Thursday, 6 May 2021

MAKALAH AGAMA Manusia dalam Alqur’an

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1.  Latar belakang

Setiap makhluk hidup di muka bumi di ciptakan oleh ALLAH SWT, dimana sebagai  makhluk ciptaannya kita wajib menyukuri apa yang telah di berikan kepada kita, termasuk pemberian keturunan untuk melanjutkan generasi selanjutnya.

ISLAM bukan agama yang suka mempersulit kita, tapi juga jangan terlalu di mudah-mudahkan,

Disini kita mencoba untuk mengkaji bagian-bagian yang di bolehkan dan di larang dalam islam.

Seperti  (1) Pengertian manusia. (2) Proses kejadian manusia. (3) Komponen penting dalam diri manusia. (4) Tugas manusia sesuai dengan kaidah agama.

 

1.2.  Tujuan

a.       Untuk mengetahui pengertian manusia menurut pandangan Islam.

b.      Untuk mengetahui dari apa manusia itu diciptakan.

c.       Untuk menjelaskan bagaimana asal kejadian manusia dan siapa pencipta-Nya berdasarkan Al-Qur’an,

d.      Untuk mengetahui bagaimana proses penciptaan manusia.

e.       Untuk mengetahui komponen-komponen dalam diri manusia.

f.       Untuk mengetahui tugas manusia sesuai dgn kaidah agama.


 

BAB  II

PEMBAHASAN

 

2.1    Pengertian Manusia dalam Alqur’an

Quraish Shihab mengutip dari Alexis Carrel dalam “Man the Unknown”, bahwa banyak kesukaran yang dihadapi untuk mengetahui hakikat manusia, karena keterbatasan-keterbatasan manusia sendiri.

Istilah kunci yang digunakan Al-Qur’an untuk menunjuk pada pengertian manusia menggunakan kata-kata basyar, al-insan, dan ann-nas.

Kata basyar disebut dalam Al-Qur’an 27 kali. Kata basyar menunjuk pada pengertian manusia sebagai makhluk biologis (QS Ali ‘Imran :47) tegasnya memberi pengertian kepada sifat biologis manusia, seperti makan, minum, hubungan seksual dan lain-lain.

Kata al-insan dituturkan sampai 65 kali dalamAl-Qur’an yang dapat dikelompokkan dalam tiga kategori. Pertama al-insan dihubungkan dengan khalifah sebagai penanggung amanah (QS Al-Ahzab :72), kedua al-insan dihubungankan dengan predisposisi negatif dalam diri manusia misalnya sifat keluh kesah, kikir (QS Al-Ma’arij :19-21) dan ketiga al-insan dihubungkan dengan proses penciptaannya yang terdiri dari unsur materi dan nonmateri (QS Al-Hijr :28-29). Semua konteks al-insan ini menunjuk pada sifat-sifat manusia psikologis dan spiritual.

Kata an-nas yang disebut sebanyak 240 dalam Al-Qur’an mengacu kepada manusia sebagai makhluk sosial dengan karateristik tertentu misalnya mereka mengaku beriman padahal sebenarnya tidak (QS Al-Baqarah :8)

Dari uraian ketiga makna untuk manusia tersebut, dapatdisimpulkan bahwa manusia adalah mahkluk biologis,psikologis dan sosial. Ketiganya harus dikembangkan dan diperhatikan hak maupun kewajibannya secara seimbang dan selalu berada dalam hukum-hukum yang berlaku (sunnatullah)

Kata “Abdi” berasal dari kata bahasa Arab yang artinya memperhambakan diri, ibadah (mengabdi/memperhambakan diri). Manusia diciptakan oleh Allah agar ia beribadah kepada-Nya. Pengertian ibadah di sini tidak sesempit pengertian ibadah yang dianut oleh masyarakat pada umumnya, yakni kalimat syahadat, shalat, puasa, zakat, dan haji tetapi seluas pengertian yang dikandung oleh kata memperhambakan dirinya sebagai hamba  Allah. Berbuat sesuai dengan kehendak dan kesukaann (ridha) Nya dan menjauhi apa yang menjadi larangan-Nya.

