BAB I
PEDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hati merupakan organ terbesar dalam tubuh manusia. Di
dalam hati terjadi proses-proses penting bagi kehidupan kita, yaitu proses
penyimpanan energi, pengaturan metabolisme kolesterol, dan penetralan
racun/obat yang masuk dalam tubuh kita, sehingga dapat kita bayangkan akibat
yang akan timbul apabila terjadi kerusakan pada hati.
Sirosis hepatis adalah suatu penyakit di mana
sirkulasi mikro, anatomi pembuluh darah besar dan seluruh system arsitekture
hati mengalami perubahan menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan
ikat (firosis) di sekitar paremkin hati yang mengalami regenerasi.sirosis
didefinisikan sebagai proses difus yang di karakteristikan oleh fibrosis dan
perubahan strukture hepar normal menjadi penuh nodule yang tidak normal.
Di negara maju, sirosis hati merupakan penyebab
kematian terbesar ke tiga pada pasien yang berusai 45-46 tahun ( setelah
penyakit kardiovaskuler dan kanker). Diseluruh dunia sirosis menempati urutan
ke tujuh penyebab kematian.Sekitar 25.000 orang meninggal setiap tahun akibat
penyakit ini.Sirosis hati merupakan panyakit hati yang sering ditemukan dalam
ruang perawatan penyakit dalam.Di Indonesia sirosis hati lebih sering di jumpai
pada laki – laki dari pada perempuan.dengan perbandingan 2 – 4 : 1
B. Rumusan
Masalah
- Apa
definisi sirosis hepatis ?
- Apa
saja etioogi sirosis hepatis ?
- Bagaimana
Manifestasi klinik sirosis hepatis ?
- Bagaimana
patofisiologi sirosis hepatis ?
- Bagaimana
Pemeriksaan penunjang pada sirosis hepatis ?
- Bagaimana
Pentalaksanaan pada sirosis hepatis ?
- Bagaimana
asuhan keperawatan pada klien dengan sirosis hepatis ?
C. Tujuan
Tujuan secara umum : mengerti
tentang sirosis hepatis dan memahami apa yang harus di lakukan
seorang perawat untuk menangani sirosis hepatis .
Tujuan secara khusus : mengetahui definisi, etiologi, manifestasi
klinis, patofisiologi, kompikasi, pemeriksaan penunjang, penatalaksanaan
sirosis hepatis, dan asuhan keperawatan pada pasien dengan sirosis
hepatis.
D. Manfaat
Penulisan
Dengan diselesaikannya makalah ini, diharapkan dapat
memberikan manfaat berupa :
- Mengetahui
tentang definisi sirosis hepatis.
- Mengetahui
etiologi dari penyakit sirosis hepatis.
- Untuk
mengetahui pemberian asuhan keperawatan pada kasus sirosis hepatis yang
dimulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi
BAB II
KONSEP TEORI
A.
DEFINISI SIROSIS HEPATIS
Sirosis hati adalah suatu keadaan patologis yang
menggambarkan stadium akhir fibrosis hepatic yang berlangsung progresif yang
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus
regenerative (Sudoyo Aru, dkk 2009)
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus
ditandai dengan adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya
dimulai dengan adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas,
pembentukan jaringan ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati
akan menimbulkan perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur
akibat penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut (Suzanne C. Smeltzer dan
Brenda G. Bare, 2001).
Sirosis hati adalaha prenyakit yang di tandai oleh
adanya peradangan difusi dan menahun pada hati, Diikuti dengan proliferasi
jaringan ikat, degerenasi dan regenerasi sel hati sehingga Timbul kekacauan
dalam susunan parenkim hati. (arif mansjoer, FKUI1999 )
Ada 3 tipe sirosis atau pembentukan parut dalam hati :
- Sirosis portal laennec (alkoholik nutrisional), dimana jaringan parut
secara khas mengelilingi daerah portal. Sering
disebabkan oleh alkoholis kronis.
- Sirosis
pascanekrotik, dimana terdapat pita jaringan parut yang lebar sebagai
akibat lanjut dari hepatitis virus akut yang terjadi sebelumnya.
- Sirosis bilier, dimana pembentukan jaringan parut terjadi dalam hati
di sekitar saluran empedu. Terjadi akibat obstruksi bilier
yang kronis dan infeksi (kolangitis).
Bagian hati yang terlibat terdiri atas ruang portal
dan periportal tempat kanalikulus biliaris dari masing-masing lobulus hati
bergabung untuk membentuk saluran empedu baru. Dengan demikian akan terjadi
pertumbuhan jaringan yang berlebihan terutama terdiri atas saluran empedu yang
baru dan tidak berhubungan yang dikelilingi oleh jaringan parut.
B. Etiologi
Sirosis Hepatis
Menurut
FKUI 1999, penyebab sirosis hepatis antara lain:
1. Malnutrisi
2. Alkohol
3. Virus
hepatis
4. Hemokromatosis
(kelebihan zat besi)
5. Zat toksik
C.
Manifestasi Klinis Sirosis Hepatis
1.
Pembesaran hati
2.
Varises gastrointestinal
3.
Edema
4.
Obstruksi portal dan asites
5.
Defisiensi vitamin dan anemia
6.
Kemunduran mental
7.
Mual, muntah, anoreksia dan berat badan turun
8.
Diare
9.
