, tiba pada sekitar abad keenam masehi. [30]Sejarah Buddha
di Indonesia berhubungan erat dengan sejarah Hindu, sejumlah kerajaan Buddha
telah dibangun sekitar periode yang sama. Seperti kerajaan Sailendra, Sriwijaya
dan Mataram. Kedatangan agama Buddha telah dimulai dengan aktivitas perdagangan
yang mulai pada awal abad pertama melalui Jalur Sutra antara India dan
Indonesia. Sejumlah warisan dapat ditemukan di Indonesia, mencakup candi
Borobudur di Magelang dan patung atau prasasti dari sejarah Kerajaan Buddha
yang
Mengikuti lebih awal. kejatuhan
Soekarno pada pertengahan tahun 1960-an, dalam Pancasila ditekankan lagi
pengakuan akan satu Tuhan (monoteisme). Sebagai hasilnya, pendiri Perbuddhi
(Persatuan Buddha Indonesia), Bhikku Ashin Jinarakkhita, mengusulkan bahwa ada
satu dewata tertinggi, Sang Hyang Adi Buddha. Hal ini didukung dengan sejarah
di belakang versi Buddha Indonesia pada masa lampau menurut teks Jawa kuno dan
bentuk candi Menurut sensus nasional
tahun 2000, kurang lebih dari 2%Borobudur. dari total penduduk Indonesia
beragama Buddha, sekitar 4 juta orang. Kebanyakan penganut agama Buddha berada
di Jakarta, walaupun ada juga di lain provinsi seperti Riau, Sumatra Utara dan
Kalimantan Barat. Namun, jumlah ini mungkin terlalu tinggi, mengingat agama
konghucu dan Taoisme tidak dianggap sebagai agama resmi di Indonesia, sehingga
dalam sensus diri mereka dianggap sebagai penganut agama Buddha.
2.1.5
Kristen
katolik
Umat Katolik Perintis di 5 Kristen
katolik Agama Katolik untuk pertama
kalinya masuk keIndonesia: 645 - 1500 Indonesia pada bagian pertama abad
ketujuh di Sumatera Utara. Fakta ini ditegaskan kembali oleh (Alm) Prof. Dr.
Sucipto Wirjosuprapto. Untuk mengerti fakta ini perlulah penelitian dan
rentetan berita dan kesaksian yang tersebar dalam jangka waktu dan tempat yang
lebih luas. Berita tersebut dapat dibaca dalam sejarah kuno karangan seorang
ahli sejarah Shaykh Abu Salih al-Armini yang menulis buku "Daftar
berita-berita tentang Gereja-gereja dan pertapaan dari provinsi Mesir dan
tanah-tanah di luarnya". yang memuat berita tentang 707 gereja dan 181 pertapaan
Serani yang tersebar di Mesir, Nubia, Abbessinia, Afrika Dengan terus dilakukan Barat, Spanyol,
Arabia, India dan Indonesia. penyelidikan berita dari Abu Salih al-Armini kita
dapat mengambil kesimpulan kota Barus yang dahulu disebut Pancur dan saat ini
terletak di dalam Keuskupan Sibolga di Sumatera Utara adalah tempat kediaman
umat Katolik tertua di Indonesia. Di Barus juga telah berdiri sebuah Gereja
dengan nama Gereja Bunda Perawan Murni Maria.
2.1.6
Knghuchuprotestan
Agama Konghucu berasal dari Cina
6.konghuchu daratan dan yang dibawa oleh para pedagang Tionghoa dan imigran.
Diperkirakan pada abad ketiga Masehi, orang Tionghoa tiba di kepulauan
Nusantara. Berbeda dengan agama yang lain, Konghucu lebih menitikberatkan pada
kepercayaan dan praktik yang individual, lepas daripada kode etik melakukannya,
bukannya suatu agama masyarakat yang terorganisir dengan baik, atau jalan hidup
atau pergerakan sosial. Di era 1900-an, pemeluk Konghucu membentuk suatu
organisasi, disebut Tiong Hoa Hwee Koan (THHK) di Batavia (sekarang Setelah Jakarta). kemerdekaan Indonesia di
tahun 1945, umat Konghucu di Indonesia terikut oleh beberapa huru-hara politis
dan telah digunakan untuk beberapa kepentingan politis. Pada 1965, Soekarno
mengeluarkan sebuah keputusan presiden No. 1/Pn.Ps/1965 1/Pn.Ps/1965, di mana
agama resmi di Indonesia menjadi enam, termasuklah Konghucu. Pada awal tahun
1961, Asosiasi Khung Chiao Hui Indonesia (PKCHI), suatu organisasi Konghucu,
mengumumkan bahwa aliran Konghucu merupakan suatu agama dan Confucius adalah nabi
mereka.