Sebagai orang yang beriman kepada Allah, segala pernyataan yang keluar dari mulut tentunya dapat tersingkap dengan jelas dan lugas lewat kitab suci Al-Qur’an sebagai satu kitab yang abadi. Dia menjelaskan bahwa Allah menjadikan manusia itu agar ia menjadi khalifah (pemimpin) di atas bumi ini dan kedudukan ini sudah tampak jelas pada diri Adam (QS Al-An’am :165 dan QS Al-Baqarah :30) di sisi Allah menganugerahkan kepada manusia segala yang ada dibumi, semula itu untuk kepentingan manusia (ia menciptakan untukmu seluruh apa yang ada dibumi ini. QS Al-Baqarah :29). Maka sebagai tanggung jawab kekhalifahan dan tugas utama umat manusia sebagai makhluk Allah, ia harus selalu menghambakan dirinyakepada Allah Swt.

Untuk mempertahankan posisi manusia tersebut, Tuhan menjadikan alam ini lebih rendah martabatnya daripada  manusia. Oleh karena itu, manusia diarahkan Tuhan agar tidak tunduk kepada alam, gejala alam (QS Al-Jatsiah :13) melainkan hanya tunduk kepada-Nya saja sebagai hamba Allah (QS Al-Dzarait :56). Manusia harus menaklukanya, dengan kata lain manusia harus membebaskan dirinya dari mensakralkan atau menuhankan alam.

Jadi dari uraian tersebut diatas bisa ditarik kesimpulan secara singkat bahwa manusia hakikatnya adalah makhluk biologis, psikolsogi dan sosial yang memiliki dua predikat statusnya dihadapan Allah sebagai Hamba Allah (QS Al-Dzarait:56) dan fungsinya didunia sebagai khalifah Allah (QS Al-Baqarah:30); al-An’am:165), mengantur alam dan mengelolanya untuk mencapai kesejahteraan kehidupan manusia itu sendiri dalam masyarakat dengan tetap tunduk dan patuh kepada sunnatullah.

 

2.2  Proses Penciptaan Manusia Menurut Al-Qur’an

Al-Qur’an menyatakan proses penciptaan manusia mempunyai dua tahapan yang berbeda, yaitu: Pertama, disebut dengan tahapan primordial. Manusia pertama, Adam a.s. diciptakan dari al-tin (tanah), al-turob (tanah debu), min shal (tanah liat), min hamain masnun (tanah lumpur hitam yang busuk) yang dibentuk Allah dengan seindah-indahnya, kemudian Allah meniupkan ruh dari-Nya ke dalamA diri (manusia) tersebut (Q.S, Al An’aam:2, Al Hijr:26,28,29, Al Mu’minuun:12, Al Ruum:20, Ar Rahman:4). Kedua, disebut dengan tahapan biologi. Penciptaan manusia selanjutnya adalah melalui proses biologi yang dapat dipahami secara sains-empirik. Di dalam proses ini, manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh (Q.S, Al Mu’minuun:12-14). Hadits yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim menyatakan bahwa ruh dihembuskan Allah swt. ke dalam janin setelah ia mengalami perkembangan 40 hari nuthfah, 40 hari ‘alaqah dan 40 hari mudghah.

Penciptaan manusia dan aspek-aspeknya itu ditegaskan dalam banyak ayat. Beberapa di antaranya sebagai berikut:

1.      Manusia tidak diciptakan dari mani yang lengkap, tetapi dari sebagian kecilnya (spermazoa).

2.      Sel kelamin laki-lakilah yang menentukan jenis kelamin bayi.

3.      Janin manusia melekat pada rahim sang ibu bagaikan lintah.

4.      Manusia berkembang di tiga kawasan yang gelap di dalam rahim.

5.      Setetes Mani

Sebelum proses pembuahan terjadi, 250 juta sperma terpancar dari si laki-laki pada satu waktu dan menuju sel telur yang jumlahnya hanya satu setiap siklusnya. Sperma-sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh si ibu sampai menuju sel telur karena saluran reproduksi wanita yang berbelok2, kadar keasaman yang tidak sesuai dengan sperma, gerakan ‘menyapu’ dari dalam saluran reproduksi wanita, dan juga gaya gravitasi yang berlawanan. Sel telur hanya akan membolehkan masuk satu sperma saja.

