BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Distosia
didefinisikan sebagai persalinan yang panjang, sulit, atau abnormal yang timbul
akibat berbagai kondisi yang berhubungan dengan 5 faktor persalinan. Setiap
keadaan berikut dapat menyebabkan distosia :
1.
Persalinan
disfungsional akibat kontraksi uterus yang tidak efektif atau akibat upaya
mengedan ibu (kekuatan/ power).
2.
Perubahan
struktur pelvis (jalan lahir/ passage).
3.
Sebab-sebab
pada janin, meliputi kelainan presentasi maupun kelainan posisi, bayi besar dan
jumlah bayi ( passanger ).
4.
Posisi
ibu selama persalinan dan melahirkan.
5.
Respon
psikologis ibu selama persalinan yang berhubungan dengan pengalaman, persiapan,
budaya dan warisannya, serta sistem pendukung.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1
TujuanUmum
Untukmengetahuiasuhankebidananpadaibuhamildengandistosiakarenakelainanalatkandungan.
1.2.2 TujuanKhusus
a)
Dapat
mendiagnosis ibu hamildengandistosiakarenakelainanalatkandungan.
b)
Dapatmengetahuipenyebabdistosiakarenakelainanalatkandungan.
c)
Dapatmengetahuitandadangejaladistosiakarenakelainanalatkandungan.
d)
Dapat
memberikan penanganan awal pada ibu dengan distosia kelainan alat kandungan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Definisi
Distosia
adalah suatu persalinan yang sulit, ditandai dengan kemajuan persalinan yang
lambat. Untuk menentukan adanya distosia dapat menggunakan batasan waktu
ataupun kelajuan proses. Distosia dapat terjadi pada kala I ataupun kala II
persalinan. Distosia pada kala I aktif persalinan dapat dikelompokkan menjadi
proses persalinan yang lambat (protraction disorder) ataupun tidak adanya
kemajuan persalinan sama sekali (arrest disorder).
American
college of Obstetricians dan Gynecologist (ACOG) memiliki definisi sendiri
mengenai gangguan kemajuan persalinan yang diadaptasi dari definisi awal pada
tahun 1983. Distosia pada kala II persalinan ditandai dengan:
1.
Pada
nulipara tanpa anestesi regional kala II lebih dari 2 jam
2.
Pada
nulipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 3 jam
3.
Pada multipara tanpa anestesi regional kala II
lebih dari 1 jam
4.
Pada
multipara dengan anestesi regional kala II lebih dari 2 jam
2.2 Etiologi
Proses
persalinan yang macet (distosia) dapat terjadi akibat adanya gangguan pada
salah satu atau kombinasi dari empat komponen di bawah ini:
1.
Gangguan
pada daya pendorong, termasuk di dalamnya adalah gangguan kontraksi uterus dan
gangguan meneran.
2.
Gangguan
presentasi, posisi, dan perkembangan.
3.
Gangguan pada tulang pelvis ibu.
4.
Gangguan
pada jaringan lunak traktus reproduksi yang dapat menghalangi penurunan janin
Secara
lebih sederhana penyebab distosia dapat dikategorikan menjadi tiga P:
1.
Gangguan
pada powers (kontraksi uterus dan usaha mengedan ibu).
2.
Gangguan
pada passenger (posisi janin, presentasi janin, dan ukuran janin).
3.
Gangguan
pada passage rongga pelvis dan jaringan lunak pada jalan lahir.
2.3 Klasifikasi
2.3.1 Distosia Bahu
A.
Pengertian
Distosia
bahu secara sederhana adalah kesulitan persalinan pada saat melahirkan
bahu (Varney, 2004).Pada presentasi kepala bahu anterior terjepit di atas
simpisis pubis sehingga bahu tidak dapat melewati panggul kecil atau bidang
sempit panggul.Bahu posterior tertahan di atas promontorium bagian atas.
Distosia bahu terjadi jika bahu masuk ke dalam panggul kecil dengan diameter
biakromial pada posisi anteroposterior dari panggul sebagai pengganti diameter
oblik panggul yang mana diameter oblik sebesar 12,75 cm lebih panjang dari
diameter anteroposterior (11 cm). Waktu untuk menolong distosia bahu kurang
lebih 5-10 menit.
B.
