Thursday, 6 May 2021

ASKEP LANSIA DALAM KELUARGA TENTANG DIABETES MELLITUS

 

BAB II

 

PEMBAHASAN

 

 

A.    PENGERTIAN

Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah (hiperglikemia). Pada diabetes, kemampuan tubuh bereaksi terhadap insulin dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin. Keadaan ini memicu terjadinya komplikasi metabolic akut sepert katoasidosis dan sindrom hiperglikemia hiperosmolar non ketotik (HHNK)

Diabetes mellitus dibagi kedalam beberapa tipe yang berbeda berdasarkan penyebab, perjalanan klinik dan terapinya.

v  Klasifikasi diabetes mellitus yang utama adalah :

a.       Tipe I, yaitu DM yang tergantung dengan insulin atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM). Kurang lebih 5% - 10% penderita mengalami diabetes mellitus tipe ini. DM tipe I terjadi karena pancreas  dihancurkan oleh suatu proses autoimun. Ditandai dengan gejala mendadak pada usia 30 tahun.

b.      Tipe II, yaitu DM yang tidak tergantung dengan insulin atau non insulin dependent diabetes mellitus (NIDDM). Dialami oleh ­­+ 90% - 95% penderita. Terjadi akibat penurunan sensitifitas terhadap insulin (retensi insulin) atau akibat penuruna jumlah produksi insulin.

c.       DM yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya (DM sekuder).

d.      DM gestansional (GDM) biasanya pada kehamilan.

B.     ETIOLOGI

1.      Tipe I

Ø  Faktor Genetik

Penderita Diabetes tidak mewarisi DM tipe I itu sendiri, tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecendrungan genetic keruang terjadi DM tipe I. Kecendrungan genetic ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen Human Leucocytes Antigen (HLA)

Ø  Faktor-faktor Immunologi

Pada DM tipe I terdapat bukti adanya suatu respon atoiumun respon ini abnormal dimana anti bodi bekerja untuk jaringan tubuh normal dengan cara menganggap seolah sebagai jaringan asing

Ø  Faktor-faktor lingkungan

Kemungkinan faktor-faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta

2.      Tipe II

Mekanisme resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II. Yang masih belum faktor genetic diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin, yaitu

a.       Usia (65 tahun keatas)

b.      Obesitas

c.       Riwayat keluarga

d.      Kelompok etnik

 

 

 

C.    PATOFISIOLOGI

1.      DM tipe I

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Ø   

Ø   

Ø   

Ø   

 

 

 

 

 


Sumber : Smeltzer dab Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medsikal Bedah Brummer dan suddarth. Vol 2, Edisi 8 (B.Indonesia). Jakarta :

EGC (P. 1222 –1223)

2.       DM Tipe II

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


Sumber :  Smeltzer & Bare (2002). Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddart. Vol 2, Edisi 8 (B. Indonesia). Jakarta *: EGC (P. 1223 – 1224)

D.    MANIFESTASI

1.      DM Tipe I (IDDM)

a.       Poliuri

b.      Polidipsi 

c.       Dehidrasi

d.      Polifagia

e.       Gejala ketoasidosis :

Ø  Nyeri aabdomen

Ø  MuaL & muntah

Ø  Anorexia

Ø  Nafas asetor

Ø  Nafas kusmaul

Ø  Penurunan kesadaran   

2.      DM Tipe II (NIDDM)

Ø  Ringan :

a.  Kelelahan

b.      Iritabilitas

c.       Poliuria

d.      Polidipsi

e.       Luka yang lama tumbuh

f.       Infeksi skunder

Ø  HHNK

a.       Hipotensi

b.      Dehidrasi berat

c. Takikardi

d.      Perubahan sensoris

e.       Kejang

f.       Hemiparesi

Ø  Penurunan kesadaran 

E.     PEMERIKSAAN FISIK DAN DIAKNOSTIK

Adanya kadar glukosa darah meningkat secara abnormal merupakan kriteria yang melandasi penegakan diagnosa diabetes, yaitu :

1.      Kadar gula darah plasma puasa ( Nuhter ) diatas 140 mg/dl.

2.      Kadar gula darah sewaktu ( Rendah ) diatas 200 mg/ dl.

Selanjutnya data yang mendukung disesuaikan dengan manifestasi klinis seperti yang disebut diatas .