Kelemahan otot dan perasaan cepat lelah
D. Patofisiologi
Sirosis Hati
Konsumsi minuman beralkohol dianggap sebagai faktor
penyebab yang utama.Sirosis terjadi paling tinggi pada peminum minuman
keras.Meskipun defisiensi gizi dengan penurunan asupan protein turut
menimbulkan kerusakan hati pada sirosis, namun asupan alkohol yang berlebihan
merupakan faktor penyebab utama pada perlemakan hati dan konsekuensi yang
ditimbulkannya.Namun demikian, sirosis juga pernah terjadi pada individu yang
tidak memiliki kebiasan minum dan pada individu yang dietnya normal tapi dengan
konsumsi alkohol yang tinggi.
Faktor lain diantaranya termasuk pajanan dengan zat
kimia tertentu (karbon tetraklorida, naftalen, terklorinasi, arsen atau fosfor)
atau infeksi skistosomiastis dua kali lebih banyak daripada wanita dan
mayoritas pasien sirosis berusia 40 – 60 tahun.
Sirosis hepatis biasanya memiliki awitan yang insidus
dan perjalanan penyakit yang sangat panjang sehingga kadang-kadang melewati
rentang waktu 30 tahun/lebih.
Pada awal perjalanan sirosis, hati cenderung membesar
dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak.Hati tersebut menjadi keras dan memiliki
tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi.Nyeri abdomen dapat terjadi
sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi sehingga
mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula Glissoni). Pada
perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan berkurang setelah
jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati. Apabila dapat dipalpasi,
permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh kegagalan
fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena
portal dan dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak
memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah tersebut akan
kembali ke dalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa
organ-organ ini menjadi tempat kongesti pasif yang kronis; dengan kata lain,
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat
bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cenderung menderita
dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-angsur
mengalami penurunan.
Cairan yang
kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan menyebabkan asites. Hal ini
ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting dullness atau
gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring telangiektasis, atau
dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru kemerahan, yang
sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan keseluruhan tubuh.
Obstruksi
aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrofik juga
mengakibatkan pembentukan pembuluh darah kolateral sistem gastrointestinal dan
pemintasan (shunting) darah dari pernbuluh portal ke dalam
pernbuluh darah dengan tekanan yang lebih rendah. Sebagai akibatnya, penderita
sirosis sering memperlihatkan distensi pembuluh darah abdomen yang mencolok
serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput medusae), dan distensi pembuluh
darah di seluruh traktus gastrointestinal. Esofagus, lambung dan rektum bagian
bawah merupakan daerah yang sering mengalami pembentukan pembuluh darah
kolateral. Distensi pembuluh darah ini akan membentuk varises atau temoroid
tergantung pada lokasinya.
Karena
fungsinya bukan untuk menanggung volume darah dan tekanan yang tinggi akibat
sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami ruptur dan menimbulkan
perdarahan. Karena itu, pengkajian harus mencakup observasi untuk mengetahui
perdarahan yang nyata dan tersembunyi dari traktus gastrointestinal. Kurang
lebih 25% pasien akan mengalami hematemesis ringan; sisanya akan mengalami
hemoragi masif dari ruptur varises pada lambung dan esofagus.
Gejala lanjut
lainnya pada sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
Konsentrasi albumin plasma menurun sehingga menjadi predisposisi untuk
terjadinya edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi
natrium serta air dan ekskresi kalium.
Karena
pembentukan, penggunaan dan penyimpanan vitamin tertentu yan tidak memadai
(terutama vitamin A, C dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin tersebut
sering dijumpai, khususnya sebagai fenomena hemoragik yang berkaitan dengan
defisiensi vitamin K. Gastritis kronis dan gangguan fungsi gastrointestinal
bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut
menimbulkan anemia yang sering menyertai sirosis hepatis. Gejala anemia dan
status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan mengakibatkan kelelahan
hebat yang mengganggu kemampuan untuk melakukan aktivitas rutin sehari-hari.
Manifestasi
klinik lainnya adalah kemunduran fungsi mental dengan ensefalopati dan koma
hepatik yang membakat. Karena itu, pemeriksaan neurologi perlu dilakukan pada
sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien, kemampuan kognitif,
orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola bicara.
E. Komplikasi
Sirosis Hepatis
- Perdarahan
gastrointestinal
- Hipertensi
portal menimbulkan varises esopagus, dimana suatu saat akan pecah, sehingga
timbul perdarahan yang masip
- Koma
Hepatikum.
- Ulkus
Peptikum
- Karsinoma
hepatosellural
F. Pemeriksaan
Penunjang
- Pemeriksaan
fungsi hepar abnormalterdapat adanya anemia, gangguan faal hati (penurunan
kadar albumin serum, peninggian kadar globulin serum, peninggian kadar
bilirubin direk dan indirek), jumlah sel darah putih menurun (leukopenia),
dan trombositopenia, penurunan enzim kolinesterse, sertapeninggian
SGOT dan SGPT.
- Peningkatan
bilirubin serum (disebabkan oleh kerusakan metabolisme bilirubin)
- Peningkatan
kadar amonia darah (akibat dari kerusakan metabolisme protein)
- Peningkatan
alkalin fosfat serum, ALT dan AST (akibat dari destruksi jaringan)
- PT
memanjang (akibat dari kerusakan sintesis protrombin dan faktor pembekuan)
- Biopsi
hepar dapat memastikan diagnosis bila pemeriksaan serum dan
pemeriksaan radiologis tak dapat menyimpulkanUltrasound, skan CT atau MRI
dilakukan untuk mengkaji ukuran hepar, derajat obstruksi dan aliran darah
hepatik.
- Pemeriksaan
alfa feto protein (AFP). Bila ininya terus meninggi atau >500-1.000
berarti telah terjadi transformasi ke arah keganasan yaitu terjadinya
kanker hati primer (hepatoma).