Predisposisi
Distosia
Bahu
a)
Ibu
mengalami diabetes mellitus. Kemungkinan terjadi makrosomia pada janin.
Makrosomia adalah berat badan janin lebih besar dari 4000 gram.
b)
Adanya
janin gemuk pada riwayat persalinan terdahulu
c)
Riwayat
kesehatan keluarga ibu kandung ada riwayat diabetes mellitus
d)
Ibu mengalami obesitas sehingga ruang gerak
janin ketika melewati jalan lahir lebih sempit karena ada jaringan berlebih
pada jalan lahir dibnding ibu yang tidak mengalami obesitas.
e)
Riwayat
janin tumbuh terus dan bertambah besar setelah kelahiran.
f)
Hasil
USG mengindikasikan adanya makrosomia/janin besar. Dengan ditemukannya diameter
biakromial pada bahu lebih besar daripada diameter kepala.
g)
Adanya
kesulitan pada riwayat persalinan yang terdahulu
h)
Terjadi
Cephalo Pelvic Dispropotion (CPD) yaitu ketidaksesuaian antara kepala dan
panggul yang diakibatkan karena :
·
Diameter
anteroposterior panggul dibawah ukuran normal
·
Abnormalitas
panggul sebagai akibat dari infeksi tulang panggul (rakhitis) dan kecelakaan.
i)
Fase
aktif yang lebih panjang dari keadaan normal. Fase aktif yang memanjang
menandakan adanya CPD.
j)
Penurunan
kepala sangat lambat atau sama sekali tidak terjadi penurunan kepala.
k)
Mekanisme
persalinan tidak terjadi rotasi dalam (putar paksi dalam) sehingga memerlukan
tindakan forcep atau vakum. Hal ini menunjukkan adanya CPD dan mengindikasikan
pertimbangan dilaksanakan seksiosesarea.
C.
Komplikasi
Distosia
Bahu
a)
Bagi
janin
·
Terjadi
peningkatan insiden kesakitan dan kematian intrapartum. Pada saat persalinan
melahirkan bahu beresiko anoksia sehingga dapat mengakibatkan kerusakan otak.
·
Kerusakan
syaraf. Kerusakan atau kelumpuhan pleksus brakhialis dan keretakan bahkan
sampai fraktur tulang klavikula.
b)
Bagi
ibu
·
Laserasi
daerah perineum dan vagina yang luas.
·
Gangguan
psikologi sebagai dampak dari pengalamanpersalinan yang traumatic.
·
Depresi
jika janin cacat atau meninggal.
D.
Penatalaksanaan
Distosia
Bahu
1.
Penatalaksanaan distosia (APN 2007) :
a)
Mengenakan
sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril.
b)
Melaksanakan
episiotomi secukupnya dengan didahului dengan anastesi lokal.
c)
Mengatur
posisi ibu Manuver Mc Robert.
·
Pada
posisi ibu berbaring terlentang, minta ibu menarik lututnya sejauh mungkin kea
rah dadanya dan diupayakan lurus. Minta suami/keluarga membantu.
·
Lakukan penekanan ke bawah dengan mantap
diatas simpisis pubis untuk menggerakkan bahu anterior di atas simpisis pubis.
Tidak diperbolehkan mendorong fundus uteri, beresiko menjadi ruptur uteri.
d)
Ganti
posisi ibu dengan posisi merangkak dan kepala berada di atas.
·
Tekan
ke atas untuk melahirkan bahu depan.
·
Tekan
kepala janin mantap ke bawah untuk melahirkan bahu belakang.
2.
Penatalaksanaan
distosia bahu menurut Varney (2007) :
a)
Bersikap
relaks. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk berkonsentrasi dalam
menangani situasi gawat darurat secara efektif.
b)
Memanggil
dokter. Bila bidan masih terus menolong sampai bayi lahir sebelum dokter
adatang, maka dokter akan menangani perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk
tindakan resusitasi.
c)
Siapkan peralatan tindakan resusitasi.
d)
Menyiapkan
peralatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan.
e)
Beritahu
ibu prosedur yang akan dilakukan
f)
Atur posisi Mc Robert.
g)
Cek posisi bahu. Ibu diminta tidak mengejan.
