DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
A. Latar belakang...............................................................................................
B. Tujuan...........................................................................................................
C. Rumusan masalah..........................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................
A. Pengertian Persediaan...................................................................................
B. Jenis – Jenis
Persediaan.................................................................................
C. Metode Penilaian
Persediaan .......................................................................
BAB III PENUTUP.................................................................................................
A. Simpulan......................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A . Latar belakang
Penilaian persediaan menentukan
nilai persediaan yang akan disajikan dalam laporan keuangan. Penilaian
persediaan mempunyai pengaruh penting pada pendapatan yang dilaporkan pada
posisi keuangan perusahaan. Oleh karena itu penilaian persediaan atas harus
sesuai dengan kenyataan sehingga persediaan tersebut benar-benar menunjukkan
jumlah atau nilai yang wajar dicantumkan dalam laporan keuangan. Dalam
hubungannya dengan persediaan,harga pokok adalah jumlah semua
pengeluaran-pengeluaran langsung atau tidak langsung yang berhubungan dengan
perolehan, penyiapan dan penepatan persediaan tersebut agar dapat dijual. Untuk
menentukan nilai persediaan ada banyak metode yang dipergunakan. Untuk mencapai
laba yang tinggi maka perusahaan dapat menggunakan tiga metode yaitu metode FIFo,
yang digunakan pada saat harga-harga yang terus menanjak akan menghasilkan laba
yang tinggi dalam laporan perhitungan laba-rugi. Metode LIFO, yang digunakan
padas saat harga-harga terus menanjak dan akan menghasilkan harga yang lebih
rendah dalam laporan perhitungan laba-rugi. Tetapi memberikan penghematan pajak
penghasilan. Metode Rata-rata Tertimabang adalah merupakan gabungan antara
metode FIFO dan LIFO. Untuk menghindari kerugian atau resiko akibat persediaan,
maka diperlukan metode penilaian persediaan yang baik oleh manajemen untuk
mengoptimalkan persediaan sehingga nilai dari persediaan tersebut disajikan
secara wajar dalam laporan keuangan
B. Tujuan
Makalah ini
bertujuan untuk menambah wawasan para pembaca dan juga untuk mengetahui
tentang persediaan, memahami
metode penilaian persediaan , dan mengetahui
jenis – jenis persediaan.
C. Rumusan Masalah
·
Apakah Persediaan itu ?
·
Jenis persediaan ?
·
Bagaimana metode penilaian persediaan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Persediaan
Persediaan (Inventory), merupakan aktiva perusahaan yang
menempati posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan, baik itu perusahaan
dagang maupun perusahaan industri (manufaktur), apalagi perusahaan yang
bergerak dibidang konstruksi, hampir 50% dana perusahaan akan tertanam dalam
persediaan yaitu untuk membeli bahan-bahan bangunan. Persediaan adalah pos-pos aktiva
yang dimiliki oleh perusahaan untuk dijual dalam operasi bisnis normal, atau
barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam membuat barang yang akan
dijual. Berdasarkan pengertian di atas maka
perusahaan jasa tidak memiliki persediaan, perusahaan dagang hanya memiliki
persediaan barang dagang sedang perusahaan industri memiliki 3 jenis persediaan
yaitu persediaan bahan baku, persediaan barang dalam proses dan persediaan
barang jadi (siap untuk dijual). Dalam laporan keuangan, persediaan merupakan hal yang sangat
penting karena baik laporan Rugi/Laba maupun Neraca tidak akan dapat disusun
tanpa mengetahui nilai persediaan. Kesalahan dalam penilaian persediaan akan
langsung berakibat kesalahan dalam laporan Rugi/Laba maupun neraca.
Menurut Kieso, dkk
(2001;444) persediaan adalah pos-pos aktiva yang dimiliki untuk dijual dalam
operasi bisnis normal atau barang yang akan digunakan atau dikonsumsi dalam
memproduksi barang yang akan dijual. Persediaan adalah sebagai suatu aktiva
yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam
suatu periode usaha yang normal atau persediaan barang-barang yang masih dalam
proses produksi.
Dari beberapa pengertian mengenai persediaan, dapat disimpulkan bahwa
persediaan merupakan salah satu unsur yang paling efektif dalam kegiatan
perusahaan dagang maupun manufaktur karena hampir seluruh pendapatannya
diperoleh dari penjualan barang sebagai persediaan yang secara terus menerus
diperoleh, diubah dan kemudian dijual kembali. Persediaan adalah meliputi semua
barang yang dimiliki dengan tujuan untuk dijual kembali. Tanpa adanya
persediaan pada suatu waktu tertentu perusahaan tidak dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang
memerlukannya. Dalam
perhitungan Rugi/Laba nilai persediaan (awal & akhir) mempengaruhi besarnya
Harga Pokok Penjualan (HPP).