2.2
Konsep
Ibadah Dan Hubungan Antar Manusia
2.2.1
Pengertian
Ibadah
Kalimat ibadah berasal daripada kalimat
`abdun’. Ibadah dari segi bahasa bererti patuh, taat, setia, tunduk, menyembah
dan memperhambakan diri kepada sesuatu.Dari segi istilah agama Islam pula ialah
tindakan, menurut, mengikut dan mengikat diri dengan sepenuhnya kepada segala
perkara yang disyariatkan oleh Allah dan diserukan oleh para Rasul-Nya, sama
ada ia berbentuk suruhan atau larangan.
Ibnu Taimiah pula memberi takrif Ibadah,
iaitu nama bagi sesuatu yang disukai dan kasihi oleh Allah swt.Perintah Allah
dan Rasul-Nya ini hendaklah ditunaikan dengan perasaan penuh sedar, kasih dan
cinta kepada Allah, bukan kerana terpaksa atau kerana yang lain dari cintakan
kepada-Nya.
Para Nabi dan Rasul merupakan hamba
Allah yang terbaik dan sentiasa melaksanakan ibadah dengan penuh kesempurnaan
di mana setiap arahan Tuhannya, mereka patuhi dengan penuh perasaan cinta dan
kasih serta mengharap keredaan dari Tuhannya. Mereka menjadi contoh teladan yang
paling baik kepada kita semua dalam setiap pekerjaan dan amalan sebagaimana
yang dianjurkan oleh al-Quran itu sendiri.
Firman Allah swt. maksudnya:
“Sesungghnya bagi mu, apa yang ada pada
diri Rasulullah itu contoh yang paling baik”. (al-Ahzab: 21)
Sesetengah ulama mengatakan bahawa
perhambaan (ibadah) kepada Allah hendaklah disertai dengan perasaan cinta serta
takut kepada Allah swt. dan hati yang sihat dan sejahtera tidak merasa sesuatu
yang lebih manis, lebih lazat, lebih seronok dari kemanisan iman yang lahir
dari pengabdian (ibadah) kepada Allah swt. Dengan ini maka akan bertautlah
hatinya kepada Allah dalam keadaan gemar dan reda terhadap setiap perintah
serta mengharapkan supaya Allah menerima amalan yang dikerjakan dan merasa
bimbang serta takut kalau-kalau amalan tidak sempurna dan tidak diterima oleh
Allah seperti yang ditegaskan dalam firman-Nya yang bermaksud:
“(Ia itu) Oran yang takut kepada Tuhan
yang Maha Pemurah sedang Dia tidak kelihatan (olehnya) dan dia datang dengan
hati yang bertaubat”. (Qaf: 33)
Orang yang memperhambakan dirinya
(beribadah) kepada Allah mereka akan sentiasa patuh dan tunduk kepada kehendak
dan arahan Tuhannya, sama ada dalam perkara yang ia suka atau yang ia tidak
suka dan mereka mencintai dan mengasihi Allah dan Rasul-Nya lebih dari yang
lain-lainnya. Mereka mengasihi makhluk yang lain hanyalah kerana Allah
semata-mata, tidak kerana yang lain Kasihkan kepada Rasulullah saw. pula kerana
ia membawa Risalah Islam, cintakan kepada Rasulullah saw. hendaklah mengikuti sunahnya
sebagaimana firman Allah swt. maksudnya:
“Katakanlah (wahai Muhammad) sekiranya
kamu kasihkan Allah maka ikutilah aku (pengajaranku) nescaya Allah akan
mengasihi kamu dan mengampunkan dosa- dosa kamu”. (Al-Imran: 31)
Dan andainya kecintaan kamu kepada
selain Allah dan Rasul-Nya itu mengatasi dan melebihi dari kencintaan dan kasih
kepada yang lain; Allah akan turunkan keseksaan-Nya kepada manusia yang telah
meyimpang dari ketentuan-Nya. Firman Allah swt. maksudnya:
“Katakanlah (Muhammad) jika ibu bapa
kamu, anak-anak kamu, saudara mara kamu, suami isteri kamu, kaum keluarga kamu,
harta benda yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu bimbangkan kerugiannya,