Putar bahu menjadi diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila
melintang. Kelima jari satu tangan diletakkan pada dada janin, sedangkan kelima
jari tangan satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara
hati-hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf
brakhialis.
h)
Meminta pendamping persalinan untuk menekan
daerah supra pubik untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam
melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan pleksus syaraf
brakhialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan cara kedua tangan saling
menumpuk diletakkan di atas simpisis. Selanjutnya ditekan ke arah luar bawah
peru
i)
Bila persalinan belum menunjukkan kemajuan,
kosongkan kandung kemih karena dapat menganggu turunnya bahu, melakukan
episiotomy, melakukan pemeriksaan dalam untuk mencari kemungkinan adanya
penyebab lain distosia bahu. Tangan diusahakan memeriksa kemungkinan :
·
Tali
pusat pendek.
·
Bertambah
besarnya janin pada daerah thorak dan abdomen oleh karena tumor.
·
Lingkaran
bandl yang mengindikasikan akan terjadi ruptur uteri.
j)
Mencoba kembali melahirkan bahu. Bila distosia
bahu ringan, janin akan dapat dilahirkan.
k)
Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan
alat untuk membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan prinsip
skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang menjadi bahu depan searah
jarum jam, kemudian di putar kembali dengan posisi bahu belakang menjadi bahu
depan berlawanan arah dengan jarum jam putar 180⁰. Lakukan gerakan pemutaran
paling sedikit 4 kali, kemudian melahirkan bahu dengan menekan kepada ke arah
luar belakang disertai dengan penekanan daerah suprapubik.
l)
Bila
belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janin seperti langkah
m)
Bila
tetap belum berhasil, maka langkah selanjutnya mematahkan klavikula anterior
kemudian melahirkan bahu anterior, bahu posterior, dan badan janin.
n)
Melakukan
maneuver Zavenelli, yaitu suatu tindakan untuk memasukkan kepala kembali ke
dalam jalan lahir dengan cara menekan dinding posterior vagina, selanjutnya
kepala janin di tahan dan dimasukkan, kemudian dilakukan SC.
2.3.2
Distosia Kelainan Vulva
A.
Pengertian
Distosia
vulva adalah persalinan
yang sulit disebabkan karena atresia vulvae
(tertutupnya vulva), ada yang bawaan ada juga yang diperoleh misalnya karena radang atau trauma.
B.
Etiologi
Edema vulva
dijumpai pada preklamsia dan gangguan gizi atau malnutrisi atau pada persalinan
yang lama atau paersalinan terlantang. Wanita hamil sering mengeluh melebarnya
pembuluh darah di tungkai vagina, vulva dan wasir serta menghilang setelah anak
lahir. Hal ini karena reaksi sistem vena terutama dinding pembuluh darah
seperti otot-otot di tempat lain melemah akibat pengaruh hormon steroid.
Kelainan yang dapa tmenyebabkan distosia vulva :
Kelainan
yang bisa menyebabkan distosia vulva ialah oedema vulva, kelainan bawaan,
varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata, fistula dan vulvitis
diabetika.
a.
Edema
Vulva
Edema
(oedema) vulva adalah meningkatnya volume cairan ekstraseluler dan
ekstravaskuler (cairan interstitium) yang disertai dengan penimbunan cairan
abnormal dalam sela-sela jaringan dan rongga serosa (jaringan ikat longgar dan
rongga-rongga badan) pada vulva.
·
Penyebab
Edema bisa timbul pada waktu kehamilan. Biasanya sebgai
gejala preklamsi akan tetapi dapat pula timbul karena sebab lain misalnya
gangguan gizi atau pada persalinan yang lama.
b.
Kelainan
Bawaan (Stenosis Vulva)
Stenosis
vulva merupakan kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali,atau
dapat pula terjadi hanya orifisium uretra eksternum saja yang nampak/
penyempitan vulva/vagina atau akibat perlengketan dan parut karena peradangan
atau perlukaan pada persalinan yang lalu.
·
Penyebab
Biasanya
terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-ulkus yang
sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan.
c.
Varises
Pelebaran
pembuluh darah vena yang terjadi pada vulva.Selain kelihatan kurang baik
pelebaran pembuluh darah ini dapat merupakan sumber perdarahan potensial pada
waktu hamil maupun persalinan.Kejadian varises ini makin meningkat pada
kehamilan makin tinggi dan segera akan menghilang atau berkurang setelah
persalinan.
