FLORA NORMAL PADA SALURAN PENCERNAAN
Berdasarkan
pembagian kingdom, makhluk hidup dikelompokan menjadi dunia plantae atau
tumbuhan, animalia atau hewan dan mikroorganisme. Plantae dan animalia
merupakan kingdom dengan ukuran makro sedangkan mikroorganisme merupakan
organisme yang mengandung perpaduan sifat animalia dan plantae yang berukuran
mikro yang tidak dapat dilihat dengan mata telanjang sehingga digunakan bantuan
mikroskop untuk mengamatinya. Didunia, jumlah mikroorganisme melebihi jumlah
penduduk dari seluruh belahan dunia, namun dari sekian banyak mikroorganisme
yang tersebar, hanya sebagian kecil yang berperan sebagai patogen bagi makhluk
hidup lainnya. Patogen merupakan organisme atau mikroorganisme yang
menyaebabkan penyakit pada organisme lain. Kemampuan patogen untuk menyebabkan
penyakit inilah yang disebut dengan patogenitas.
Seperti yang telah dipaparkan sebelumnya
mikroorganisme memiliki jumlah yang lebih besar dibandingkan penduduk
bumi, dengan kata lain mikroorganisme dapat berada dimanapun, diudara, pada
makanan, bahkan dapat masuk ke dalam tubuh manusia secara alami, dengan jangka
hidup menetap atau hanya sementara. Mikroorganisme yang bersifat patogen dapat
menyebabkan kelainan pada penderitanya. Terapan patogenesis ini dalam dunia
kefarmasian terkait dalam penelitian obat-obat baru khususnya obat untuk mengobati,
mencegah dan mendiognosis mikroorganisme yang bersifat patogen, sehingga
patogenesis ini sangat menopang kerja farmasis dalam pengetahuan mengenai
patogen dan apatogen sehingga dapat dihasilkan obat-obat baru yang dapat
mengobati penyakit dari mikro patogen dengan tepat.
Adapun rumusan masalah makalah ini yaitu :
a.
Apa
Pengertian patogen, apatogen, patogenesis, patogenitas, dan flora normal?
b.
Bagaimana
konsep dasar patogenitas?
c.
Apa itu
flora normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi flora normal?
d.
Bagaimana
flora normal pada tubuh manusia dan contoh-contoh bakteri patogen bagi tubuh?
Adapun tujuan makalah ini yaitu :
a.
Untuk mengetahui
patogen, apatogen, patogenesis, patogenitas dan flora normal
b.
Untuk
mengetahui konsep dasar patogenitas
c.
Untuk
mengetahui flora normal dan faktor-faktor yang mempengaruhi flora normal
d.
Untuk
mengetahui flora normal pada tubuh manusia dan contoh-contoh bakteri patogen
bagi tubuh
PEMBAHASAN
Pengertian patogen
berdasarkan bahasa berasal dari bahasa yunani yang artinya penyebab penderitaan,
secara istilah patogen adalah agen biologis (umumnya berupa mikroorganisme)
yang menyebabkan penyakit pada inangnya atau organisme lain. Kemampuan
patogen untuk menyebabkan penyakit disebut dengan patogenitas.
Apatogen terdiri atas a = tidak dan patogen =
penyebab penderitaan. Apatogen dapat diartikan sebagai agen biologis yang tidak
menyebabkan penyakit pada inangnya atau organisme lain.
Patogenisitas
adalah kemampuan patogen untuk menyebabkan penyakit. Pengertian
patogenesis berdasarkan bahasa bahasa Yunan “pathos” (penyakit) dan
“genesis” (penciptaan). Secara istilah patogenesis
merupakan mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan penyakit. Infeksi
adalah invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan berasosiasi dengan jaringan
inang. Infeksi berbeda dengan penyakit.
Mikroba yang secara
alamiah menghuni tubuh manusia disebut flora normal, atau mikrobiota.
Selain itu, disebutkan bahwa flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang
secara alami terdapat pada tubuh manusia normal dan sehat.