dan rumahtangga yang kamu sukai itu lebih kamu kasihi daripada Allah dan
Rasul-Nya serta berjihad untuk agama Allah, maka tunggulah (kesiksaan yang akan
didatangkan) oleh Allah. Dan Allah tidak memberi hidayah kepada orang-orang
fasik”. (At-Taubah: 24)
2.2.2
Ruang
lingkup Ibadah dan Hubunganya dengan kehidupan
Sebgaimana yang dijelaskan di atas
nyatalah ibadah itu itu bukanlah sesempit apa yang difahami oleh sebahagian
dari kalangan manusia yang tidak dapat memahami kesempurnaan Islam itu sendiri
di mana pada anggapan mereka Islam itu hanya suatu perbicaraan pasal akhirat
(mati) dan melakukan beberapa jenis ibadah persendirian tidak lebih dari itu.
Begitu juga bila disebut ibadah apa yang tergambar hanyalah masjid, tikar
sembahyang, puasa, surau, tahlil, membaca al-Quran, doa, zikir dan sebagainya
iaitu kefahaman sempit disekitar ibadah-ibadah khusus dan ritual sahaja tidak
lebih dari itu. Kefahaman seperti ini adalah akibat dari serangan fahaman
Sekular yang telah berakar umbi ke dalam jiwa sebahagian dari kalangan
orang-orang Islam.
Islam adalah suatu cara hidup yang
lengkap dan sempurna, yang merangkumi semua bidang kehidupan dunia dan akhirat,
di mana dunia merupakan tanaman atau ladang yang hasil serta keuntungannya akan
dituai dan dinikmati pada hari akhirat kelak.
Ibadah dalam Islam meliputi semua urusan
kehidupan yang mempunyai paduan yang erat dalam semua lapangan hidup dunia dan
akhirat, tidak ada pemisahan antara kerja-kerja mencari kehidupan di muka bumi
ini dan hubungannya dengan balasan akhirat. Islam mengajarkan kepada kita
setiap apa juga amalan yang dilakukan oleh manusia ada nilai dan balasan sama
ada pahala atau siksa. Inilah keindahan Islam yang disebut sebagai ad-Deen yang
lengkap sebagai suatu sistem hidup yang boleh memberi kesejahteraan hidup
penganutnya di dunia dan di akhirat.
Dengan kata lain setiap amalan atau
pekerjaan yang membawa manfaat kepada individu dan masyarakat selama ia tidak
bercanggah dengan syarak jika sekiranya ia memenuhi syarat-syaratnya, seperti
dikerjakan dengan ikhlas kerana Allah semata-mata bukan kerana mencari kepentingan
dan mencari nama serta ada niat mengharapkan balasan dari manusia atau ingin
mendapat pujian dan sanjungan dari manusia; maka amalan-amalan yang demikian
akan mejadi ibadah yang diberi pahala di sisi Allah swt di akhirat kelak,
insya’-Allah.
Berdasarkan kepada konsep ibadah
tersebut maka setiap perbuatan pertolongan baik kepada orang lain seperti
membantu orang sakit, tolong merengankan beban dan kesukaran hidup orang lain,
memenuhi keperluannya, menolong orang yang teraniaya, mengajar dan membimbing orang
yang jahil adalah ibadah.
Termasuk juga dalam makna ibadah ialah
setiap perbuatan, perkataan manusia zahir dan batin yang disukai dan diredai
oleh Allah swt. Bercakap benar, taat kepada ibu bapa, amanah, menepati janji,
berakata benar, memenuhi hajat keperluan orang lain adalah iabadah.
Menuntut ilmu, menyuruh perkara kebaikan
dan mencegah segala kejahatan, berjihad, memberi pertolongan kepada sesama
manusia, dan kepada binatang, berdoa, puasa, sembahyang, membaca al-Quran
semuanya itu juga adalah sebahagian dari ibadah.