HPP = PERSEDIAAN AWAL+ PEMBELIAN
BERSIH – PERSEDIAAN AKHIR
B. Jenis-Jenis Persediaan
Ø Bahan baku
Barang persediaan milik perusahaan
yang akan diolah lagi melalui proses produksi, sehingga akan menjadi barang
setengah jadi atau barang jadi sesuai dengan kegiatan perusahaan. Besarnya
persediaan bahan baku dipengaruhi oleh perkiraan produksi, sifat musiman
produksi, dapat diandalkannya pihak Pemasok serta tingkat efisiensi penjadualan
pembelian dan kegiatan produksi.
Ø Barang
dalam proses
Barang yang masih memerlukan proses produksi untuk menjadi
barang jadi, sehingga persediaan barang dalam proses sangat dipengaruhi oleh
lamanya produksi, yaitu waktu yang dibutuhkan sejak saat bahan baku masuk
keproses produksi sampai dengan saat penyelesaian barang jadi. Perputaran
persediaan bisa ditingkatkan dengan jalan memperpendek lamanya produksi. Dalam
rangka memperpendek waktu produksi salah satu cara adalah dengan menyempurnakan
tekhnik-tekhnik rekayasa, sehingga dengan demikian proses pengolahan bisa
dipercepat. Cara laian adalah dengan membeli bahan-bahan dan bukan membuatnya
sendiri.
Ø Barang
jadi
Barang hasil proses produksi dalam bentuk final sehingga
dapat segera dijual, pada persediaan ini besar kecilnya persediaan barang jadi
sebenarnya merupakan masalah koordinasi produksi dan penjualan. Manajer
keuangan dapat merangsang peningkatan penjualan dengan cara mengubah
persyaratan kredit atau dengan memberikan kredit untuk resiko yang kecil
(marginal risk). Tetapi tidak peduli apakah barang-barang tercatat sebagai
persediaan atau sebagai piutang dagang, manajer keuangan harus tetap
membiayainya. Sebenarnya perusahaan lebih suka menjualnya (dan tercatat sebagai
piutang dagang), karena dengan demikian untuk menuju realisasi kas tinggal satu
langkah saja. Dan laba potensial dapat menutup tambahan resiko penagihan
piutang. Dari uraian tersebut dapat kita
artikan bahwa dalam proses akuntansi persediaan, persediaan memerlukan adanya
penilaian (valuation), karena persediaan merupakan bagian dari cost yang akan
dimatch dengan revenue, dan akan menghasilkan income dan penyajian laporan arus
kas.Dengan melihat sifat-sifat dasar persediaan dalam hubungannya dengan
kegiatan perusahaan dan tujuan serta konsep dasar akuntansi, maka persediaan
merupakan input values. Metode tersebut merupakan salah astu konsep penilaian
terhadap inventory yang akan menjadi dasar dalam penyajian di neraca. Penekanan pembahasan tujuan teori
akuntansi terhadap inventory, adalah menentukan alternative pedoman untuk
mengevaluasi prosedur yang dapat memberikan penilaian (pengukuran) yang lebih
baik dan memberikan informasi yang lebih baik tentang arus kas perusahaan
dikemudian hari. Beberapa dasar pengukuran inventory dari segi kadar
interpretasi dan revaluasi bagi pengambil keputusan investasi.
C.
Metode
Penilaian Persediaan
Metode akuntansi yang
digunakan untuk menilai persediaan sangat penting, karena akan berpengaruh
terhadap nilai rupiah persediaan dan biaya barang yang dijual. Pemilihan metode
akuntansi persediaan di Indonesia mengacu pada Pernyataan Standart akuntansi Keuangan
(PSAK) No. 14 (IAI,2002) yang menyatakan bahwa diberlakukannya tiga metode
akuntansi persediaan yaitu First In First Out (FIFO), rata-rata tertimbang
(weighted average), dan Last In First Out (LIFO).
Ø Penilaian Persediaan Dengan Sistem Fisik (Periodik)
Untuk menentukan nilai persediaan barang pada
akhir periode menurut system pisik
adalah
sebagai berikut :
1.
Metode Tanda Pengenal Khusus
Dalam metode tanda pengenal khusus (
specific identification ) setiap barang yang dibeli atau yang masuk
diberi kode / tanda pengenal yang menunjukkan harga per satuan sesuai faktur
yang diterima. Pada metode ini sudah jelas harga per satuannya Dengan demikian
untuk mengetahui jumlah atau nilai persediaan pada akhir periode tinggal
mengalikan jumlah barang yang masih ada dengan harga yang tercantum dalam
etiket barang tersebut.