Mikroorganisme yang
secara tetap terdapat pada permukaan tubuh bersifat komensal. Pertumbuhan pada
bagian tubuh tertentu bergantung pada faktor -faktor biologis seperti suhu, kelembapan
dan tidak adanya nutrisi tertentu serta zat -zat penghambat. Keberadaan flora
tersebut tidak mutlak dibutuhkan untuk kehidupan karena hewan yang dibebaskan
(steril) dari flora tersebut, tetap bisa hidup. Flora yang hidup di bagian
tubuh tertentu pada manusia mempunyai peran penting dalam mempertahankan
kesehatan dan hidup secara normal. Beberapa anggota flora tetap di saluran
pencernaan mensintesis vitamin K dan penyerapan berbagai zat makanan.
Flora yang menetap diselaput lendir (mukosa)
dan kulit dapat mencegah kolonialisasi oleh bakteri patogen dan mencegah
penyakit akibat gangguan bakteri. Mekanisme gangguan ini tidak jelas.
Mekanismenya kemungkinan pada reseptor atau tempat pengikatan pada sel penjamu,
kompetisi untuk zat makanan, penghambatan oleh produk metabolik atau racun,
penghambatan oleh zat antibiotik atau bakteriosin (bacteriocins). Supresi flora
normal akan menimbulkan tempat kosong yang cenderung akan ditempati oleh
mikroorganisme dari lingkungan atau tempat lain pada tubuh. Beberapa bakteri
bersifat oportunis dan bisa menjadi patogen. Selain itu, diperkirakan bahwa
stimulasi antigenik dilepaskan oleh flora adalah penting untuk perkembangan
sistem kekebalan tubuh normal. Sebaliknya, flora normal juga dapat menimbulkan
penyakit pada kondisi tertentu. Berbagai organisme ini tidak bisa tembus
(non-invasive) karena hambatan-hambatan yang diperankan oleh lingkungan.
Streptococcus
viridians, bakteri yang tersering ditemukan di saluran nafas atas, bila masuk
ke aliran darah setelah ekstraksi gigi atau tonsilektomi dapat sampai ke katup
jantung yang abnormal dan mengakibat kansubacute bacterial
endocarditis. Bacteroides yang normal terdapat di kolon dapat
menyebabkan peritonitis mengikuti suatu trauma. Spesies Bacteroides merupakan
flora tetap yang paling sering dijumpai di usus besar dan tidak membahayakan
pada tempat tersebut. Tetapi jika masuk ke rongga peritoneum atau jaringan
panggul bersama dengan bakteri lain akibat trauma, dapat menyebabkan supurasi
dan bakterimia. Flora normal tidak berbahaya dan dapat bermanfaat bagi tubuh
inang pada tempat yang seharusnya atau tidak ada kelainan yang menyertainya.
Mereka dapat menimbulkan penyakit jika berada pada lokasi yang asing dalam
jumlah banyak.
Kebanyakan flora
normal yang terdapat pada tubuh manusia adalah dari jenis bakteri. Namun
beberapa virus, jamur, dan protozoa juga dapat ditemukan pada orang sehat.
Flora normal dalam tubuh umumnya tidak patogen, namun pada kondisi tertentu
dapat menjadi patogen oportunistik. Penyakit timbul bila infeksi menghasilkan
perubahan pada fisiologi normal tubuh. Manusia secara konstan berhubungan
dengan beribu-ribu mikroorganisme. Mikroba tidak hanya terdapat di lingkungan,
tetapi juga menghuni tubuh manusia. Mikroba yang secara alamiah menghuni tubuh
manusia disebut flora normal, atau mikrobiota. Selain itu juga disebutkan bahwa
flora normal adalah kumpulan mikroorganisme yang secara alami terdapat pada
tubuh manusia normal dan sehat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi flora normal
adalah :
1.
Nutrisi
2.
Kebersihan
seseorang
3.
Kondisi
hidup
4.
Penerapan
prinsip-prinsip kesehatan
Mikroflora pada
tubuh berdasarkan bentuk dan sifat kehadirannya dapat digolongkan menjadi 2
yaitu :
1.