Begitu juga termasuk dalam pengertian
ibadah cinta kepada Allah dan Rasul-Nya, melaksanakan hukum-hukum Allah, sabar
menerima ujian, bersyukur menerima nikmat, reda terhadap qadha’ dan qadar-Nya
dan banyak lagi kegiatan dan tindakan manusia yang termasuk dalam bidang
ibadah.
2.2.3
Hubungan
Iman dan Amal
Iman bukanlah sekadar suatu keyakinan
dan pembenaran dalam hati terhadap apa yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw.
tetapi iman yang hakiki dan sebenar ialah merangkumi pembenaran dan keyakinan di
dalam hati, pengucapan di lidah serta melaksanakan amalan dengan anggota badan
iaitu melakukan amalan soleh, maka dengan ini dapatlah difahami iman itu
bukanlah sekadar ucapan lidah dan keyakinan dalam hati sahaja tetapi amalan
merupakan sebagai bukti kesempurnaan, keteguhan dan kemantapan iman seseorang.
Imam al-Ghazali menjelaskan dalam
hubungan ini dengan katanya:
“Iman itu ialah akidah, perkataan dan
perbuatan”.
Dengan makna akidah itu sebagai
membenarkan dan mepercayai dengan hati kepada segala yang dibawa oleh Nabi
Muhammad saw. (perkara yang mudah (dharuri) dari agama). Perkataan adalah
sebagai ikrar dan pengakuan dengan lisan dan perbuatan adalah sebagai beramal
melaksanakan segala perintah Allah dengan anggota (badan yang lahir).
Hadis Rasulullah saw. menguatkan adanya
hubungan yang sangat erat di antara iman dan amal. dengan sabdanya sebagai
berikut: Sabda Rasulullah saw. maksudnya:
“Iman itu lebih dari enam puluh cabang;
yang paling tingginya La-Ilaaha-Illallaah dan dan yang paling rendahnya membuang
sampah dari tengah jalan”. (H.R.Bukhari)
Hadis ini menyatakan dengan jelas
perbuatan membuang sampah sebagai sebahagian dari iman. Ini bermkna iman itu
jelas bukan sekadar keyakinan dan kepercayaan dalam hati tetapi ia juga
merangkumi amal atau perbuatan manusia.
2.2.4
Pembahagian
Ibadah
Untuk memudahkan bahasan dan
perbincangan kita berhubung dengan ibadah ini, ulamak-ulamak Islam membahagikan
ibadah kepada dua bahagian sebagai berikut:
1.
Ibadah khusus
2.
Ibadah Umum
Ibadah khusus ialah
semua amalan yang tercantum dalam bab al-Ibadaat yang utamanya ialah
sembahyang, puasa, zakat dan haji.
Ibadah Umum pula ialah
segala amalan dan segala perbuatan manusia serta gerak-geri dalam kegiatan
hidup mereka yang memenuhi syarat-syarat berikut:
1)
Amalan yang dikerjakan
itu di akui oleh syarak dan sesuai dengan Islam.
2)
Amalan tersebut tidak
bercanggah dengan syariat, tidak zalim, khianat dan sebagainya
3)
Amalan tersebut
dikerjakan dengan niat ikhlas semata-mata keranaAllah swt. tidak riak, ujub dan
um’ah.
4)
Amalan itu hendaklah
dikerjakan dengan sebaik-baiknya
5)
Ketika mengerjakan
amalan tersebut tidak lalai atau mengabaikan kewajipan ibadah khusus seperti
sembahyang dan sebagainya.
Firman Allah swt. maksudnya:
“Lelaki yang tidak dilalaikan mereka
oleh perniagaan atau jual beli dari mengingati Allah, mendirikan sembahyang dan
mengeluarkan zakat mereka takut kepada suatu hari yang (di hari itu) hati dan
penglihatan menjadi goncang”. (An-Nur: 37)
2.2.5
Amalan-Amalan
yang Tidak Menjadi Ibadah
Dilihat dari syarat-syarat di atas,
nampaklah kepada kita bahawa sesuatu amalan yang dikerjakan oleh seseorang
begitu sukar sekali untuk mencapai kesempurnaan dalam makna ibadah dengan
ertikata yang sebenar-benarnya mengikut syarat-syarat dan ketentuan tersebut di
atas, oleh itu kita hendaklah bersungguh-sungguh dalam mengusahakan amalan kita
supaya dapat mencapai matlamat ibadah yang sempurna dengan menyempurnakan
segala syarat-syaratnya.
