LAPORAN PENGANTAR HASIL
TEKNOLOGI PERIKANAN
PROSES PEMBEKUAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacore) SEGAR DI PT. NAGATA PRIMA
TUNA
I.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Ikan tuna termasuk dalam keluarga Scombroidae,
tubuhnya seperti cerutu. mempunyai dua sirip pungung, sirip depan yang biasanya
pendek dan terpisah dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Sirip dada
terletak agak keatas, sirip perut kecil, sirip ekor bercagak agak kedalam dengan jari-jari penyokong menutup seluruhu junghipural. Tubuh ikan tuna tertutup oleh sisik-sisik kecil,
berwarna biru tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya, sebagian besar memiliki sirip tambahan
yang berwarna kuning cerah dengan pinggiran berwarna gelap (Ditjen Perikanan, 1983).
Ikan tuna
merupakan salah satu ikan ekonomis penting di
dunia dengan harga yang relative tinggi. Permintaan dunia akan ikan ini terus meningkat terutama untuk tujuan Jepang sehingga aktifitas penangkapan terus meningkat.
Dampak dari penangkapan ini mulai terlihat dengan terjadinya penurunan hasil tangkapan dan bahkan penurunan bobot per ekor ikan yang tertangkap. Ini merupakan salah satu indikasi telah terjadinya penurunan populasi
tuna di alam oleh akibat lebih tangkap. Sementara teknologi perbenihan belum berkembang. Jepang sebagai pioneer dalam perbenihan ikan tuna baru berhasil dalam penelitian skala laboratorium.
Pemerintah Jepang berpendapat bahwa Indonesia bertanggung jawab atas kelangsungan perikanan
tuna duniakarena Indonesia merupakan salah satu nega rapengeksporikan
tuna terbesardunia. Untuk itu perlu dilakukan studi tentang perbenihan ikan tuna di wilayah perairan tropis.
II. KLASIFIKASI
DAN MORFOLOGI TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacore)
2.1. Klasifikasi
Tuna Sirip Kuning
Klasifikasi ikan tuna sirip kuning
atau yellowfin tuna adalah sebagai berikut:
Kingdom :Animalia
Phylum :Chordata
Sub phylum :Vertebrata Thunnus
Class :Teleostei
Sub Class :Actinopterygii
Ordo :Perciformes
Genus :Thunnus
Species :Thunnus Albacore (Albacore)
Gambar
1. Tuna sirip kuning
2.2.
Morfologi Tuna Sirip kuning
Ciri-ciri Fisik Ikan Tuna Sirip
Kuning
Tubuh yang
berukuran besar, berbentuk fusiform (torpedo), sedikit kompres dari sisi ke
sisi. Jari-jari insang 26-34 pada lengkuangan pertama. Memiliki dua sirip
dorsal/punggung, sirip depan biasanya pendek dan terpisah oleh celah yang kecil
dari sirip belakang. Mempunyai jari-jari sirip tambahan (finlet) 8-10 finlet
dibelakang sirip punggung dan sirip anal 7-10 finlets. Memiliki sisip pelvik
yang kecil.
Pada spesimen
yang berukuran besar memiliki sirip dorsal kedua dan sirip anal yang sangat
panjang, mencapai lebih dari 20% panjang cagak; sirip pektoralnya cukup
panjang, biasanya lebih dari panjang sirip dorsal kedua biasanya 22-31% dari
panjang fork. Sirip ekor bercagak agak ke dalam dengan jari-jari penyokong
menutup seluruh ujung hipural. Sirip ekornya berbentuk sangat ramping dan
terdiri dari 3. Tubuhnya tertutup oleh sisik yang sangat kecil, berwarna biru
tua dan agak gelap pada bagian atas tubuhnya.
Sisik
berukuran besar kadang berkembang namun jarang nampak. Tanda sisik yang
berukuran besar membentuk semacam lingkaran disekeliling tubuh pada bagian
belakang kepala, dan kemudian berkurang di bagian belakang sirip dorsal kedua.
Ikan ekor kuning berwarna biru tua gelap pada sisi belakang dan diatas tubuhnya
dengan perut kuning atau silver. Sirip dorsal, sirip anal dan jari-jari sirip
tambahan berwarna kuning menyala. Memiliki permukaan ventral hati yang cukup
halus. Ikan ekor kuning matanya kecil dan memiliki gigi berbentuk kerucut.
Kantung renang terdapat pada jenis tuna ini
III.
TEKNIK PEMBEKUAN TUNA SIRIP KUNING (Thunnus albacore) SEGAR DI Pt.
NAGATA PRIMA TUNA
3.1.