Mikroorganisme
tetap/normal (resident flora/indigenous) yaitu mikroorganisme jenis tertentu
yang biasanya ditemukan pada bagian tubuh tertentu dan pada usia tertentu dan
pada usia tertentu. Keberadaan mikroorganismenya akan selalu tetap, baik jenis
ataupun jumlahnya, jika ada perubahan akan kembali seperti semula. Flora
normal/tetap yang terdapat pada tubuh merupakan organisme komensal. Flora
normal yang lainnya bersifat mutualisme. Flora normal ini akan mendapatkan
makanan dari sekresi dan produk-produk buangan tubuh manusia, dan tubuh memperoleh
vitamin atau zat hasil sintesis dari flora normal. Mikroorganisme ini umumnya
dapat lebih bertahan pada kondisi buruk dari lingkungannya. Contohnya
: Streptococcus viridans, S. faecalis, Pityrosporum ovale, Candida
albicans.
2.
Mikroorganisme
sementara (transient flora) yaitu mikroorganisme nonpatogen atau potensial
patogen yang berada di kulit dan selaput lendir/mukosa selama kurun waktu
beberapa jam, hari, atau minggu.Keberadaan mikroorganisme ini ada secara
tiba-tiba (tidak tetap) dapat disebabkan oleh pengaruh lingkungan, tidak
menimbulkan penyakit dan tidak menetap. Flora sementara biasanya sedikit
asalkan flora tetap masih utuh, jika flora tetap berubah, maka flora normal
akan melakukan kolonisasi, berbiak dan menimbulkan penyakit.
D. Flora
Normal Pada Saluran Pencernaan
Flora normal
biasanya ditemukan di bagian-bagian tubuh manusia yang kontak langsung dengan
lingkungan misalnya usus, saluran urogenital, mata, dan telinga .Organ-organ
dan jaringan biasanya steril.
1.
Perut
Isi perut yang sehat pada praktisnya steril
karena adanya asam hidroklorat di dalam sekresi lambung. Setelah ditelannya
makanan, jumlah bakteri bertambah tetapi segera menurun kembali dengan
disekresikannya getah lambung dan pH zat alir perut pun menurun.
2.
Usus
Kecil
Usus kecil bagian atas (atau usus dua belas
jari) mengandung beberapa bakteri. Diantara yang ada, sebagian besar adalah
kokus dan basilus gram positif. Di dalam jejunum atau usus halus kosong (bagian
kedua usus kecil, di antara usus dua belas jari dan ileum atau usus halus
gelung) kadang kala dijumpai spesies-spesies Enterokokus,
Laktobasilus, dan Difteroid. Khamir Candida albicans dapat juga
dijumpai pada bagian usus kecil ini. Pada bagian usus kecil yang jatuh (ileum),
mikrobiota mulai menyerupai yang dijumpai pada usus besar. Bakteri anaerobik
dan enterobakteri mulai nampak dalam jumlah besar.
3.
Usus
Besar
Di dalam tubuh manusia, kolon atau usus besar
mengandung populasi mikroba yang terbanyak. Telah diperkirakan bahwa jumlah
mikroorganisme di dalam spesimen tinja adalah kurang lebih 1012 organisme per
gram. Basilus gram negatif anaerobik yang ada meliputi spesies Bacteroides
(B. fragilis, B. melaninogenicus, B. oralis) dan Fusobacterium. Basilus
gram positif diwakili oleh spesies-spesiesClostridium (serta
spesies-spesies Lactobacillus). Flora saluran pencernaan berperan
dalam sintesis vitamin K, konversi pigmen empedu dan asam empedu, absorpsi zat
makanan serta antagonis mikroba patogen.
4.
Saluran
Kemih
Pada orang sehat, ginjal, ureter (saluran
dari ginjal ke kandung kemih), dan kandung kemih bebas dari mikroorganisme,
namun bakteri pada umumnya dijumpai pada uretra (saluran dari kandung kemih ke
luar) bagian bawah baik pada pria maupun wanita. Tetapi jumlahnya berkurang di
dekat kandung kemih disebabkan oleh efek antibakterial yang dilancarkan oleh
selaput lendir uretra dan seringnya epitelium terbilas oleh air seni. Ciri
populasi ini berubah menurut variasi daur haid. Mikroorganisme utama yang
menempati vagina dewasa adalah laktobasilus yang toleran terhadap asam. Bakteri
ini mengubah glikogen yang dihasilkan epitelium vagina dan didalam proses
tersebut menghasilkan asam. Penumpukan glikogen pada dinding vagina disebabkan
oleh kegiatan indung telur. Hal ini tidak dijumpai sebelum masa akil balig
ataupun setelah menopause. Sebagai akibat perombakan glikogen, maka pH di dalam
vagina terpelihara pada sekitar 4.4 sampai 4,6.