2.
Metode RataRata
a.
Metode
RataRata Sederhana
Dalam
metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga beli per
satuan setiap transaksi pembelian dan persediaan awal dengan frekwensi
pembelian dan persediaan awal periode.
b.
Metode
Rata-Rata Tertimbang
Dalam
metode ini harga barang ditentukan dengan cara membagi jumlah harga barang yang
tersedia untuk dijual yakni jumlah persediaan awal ditambah jumlah pembelian dengan
kuantitas barang tersebut
3.
Metode MPKP ( FIFO )
Dalam metode ini, barang yang lebih
dulu masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan
akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk belakangan.
Jadi harga pokok barang yang keluar (dijual) dihitung berdasarkan harga barang
yang dibeli lebih dahulu, sesuai dengan jumlah pembeliannya. Atau dengan kata
lain nilai persediaan akhir barang didasarkan pada harga barang yang dibeli
terakhir, sesuai dengan jumlah unitnya.
4.
Metode MPKP ( LIFO )
Dalam metode ini, barang yang
terakhir masuk diaggap lebih dulu keluar atau dijual sehingga nilai persediaan
akhir terdiri atas persediaan barang yang dibeli atau yang masuk lebih awal.
Sehingga harga pokok barang yang terjual dihitung berdasarkan pada harga barang
yang dibeli terakhir sesuai dengan jumlah unitnya, atau nilai persediaan barnag
didasarkan pada harga barang yang dibeli pada awal, sesuai dengan jumlah
unitnya.
5.
Metode Persediaan Dasar ( Basic Stock )
Disebut juga sebagai persediaan besi yakni persediaan
minimum yang harus dimiliki oleh perusahaan untuk menjaga likuiditas
perusahaannya. Dalam metode Ini keterlambatan masuknya barang yang disebabkan
adanya kemacetan atau sebabsebab lain tidak mengganggu persediaan sehingga
perusahaan masih dapat melayani pelanggan atau pembeli.
Dalam metode ini persediaan akhir
dihitung berdasarkan harga pokok yang ditetapkan. Adapun selisih antara
persediaan barang yang ada dengan persediaan dasar dinilai dengan harga menurut
metode yang dikehendaki ( Metode ratarata, MPKP, MTKP, harga pasar dll ).
Ø Penilaian Persediaan Dengan Sistem Perpetual
Dalam sistem perpetual setiap
terjadi mutasi persediaan dicatat dalam akun persediaan. Metode penilaian
persediaan digunakan pada saat terjadi transaksi penjualan, dengan membuat
Kartu Persediaan Barang secara lengkap yang memuat kuantitas, harga satuan,
jumlah harga baik untuk lajur masuk, keluar, maupun sisa. Kartu persediaan
tersebut sebagai buku pembantu untuk tiap macam barang digunakan atau yang
dijual. Sehingga apabila perusahaan memiliki 15 jenis barang, maka harus
membuat Kartu Persediaan barang sebanyak 15.
Metode
penilaian persediaan dalam pencatatan secara perpetual sebagai berikut :
1. Metode
RataRata bergerak ( Moving Average )
Dalam metode ini, harga beli
ratarata dihitung setiap terjadi transaksi pembelian. Harga pokok penjualan per satuan didasarkan pada
harga ratarata pada saat terjadi transaksi penjualan.
2.
Metode FIFO
Metode ini beranggapan barang yang
ada paling awal dianggap dijual paling awal juga. Perbedaanya adalah dalam
metode perpetual perhitungan harga pokok dilakukan pada saat terjadi penjualan.
3.
Metode LIFO
Pada metode ini barang yang terakhir
dibeli dianggap dijual lebih dahulu. Harga pokok dihitung pada saat terjadi
penjualan
Ø Penilaian Persediaan Dengan Metode Taksiran
Penetapan harga pokok persediaan dengan metode cost
mengharuskan perusahaan untuk mengadakan perhitungan secara pisik atas
persediaan, umumnya memerlukan waktu lama dan biaya yang besar . Pada
perusahaan tertentu seperti Toserba atau swalayan, metode cost dirasa kurang
praktis atau tidak efisien. Untuk itu diperlukan metode lain, yakni metode
Taksiran, khususnya dalam penilaian persediaan pada laporan intern. Dalam
metode ini dapat digunakan dua cara yakni :
1.