·
Penyebab
Hal
ini karena reaksi system vena pembuluh darah, seperti otot-otot di tempat lain
melemah akibat hormone estrogen. Penyebab utama varises adalah lemah/rusaknya
katup pembuluh vena.Pada pembuluh vena terdapat katup – katup yang berfungsi
untuk menahan agar darah tidak turun/bergerak mundur. Dengan adanya katup pada
pembuluh vena menyebabkan darah akan terus mengalir ke arah jantung. Katup yang
rusak atau lemah akan membuat darah bergerak mundur yang mengakibatkan darah
berkumpul di dalam dan menyebabkan gumpalan yang mengganggu aliran darah yang
disebut sebagai varises.
Karena
factor heriditer bahaya
dalam kehamilan dan persalinan adalah :
· Bila pecah akan
terjadi perdarahan sedikit/banyak.
·
Bila
pecah dapat pula terjadi emboli udara dan bisa berakibat fatal.
d.
Hematoma
Pecahnya
pembuluh darah vena yang menyebabkan perdarahan,yang dapat terjadi saat
kehamilan berlangsung atau yang lebih sering pada persalinan.Hematoma vulva dan
vagina dapat besar,disertai bekuan darah bahkan perdarahan yang masih aktif.
·
Penyebab
1.
Hematoma
vulva disebabkan oleh kebocoran pembuluh darah yang mengalami nekrosis akibat
tekanan yang lama.
2.
Kumpulan
darah diluar pembuluh darah terjadi karena dinding pembuluh darah, arteri, vena
atau kapiler, telah dirusak dan darah telah bocor kedalam jaringan-jaringan
dimana tidak pada tempatnya.Pembuluh darah yang pecah menyebabkan hematoma
dijaringan ikat menjadi renggang, di sekitar vulva atau ligamentum latum.
3.
Hematoma
vulva dapat juga terjadi karena trauma(diluar persalinan) misalnya jatuh
terduduk pada tempat yang keras atau koitus kasar.
e.
Kondiloma
Akuminata
Merupakan
pertumbuhan pada kulit selaput lendir yang menyerupai jengger ayam jago.
Berlainan dengan kondiloma latum: permukaan kasar papiler, tonjolan lebih
tinggi, warnaya lebih gelap. Kondiloma akuminata berbentuk seperti kembang
kumis atau cauliflower dengan ditengahnya
jaringan ikat dan ditutup terutama bagian atas oleh epitel dengan
hyperkeratosis. Penyakit terdapat dalam bentuk kecil dan besar, sendirian atau
dalam suatu kelompok.Lokasinya ialah pada berbagai bagian vulva, pada perineum,
pada daerah perianal, pada vagina dan serviks uteri.Dalam hal-hal yang terakhir
ini terdapat leukorea.
·
Penyebab
Kondiloma
Akuminata disebabkan oleh suatu jenis virus yang banyak persamaanya dengan
penyebab veruka vulgaris. Adanya leukorea oleh sebab lain mempermudah tumbuhnya
virus dan kondiloma akuminata. Kelainan ini juga lebih sering ditemukan pada
kehamilan karena lebih banyak vaskularisasi dan cairan pada jaringan.
f.
Fistula
Kejadian
fistula ini sudah jarang dijumpai karena persalinan kasep yang makin jarang
terjadi.Fistula vesikovaginal atau fistula rectovaginal biasanya terjadi pada
waktu bersalin baik sebagai tindakan operatif maupun akibat nekrosis tekanan.
·
Penyebab
Akibat
tekanan langsung jaringan lunak antara kepala janin yang telah berada di dasar
panggul dengan jalan lahir tulang.Tekanan lama antara kepala dan tulang
panggul,menyebabkan gangguan sirkulasi sehingga terjadi kematian jaringan local
dalam 5-10 hari lepas dan terjadi lubang. Akibatnya terjadi inkotenensia alvi.
Oleh karena itu,setelah melakukan pertolongan persalinan kasep perlu dilakukan
eksplorasi untuk mencari kemungkinan robekan jalan lahir yang dapat menjadi
fistula.