Mikrooganisme yang
mampu berkembang baik pada pH rendah ini dijumpai di dalam vagina dan
mencakup enterokokus, Candida albicans , dan sejumlah besar bakteri
anaerobik. Sistem urinari dan genital secara anatomis terletak berdekatan,
suatu penyakit yang menginfeksi satu sistem akan mempengaruhi sistem yang lain
khususnya pada laki-laki. Saluran urin bagian atas dan kantong urine steril
dalam keadaan normal. Saluran uretra mengandung mikroorganisme
seperti Streptococcus, Bacteriodes, Mycobacterium,
Neisseria danenterik. Sebagian besar mikroorganisme yang ditemukan pada
urin merupakan kontaminasi dari flora normal yang terdapat pada kulit.
E. Contoh-Contoh Bakteri Patogen Pada Saluran
Pencernaan
Pada saluran
pencernaan terdapat berbagai penyakit yang dapat terjadi. Salah satu
penyebabnya adalah bakteri. Begitu banyak bakteri yang dapat menginveksi
saluran pencernaan yaitu sebagai berikut:
1.
Escherichia
coli
a.
Ciri-ciri:
1.
Berbentuk
batang
2.
Bakteri
gram negatif
3.
Tidak
memiliki spora
4.
Memiliki
pili
5.
Anaerobik
fakultatif
6.
Suhu
optimum 370C
7.
Flagella
peritrikus
8.
Dapat
memfermentasi karbohidrat dan menghasilkan gas
9.
Patogenik,
menyebabkan infeksi saluran kemih
Habitat
utama Escherichia coli adalah dalam saluran pencernaan manusia
tepatnya di saluran gastrointestinal dan juga pada hewan berdarah hangat.
Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20-40 derajat C, optimum pada
37 derajat. Total bakteri ini sekitar 0,1% dari total bakteri dalam
saluran usus dewasa.
Virulensi dan Infeksi. Penyebab diare dan
Gastroenteritis (suatu peradangan pada saluran usus). Infeksi melalui konsumsi
air atau makanan yang tidak bersih. Racunnya dapat menghancurkan sel-sel yang
melapisi saluran pencernaan dan dapat memasuki aliran darah dan berpindah ke
ginjal dan hati. Menyebabkan perdarahan pada usus, yang dapat mematikan anak-anak
dan orang tua. E. coli dapat menyebar ke makanan melalui
konsumsi makanan dengan tangan kotor, khususnya setelah menggunakan kamar
mandi. Solusi untuk penyebaran bakteri ini adalah mencuci tangan dengan sabun.
Patogenesis
Untuk Escherichia coli, penyakit yang
sering ditimbulkan adalah diare. E. coli sendiri diklasifikasikan
berdasarkan sifat virulensinya dan setiap klasifikasinya memiliki mekanisme
penularan yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
a.
E. Coli
Enteropatogenik (EPEC)
E. coli ini menyerang manusia khususnya pada bayi. EPEC melekatkan diri
pada sel mukosa kecil. Faktor yang diperantarai oleh kromosom akan menimbulkan
pelekatan yang kuat. Pada usus halus, bakteri ini akan membentuk koloni
dan menyerang pili sehingga penyerapannya terganggu. Akibatnya adalah adanya
diare cair yang biasanya sembuh diri tetapi dapat juga menjadi kronik. EPEC
sedikit fimbria, ST dan LT toksin, tetapi EPEC menggunakan adhesin yang dikenal
sebagai intimin untuk mengikat inang sel usus. Sel EPEC invasive (jika memasuki
sel inang) dan menyebabkan radang.
b.
E. Coli
Enterotoksigenik (ETEC)
Faktor kolonisasi
ETEC yang spesifik untuk menimbulkan pelekatan ETEC pada sel epitel usus kecil.