- Pemeriksaan
penunjang lainnya yang dapat dilakukan antara lain ultrasonografi (USG),
pemeriksaan radiologi dengan menelan bubur barium untuk melihat varises
esofagus, pemeriksaan esofagoskopi untuk melihat besar dan panjang varises
serta sumber pendarahan, pemeriksaan sidikan hati dengan penyuntikan zat
kontras, angografi, dan endoscopic retrograde chlangiopancreatography
(ERCP).
G. Penatalaksanaan
- Istirahat
ditempat tidur sampai terdapat perbaikan ikterus, asites dan demam
- Diit
rendah protein ( diet hati III : protein 1 g/kg BB, 55 g protein , 2.000
kalori ). Bila ada asites diberikan diet rendah garam II ( 600-800mg )
atau III ( 1.000-2.000 mg ). Bila proses tidak aktif, diperlukan diet
tinggi kalori ( 2.000-3.000 kalori ) dan tinggi protein ( 80 –
125 g/ hari )
- Mengatasi
infeksi dengan antibiotik, diusahakan memakan obat-obatan yang jelas tidak
hepatotoksik
- Memperbaiki
keadaan gizi, bila perlu dengan pemberian asam amino esensial berantai
cabang dan glukos
- Roboransia,
vitamin B kompleks, dilarang makan dan minum yang mengandung alkohol.
H.
Konsep Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian keperawatan berfokuskan pada awitan gejala
dan riwayat faktor-faktor pencetus, khususnya penyalahgunaan alkohol dalam
jangka waktu yang lama disamping asupan makanan dan perubahan dalam status
jasmani serta rohani penderita.Pola penggunaan alkohol yang sekarang dan pada
masa lampau (durasi dan jumlahnya) dikaji serta dicatat.Yang juga harus dicatat
adalah riwayat kontak dengan zat-zat toksik di tempat kerja atau selama
melakukan aktivitas rekreasi.Pajanan dengan obat-obat yang potensial bersifat
hepatotoksik atau dengan obat-obat anestesi umum dicatat dan dilaporkan.
Status mental dikaji melalui anamnesis dan interaksi
lain dengan pasien; orientasi terhadap orang, tempat dan waktu harus
diperhatikan. Kemampuan pasien untuk melaksanakan pekerjaan atau kegiatan rumah
tangga memberikan informasi tentang status jasmani dan rohani.Di samping itu,
hubungan pasien dengan keluarga, sahabat dan teman sekerja dapat memberikan
petunjuk tentang kehilangan kemampuan yang terjadi sekunder akibat meteorismus
(kembung), perdarahan gastrointestinal, memar dan perubahan berat badan perlu
diperhatikan.
Status nutrisi yang merupakan indikator penting pada
sirosis dikaji melalui penimbangan berat yang dilakukan setiap hari,
pemeriksaan antropometrik dan pemantauan protein plasma, transferin, serta
kadar kreatinin.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan kelelahan dan penurunan berat badan.
b.
Gangguan
integritas kulit yang berhubungan dengan pembentukan edema.
c.
Nyeri dan
gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hati yang membesar serta nyeri tekan
dan asites.
d.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat sekunder terhadap anoreksia.
e.
Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan asites dan pembentukan edema.
f.
Ketidakefektifan pola napas berhubungan dengan
penurunan ekspansi paru
g.
Ansietas
h.
Resiko ketidakseimbangan elektrolit
i.
Diare
j.
Ketidakmampuan koping keluarga
k.
Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
l.
Resiko perdarahan
3. Intervensi
Keperawatan
Intervensi Keperawatan |
Rasional |
Hasil yang diharapkan |
|
||||||||||
Diagnosa
Keperawatan : intoleransi aktivitas berhubungan
dengan kelelahan dan penurunan berat badan. Tujuan : peningkatan
energi dan partisipasi dalam aktivitas. |
|
||||||||||||
1. Tawarkan
diet tinggi kalori, tinggi protein 2. Berikan
suplemen vitamin (A, B kompleks, C dan K) 3. Motivasi
pasien untuk melakukan latihan yang diselingi istirahat 4. Motivasi
dan bantu pasien untuk melakukan latihan dengan periode waktu yang
ditingkatkan secara bertahap |
1. Memberikan
kalori bagi tenaga dan protein bagi proses penyembuhan. 2. Memberikan
nutrien tambahan. 3. Menghemat tenaga
pasien sambil mendorong pasien untuk melakukan latihan dalam batas toleransi
pasien. 4. Memperbaiki
perasaan sehat secara umum dan percaya diri |
1. Melaporkan
peningkatan kekuatan dan kesehatan pasien. 2. Merencanakan
aktivitas untuk memberikan kesempatan istirahat yang cukup. 3. Meningkatkan
aktivitas dan latihan bersamaan dengan bertambahnya kekuatan. 4. Memperlihatkan
asupan nutrien yang adekuat dan menghilangkan alkohol dari diet. |
|
||||||||||
Diagnosa keperawatan : gangguan integritas kulit yang
berhubungan dengan pembentukan edema. Tujuan : memperbaiki
integritas kulit dan proteksi jaringan yang mengalami edema. |
|
||||||||||||
1. Batasi
natrium seperti yang diresepkan. 2. Berikan
perhatian dan perawatan yang cermat pada kulit. 3. Balik dan
ubah posisi pasien dengan sering. 4. Timbang