Penerimaan Bahan
Baku
·
Sortir (Sortasi)
Sortasi
adalah pemisahan ikan/hasil ikan berdasarkan jenis, ukuran, dan tingkat
kesegaran. Berdasarkan ukuran terdiri atas ikan kecil, sedang, dan besar.
Berdasarkan tingkat kesegarannya, ikan terbagi menjadi ikan segar dan ikan yang
telah mengalami kemunduran mutu/terkontaminasi mikroba.
Pada
umumnya sortasi dilakukan terhadap ikan yang akan diekspor. Pada saat ikan akan
diproses, ikan dikeluarkan dari tempat penyimpanan dan diletakkan berjajar di
atas meja prosesing. Tujuan tahapan sortasi adalah memisahkan besar kecilnya ikan,
jenis-jenis ikan segar maupun
yang tidak segar, hal ini dikerjakan untuk memperoleh mutu ikan
yang sesuai dengan standar.
·
Penimbangan
(weighing)
Ikan hasil sortir
di angkut kebagian penimbangan. Ikan ditimbang lalu dicatat oleh petugas. Tujuan penimbangan yaitu untuk mengetahui berat
total ikan yang datang dari supplier
dan menghitung berapajumlah ikan tiap ukuran dan jenisnya serta sebagai pengawasan hasil sortasi (Suseno ,2008).
·
Checker (Menentukan berat ikan dan grade ikan)
Sedangkan Grade
pada tuna diinisialkandari yang kualitasnya yang bagus hingga yang buruk berturut-turut yaitu A, AA, AAA, untuk tujuan mengetahui berat ikan
berdasarkan grade yang elah di tetapkan.Selai n penggunaan inisial tersebut, adapula yang
menginisialkan kelas atau grade pada ikan tuna dengan inisial Grade warna. Penetapan inisial dalam penentuan grade ikan
tuna memang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. Namun demikian, umumnya tuna
dikelaskan berdasarkan tingkat kesegaran, warna daging, kadar lemak, kondisi dan ukuran fisik.
Gambar 2. Kode Warna Grade dan Size
·
GG ( gline and gite )
Pembersihan hasil perikanan bertujuan menghilangkan sebagian besar mikroba yang yang terdapat pada tubuh ikan. Pembersihan sangat bergantung pada ukuran ikan; ikanbesar, sedang atau kecil.Pada ikan yang berukuran besar (seperti tuna, tenggiri), sisik,
insang dan isi perut harus dibersihkan terlebih dahulu baru dilakukan pembelahan sepanjang garis punggung kearah perut (tetapi jangan sampai terbelah dua) agar dagingnya tidak terlalu tebal. Isi perut dikeluarkan dengan cara menarik insang secara perlahan-lahan hingga seluruh isi perut dapat ditarik melalui rongga insang
Gambar 3.
Pembuangan insang dan isi perut
·
Pencucian (watching)
Ikan tuna dicuci dengan air yang mengalir. Pencucian ikan
tuna ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran, darah, lendir, dan benda-benda
asing lainnya yang masih melekat pada permukaan kulit ikan sehingga dapat
meminimalkan kontaminasi bakteri.
Setelah dilakukan pencucian, suhu ikan tuna di cek supaya
bisa di proses. Suhu ikan tuna yang <6ºc bisa diproses sedang kan suhu yang >6ºc tidak bisa diproses.
3.2.
Ruang Proses
·
Pemotongan Kepala (head
cutting)
Tujuan pemotongan kepala tuna sirip kuning supaya mendapatkan hasil daging yang bersih yang
terbebas dari isi perut dan kepalaikan.
Cara
pemotongan kepala yaitu dengan menempatkan ikan di atas papan pemotongan, lalu
dipotong secara lurus dengan menggunakan golok yang tajam pada daerah atas
belakang mata sampai bawah tutup insang untuk menghilangkan kepala. Cara pemotongan kepala tuna yang baik yaitu:
1. Menempatkan ikan di atas papan pemotongan dengan kepalanya di sebelah
kiri.
2. Memegang dan mengangkat sirip dada. Menusukkan pisau di dekat pangkal
sirip dan potong ke arah garis dorsal. Menggerakkan pisau perlahan mengikuti
garis tutup insang.
3. Memotong tepat di belakang pangkal insang hingga ke sirip dada mengikuti
garis tutup insang. Sirip dada ada yang dipotong dari pangkal insang dan ada
juga yang tidak sesuai permintaan pembeli.
4.
Membalikkan ikan,
mengulangi dua langkah terakhir. Kemudian potong tulang belakang hingga kepala
terlepas. Alat pemotong dapat
menggunakan pisau besar atau gergaji.