Artinya, bahan manusia bukan mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya. Ini dijelaskan dalam Al-Qur’an :

“Apakah manusia mengira akan dibiarkan tak terurus? Bukankah ia hanya setitik mani yang dipancarkan?” (QS Al Qiyamah:36-37).

a.       Segumpal Darah Yang Melekat di Rahim

Setelah lewat 40 hari, dari air mani tersebut, Allah menjadikannya segumpal darah yang disebut ‘alaqah.

“Dia telah menciptakan manusia dengan segumpal darah”. (al ‘Alaq/96:2).

Ketika sperma dari laki-laki bergabung dengan sel telur wanita, terbentuk sebuah sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” , zigot ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya menjadi “segumpal daging”. Tentu saja hal ini hanya dapat dilihat oleh manusia dengan bantuan mikroskop.

Tapi, zigot tersebut tidak melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan carangnya. Melalui hubungan semacam ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari tubuh sang ibu bagi pertumbuhannya. Pada bagian ini, satu keajaiban penting dari Al Qur’an terungkap. Saat merujuk pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah menggunakan kata “alaq” dalam Al Qur’an. Arti kata “alaq” dalam bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Kata ini secara harfiah digunakan untuk menggambarkan lintah yang menempel pada tubuh untuk menghisap darah.

b.      Pembungkusan Tulang oleh Otot

Disebutkan dalam ayat-ayat Al Qur’an bahwa dalam rahim ibu, mulanya tulang-tulang terbentuk, dan selanjutnya terbentuklah otot yang membungkus tulang-tulang ini.

“Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang-belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik” (QS Al Mu’minun:14)

Para ahli embriologi beranggapan bahwa tulang dan otot dalam embrio terbentuk secara bersamaan. Karenanya, sejak lama banyak orang yang menyatakan bahwa ayat ini bertentangan dengan ilmu pengetahuan. Namun, penelitian canggih dengan mikroskop yang dilakukan dengan menggunakan perkembangan teknologi baru telah mengungkap bahwa pernyataan Al-Qur’an adalah benar kata demi katanya.

Penelitian di tingkat mikroskopis ini menunjukkan bahwa perkembangan dalam rahim ibu terjadi dengan cara persis seperti yang digambarkan dalam ayat tersebut. Pertama, jaringan tulang rawan embrio mulai mengeras. Kemudian sel-sel otot yang terpilih dari jaringan di sekitar tulang-tulang bergabung dan membungkus tulang-tulang ini.

c.       Saripati Tanah dalam Campuran Air Mani

Cairan yang disebut mani tidak mengandung sperma saja. Ketika mani disinggung di Al-Qur’an, fakta yang ditemukan oleh ilmu pengetahuan modern, juga menunjukkan bahwa mani itu ditetapkan sebagai cairan campuran: “Dialah Yang menciptakan segalanya dengan sebaik-baiknya, Dia mulai menciptakan manusia dari tanah liat. Kemudian Ia menjadikan keturunannya dari sari air yang hina.” (Al-Qur’an, 32:7-8).