berat badan dan catat asupan serta haluaran cairan setiap hari. 5. Lakukan
latihan gerak secara pasif, tinggikan ekstremitas edematus. 6. Letakkan bantalan
busa yang kecil dibawah tumit, maleolus dan tonjolan tulang lainnya. |
1. Meminimalkan
pembentukan edema. 2. Jaringan
dan kulit yang edematus mengganggu suplai nutrien dan sangat rentan terhadap
tekanan serta trauma. 3. Meminimalkan
tekanan yang lama dan meningkatkan mobilisasi edema. 4. Memungkinkan
perkiraan status cairan dan pemantauan terhadap adanya retensi serta
kehilangan cairan dengan cara yang paling baik. 5. Meningkatkan
mobilisasi edema. 6. Melindungi
tonjolan tulang dan meminimalkan trauma jika dilakukan dengan benar. |
1. Memperlihatkan
turgor kulit yang normal pada ekstremitas dan batang tubun. 2. Tidak memperlihatkan luka pada
kulit. 3. Memperlihatkan jaringan yang ormal
tanpa gejala eritema, perubahan warna atau peningkatan suhu di daerah
tonjolan tulang. 4. Mengubah posisi dengan sering. |
|
||||||||||
Diagnosa
keperawatan : Perubahan status nutrisi, kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia dan gangguan gastrointestinal. Tujuan : Perbaikan
status nutrisi. |
|
||||||||||||
1. Motivasi
pasien untuk makan makanan dan suplemen makanan. 2. Tawarkan
makan makanan dengan porsi sedikit tapi sering. 3. Hidangkan
makanan yang menimbulkan selera dan menarik dalam penyajiannya. 4. Pantang
alkohol. 5. Pelihara
higiene oral sebelum makan. 6. Pasang ice
collar untuk mengatasi mual. 7. Berikan
obat yang diresepkan untuk mengatasi mual, muntah, diare atau konstipasi. 8. Motivasi
peningkatan asupan cairan dan latihan jika pasien melaporkan konstipasi. 9. Amati
gejala yang membuktikan adanya perdarahan gastrointestinal. |
1. Motivasi
sangat penting bagi penderita anoreksia dan gangguan gastrointestinal. 2. Makanan
dengan porsi kecil dan sering lebih ditolerir oleh penderita anoreksia. 3. Meningkatkan
selera makan dan rasa sehat. 4. Menghilangkan
makanan dengan “kalori kosong” dan menghindari iritasi lambung oleh alkohol. 5. Mengurangi
citarasa yang tidak enak dan merangsang selera makan. 6. Dapat
mengurangi frekuensi mual. 7. Mengurangi
gejala gastrointestinal dan perasaan tidak enak pada perut yang mengurangi
selera makan dan keinginan terhadap makanan. 8. Meningkatkan
pola defekasi yang normal dan mengurangi rasa tidakenak serta distensi pada
abdomen. 9. Mendeteksi
komplikasi gastrointestinal yang serius. |
1. Memperlihatkan
asupan makanan yang tinggi kalori, tinggi protein dengan jumlah memadai. 2. Mengenali makanan
dan minuman yang bergizi dan diperbolehkan dalam diet. 3. Bertambah
berat tanpa memperlihatkan penambahan edema dan pembentukan asites. 4. Mengenali dasar pemikiran mengapa pasien harus makan sedikit-sedikit tapi
sering. 5. Melaporkan
peningkatan selera makan dan rasa sehat. 6. Menyisihkan
alkohol dari dalam diet. 7. Turut
serta dalam upaya memelihara higiene oral sebelum makan dan menghadapi mual. 8. Menggunakna
obat kelainan gastrointestinal seperti yang diresepkan. 9. Melaporkan
fungsi gastrointestinal yang normal dengan defekasi yang teratur. 10. Mengenali
gejala yang dapat dilaporkan: melena, pendarahan yang nyata. |
|
||||||||||
Diagnosa
keperawatan : Nyeri dan gangguan rasa nyaman berhubungan dengan
hati yang membesar serta nyeri tekan dan asites. Tujuan : Peningkatan
rasa kenyamanan. |
|
||||||||||||
1. Pertahankan
tirah baring ketika pasien mengalami gangguan rasa nyaman pada abdomen. 2. Berikan
antipasmodik dan sedatif seperti yang diresepkan. 3. Kurangi
asupan natrium dan cairan jika diinstruksikan. |
1. Mengurangi
kebutuhan metabolik dan melindungi hati, Mengurangi iritabilitas traktus gastrointestinal dan
nyeri serta gangguan rasa nyaman pada abdomen. 2. Memberikan
dasar untuk mendeteksi lebih lanjut kemunduran keadaan pasien dan untuk
mengevaluasi intervensi. 3. Meminimalkan
pembentukan asites lebih lanjut. |
1. Mempertahankan
tirah baring dan mengurangi aktivitas ketika nyeri terasa. 2. Menggunakan
antipasmodik dan sedatif sesuai indikasi dan resep yang diberikan. 3. Melaporkan pengurangan rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman pada abdomen. 4. Melaporkan
rasa nyeri dan gangguan rasa nyaman jika terasa. 5. Mengurangi
asupan natrium dan cairan sesuai kebutuhan hingga tingkat yang diinstruksikan
untuk mengatasi asites. 6. Merasakan pengurangan rasa nyeri. 7. Memperlihatkan pengurangan rasa
nyeri. 8. Memperlihatkan pengurangan lingkar perut dan perubahan berat badan yang
sesuai. |
|
||||||||||
Diagnosa
keperawatan : Kelebihan volume cairan
berhubungan dengan asites dan pembentukan edema. Tujuan : Pemulihan
kepada volume cairan yang normal. |
|
||||||||||||