2.3.3 Distosia Kelainan Vagina
A. Pengetian
Distosia
vagina adalah atau kesuitan dalam jalanya persalinan yang dikarenakan adanya kelainan
di vagina yang menghalangi lancarnya peralinan. Distosia dapat di sebabkan
karena kelainan his (his hipotonik dan his hipertonik), karena kelainan besar
anak, bentuk anak (hidrosefalus, kembar siam, prolaps tali pusat), letak anak
(letak langsung dan letak melintang), serta karena kelainan kalenjar rahim.
B.
Etiologi
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang
menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia vagina dapat menghalangi
konsepsi. Kelainan vagina yang cukup sering dijumpai dalam kehamilan dan
persalinan adalah septum vagina terutama
vertikal longitudinal.
C.
Pelatalaksanaan
Cara yang
efektif untuk tindakan persalinan septun tersebut adalah denganrobekan spontan
atau disayat dan diikat. Tindakan ini dilakukan pula bila ada dispareuni. Sikap
bidan dalam menghadapi kelainan ini adalah menegakkan kemungkinan septum
vagina. Vertikal atau longitudinal pada waktu melakukan pemeriksaan dalam dan
selanjutnya merujuk enderita untuk mendapat pertolongan persalinan sebagaimana
mestinya.
D.
Kelainan distosia vagina
a.
Kelainan
Vagina (Aplasia vagina)
Pada aplasia vagina, diintroitus
vagina terdapat cekungan yang agak dangkal atau yang agak dalam.
·
Penyebab
Kelainan congenitalatau pertumbuhan atau pembentukan
organ janin yang tidak sempurna di dalam kandungan pada masa kehamilan
b.
Stenosis
Vagina Kongenital
Jarang
terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara
lengkap atau tidak lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri.Septum lengkap
biasanya tidak menimbulkandistosia
karena bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun
lahirnya janin.Septum tidak lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin
pada persalinan dan harus dipotong dahulu.
·
Penyebab
Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat
perlukaan dan radang.Pada stenosis etap kaku dalam kehamilan dan merupakan
halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan seksio ceaserea.
c.
Tumor
Vagina
Dapat
merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginaan, adanya tumor vagina bisa pula
menyebabkan persalinan per vaginam dianggap mengandung terlampau banyak
resiko.Tergantung dari jenis dan besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah
persalinan dapat berlangsung secara per vaginam atau diselesaikan dengan seksio
sesar.
d.
Kista
Vagina
·
Penyebab
Kista
vagina berasal dari duktus gartner atau duktus muller, letak lateral dalam
vagina bagian proximal, ditengah, distal di bawah orifisium urethra
eksterna.Bisa berukuran kecil dan besar sehingga bukan saja mengganggu
pertumbuhan namun dapat pula menyukarkan persalinan.
2.3.4 Distosi Kelainan Uterus/Serviks
A. Pengertian
Distosia serviks/uteri adalah terhalangnya kemjuan persalinan disebabkan
kelainan serviks uteri. Walaupun his norml dan baik, kadang-kadang pembukaan
serviks jadi macet karena ada kelainan yang menyebabkan serviks tidak membuka.
B.
Etiologi
Penyebab distosia serviks uteri adalah adanya kelainan pada letak rahim diantaranya: perut gantung (abdomen
pendulum), hyperanteflexio, retroplexio uteri, prolapsus uteri, mioma uterus,
kanker rahim.
C.
Diagnosis
Diagnosis
dapat ditegakkan dengan beberapa kali moment opname pemeriksaan dalam yaitu his baik tetapi pembukaan serviks tidak bertambah dan pemeriksaan dilakukan 2-3 kali antara 1-2 jam.
D.
Penangananan
Pada kondisi serviks yang kaku setelah ditegakkan diagnose memang serviks kaku dan setelah pemberian obat-obatan seperti valium dan pethidin tidak merubah sifat kekakuan tindakan kita adalah melakukan Caesar. Jika adanya serviks gantung bila dalam observasi keadaan tetap begitu dan tidak ada kemajuan pembukaan ostium uteri internum, maka pertolongan yang tepat adalah Caesar.
E. Kelainan yang dapat menyebabkan distosia
uterus/serviks
a. Retroflexio Uteri
Adalah
uterus hamil yang semakin lama semakin besar terkurung dalam rongga
panggul,tidak dapat keluar memasuki rongga perut.Kehamilan pada retrofleksi
uteri tidak banyak dijumpai karena kemampuan mobilisasi uterus selama hamil dan
melepaskan diri dari ruangan pelvis minor.Jarang sekali kehamilan pada uterus
dalam retroflexio mencapai umur cukup.