           

2.3    Komponen Penting Dalam Diri Manusia

Manusia diciptakan sebagai pemimpin dimuka bumi ini tak lain adalah karena manusia mampu dibandingkan dengan Makhluk Allah SWT yang lainnya. betapa tidak, karena kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada HambaNya yaitu manusia adalah sangat luar biasa, salah satunya adalah al ‘aql (akal). dalam diri manusia terdapat 3 komponen penting yang harus dijaga dan dipenuhi kebutuhannya, yaitu:

Pertama, adalah jasmani, ini merupakan komponen yang bisa dirasa, diraba dan dilihat. Komponen jasmaniah ini seperti halnya mata, hidung, tangan, pada intinya yang berkaitan dengan fungsi biologis manusia. dilihat secara kasap mata mungkin hanya perlu penjagaan dari hal-hal yang dzohir misalnya dari sesuatu yang bisa melukai jasmani manusia, namun secara hakikiah jasmaniah perlu penjagaan dari sifat yang bisa merusak komponen yang ada didalamnya. salah satunya menjaga dari perbuatan maksiat.

kedua, adalah ruhani, ini tingkatannya lebih dalam dari jasmani. ruhani adalah jiwa maupun ruh yang ada pada diri manusia, ini merupakan komponen penting bagi manusia. sifat keruhanian adalah cara ataupun pendekatan seorang hamba kepada Allah SWT. kebutuhan ruhani ini berada ditengah tengah komponen manusia. seorang yang hubungan ruhaniyah dengan Allah SWT akan mendapatkan kebaikan didunia maupun diakhirat sebab kebutuhan ruhani ini tidak bisa ditipu maupun dilihat oleh mata. ini bersifat hubungan antara Allah dan hambaNya tanpa ada orang lain yang mengetahuinya.

ketiga, Nurani merupakan komponen yang paling dalam diantara komponen-komponen yang lainnya. komponen ini yang sering kita kenal dengan “hati kecil”. nurani ini berisikan kasih sayang, komponen ini selalu  menunjukkan kepada hal kebaikan, dan tidak pernah menunjukkan kepada kebathilan. kketika seseorang melakukan keburukan maka nurani ini akan merasa tidak nyaman dengan tindakan yang telah dilakukan. oleh karena itu ketika kita melakukan sesuatu namun ada yang membisik dan merasa tidak nyaman pada diri kita itulah hati nurani yang berbicara. namun kalau kita lihat orang yang melakukan pembunuhan kepada sahabatnya dan tidak merasa bersalah ataupun tidak merasa berdosa, itu menandakan bahwasannya hati nuraninya sudah tertutup oleh keburukan yang telah dilakukannya secara berkala, sehingga tidak adalagi kasih sayang yang ada dalam dirinya. Rasulullah menggambarkan nurani ini dalam sebuah hadis ketahuilah, bahwa dalam tubuh terdapat mudghah (segumpal daging), jika ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya. jika ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. ketahuilah bahwa segumpal daging tersebut adalah hati. (H.R. Bukhari Muslim)

 

2.4    Tugas Manusia Sesuai Dengan Kaidah Agama

Di dalam Al Quran, sedikitnya ada tiga hal utama yang menjadi tugas manusia di dunia, yaitu:

1.      Menjadi khalifah Allah

Sebelum manusia diciptakan pada al qur’an dijelaskan bahwa ada percakapan antara allah dengan malaikat mengenai penciptaan manusia.pada surat Al-Baqarah ayat 30 telah dijelaskan seperti berikut:

Artinya :        

”Ingatlah ketika tuhanmu berfirman pada para malaikat :”sesungguhnya Aku hendakmenciptakan khalifah dibumi.mereka (malaikat) menjawab berkata :”mengapa engkau hendak menjadikan khalifah dibumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah,padahal kami (malaikat) senantiasa bertasbih dengan memuji engkau dan mensucikan  engkau? allah berfirman : sesungguhnya allah mengetahui apa yang sedang kamu ketahui”.

Pada ayat tersebut allah merencanakan menciptakan manusia sebagai khalifah di bumi didalam ayat tersebut ada sedikit perdebatan antara malaikat dengan allah yaitu menurut malaikat manusia diciptakan di bumi memang sebagai khalifa namun juga bisa membuat pertumpahan darah dan tidak bisa menjaga mandat sebagai khalifa di bumi. Namun allah menjawab dengan tegas bahwa allah mengetahui apa yang tidak diketahui oleh malaikat yaitu rencana allah terhadap penciptaan manusia,kemudihan allah menjelaskan bahwa manusia bisa menjadi khalifah di bumi karena manusia akan diberi akal sehingga manusia dapat memiliki kemampuan dan keterampilan.