1. Batasi asupan natrium da 2. cairan jika diinstruksikan. 3. Berikan diuretik, suplemen kalium dan protein seperti yang
dipreskripsikan. 3. Catat
asupan dan haluaran cairan. 4. Ukur dan
catat lingkar perut setiap hari. 5. Jelaskan
rasional pembatasan natrium dan cairan. |
1. Meminimalkan
pembentukan asites dan edema. 2. Meningkatkan
ekskresi cairan lewat ginjal dan mempertahankan keseimbangan cairan serta
elektrolit yang normal. 3. Menilai
efektivitas terapi dan kecukupan asupan cairan. 4. Memantau
perubahan pada pembentukan asites dan penumpukan cairan. 5. Meningkatkan
pemahaman dan kerjasama pasien dalam menjalani dan melaksanakan pembatasan
cairan. |
1. Mengikuti
diet rendah natrium dan pembatasan cairan seperti yang diinstruksikan. 2. Menggunakan
diuretik, suplemen kalium dan protein sesuai indikasi tanpa mengalami efek
samping. 3. Memperlihatkan peningkatan
haluaran urine. 4. Memperlihatkan pengecilan lingkar
perut. 5. Mengidentifikasi rasional
pembatasan natrium dan cairan. |
|
||||||||||
Diagnosa keperawatan : Pola napas yang
tidak efektif berhubungan dengan asites dan restriksi pengembangan toraks
akibat aistes, distensi abdomen serta adanya cairan dalam rongga toraks. Tujuan : Perbaikan
status pernapasan. |
|
||||||||||||
1. Tinggalkan
bagian kepala tempat tidur. 2. Hemat
tenaga pasien. 3. Ubah
posisi dengan interval. 4. Bantu
pasien dalam menjalani parasentesis atau torakosentesis. |
1. Mengurangi
tekanan abdominal pada diafragma dan memungkinkan pengembangan toraks dan
ekspansi paru yang maksimal. 2. Mengurangi
kebutuhan metabolik dan oksigen pasien. 3. Meningkatkan
ekspansi (pengembangan) dan oksigenasi pada semua bagian paru). 4. Parasentesis
dan torakosentesis (yang dilakukan untuk mengeluarkan cairan dari rongga
toraks) merupakan tindakan yang menakutkan bagi pasien. Bantu pasien agar
bekerja sama dalam menjalani prosedur ini dengan meminimalkan resiko dan
gangguan rasa nyaman. |
1. Mengalami
perbaikan status pernapasan. 2. Melaporkan pengurangan gejala sesak napas. 3. Melaporkan peningkatan tenaga dan rasa sehat. 4. Memperlihatkan frekuensi respirasi yang normal (12-18/menit) tanpa
terdengarnya suara pernapasan tambahan. 5. Memperlihatkan pengembangan toraks yang penuh tanpa gejala pernapasan
dangkal. 6. Memperlihatkan gas darah yang normal. 7. Tidak mengalami gejala konfusi atau sianosis. |
|
||||||||||
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
SIROSIS HEPATIS
KASUS
Seorang laki laki dewasa (55 tahun) datang dengan
keluhan perut kembung, rasa tidak enak, spider navi (+), asites (+), klien
mengatakan malas untuk makan, klien waktu remaja sering mengonsumsi alcohol
dalam jangka waktu yang lama, lab : SGOT 48, SGPT 52, total protein 9,1 , hasil
USG didapatkan pembesaran hepar dan limpa.
A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Pasien
a.
Nama :
b.
Tempat dan tanggal
lahir :
c.
Pendidikan
terakhir :
d.
Agama :
e.
Status
perkawinan :
f.
Tinggi Badan / Berat
Badan :
g.
Penampilan
umum :
h.
Lemah
i.
Ciri – ciri tubuh :
j.
Alamat :
k.
, Karang Nongko, Klaten
l.
Orang terdekat yang mudah
dihubungi :
m. Hubungan dengan
klien :
n.
Tanggal masuk RS :
o.
2. Keluhan
Utama
Klien
mengeluh perutnya kembung dan rasa tidak enak.
3
Riwayat Penyakit Sekarang
Tiga hari sebelum masuk rumah sakit klien merasakan perutnya kembung. Klien
menganggap kembungnya hanya karena masuk angin biasa, sehingga hanya
diatasi dengan meminum jamu antimasuk angin dan diolesi dengan
minyak kayu putih. Dua hari berikutnya perutnya dirasakan semakin tidak enak.
Klien diperiksa ke puskesmas terdekat dan dirujuk ke RSU untuk dirawat. Pada
saat dilakukan pengkajian tanggal 23 April 2014 didapatkan adanya asites,
permukaan perut tampak tidak rata dan membesar, terdapat spider navi, ada nyeri
tekan di bagian hati dan limpa. Klien
juga mengatakan napsu makannya menurun.
4.
Riwayat Penyakit Dahulu
Klien mengatakan sewaktu remaja
sering mengonsumsi alkohol dalam jangka waktu yang lama.
5.
Riwayat Penyakit Keluarga
Ayah klien mempunyai riwayat
penyakit hepatitis sewaktu masih hidup.
6.
Riwayat Lingkungan
Tipe tempat tinggal permanent
dengan jumlah kamar ada 3. Jumlah orang yang tinggal di rumah
sebanyak 4 orang, dengan kondisi tempat tinggal penerangan cukup,
kebersihan dan kerapihan cukup, sirkulasi udara cukup,keadaan kamar mandi cukup
baik tidak terlalu tinggi dan tidak licin.
7. Pola Fungsi Kesehatan
- Pola persepsi dan pemeliharaan
kesehatan
ü Sebelum
sakit klien beraktivitas dengan normal. Klien tidak mengetahui penyakit yang
diderita klien. Klien menganggap kembung yang dirasakan hanya
sekedar kembung biasa. Klien hanya pergi ke puskesmas terdekat
saat sakit.