Setelah itu baru memotong tutup insang dengan
menggunakan golok (pisau besar). Setelah pemotongan kepala, lalu memotong ekor
tuna yaitu sekitar ±20 cm dari ujung ekor tuna.
·
Pembagian
Loing dibelah 4 (Loinning)
Pembuatan loin
dilakukan dengan
membagi badan menjadi empat bagian dimana daging dipotong sepanjang garis dorsal hingga mencapai tulang belakang. Selanjutnya 4 bagian daging (loin) di
lepaskan dari tulang dan duri-duri yang masih tersisa. Setiap loinnya dibentuk menjadi bagian yang lebih
kecil dengan berat masing-masing tergantung dari besar kecilnya ukuran ikan
tuna.
·
Pembuangan daging hitam ( dark meat )
Daging gelap pada ikan di buang dengan hati-hati sampai tidak tersisa dan tidak menggenai daging lainnya. Saat di lakukan
trimming di lakukan juga pengecekan ada atau tidaknya bagian kulit dan tulang yang tersisa,
apabila terdapat sisa kulit atau tulang maka harus di buang.g
·
Pembuangankulit (
skinning )
Pembuangan kulit pada daging ikan menggunakan pisau yang tajam dan tipis yang telah disanitasikan. Pemisahan kulit dilakukan dengan hati-hati dan secepat mungkin. Kulit ikan
dibuang hingga tidak tersisa pada daging. Kulit terletak pada bagian bawah dan
daging pada bagian atas, kemudian kulit dipotong mulai dari kiri hingga bersih.
·
Perapihan
Daging (Trimming)
Perapihan bertujuan untuk membersihkan loin dari serat-serat yang masih tersisa, menghilangkan daging gelap dan tulang-tulang yang
masih tertinggal dipermukaan loin, yake (daging berwarna pucat seperti daging yang sudah matang) dan juga
kemungkinan adanya selaput darah dan lendir yang masih tersisa.
Trimming
dilakukan dengan hati-hati supaya daging merah tidak ikut terbuang dan dilakukan dengan cepat dalam kondisi bersih.
3.3. Ruang CO
·
Penyemprotan Gas CO
Tuna
loin kemudian di masukkan ke ruang CO, dari ruang proses melalui jendela yang
menghubungkan ruangan tersebut. Loin disusun di atas spon yang panjang,
penyuntikan dilakukan dengan cara menancapkan jarum suntik yang didesain khusus
ke dalam daging yang dilakukan keseluruh bagian produk, agar kadar CO dalam
daging merata. Setelah disuntik, loin dimasukkan dalam plastik panjang dan disemprotkan
CO untuk memberikan warna merah di bagian luar daging.
Penyemprotan gas CO bertujuan untuk mencerahkan daging
ikan tuna agar daging tampak lebih cerah merata dan menambah kualitas daging
ikan.
·
Loing
disimpan diruang chilling
Setiap loing yang dikemas kemudian di simpan kedalam chilling
room suhu di dalam ruang tersebut -1-1ºc dan selama 2 hari (±48 jam).
Gambar 4. Ruang Chilling Room
·
Perapihanulang
(Retaucing)
Perapihan ulang (Retaucing) adalah perapihan kembali daging ikan
Adapun tahapan Retuching adalah :
a.
Pengeluaran dari Plastik
Steak yang disimpan dalam ruangan chilling, kemudian dikeluarkan untuk
diganti plastik vakum yang baru dan bebas dari kotoran.
b. Perapiahan
Ulang
Perapihan ini dilakukan dengan tujuan untuk merapihkan bentuk,
manghilangkan sisa daging gelap yang masih tersisa dan untuk mendapatkan steak
yang bersih dan bentuknya lebih bagus serta sesuai dengan standar
c. Penimbangan
Penimbangan disini bertujuan untuk mengetahui berat
masing-masing steak yang sudah dirapihkan dengan menggunakan timbangan digital
ukuran 60 kg, dengan cara hati-hati dan tetap mempertahankan rantai dingin.
d. Pengemasan
Setelah penimbangan loing tersebut
selanjutnya dimasukkan dalam plastik jenis polyethylene yang sudah diberi label
Gambar 5.
Pengemasas
3.4.
Ruang Vakum
· Pemvakuman
(Vacuum
sealing)
Produk
yang telah dikemas menggunakan plastik, kemudian divakum dengan menggunakan
mesin vakum otomatis. Sebelum mesin vakum beroperasi dibersihkan menggunakan
lap yang dibasahi dengan air dan dilakukan pengecekan terlebihi dahulu untuk
memperoleh fungsi mesin yang normal. Vakuum berfungsi untuk menghampakan udara
yang ada di dalam plastik yang terbuka. Produk yang telah divakuum, dilakukan
sortasi terhadap
keretakan kemasan, bila terdapat kemasan yang retak, maka dilakukan pemvakuuman
ulang.