Lumen usus terengang oleh cairan dan mengakibatkan hipermortilitas serta diare,
dan berlangsung selama beberapa hari. Beberapa strain ETEC menghasilkan
eksotosin tidak tahan panas. Prokfilaksis antimikroba dapat efektif tetapi bisa
menimbulkan peningkatan resistensi antibiotic pada bakteri, mungkin sebaiknya
tidak dianjurkan secara umum. Ketika timbul diare, pemberian antibiotic dapat
secara efektif mempersingkat lamanya penyakit. Diare tanpa disertai demam ini
terjadi pada manusia, babi, domba, kambing, kuda, anjing, dan sapi. ETEC
menggunakan fimbrial adhesi (penonjolan dari dinding sel bakteri) untuk
mengikat sel – sel enterocit di usus halus. ETEC dapat memproduksi 2 proteinous
enterotoksin: dua protein yang lebih besar, LT enterotoksin sama pada struktur
dan fungsi toksin kolera hanya lebih kecil, ST enterotoksin menyebabkan akumulasi
cGMP pada sel target dan elektrolit dan cairan sekresi berikutnya ke lumen
usus. ETEC strains tidak invasive dan tidak tinggal pada lumen usus.
Penularan
Penularan pada bakteri ini adalah dengan
kontak dengan tinja yang terinfeksi secara langsung, seperti :
a.
Makanan
dan minuman yang sudah terkontaminasi, baik yang sudah dicemari oleh serangga
atau kontaminasi oleh tangan yang kotor
b.
Tidak
mencuci tangan dengna bersih setelah selesai buang air besar atau membersihkan
tinja yang terinfeksi, sehingga kontaminasi perabotan dan alat-alat yang
dipegang.
2.
Shigella
sp.
a.
Ciri-ciri
1.
Batang
pendek
2.
gram
negatif
3.
Tunggal
4.
Tidak
bergerak
5.
Suhu
optimum 370c
6.
Tidak
membentuk spora
7.
Aerobik,
anaerobik fakultatif
8.
Patogenik,
menyebabkan disentri
Secara morfologis tidak dapat dibedakan
dari salmonella, tetapi dapat dibedakan berdasarkan reaksi-reaksi
fermentasi dan uji serologis. Tidak seperti salmonella, shigella memfermentasikan
berbagai karbohidrat, dengan pengecualian utama laktosa untuk menghasilkan asam
tanpa gas. Shigella dysentriae merupakan penyebab penyakit yang
paling parah karena menghasilkan eksotoksin yang mempunyai sifat neurotoksik
dan enterotoksik. Jadi, anak-anak yang terjangkiti shigelosis dapat menderita
kejang. Eksotoksin ini adalah protein terlarut yang tidak tahan panas. Darah
dan lendir dalam tinja penderita penyakit diare yang mendadak merupakan
petunjuk kuat bagi shigelosis.
Habitat pada Shigella sp. ini adalah
saluran pencernaan manusia. Dia dapat tumbuh subur di usus manusia.
Virulensi dan Infeksi
Bakteri Shigella sp. dalam
infeksinya melewati fase oral. Bakteri ini mampu mengeluarkan toksin LT.
Bakteri ini mampu menginvasi ke epitel sel mukosa usus halus, berkembang biak
di daerah invasi tersebut. Lalu, mengeluarkan toksin yang merangsang terjadinya
perubahan sistem enzim di dalam sel mukosa usus halus(adenil siklase). Akibat
invasi bakteri ini, terjadi infiltrasi sel-sel polimorfonuklear dan menyebabkan
matinya sel-sel epitel tersebut, sehingga terjadi tukak-tukak kecil di daerah
invasi. Akibatnya, sel-sel darah merah dan plasma protein keluar dari sel dan
masuk ke lumen usus dan akhirnya keluar bersama tinja lalutinja bercampur
lendir dan darah. Masa inkubasi berkisar 1-7 hari, yang paling umum yaitu
sekitar 4 hari. Gejala mula-mulanya yaitu demam dan kejang perut yang nyeri.
Diare biasanya terjadi setelah 48 jam, diikuti oleh disentri 2 hari kemudian.