Dan kita hendaklah sentiasa meneliti dan
memperhatikan dengan sungguh-sungguh agar kita tidak tertipu dengan amalan kita
sendiri; dengan menyangka kita telah banyak melaksanakan amal ibadah dengan
sempurna tetapi pada hakikatnya tidak demikian, kita takut akan tergolong ke
dalam golongan manusia yang tertipu dan sia-sia amalan kita dan apa yang kita
dapat hanyalah penat dan lelah. Ini kerana kita melakukan amalan dan
kerja-kerja kebajikan itu tidak menepati dan tidak selari dengan ketentuan dan
syarat-syarat ibadah dan amal soleh yang dikehandkki itu.
Dari itu disamping kita melaksanakan
segala amalan zahir dengan sempurna mengikut petunjuk dari Rasulullah saw. apa
yang lebih penting lagi ialah kita membetulkan amalan batin iaitu amalan hati
supaya betul iaitu niat dengan ikhlas, amalan itu semata-mata kerana Allah
tidak kerana yang lain dari-Nya. Dan kita juga hendaklah sentiasa menjaga
keikhlasan hati kita ini dari penyakit-penyakit yang boleh merusakannya seperti
riak, ujub, sum’ah, takabur dan sebagainya.
Kesimpulan secara mudah ialah seorang
lelaki yang memakai pakaian untuk menutup aurat dari kain sutra, dan perempuan
yang berpakaian meliputi badannya tetapi masih menampakan susuk badannya masih
lagi tidak dinamakan ibadah, atau seorang menderma dengan tujuan supaya dipuji
dan digelar sebagai dermawan atau seorang yang rajin bersembahyang dengan niat
tujuan supaya digelar sebagai ahli ibadah oleh manusia; itu semua tidak
termasuk dalam makna ibadah yang diterima oleh Allah swt.
Dengan demikian jelaslah kepada kita
segala amalan yang tidak memenuhi syarat-syarat di atas itu tidak dikira
sebagai ibadah. Niat dan tujuan serta matlamat adalah sangat penting dalam
sesuatu amalan di samping amalan tersebut tidak bercanggah serta diakui sah
oleh syariat Islam.
2.2.6
Matalamat
dan Tujuan Ibadah
Sebagaimana kita ketahui dan maklum
bahawa pengutusan manusia ke dunia ini tidak lain melainkan untuk beribadah
(memperhambakan diri) kepada al-Khaliq, Allah Yang Maha Pencipta dan juga kita
telah mengetahui bahawa pengertian ibadah dalam Islam merangkumi semua bidang
amalan dalam kehidupan manusia.
Dan di sini timbul pertanyaan kenapa
kita mengabdi menyembah Allah dan apakah matlamat ibadah itu ? Apakah ada
faedah untuk-Nya atau apa faedah yang boleh didapati oleh seseorang hamba yang
menyembah-Nya ?
Jawabannya ialah bahawa Allah swt. Yang
Maha Suci dan Maha Tinggi tidak mendapat sebarang faedah dari ketaatan orang
yang menyembah-Nya dan tidak memberi mudarat sedikitpun dari keengganan orang
yang menentang dan engkar kepada perintah-Nya.
Begitu juga tidak menambahkan kuasa
keagungan pemerintahan-Nya oleh puji-pujian orang yang memuji-Nya dan tidak
mengurangi keagungan kekuasaan-Nya oleh keengkaran orang-orang yang mengengkari
perintah-Nya.
Ini kerana Allah Maha Kaya dan mempunyai
segala-galanya kerana semua yang ada di alam ini menjadi milik-Nya belaka sedangkan
kita manusia adalah satu dari makhluk Allah yang banyak itu, makhluk manusia
ini terlalu kecil, hina dan miskin, serba kekurangan dan sentiasa berhajat dan
memerlukan kepada-Nya.