ü Selama sakit
klien mengurangi aktivitas, klien tidak menyukai keadaannya dan berharap cepat
sembuh.
b. Pola aktifitas dan latihan
ü Sebelum
sakit klien bekerja diperusahaan swasta. Klien jarang melakukan
kegiatan olah raga.
ü Selama sakit
klien lebih banyak istirahat.
- Pola
nutrisi dan metabolik
ü Sebelum
sakit pasien makan 3 x/sehari dengan porsi 1 kali makan habis, minum air teh
atau putih 1000 cc/hari.
ü Selama sakit
pasien makan 3x/hari dengan pola makan habis ½ porsi habis dan minum air putih
700 cc/hari.
- Pola
eliminasi
ü Sebelum
sakit pasien BAB 1x/hari dengan konsentrasi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan. BAK 900 – 1000 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
ü Selama sakit
pasien BAB 1x/hari dengan konsistensi padat, bau khas dan warnanya kuning
kecoklatan BAK 600 - 800 cc/hari dengan warna kuning pekat dan bau khas.
e. Pola istirahat dan tidur
ü Sebelum
sakit pasien tidur 7-8 jam pada malam hari dan kadang tidur siang selama 1 jam.
ü Selama sakit
pasien tidur 4-5 jam dan kadang-kadang sering terbangun. Tidur
siang 1-2 jam.
- Pola
kognitif persepsi
Pasien dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar. Pasien
mengatakan ada kembung diperut dan akan terasa nyeri
jika perut ditekan
g. Pola
sensori visual
ü Test tajam
tumpul: dapat membedakan antara tajam dan tumpul
ü Test panas
dingin : dapat membedakan antara panas dan dingin
- Pola
toleransi dan koping terhadap stress
Apabila pasien ada masalah selalu dibicarakan dengan keluarganya.
- Persepsi
diri / konsep diri
Klien mengatakan pasrah dengan penyakit yang dideritanya.Klien berharap
dapat sembuh dan dapat menjalankan aktifitasnya dengan normal.
- Pola
seksual dan reproduksi
Pasien berjenis kelamin pria dan sudah menikah mempunyai 2 anak.
K Pola nilai dan keyakinan
ü Sebelum
sakit klien selalu menjalankan kewajibannya sebagai umat muslim (shalat 5
waktu). Klien kurang mengetahui akan penyakitnya namun klien percaya bahwa
penyakitnya dapat disembuhkan.
ü Selama sakit
klien melaksanakan shalat 3 – 4 waktu dan sering berdoa
8. PEMERIKSAAN
FISIK
a.
Survey umum
- Keadaan
umum :
Lemah
- Kesadaran :
composmentis
- Tanda –
tanda vital
- TD
: 110/70 mmHg
- N
: 80 x/menit
- RR
: 24 x/menit
- Suhu : 36,50C
- Antropometri
- TB :
155 cm
- BB :
43 kg
- IMT :
17,8
- Kulit,
rambut dan kuku
1.
Kulit : Warna sawo matang, tekstur kasar, kering, turgor kembali dalam 4 detik, terdapat spider navi di perut, kulit agak kekuningan
2.
Rambut : Hitam kemerahan, kasar, penyebaran merata, tampak pendek dan lurus, dan
bersih.
3.
Kuku : warna transparan, bentuk cembung 160, dapat kembali
dalam ± 1 detik setelah ditekan, tekstur
halusdan tidak ada kotoran.
- Kepala
dan leher
1.
Kepala : Bentuk bulat lonjong, posisi tegak lurus dengan bahu, tidak ada benjolan dan
lesi, dan bersih
2.
Mata : sklera
ikterik
3.
Telinga : Simetris, serumen tidak
ada, tidak ada gangguan pendengaran
4.
Hidung : Simetris ka/ki, bersih,
tidak ada gangguan penciuman
5.
Mulut : Gigi utuh,
kebersihan cukup baik, mukosa mulut kering, caries tidak ada
6.
Leher : Tidak ada
pembesaran kelenjar teroid, kekakuan leher tidak ada
- Toraks
dan paru-paru
1.
Toraks : Simetris ki/ka, RR 24 x/menit, irama
teratur dan tidak ada suara tambahan
2.
Jantung
-
I : denyut jantung
normal, tidak ada dorongan, ictus cordis tidak tampak
- P : tidak ada pulsasi, ictus cordis teraba di midklavikula
intercosta 5
- P : ukuran dan bentuk jantung dalam batas normal
- A : terdengar suara lup dan dup, suara jantung tunggal
3.
Paru – paru
- I : Simetris
- P : Fremitus kanan / kiri : normal kanan/kiri
- P : Sonor ka/ki
- A : vesikuler ka/ki
- Abdomen
- I : Bentuk asimetris
- A : Bising usus 13x/menit
- P : Hati dan limfe teraba, nyeri tekan (+)
- P : Hipertimpani
- Genetalia : Bersih tidak ada
kelainan dibuktikan tidak terpasang kateter
- Rectum
dan anus : Klien mengatakan tidak
ada hemoroid
- Ekstremitas
- Atas : tangan kiri dan tangan kanan dapat
digerakan kesegala arah
- Bawah : Ke dua kaki dapat digerakan kesegala arah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN |
JUMLAH |
NORMAL |
SGOT |
48u/L |
3-45 u/L |
SGPT |
52u/L |
0-35 u/L |
Protein |
9,1 g/dL |
6,3 - 7,9 g/dL |
Kalium |
5,63 mEg/l |
3,6 – 5,6 mEq/l |
Natrium |
146 meq/l |
137 – 145 mEq/l |
Klorida |
109 mEg/l |
98 – 107 Eq/l |
USG |
Terdapat hematomegali dan splenomegali |
B.