Pada kasus yang parah, tinja terutama terdiri dari darah, lendir, dan nanah.
Patogensis
· Shigella
mempenetrasi intraseluler epitel usus besar
· Terjadi
perbanyakan bakteri
· Menghasilkan
edotoksin yang mempunyai kegiatan biologis
· S.
Dysenteriae menghasilkan eksotoksin yang mempunya sifat neorotoksik dan
enterotoksik.
Penularan
Infeksi Shigella sp. dapat diperoleh
dari makanan yang sudah terkontaminasi, walaupun keliatannya makanan itu
terlihat normal. Air pun juga dapat menjadi salah satu hal yang terkontaminas
dengan bakteri ini. Artinya, infeksi Shigella dapat terjadi jika ada
kontak dengan feses yang terkontaminasi dan makanan yang terkontaminasi.
3.
Salmonella
sp.
a.
Ciri-ciri:
1.
Batang
gram negatif
2.
Terdapat
tunggal
3.
Tidak
berkapsul
4.
Tidak
membentuk spora
5.
Peritrikus
6.
Aerobik,
anaerobik fakultatif
7.
Patogenik,
menyebabkan gastroenteritis
8.
Terdapat
pada kolam renang yang belum diklorin, jika terkontaminasi melalui kulit,akan
tumbuh dan berkembang pada saluran pencernaan manusia.
Infeksi
Masuk ke tubuh orang melalui makanan atau
minuman yang tercemar bakteri ini. Akibat yang ditimbulkan adalah peradangan
pada saluran pencernaan sampai rusaknya dinding usus. Penderita akan mengalami
diare, sari makanan yang masuk dalam tubuh tidak dapat terserap dengan baik
sehingga penderita akan tampak lemah dan kurus. Racun yang dihasilkan
bakteri salmonella menyebabkan kerusakan otak, organ reproduksi
wanita, bahkan yang sedang hamilpun dapat mengalami keguguran. Satwa yang bisa
menularkan bakteri salmonella ini antara lain primata, iguana, ular,
dan burung.
Patogenesis
1.
Menghasilkan
toksin LT.
2.
Invasi
ke sel mukosa usus halus
3.
Tanpa
berproliferasi dan tidak menghancurkan sel epitel.
4.
Bakteri
ini langsung masuk ke lamina propria yang kemudian menyebabkan infiltrasi
sel-sel radang.
Penularan
Melalui makanan yang erat kaitannya dengan
perjamuan makanan. Terjadi sakit perut yang mendadak. Jadi, melalui kontar
makanan yang terjangkit atau terkontaminasi bakteri.
5.
Clostridium
perfringens
a.
Ciri-ciri:
1.
Batang
gram positif
2.
Terdapat
tunggal, barpasangan, dan dalam rantai
3.
Berkapsul
4.
Sporanya
ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik
5.
Anaerobik
6.
Menghasilkan
eksotoksin, menyebabkan kelemayuh (suatu infeksi jaringan disertai gelembung
gas dan keluarnya nanah)
Spesies bakteri ini dibagi menjadi enam tipe, A sampai F, berdasarkan pada
toksin-toksin yang secara antigenik berbeda yang dihasilkan oleh setiap galur.
Tipe A adalah galur yang menyebabkan keracunan makanan oleh perfingens.
Peracunan disebabkan oleh sel-sel vegetatif pada waktu membentuk spora di
rongga usus. Spora akan menghasilkan eksotoksin yang enterostatik sehingga
menyebabkan penyakit.
Bakteri ini tersebar luas di lingkungan dan
sering terdapat di dalam usus manusia, hewan peliharaan dan hewan liar. Spora
organisme ini dapat bertahan di tanah, endapan, dan tempat-tempat yang tercemar
kotoran manusia atau hewan.
Infeksi dan virulensi
Bakteri ini dapat menyebabkan keracunan
makanan ´perfringens´ yang merupakan istilah yang digunakan untuk keracunan
makanan yang disebabkan oleh C. perfringens . Keracunan perfringens
secara umum dicirikan dengan kram perut dan diare yang mulai terjadi 8-22 jam
setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung banyak C.
perfringens penghasil toxin penyebab keracunan makanan.