Allah, Dialah Tuhan Maha Pemurah, Maha
Mulia, Maha Penyayang serta bersifat Maha Memberi kepada semua makhuk-Nya dan
Dia tidak menyuruh kita mengerjakan sesuatu melainkan perkara itu mendatangkan
kebaikan bagi makhluk itu sendiri.
Firman Allah swt. maksudnya:
“Sesungguhnya Kami telah kurniakan
hikmat (ilmu pengetahuan) kepada Luqman supaya dia bersyukur kepada Allah dan
sesiapa yang bersyukur, sebenarnya dia bersyukur dagi faedah dirinya sendiri
dan sesiapa yang ingkar, sesungghnya Allah Maha Kaya lagi Terpuji”. (Luqman:
12)
Dari itu kita wajiblah mensyukuri segala
nikmat dan kurniaan Allah swt. kepada kita semua yang mana sekiranya kita
hendak menghitugnya sudah tentu kita tidak mampu untuk berbuat demikian,
begitulah besar dan banyaknya pemberian Allah kepada kita semua sebagai
makhluk-Nya.
2.2.7
Kelazatan
Bermunajat dan Mentaati Allah
Kelazatan beribadah ini dapat
digambarkan dari beberapa peristiwa yang berlaku kepada baginda Rasulullah saw.
para sahabat, tabi’in dan para solihin, kelazatan ini akan timbul apabila
adanya hubungan hamba dengan Tuhannya yang begitu erat dan di mana seorang
hamba begitu gembira dan begitu senang memuji-muji kebesaran Allah swt. ini
semua berlaku dari sebab makrifat-nya (kenalnya) seseorang hamba itu kepada
Tuhannya sehingga hamba itu merasa rindu
apabila ia tidak dapat menghadap Tuhannya, dan merasa gelisah kerana tidak
dapat bertemu dengan yang dicintai dan dikasihinya. B begitu juga apabila
seorang hamba mengalami sedikit kesusahan tentulah ia akan mengadu ketempat
yang dapat menerima pengaduan dan boleh menyelesaikan masalah dan kesusahannya.
Tiada tempat yang layak untuk berbuat demikian melainkan kepada Yang Maha Agung
dan Maha Berkuasa.
Firman Allah swt. maksudnya:
“Demi sesungguhnya Kami mengetahui
bahawa engkau (Muhammad) bersusah hati dengan apa yang mereka katakan maka
hendaklah engkau bertasbih memuji Tuhanmu serta jadilah dari golongan
orang-orang yang sujud beribadah dan sembahlah Tuhanmu sehingga tiba kepadmu
perkara yang tetap (iaitu mati)”. (al-Hijr: 97-99)
Begitu juga di waktu orang-orang mukmin
mendapat kurnia ia bersyukur seterusnya memuji kepada Allah swt. Firman Allah
swt. maksudnya:
“Bila datang pertolongan Allah dan
kemenangan (pembukaan Makkah) dan engkau lihat manusia berduyun-duyun masuk
agama Allah swt. maka ucapkanlah tasbih dengan memuji Tuhanmu dan mintalah
ampun kepada-Nya, sesungguhnya Dia suka menerima taubat”. (an-Nasr: 1-4)
2.2.8
Ibadah
Hanya Untuk Allah
Pada hakikatnya pengabdian terhadap
Allah swt. merupakan suatu kebebasan yang hakiki, jalan bagi mencapai kepada
ketuannan yang sejati, kerana Allahlah yang boleh membebaskan hati nurani
manusia dari perhambaan kepada sebarang makhluk dan memerdekakannya dari
perhambaan dan kehinaan serta tunduk kepada yang lain dari Allah seperti tunduk
kepada Tuhan-Tuhan palsu, berhala, manusia yang selalunya memperhamba dan
mengongkong keyakinan manusia dengan sekuat-kuatnya miskipun pada lahirnya
mereka bertindak seperti tuan yang bebas dan merdeka.
Perhambaan diri kepada Allah itu
membebaskan manusia daripada perhambaan sesama makhluk kerana dalam hati
manusia ada keperluan sejati kepada Allah, kepada Tuhan yang disembah yang mana
dia bergantung kepadanya dan berusaha serta bekerja untuk mencapai
keredaan-Nya. Jika yang disembah itu bukan Allah Yang Maha Esa tentulah manusia
akan meraba-raba meyembah bermacam-macam Tuhan dari setiap objek benda dan
khayalan yang ada dalam pemikiran dan yang berada di sekeliling mereka.