  

F.     PENATALAKSANAAN

Tujuan utama terapi  adalah mencoba menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta neuropatik ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes, yaitu:

1.      Diet

Dasar penatalaksanaan DM adalah diet dan pengendalian berat badan dengan tujuan sebagai berikut:

a.       Memberikan unsur makanan esensial 

b.      Mencapai dan mempertahankan Berat badan yang sesuai

c.       Memnuhi kebutuhan energi

d.      Mencegah fluktuasi glkosa datah setiap harinya dengan mengupayakan kadar gula glukosa darah mendekati normal

e.       Menurunkan kadar lemak darah jika meningkat

Komposisi makan adalah 50% - 60% karbohidrat, 20% - 30% lemak dan 12% - 20% protein

 

2.      Latihan

Latihan dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardio vaskuler. Tetapi pada DM dengan ketoasidosis belum dapat latihan sebelum pemeriksaan keton urin menunjukkan nilai negatif. Latihan yasng dilakukan dapat berupa berjalan atau melawan tahanan. Pedoman umum latihan: 

a.       Gunakan alas kaki

b.      Hindari latihan udara yang sangat panas atau dingin

c.       Periksa kakisetiap hari sesudah latihan

d.      Hindari latihan pada saat pengendalian metabolic buruk

3.      Pemantauan glukosa dan keton

a.       Pemantauan glukosa darah secara mandiri

Metode  ini biasanya dilakukan dengan pengambilan darah setetes dari ujung jari tangan dan dibutuhkan pada strip. Khusus serta dibiarkan selama 45-60 detik.baru dibaca hasilnya dengan membedakan utama. Keuntungannya praktis dan ekonomis,tetapi kelemahannya membutuhkan kemampuan visud yang baik

b.      Pemeriksaan Hiperglikemi pagi hari

Metode ini dilakukan dengan memeriksa darah pasien pada jam 3 pagi hasilnya dapat digunakan dalam pengaturan pemberian insulin

a.       Pemeriksaan Hemoglobin  Glikosida

b.      Pemeriksaan urin untuk glukosa

c.       Pemeriksaan urin untuk keton 

 

 

4.      Terapi insulin

a.       DM tipe I membutuhkan insulin eksogenus. Biasanya diberikan 2 kali atau lebih sehari  untuk mengendalikan kenaikan glukosa darah sesudah makan atau pada malam hari

b.      DM tipe II membutuhakan insulin untuk terapui jangka panjang jika diet dan obat hipoglikemi oral tidak berhasil

 

G.     ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian

a.       Wawancara

Perlu dikaji gejala-gejala poliuria, polidipsu dan polipagia pada pasien dengan DM Tipe I datang ke RS dengan keluhan nyeri abdomen, mual dan muntah, anoreksia dan sesak. Sedangkan pada DM Tipe II biasanya dapat mentokerir poliuria dan polidipsi berminggu-minggu. Baru setelah terjadi penurunan atau perubahan neurologis maka pasien dibawa ke RS. Keluhan yang sering pada DM Tipe II adalah kellahan ektrenitas terasa kebas. Bajkan kadang-kadang dengan keluhan luka yang tidak sembuh-sembuh.

b.      Pemeriksaan fisik

è  Inspeksi        :     Lemah, banyak minum dan makan, dehidrasi, penurunan, kesadaran, hemiparese, kejang, sesak, (kusmaul)

è  Auskultasi    :     Hipotensi, adanya gangguan jantung, takikardi

 

2.      Analisa data

a.       Subjektif

è  Poliuria, polidipsi, polifagia

è  Nyeri abdomen

è  Mual dan muntah

è  Anorexia

è  Lelah

è  Ekstremitas terasa kebas

è  Luka tak sembuh-sembuh

è  Penurunan berat badan

b.      Objektif

è  Tanpak lemah

è  Dehidrasi

è  Penurunan kesadaran

è  Kejang

è  Hipotensi

è  takikardi

3.      Diagnosa keperawatan

a.       Gangguan pemenuhan cairan dan elektrolit; kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses diuresis osmotic

b.      Gangguan pemenuhan nutrisi; kurang dai kebutuhan tubuh berhubungan dengan proses glikoneogenesis

c.       Kurang pengetahuan tentang kondisi dan perawatan mandiri berhubungan dengan kurangnya informasi yang diterima

d.      Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan menurunnya daya tahan tubuh dan hiperglikemi

4.      Rencana keperawatan

a.       Diagnosa keperawatan (a)

Tujuan : Kebutuahan cairan elektrolit secara adekuat.