ANALISA DATA
No |
Tgl/Jam |
Data |
Problem |
Etiologi |
1 |
23 April
2-14/08.30 WIB |
KlDS : - Klien
mengeluh perutnya terasa kembung. DO: - Asites
(+) - Perut
tampak membesar - Ka 5,63 mEg/l (normalnya
: 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l (normalnya
: 137 – 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya
: 98 – 107 Eq/l) |
Kelebihan
volume cairan |
Pembentukan
asites |
2 |
23 April
2-14/08.30 WIB |
DS : - P : nyeri karena perut membesar - Q : seperti ditekan - R : nyeri pada daerah perut kanan
atas - S : 5 - T : saat ditekan pada daerah
perut atas DO : -Klien tampak menyeringai saat ditekan pada daerah
perut -Perut klien tampak membesar -Pemeriksaan USG didapat hepatomegali dan
splenomegali |
Nyeri |
Pembengkakan
hepar dan limpa |
3 |
23 April
2-14/08.30 WIB |
DS : - Klien
mengatakan napsu makan menurun - Klien
mengatakan makan habis ½ porsi DO : - BB sebelum sakit 45
kg, selama sakit 43 kg - TB 155 kg - IMT 17,8 (kurus) - Klien tampak lemah - Makan habis ½ porsi |
Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (00002) |
Anoreksia |
C.
Diagnosa Keperawatan
1.
Kelebihan volume cairan berhubungan dengan pembentukan
asites
2.
Nyeri berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa
3.
Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan anoreksia
D.
Intervensi Keperawatan
NO. DX |
TUJUAN |
KRITERIA HASIL |
INTERVENSI |
RASIONAL |
TTD |
1 |
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan
kaelebihan volume cairan dapat teratasi |
- asites
(-) - ukuran perut
normal - Ka 5,3 mEg/l (normalnya
: 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 143 meq/l (normalnya : 137 – 145
mEq/l), Cl 105 mEg/l (normalnya
: 98 – 107 Eq/l) |
- Awasi tekanan
darah setiap 3 jam sekali. - Atasi natrium
dan air: diet TKRP RG dan minum ± 700 cc/24 jam. - Kolaborasi
therapi diuretik. |
- Tekanan darah yang
meningkat berhubungan dengan kelebihan cairan - Meminimalkan retensi cairan
dalam area ekstravaskular. Pembatasan cairan untuk memperbaiki pengenceran
hiponatremia - Mengontrol asites |
|
2 |
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan
pembengkakan hati dan limpa dapat teratasi |
Pain Control -mampu
mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan teknik farmakologi
untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan) Pain Level -
Melaporkan bahwa nyeri berkurang (3) -tidak
menunjukan ekspresi wajah menahan nyeri Comfort Level -menyatakan
rasa nyaman setelah nyeri berkurang |
Pain Management - Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi. - Ajarkan teknik
nonfarmakologi (relaksasi dengan napas dalam) - Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat analgetik - Observasi
reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan |
- Untuk
menentukan intervensi yang sesuai dan keefektifa dari therapi yang diberikan - Untuk
mengurangi rasa nyeri - Untuk
mengurangi nyeri - Membantu dalam mengidentifikasi
derajat ketidaknyamanan |
|
3 |
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam pada pasien dengan
ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat teratasi |
Nutritional Status - Adanya
peningkatan berat badan (45 kg) - Berat
badan ideal sesuai dengan tinggi badan - napsu
makan meningkat ( habis 1 porsi) Nutritional status : energy (1007) - Klien
tampak segar |
Nutrition Theraphy (1120) - Berikan
suplemen nutrisi - Berikan
makanan kesukaan pasien dengan pertimbangan ahli gizi - Berikan
makanan dengan porsi sedikit tapi sering - Berikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi untuk tubuh |
- Suplemen
nutrisi membantu pasien mendapatkan zat nutrien sesuai dengan kebutuhan tubuh - Menambah
nafsu makan pasien dengan tetap memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh. - Untuk
memberikan asupan makanan pasien sesering mungkin. - Untuk
mengetahui pentingnya kebutuhan nutrisi bagi pasien |
CATATAN PERKEMBANGAN
Nama :
Tn.
M Hari.Tanggal :
25 April 2014
Jam :
10.00 WIB
IMPLEMENTASI |
EVALUASI |
DS : 1.
Klien mengeluh perutnya terasa kembung. 2.
Kien mengatakan nyeri karena perut membesar, terasa
seperti ditekan, nyeri menyebar pada daerah perut kanan atas dengan skala 5
dan terasa saat ditekan pada daerah perut atas 3.
Klien mengatakan napsu makan menurun dan makan habis
½ porsi DO : 1.
Asites (+), perut tampak besar, Ka 5,63 mEg/l (normalnya
: 3,6 – 5,6 mEq/l), Na 146 meq/l (normalnya
: 137 – 145 mEq/l), Cl 109 mEg/l (normalnya
: 98 – 107 Eq/l) 2.
Klien tampak menyeringai saat ditekan pada daerah
perut dan tampak membesar, terdapat hepatomegali dan splenomegaly 3.