Tidak ada sesuatu pekerjaan yang paling
mulia bagi manusia yang berakal selain dari beribadah menyembah Allah yang
menciptanya dan menjadikan dirinya dengan sebaik-baiknya dan perkerjaan yang
seburuk-buruknya kepada seorang manusia itu pula ialah menafi dan mendustakan
Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka menyembah dan mengabdikan diri mereka
kepada Tuhan yang lain dari Allah swt.
Seorang hamba abdi yang taat kepada
tuannya tentulah akan merasa senang dan gembira kerana ia tahu apa yang disukai
oleh tuannya lalu disempurnakannya suruhan itu dengan segala senang hati dan
disempurnakan dengan sebaik-baiknya. Manakala seorang hamba yang dimiliki oleh
beberapa orang tuan selalu bertelingkah antara sesama mereka; yang satu
menyuruh hamba itu melakukan sesuatu yang ditegah oleh yang lain, maka alangkah
susah dan deritanya hamba tersebu itu untuk melakukan perintah-perintah Tuhan
yang saling bertentangan perintahnya antara satu Tuhan dengan Tuhan yang lain.
Kalau orang yang menyembah selain dari
Allah menjadi musyrik (kafir di- sebabkan ia melakukan perbuatan syirik), maka
begitulah juga orang yang takabur menjadi musyrik (orang syirik), sebagaimana
Firaun kerana kesombongan dan takaburnya, sebagaimana firman Allah swt.
bermaksudnya:
“Nabi Musa as. berkata: “Sesungguhnya
aku berlindung kepada Tuhanku dan Tuhan kamu daripada perbuatan orang yang
takabur yang tidak percaya hari Perhitungan”, demikianlah Allah meterikan
setiap hati orang yang takabur lagi bermaharajalela”. (al-A’raf: 27)
Kajian menunjukan bahawa semakin besar
keangkuhan seseorang yang enggan tunduk dan patuh beribadah (mengabdi diri)
kepada Allah, semakin besar kesyirikannya dengan Allah, Kerana menurut
kebiasaannya semakin banyak takabur tidak mahu menyembah Allah semakin
bertambahlah pergantungan manusia itu terhadap makhluk yang dicintainya yang
menjadi pujaan utama bagi hatinya; yang demikian mereka akan menjadi musyrik
dengan sebab menjadikan dirinya hamba (menyembah) kepada selain dari Allah swt.
Hati atau keyakinan manusia tidak akan
terlepas dari perhambaan kepada makhluk kecuali mereka menjadikan Allah sebagai
Tuhannya yang sebenar dan sejati, tiada Tuhan yang disembah melainkan Allah,
tiada tempat bergantung dan meminta pertolongan melainkan dari-Nya, Tidak
merasa gembira melainkan dengan apa yang disukai dan diredai-Nya, Tidak ia
benci melainkan apa yang dibenci oleh Allah, tidak ia memusuhi kecuali orang
yang Allah memusuhinya, tidak ia kasih melainkan kepada orang yang di kasihi
oleh Allah, tidak ia memberi kecuali kerana Allah dan tidak ia melarang kecuali
kerana Allah.
Semakin tulus keikhlasan seseorang itu
kepada Allah maka semakin sempurnalah ubudiyahnya (perhambaanya) kepada Allah
dan terlepas dari pergantungannya kepada sesama makhluk, dengan sempurna
ubudiyahnya kepada Allah maka sempurnalah kesuciannya dari sifat syirik.
2.2.9
Tidak
Harus Kepentingan Dunia Dijadikan Tujuan Ibadah
Samasekali tidak sesuai dengan tujuan
Islam yang suci di mana tujuan atau kepentingan dunia menjadi matlamat dalam
amalan atau ibadah seseorang, ataupun kepentingan dunia atau faedah-faedah dunia
menjadi pendorong seseorang untuk melakukan printah ibadah kepada Allah swt.
Begitu juga kalau tujuan beramal dan
beribadah kepada Allah swt. untuk mendapatkan kesucian jiwa dan dengan itu
dapat mengembara ke alam arwah dan dapat melihat malaikat serta dapat melakukan
sesuatu yang luar biasa, mendapat keramat (kemuliaan) dan ilmu ladunni.