Intervensi

Rasional

-    Observasi tanda-tanda dehidrasi

 

-    Ukur input dan output cairan

-    Anjurkan kepada pasien untuk tetap mempertahankan masukan cairan peroral

-    Kolaborasi untuk pemberian larutan fisiologis melalui IVFD sesuai indikasi

-    Observasi tanda-tanda vital

 

 

-    Pantau nilai elektrolit serum khususnya natrium dan kalium

 

-      Untuk mengidentifikasi gejala kekurangan cairan

-      Menetukan kebutuhan cairan

-      Mengatasi kekurangan cairan secara fungsional melalui mulut

 

-      Membantu pemasukan cairan dan elektrolit melalui IVFD, sehingga keseimbangan dapat tercapai

-      Perubahan tanda-tanda vital dapat megindikasikan adanya defisit cairan elektrolit

-      Hipernatremia dapat menyebabkan defisit cairan dan pengeluaran kalsium yang berlebihan

 

 

 

 

 

 

 

 

 

b.      Diagnosa keperawatan (b)

Tujuan : Kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi tanpa memperberat kondisi penyakit

Intervensi

Rasional

-    Tentukan tipe DM pada pasien

 

 

 

-    Diskusikan jenis makanan yang dapat dikonsumsi bersama dengan keluarga dan pasien

-    Berikan insulin eksogenus pada DM Tipe I sebelum makan (+ 15 menit) sesuai dengan order dari dokter

-    Kolaborasi dengan ahli diit untuk menetukan jenis makanan dan komposisi nutrisi yang harus diberikan kepada pasien

-    Observasi tanda-tanda ketoasidosis atau HHNK

 

-    Pantau kadar glukosa darah secara berkala sesuai dengan idikasi

 

-      Untuk menentukan tingkat ketergantungan terhadap insulin eksogennsus

 

-      Untuk meningkatkan kadar glukosa darah akibat pemasukan makanan

 

-      Mengandalikan kadar glukosa darah akibat pemasukan makanan

 

-      Memberikan diet yang tepat dengan disertai pengendalian kadar glukosa darah

 

-      Mewaspadai adanya peningkatan kadar glukosa darah akibat pemasukan makanan

-      Mencegah kondisi hiperglikemi yang tidak terkendali

 

 

 

 

 

 

c.       Diagnosa Keperawatan (c)

Tujuan : Pengetahuan pasien dan keluarga tentang Diabetes Mellitus dan Penatalaksanaannya dapat ditungkatkan

Intervensi

Rasional

-      Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang pengertian, gejala dan penatalaksaan DM

-      Ajarkan kepada pasien dan keluarga tentang pengaturan diit untuk pasien DM

-      Ajarkan cara memberika insulin melalui IV kepada pasien dan keluarga. Jika pasien tergantung kepada insulin eksogenus untuk mengendalikan kadar glukosa darah

-      Anjurkan kepada pasien untuk melakukan latihan fisik ringan seperti berjalan atau latihan melawan tahanan.

-        Menigkatkan penahanan pasien dan keluarga

 

-        Meningkatkan kemandirian dalam perawatan pasien

 

-        Meningkatkan kemandirian dalam perawatan psien dirumah

 

 

 

 

 

-        Meningkatkan kemampuan pasien  dalam memelihara kesegaran

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

Smeltzer dan Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Brummer dan Suddarth, Vol 2, Edisi 8 (B.Indonesia).

Jakarta: EGC (P.1222-1223)

 

Smeltzer dan Bare (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Brummer dan Suddarth, Vol 2, Edisi 8 (B.Indonesia).

Jakarta : EGC (P.1223-1224)

 

 

No comments:

Post a Comment