Metode Eceran
Metode ini banyak digunakan pada
perusahaanperusahaan besar
seperti toserba atau swalayan
yang memperdagangkan puluhan bahkan ratusan jenis barang. Dalam hal ini setiap
jenis barang yang ada dilekati label harga jual eceraannya sehingga pelayan
toko lebih tahu harga jual eceran dari pada harga pokoknya dan lebih mudah
baginya membuat laporan atas barang yang masih ada berdasarkan harga eceran
tersebut .
Prosedur penilaian persediaan :
- Atas persediaan awal , selain
diketahui harga pokoknya, juga diketahui harga jual ecerannya
- Setiap terjadi transaksi
pembelian harus diketahui jumlah harga jualnya
- Dihitung barang tersedia
untuk dijual menurut harga beli dan menurut harga jual.
- Dihitung prosentase harga
pokok terhadap harga jual dengan rumus :
Harga Pokok Persediaan Barang Tersedia dijual
X 100 % = ………%
Harga jual barang tersedia dijual
- Prosentase harga pokok dengan
harga jual tersebut digunakan untuk menaksir harga pokok persediaan yang
ada pada kahir akhir suatu periode.
2.
Metode Laba Kotor ( Gross Profit Method )
Dalam metode ini konsep yang digunakan adalah konsep
hubungan antara harga pokok dan harga jual. Besarnya prosentase laba kotor
umumnya didasarkan prosentase laba-laba tahun lalu.
Metode
laba kotor dapat bermanfaat dalam kondisi berikut ini :
a)
Perusahaan
memerlukan laporan persediaan untuk keperluan intern bila perusahaan
menggunakan sistem periodik. Atau untuk melihat persedian bulanan,sedang biaya
stock opname sangat mahal.
b)
Persediaan
rusak atau musnah akibat kebakaran, pencurian, bencana alam dll.
c)
Untuk
menguji keabsahan angka persediaan yang dihitung dengan cara lain.
Dalam
metode laba kotor besarnya prosentase laba kotor dapat dihitung dengan
- Prosentase laba kotor dari
harga jual
- Prosentase laba kotor dari
harga pokok.
Prosentase laba kotor dihitung dari harga Jual
Dalam
metode ini harga jual adalah 100%, sedangkan Harga pokok barang yang dijual
adalah 100% dikurangi laba kotor, atau persen laba kurang dari 100. Cara
menentukan nilai persediaan akhir adalah sebagai berikut :
- Dihitung lebih dahulu jumlah
barang tersedia untuk dijual dengan jalan menambahkan persediaan barang
daganga awal tahun ditambah pembelian bersih tahun berjalan.
- Dihitung harga pokok barang
yang dijual dengan cara jumlah penjualan dikurangi persentase dikali
jumlah penjualan.
- Dihitung nilai persediaan akhir
barang dagangan, yakni barang tersedia untuk dijualdikurang harga pokok
barang yang sudah dijual.
Persentase laba kotor dihitung dari harga Pokok.
Bila
persentase laba kotor ditentukan dari harga pokok , besarnya harga jual adalah
harga pokok ( 100% ) ditambah prosentase laba. Jadi harga jual lebih dari
seratus persen atau disebut persen laba diatas seratus.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Persediaan (inventory), adalah meliputi semua barang
yang dimiliki perusahaan pada saat tertentu, dengan tujuan untuk dijual atau
dikonsumsi dalam siklus operasi normal perusahaan. Aktiva lain yang dimiliki
perusahaan, tetapi tidak untuk dijual atau dikonsumsi tidak termasuk dalam
klasifikasi persediaan. Persediaan merupakan aktiva perusahaan yang menempati
posisi yang cukup penting dalam suatu perusahaan. Dengan
gambaran tersebut maka persediaan untuk perusahaan-perusahaan manufaktur pada
umumnya mempunyai tiga jenis persediaan yaitu:
1.
Bahan
baku (direct material)
2.
Barang
dalam proses (work in proses)
3.
Barang
jadi (finished goods).
Metode
yang dapat digunakan dalam hubungannya dengan pencatatan persediaan ada dua,
yaitu:
1.
Metode
Stock Opname atau Metode Periodik (Fisik)
2.
Metode
Perpetual.
DAFTAR
PUSTAKA
Hamizar, Nuh Muhammad.Akuntansi
intermediate.2008.Jakarta: CV Fajar
http://www.peoi.org/Courses/Coursesba/ac/temp/ac
10t3.html
http://sondix.blogspot.com/2013/07/metode-penilaian-persediaan.html
Kieso, Donald E, dkk. Akuntansi
Intermediate.2007. Jakarta: Erlangga
Kieso , Intermediate Accounting, edisi 12
No comments:
Post a Comment