Semuanya ini disangkal oleh para ulamak
dengan katanya: “Yang demikian adalah terkeluar daripada jalan ibadah, Ia
merupakan ramalan kepada ilmu atau perkara ghaib, malah akan menjadi ibadah
kepada Allah itu sebagai jalan menuju ke arah demikian yang mana pada akhirnya
lebih hampir kepada meninggal ibadah.”Orang-orang yang beribadah dengan maksud
yang demikian termasuk di bawah pengertian ayat al-Quran yang maksudnya:
“Sebahagian daripada manusia yang
menyembah Allah secara tidak tetap, bila mendapat kebaikan dia teruskan dan
bila terkena kesusahan dia berpaling tadah. Rugilah dia di dunia dan di
akhirat. Itulah kerugian yang amat nyata”. (al-Hajj: 11)
Begitulah keadaan orang yang beribadah
dengan tujuan mendapatkan faedah-faedah dunyawi jika sampai dan berhasil tujuan
dan kehendaknya bergembiralah dia dan kuatlah tujuannya tetapi lemahlah
ibadahnya jika tujuannya tidak berhasil dia meninggalkan ibadah itu.
BAB
III
PENUTUPAN
3.1
Kesimpulan
Sebagaimana
yang telah kita faham sebelum ini runglingkup ibadah itu adalah terlalu luas
sebagaimana yang telah dijelaskan iaitu ibadah merupakan semua kegiatan hidup
manusia itu sendiri yang sesuai dengan syariat Islam yang suci dan murni itu,
oleh itu bolehlah difaham ibadah dalam Islam bermula sejak dari adab-adab masuk
ketandas mengerjakan qadha’ hajat hinggalah sampai kepada bagaimana cara
mengurus kewangan dan mentadbir negara.
Kegiatan
hidup manusia ini akan termasuk ke dalam makna ibadah yang diberi ganjaran dan
pembalasan pahala baik di akhirat apabila ia menepati dengan kehendak syarak,
tidak menyeleweng dari kehendak dan ketentuan Allah swt. dikerjakan mengikut
peraturan dan syarat-syaratnya, disertai pula dengan niat yang betul dan ikhlas
semata-mata dilakukan kerana mencari keredaan Allah swt. tidak kerana yang lain
dari-Nya, menghindarkan diri dari perasaan riak, (menunjuk-nunjuk), ingin
dipuji dan terkenal sebagai orang yang rajin, tekun, orang baik dan ingin
disebut-sebut sebagai ahli ibadah oleh orang ramai dan juga suka berbangga
dengan memberi tahu kepada orang lain akan amal kebajikannya. Ia juga hendaklah
menghindarkan diri dari merasa bangga kerana ia telah banyak berbuat kebajikan
dan berbuat amal ibadah.
Oleh
itu ibadah dalam Islam bukanlah terhad kepada amalan-amalan ibadah yang ritual
semata-mata seperti sembahyang, zikir, puasa, haji dan sebagainya yang disebut
sebagai ibadah khusus, tetapi ibadah merangkumi, kerja-kerja kemasyarakatan dan
sosial, mencari rezki, sahinggalah kepada mengurus dan mentadbir negara;
semuanya itu akan menjadi ibadah sekiranya ia dilakukan menurut cara dan
kehendak Islam serta niat dari hati yang ikhlas semata-mata kerana Allah swt.
ruanglingkup
ibadah dalam Islam adalah terlalu terlalu luas yang merangkumi semua jenis
amalan dan syiar Islam dari perkara yang sekecil-kecilnya seperti cara makan,
minum dan masuk ketandas hinggalah kerja-kerja menguruskan kewangan dan
pentadbiran negara semuanya adalah dalam makna dan pengertian ibadah dalam
ertikata yang luas apabila semuanya itu dikerjakan dengan sebaik-baiknya dengan
menurut adab dan peraturan serta memenuhi syarat-syaratnya
DAFTAR
PUSTAKA
Fathoni
Ahmad Miftah Drs., M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001, Semarang, Gunung Jati.
http://www.slideshare.net/Risyadhore/macam-macam-agama-di-indonesia-edited
No comments:
Post a Comment