Sehingga sebagai khalifatullah, manusia diberi fungsi sangat besar, karena Allah Maha besar maka manusia sebagai wakil Nya di muka bumi diberi tangung jawab pengelolaan alam semesta untuk kesejahteraan ummat manusia, karena alam semesta memang diciptakan Tuhan untuk manusia.

2.      Menyembah Allah

Sebagai hamba Alah, manusia adalah kecil dan tak memiliki kekuasaan, oleh karena itu tugasnya hanya menyembah kepada Nya dan berpasrah diri kepada Nya. Allah tidak menciptakan manusia kecuali untuk mengabdi kepadanya. Mengabdi dalam bentuk apa? Ibadah dengan menjalankan perintahnya dan menjauhi larangannya seperti tercantum dalam Al-qur’an. Seperti  dalam surat Al-Bayyinah ayat 5 :

Artinya:

” padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah allah dengan memurnikan ketaatan kepada allah dalam menjalankan agama yang lurus,dan supaya mereka mendirikan shalat,dan menunaikan zakat,dan yang demikian itulah agama yang lurus”. (Q.S Al Bayyinah :5)

Perintah ataupun tugas yang diberikan oleh Allah kepada manusia dalam beribu-ribu macam bentuk dimulai dari hal yang paling kecil menuju kepada hal yang paling besar dengan berdasarkan dan berpegang kepada Al-qur’an dan hadist didalam menjalankannya.Begitupun sebaliknya dengan larangan-larangannya yang seakan terimajinasi sangat indah dalam pikiran manusia namun sebenarnya balasan dari itu adalah neraka yang sangat menyeramkan,sangat disayangkan bagi mereka yang terjerumus kedalamnya.Na’uudzubillaahi min dzalik

Dalam hadist shohih diungkapkan bahwa jalan menuju surga itu sangatlah susah sedangkan menuju neraka itu sangatlah mudah.Dua itu adalah pilihan bagi setiap manusia dari zaman dahulu hingga sekarang,semua memilih dan berharap akan mendapatkan surga,namun masih banyak sekali orang-orang yang mengingkari dengan perintah Allah bahkan mereka lebih tertarik dan terbuai untuk mendekati,menjalankan larangan-larangannya. Sehingga mereka bertolak belakang dari fitrahnya sebagai manusia hamba Allah yang ditugasi untuk beribadah. Oleh karenanya,mereka tidak akan merasakan hidup bahagia di dunia dan bahagia di akhirat.

3.      Memakmurkan dan Memelihara Bumi

Dalam rangka ikhtiar memakmurkan bumi manusia telah diberi modal dasar yang telah melekat pada diri manusia di awal penciptaan nya.Yakni beupa akal dan pikiran.Makadengan ada nya akal dan pikiran maka manusia dapat melakukan penelitian dan mencari pengetahuan bagaimana mengelola semua amanah yang di berikan Allah SWT.

Memelihara di sini tidak hanya secara fisik saja.Tetapi segala yang ada di alam harus di peli           hara.Termasuk juga dalam memelihara akidah dan akhlak manusia itu sendiri sebagai sumber daya manusia yang akan memanfaatkan alam.Karena itu meski dalam konteks memelihara alam,namun secara praktek adalah dengan membina akidah adan akhlak.Kedua hal ini penting agar tetap terjadi kesamaan dalam tujuan yang ditetapkan oleh Allah SWT.Keseragaman akhlak dan akidah akan tetap menyatukan manusia dalam visi yang satu,yakni manusia sebagai khalifah.