Pemvakuman ini bertujuan untuk
menghindari kemungkinan berkembangnya bakteri aerobic dengan menekan sekecil mungkin jumlah oksigen dalam bahan
pengemas ataupun produk. Pembungkus harus kedap udara untuk mengurangi oksidasi
produk (Murniyati dan Sunarman, 2000)
Gambar 6.Mesin
Vakum Otomatis
·
Metal detector
Produk satu per satu dilewatkan dibawah Metal Detector
untuk mamastikan ada tidaknya kandungan logam di dalam produk.
3.5. Ruang ABF ( Air Blazt Frezer )
· Loing dimasukkan ke ruang ABF
Sebelum dilakukan pembekuan, ABF (Air Blazt Freezer) yang
akan digunakan dibersihkan terlebih dahulu dan tidak boleh terdapat
air padasaat ABF dioperasikan. Loing yang selesai divakum kemudian di tatarapi
di atas pan dan selanjutnya pan
di susun dalam rak pembekuan dengan suhu ABF (-35 )-(-45)ºC.
Pada kondisi suhu beku ini bahan pangan menjadi awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan enzim tidak aktif.
· Metal Detector
Setelah loing dikeluarkan dari ruang ABF produk satu per satu dilewatkan lagi dibawah
Metal Detector untuk mamastikan ada tidaknya kandungan logam di dalam produk dan benda-benda
lainnya.
Gambar 7. Metal
Detector
3.6.
Penyimpanan beku (Cold storage)
Produk
yang sudah di packing disimpan dalam pembekuan dingin (Cold Storage) sebelum dilakukan pengiriman agar kualitas tetap
terjaga. Sistem penyimpanan dalam cold
storage menggunakan sistem FIF(First
in first out), lama penyimpanan tidak menentu dari ekspor yang dilakukan
perusahaan tersebut. Penataan produk dalam cold
storage diatur sedemikian rupa yaitu produk beku disusun secara rapi agar
udara dingin dapat menyebar keseluruh bagian produk. Udara dingin yang dihasilkan
dari mesin pendingin pada suhu -23oC dengan fluktuasi suhu 2oC yang terjadi jika pintu dibuka
saat dilakukan pemasukan produk maupun pembongkaran dalam cold storage.
Gambar 8.
Penyimpanan beku (Cold storag)
3.7.
Ekspor (Stuffing)
Stuffing
merupakan
suatu tahapan akhir dari semua rangkaian proses pengolahan ikan beku. Produk
yang akan dikirim sebelumnya dilakukan pemeriksaan (inspection) oleh pihak
pembeli. Pengiriman dilakukan apabila ada pembeli yang memesan dan akan dikirim
bila sudah ada kesepakatan antara pembeli dengan pihak perusahaan, serta
melengkapi data atau berkas yang dianggap penting, dimana suhu produk tetap
terjaga suhunya. Sistem pengeluaran dan pemuatan produk beku dari dalam cold storage ke dalam containner hendaknya mengikuti sistem
FIFO (First infirst out) sehingga
tidak ada produk lama tersimpan dalam cold
storage.
Sebelum containner diisi dengan produk, dilakukan pendinginan hingga
mencapai suhu -10oC. Setelah
containner pengiriman penuh, alat refrigrasi containner dinyalakan dan
pintu langsung ditutup rapat kemudian disegel agar tidak terjadi penurunan suhu
serta menghindari terjadinya kontaminasi bakteri, suhu dalam containner mencapai -20oC.
Produk
ikan tuna srip kuning yang telah di olah di Pt. Nagata Prima Tuna di ekspor ke
Vietnam, Korea dan Jepang.
Gambar
9. Kemasan Tuna sirip kuning siap diekspor
IV.
PENUTUP
A.
Kesimpulan
·
Teknik pembekuan
tuna sirip kuning segar di Pt. Nagata Prima Tuna di mulai dari peerimaan bahan
baku, penyortiran, penfilletan, pencucian, pemotongan kepala, pembuangan daging
gelap, pemisahan kulit, perapiahan, penyemprotan gas CO, pengvakuman, pembekuan
diruang ABF, pengmasan produk, penyimpanan di cold storage sampai
stuffing/ekspor.
·
Dengan adanya PKL
ini elah meambah wawasan dan ilmu baru untuk penulis di bidang perikanan.
Penulis juga dapat membandingkan antara teori di kampus dengan pengalaman di
lapangan.
No comments:
Post a Comment