BB sebelum dan selama sakit :
45kg/43kg, TB 155 cm, IMT 17,8 (kurus), Klien tampak lemah, Makan
habis ½ porsi DIAGNOSA 1. Kelebihan
volume cairan berhubungan dengan pembentukan asites 2. Nyeri
berhubungan dengan pembengkakan hepar dan limpa 3. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia TINDAKAN 1.1 Awasi tekanan darah
setiap 3 jam sekali. 1.2 Batasi natrium dan
air: diet TKRP RG dan minum ± 700 cc/24 jam. 1.3 Kolaborasi therapi
diuretik. 2.1 Melakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri dan faktor presipitasi. 2.2 Mengajarkan
teknik nonfarmakologi (relaksasi dengan napas dalam) 2.3 Kolaborasi
dengan dokter untuk pemberian obat analgetik 3.1 Memberikan
informasi tentang kebutuhan nutrisi bagi tubuh 3.2 Memberikan
makanan kesukaan pasien dengan pertimbangan ahli gizi 3.3 Memberikan
makanan dengan porsi sedikit tapi sering 3.4 Memberikan
suplemen nutrisi RTL : 1.1 awasi tekanan darahs etiap 3 jam 1.2 kolaborasi pemberian terapi diuretic 2.1 ulangi pengkajian nyeri
secara komprehensif 2.2 kolborasi dengan dokter
untuk pemberian analgetik 3.1 berikan suplemen nutrisi
yang bisa menambah napsu makan pasien |
S : 1. Klien mengatakan perutnya
masih terasa kembung 2. Klien mengatakan masih
terasa nyeri ketika perut kanan ditekan, skala nyeri 3 dan sudah dapat
melakukan teknik dapas dalam secara mandiri 3. Klien mengatakan napsu
makan mulai meningkat dan bisa menghabiskan ¾ porsi O : 1. Asites (+) 2. Klien masih tampak
menyeringai, klien sudah dapat melakukan teknik napas dalam secara mandiri 3. BB 44 kg, TB 155
cm, IMT 18,3, klien makan habis ¾ porsi A : 1. kelebihan volume caian (+) 2. nyeri (+) 3. ketidakseimbangan nutrisi
kurang dati kebutuhan tubuh (+) P : 1. Anjurkan klien
untuk membatasi minum 700 cc/hari 2. Anjurkan
pasien melakukan teknik napas dalam 3. Anjurkan
pasien makan sedikit tapi sering, anjurkan paien untuk TTD PERAWAT |
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Saluran pencernaan adalah bagian tubuh yang sering
mendapat keluhan saat mengonsumsi makanan.Saluran cerna ini berfungsi untuk
menyerap nutrisi dalam makanan dan mengeluarkan bagian makanan yang tak diserap
dari tubuh. Saat saluran cerna tidak bekerja dengan optimal, maka akan
terjadi gangguan pada system pencernaan.
Sirosis hepatis adalah penyakit hati kronis yang
dicirikan dengan distorik arsitek yang normal oleh lembar-lembar jaringan ikat
dan nodul-nodul regenerasi itu dapat berukuran kecil (mikronocular )
dan besar (makronocular) sirosis dapat mengganggu sirkulasi darah intra
hepatic, dan pada kasus yang sangat lanjut, menyebabkan kegagalan fungsi hati
yang secara bertahap ( price dan Wilson 2002 )
B.
Saran
1.
Dengan mengetahui gejala-gejala
awal sirosis hepatis kita dapat mengantisipasi dari awal jka terjadi
tanda-tanda gangguan system pencernaan pada pasien ataupun orang
terdekat kita.
2.
Dengan mengetahui
penyebab-penyebab sirosis hepatis maka kita dapat mencegah lebih awal sebelum
terjadinya penyakit yang lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G.
Bare. (2001). Keperawatan medikal bedah 2. (Ed 8). Jakarta: Penerbit Buku
Kedokteran (EGC).
Doenges, Marilynn E, Mary Frances Moorhouse dan Alice
C. Geisser. (1999). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian perawatan pasien.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran (EGC).
Tjokronegoro dan Hendra Utama.
(1996). Ilmu penyakit dalam jilid 1. Jakarta: FKUI.
Price, Sylvia A dan Lorraine M.
Wilson. (1994). Patofisiologi, konsep klinis proses-proses penyakit. Jakarta:
Penerbit EGC.
Soeparman. 1987. Ilmu Penyakit
Dalam Jilid I. Jakarta : FKUI.
Http://lolapitriyani.wordpress.com/2014/03/15/makalah-cirrohiss-hepatis-atau-sirosis-hati/
KATA
PENGANTAR
Alhamdulillah,
Puji dan syukur senantiasa saya panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis mendapatkan kemudahan
dalam menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya.
Saya sangat
menyadari keterbatasan dan ilmu pengetahuan yang ada, sehingga hasil makalah
ini perlu adanya pengkajian dan pengembangan lagi. Demi kesempurnaan penelitian
selanjutnya, maka saya mengharapkan kritik dan saran pembaca.
Akhirnya
saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan menambah
wawasan.
Aceh Besar,
Agustus 2017
Penulis,
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang Masalah............................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 1
C. Tujuan
Penulisan.......................................................................................... 2
D. Manfaat
Penulisan........................................................................................ 2
BAB II
KONSEP TEORI..................................................................................... 3
A. Definisi......................................................................................................... 3
B. Etiologi......................................................................................................... 4
C. Manifestasi
Klinis......................................................................................... 4
D. Patofisiologi................................................................................................. 4
E. Komplikasi................................................................................................... 7
F. Pemeriksaan
Penunjang................................................................................ 7
G. Penatalaksanaan........................................................................................... 8
H. Konsep
Asuhan Keperawatan ..................................................................... 8
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN............................................................. 14
BAB IV
PENUTUP............................................................................................. 24
A. Kesimpulan................................................................................................. 24
B. Saran........................................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 25
ASUHAN
KEPERAWATAN
PASIEN
DENGAN SIROSIS HEPATIS
Disusun
Oleh
KELOMPOK 9
Rahmi M. Nasir
Mastura Intan Dindana
Khairil Anwar
FAKULTAS
KEDOKTERAN
PROGRAM
STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS
ABULYATAMA ACEH
TAHUN 2017
No comments:
Post a Comment