 

BAB III

PENUTUP

 

3.1    Kesimpulan

a.       Pengertian manusia menurut pandangan Islam, manusia itu makhluk yang mulia dan terhormat di sisi-Nya, yang diciptakan Allah dalam bentuk yang amat baik. Manusia diberi akal dan hati, sehingga dapat memahami ilmu yang diturunkan Allah, berupa al-Quran menurut sunah rasul. Dengan ilmu manusia mampu berbudaya. Allah menciptakan manusia dalam keadaan sebaik-baiknya (at-Tiin : 95:4).

b.      Manusia adalah makhluk yang sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satunya makhluk hidup yang mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri. Ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.

c.       Proses kejadian manusia berdasarkan Al-Qur’an dan As Sunnah terjadi dalam dua tahap. Pertama, tahapan primordial, yakni proses penciptaan nabi Adam a.s sebagai manusia pertama. Kedua, tahapan biologi, yakni manusia diciptakan dari inti sari tanah yang dijadikan air mani (nuthfah) yang tersimpan dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian nuthfah itu dijadikan darah beku (‘alaqah) yang menggantung dalam rahim. Darah beku tersebut kemudian dijadikan-Nya segumpal daging (mudghah) dan kemudian dibalut dengan tulang belulang lalu kepadanya ditiupkan ruh.

d.      Manusia diciptakan sebagai pemimpin dimuka bumi ini tak lain adalah karena manusia mampu dibandingkan dengan Makhluk Allah SWT yang lainnya. betapa tidak, karena kelebihan yang diberikan Allah SWT kepada HambaNya yaitu manusia adalah sangat luar biasa, salah satunya adalah al ‘aql (akal).

e.       Manusia diciptakan oleh Allah SWT mempunyai tujuan dan tugas.Ada pun tujuan  manusia di ciptakan adalah untuk  mengabdi kepada Allah SWT.Sedangkan tugas manusia,yakni :

1.      Menjadi khalifah

2.      Menyembah Allah

3.      Memakmurkan dan Memelihara bumi

Tiga tugas itu saling berkaitan satu sama lain nya.Sebagai seorang khalifah manusia diberi tanggung jawab untuk mengelola bumi untuk kesejahteraan umat manusia dan menyemabah Allah dengan beribadah yaitu melaksanakan semua perintah nya dan menjahui semua larangan nya.Dan dalam hal memakmurkan dan memelihara bumi maka manusia harus mempunyai akidah dan akhlak yang akan membina manusia dalam memelihara dan memakmurkan bumi itu sendiri.

 

3.2         Saran

Setelah bagaimana proses manusia itu diciptakan, hendaknya setiap manusia bisa sadar akan tujuan hidupnya yaitu untuk mencari keridhaan Allah SWT, karena jiwa yang memperoleh keridhaan Allah adalah jiwa yang berbahagia, mendapat ketenangan, serta akan memperoleh imbalan surga. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhainya. Maka masuklah dalam jamaah hamba-hambaku. Dan masuklah ke dalam surgaku.” (QS Al Fajr : 27-30)

Selama hidup di dunia manusia wajib beribadah, menghambakan diri kepada Allah. Seluruh aktivitas hidupnya harus diarahkan untuk beribadah kepada Allah SWT sebagai pencipta semua makhluk.

Semoga dapat menjadi pembelajaran bagi kita semua sehingga kita menjadi manusia yang senantiasa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.

Dengan terselesaikannya makalah ini semoga bermanfaat bagi semuanya dan pembaca khususnya. Penyusun menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan yang harus dibenahi. Untuk itu masukan-masukan dari pihak-pihak yang merespon makalah ini sangat ditunggu.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Fathoni Ahmad Miftah Drs., M.Ag, Pengantar Studi Islam, 2001,  Semarang, Gunung Jati.

 

http://www.gudangmateri.com/2010/12/proses-penciptaan-manusia-menurut-islam.html

 

(3) http://www.anneahira.com/peranan-manusia-sebagai-khalifah.html

 

(4) http://id.shvoong.com/humanities/religion-studies/2197225-tugas-manusia-di-bumi-menurut/#ixzz29ovFksDG

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

No comments:

Post a Comment