·
Penyebab
Terkurung
uterus,mungkin uterus retrofleksi,tertahan karena adanya perlekatan-perlekatan
atau oleh sebab lain yang tidak diketahui (fiksata).Terdapat kemungkinan dari
nasib kehamilannya
:
1.
Koreksi
spontan : dimana pada kehamilan
3 bulan korpus dan fundus naik masuk kedalam rongga perut.
2.
Abortus : hasil konsepsi
terhenti berkembang dan keluar,karena sirkulasi tertentu
3.
Koreksi tidak sempurna : dimana bagian yang
melekat tetap tertinggal sedangkan bagian uterus yang hamil naik masuk ke dalam
rongga perut disebut retrofleksia uteri gravidi partialis.Nasib kehamilan
selanjutnya bisa abortus, partus prematurus,terjadi kesalahan letak dan
bersalin biasa.
b. Prolapsus Uteri
Prolapsus uteri atau
turunnya uterus dapat dibagi menjadi 3 tingkat :
1.
Tingkat
I: Uterus turun dengan serviks uteri sampai introitus vagina.
2.
Tingkat
II : Sebagian uterus keluar
dari vagina.
3.
Tingkat
III : Uterus keluar seluruhnya
dari vagina dengan inversion vagina.
Biasanya
prolapsus uteri yang inkomplit berkurang karena setelah bulan ke IV uterus naik
dan keluar dari rongga panggul kecil.Tetapi ada kalanya portio ini menjadi
oedemateus.Kadang-kadang disertai pula dengan sistokel dan rektokel.
·
Penyebab
1.
Terjadi
karena kelemahan ligament endopelvik terutama ligamentum tranversal dapat
dilihat pada nullipara dimana terjadi elangosiopoli disertai prolapsus uteri
tanpa sistokel tetapi ada enterokele.Pada keadaan ini fasia pelvis kurang baik
pertumbuhannya dan kurang kerenggangannya
2.
Faktor penyebab lain yang sering adalah
melahirkan dan menopause.
3.
Persalinan lama dan sulit:
ü Meneran sebelum
pembukaan lengkap.
ü Laserasi dinding
vagina bawah pada kala 2
ü Penatalaksaan
pengeluaran plasenta.
ü Reparasi otot-otot
dasar panggul yang tidak baik.
4.
Pada menopause
Karena
hormon estrogen telah berkurang sehingga otot dasar panggul menjadi melemah.
·
Penatalaksaan
Indikasi
melakukan operasi pada prolapsus uteri tergantung dari beberapa factor seperti
umur penderita,keinginannya untuk mendapatkan anak atau untuk mempertahankan
uterus,tingkat prolapsus dan adanya keluhan.
c. Kelainan Bawaan Uterus
Secara embriologis
uterus, vagina, servik dibentuk dari kedua duktus muller yang dalam pertumbuhan
mudigah mengalami proses penyatuan.
·
Penyebab
Kelainan
bawaan dapat terjadi akibat gangguan dalam penyatuan, dalam berkembangnya kedua
saluran muller dan dalam kanalisasi. Uterus didelfis atau uterus
duplek terjadi apabila kedua saluran muller berkembang sendiri-sendiri tanpa
penyatuan sedikitpun sehingga terdapat 2 saluran telur, 2 serviks, dan 2
vagina. Uterus
subseptus terdiri atas 1 korpus uteri dengan septum yang tidak lengkap, 1
serviks, 1 vagina, cavum uteri kanan dan kiri terpisah secara tidak
lengkap.Uterus arkuatus hanya mempunyai cekungan di fundus uteri.Kelainan ini
paling ringan dan sering dijumpai.Uterus birkornis unilateral. Radi mentarius
terdiri atas 1 uterus dan disampingnya terdapat handuk lain. Uterus unikornis
terdiri atas 1 uterus, 1 serviks yang berkembang dari satu saluran kanan dan
kiri.Kelainan ini dapat menyebabkan abortus, kehamilan ektopik dan kelainan
letak janin.
No comments:
Post a Comment