Keracunan perfringens didiagnosis dari
gejala-gejalanya dan waktu dimulainya gejala yang agak lama setelah infeksi.
Lamanya waktu antara infeksi dan timbulnya gejala merupakan ciri khas penyakit
ini. Diagnosis dipastikan dengan memeriksa adanya racun dalam kotoran pasien.
Konfirmasi secara bakteriologis juga dapat dilakukan apabila ditemukan sangat
banyak bakteri penyebab penyakit di dalam makanan atau di dalam kotoran pasien.
Penyebab dari keracunan oleh C.
perfringens adalah perlakuan temperatur yang salah pada makanan yang telah
disiapkan. Sejumlah kecil organisme ini seringkali muncul setelah makanan
dimasak, dan berlipat ganda hingga tingkat yang dapat menyebabkan keracunan
selama proses pendinginan dan penyimpanan makanan. Daging, produk daging, dan
kaldu merupakan makanan-makanan yang paling sering terkontaminasi.
Keracunan perfringens paling sering terjadi
dalam kondisi pemberian makan bersama (misalnya di sekolah, kantin, rumah
sakit, rumah-rumah perawatan, penjara, dll.) di mana sejumlah besar makanan
disiapkan beberapa jam sebelum disajikan.
Patogenesis
- Menghasilkan
toksin LT
- Toksin
merangsang enzim adenilat siklase pada dinding usus yang mengakibatkan
bertambahnya konsentrasi cAMP sehingga hipersekresi air dan klorida dalam usus.
- Hal
ini mengakibatkan reabsorpsi Na terhambat dan menyebabkan diare.
Peracunan disebabkan oleh sel-sel
vegetatif pada waktu membentuk spora di rongga usus. Pengobatannya hanya
menghilangkan gejala karena tidak ada pengobatan lain yang khusus.
Penularan
Menelan
makanan yang terkontaminasi oleh tanah dan tinja dimana makanan tersebut
sebelumnya disimpan dengan cara yang memungkinkan kuman berkembangbiak.
5. Bacillus
cereus
a. Ciri-ciri
· Berbentuk
batang
· Bakteri
gram positif
· Dapat
membentuk endospora
· Tidak
memiliki flagel
· Anaerobik
fakultatif
· Menghasilkan
enterotoksin
· Patogenik,
menyebabkan mual, muntah, dan diare
· Sangat
umum berada di dalam tanah dan tumbuh-tumbuhan.
Virulensi dan Infeksi
Ada dua jenis penyakit yang berhubungan
dengan Bacillus cereus. Yang paling umum adalah penyakit diare disertai dengan
sakit perut. Sebuah masa inkubasi 4 sampai 16 jam diikuti dengan gejala-gejala
berlangsung 12 hingga 24 jam. Jenis penyakit kedua adalah penyakit yg
menyebabkan muntah sering dikaitkan dengan konsumsi beras tidak benar
didinginkan setelah memasak. Penyakit ini ditandai dengan muntah dan mual yang
biasanya terjadi dalam 1 sampai 5 jam setelah konsumsi makanan yang
terkontaminasi.
Adapun
kesimpulan pada makalah ini adalah:
B. Saran
Penulis
menyadari masih banyak terdapat kekurangan pada makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengharapkan sekali kritik yang membangun bagi makalah ini, agar
penulis dapat berbuat lebih baik lagi di kemudian hari. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan pembaca pada umumnya.
1.
Budiyanto
MAK, 2001. Peranan Mikroorganisme dalam Kehidupan Kita. Malang : Universitas
Muhammadiyah Malang.
2.
Budiyanto
MAK, 2010. Hand out – 10 Mikrobiologi Lingkungan, Pertanian, dan Peternakan.
Malang : UMM Press.
3.
Dwijoseputro,
1990. Dasar – Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
4.
Fardiaz
S, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
5.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/2074655-patogenesis/#ixzz2NVIBKipu
6.
Pratiwi,
ST, 2008. Mikrobiologi Farmasi. Malang : UMM Press.
7.
Waluyo,
Lud, 2005. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
8.
Waluyo,
Lud, 2009. Mikrobiologi Lingkungan. Malang : UMM Press.
No comments:
Post a Comment