makalah
adaptasi bayi segera setelah lahir
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Allah SWT,yang telah memberikan setitik cahaya penerang sehingga berbagai
permasalahan yang ada dapat diatasi dan rahmatnya penulis diberi kesehatan dan
keselamatan untuk menyelesaikan makalah yang berjudul ADAPTASI BBL PADA SISTEM
PERUBAHAN MUSKULOSKELETAL, SISTEM SYARAF, SISTEM INTEGUMEN, PERLINDUNGAN
TERMAL, SISTEM GASTROINTESTINAL, SISTEM KEKEBALAN TUBUH dapat terselesaikan.
Makalah ini tidak
terlepas dari keikhlasan dan kesabaran hati dari berbagai pihak yang telah
banyak membantu oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada Dosen
pembimbing ASKEB PERSALINAN dan BBL Ibu NUR’AINI SITORUS SST yang telah banyak memberikan bimbinganya.
Penulis menyadari begitu
banyak terdapat kesalahan pada penyusunan makalah ini diluar dari kemampuan
penulis, penulis memohon kritik dan saran guna penyempurnaan makalah
selanjutnya. Akhirnya dengan kerendahan hati kepada semua pihak untuk memaafkan
smua kesalahan penulis semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca yang
budiman
Tebing
Tinggi, September 2015
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
B. Rumusan
Masalah
C. Tujuan
BAB II. PEMBAHASAN
ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
1. Perubahan
Sistem Muskuloskeletal
2. Perubahan
Sistem Saraf
3. Perubahan
Sistem Integumen
4. Perlindungan
Termal
5. Perlindungan
Sistem Gastrointestinal
6. Perubahan
Sistem Kekebalan Tubuh
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Saat-saat
dan jam pertama kehidupan di luar rahim merupakan salah satu siklus kehidupan.
Pada saat bayi dilahirkan beralih ketergantungan pada ibu menuju kemandirian
fisiologi. Proses perubahan yang komplek ini dikenal sebagai periode transisi.
Bidan harus selalu berupaya untuk mengetahui periode transisi ini berlangsung
sangat cepat. Adaftasi fisiologis BBL adalah sangat berguna bagi bayi untuk
menjaga kelangsungan hidupnya diluar uterus. Artinya nantinya bayi harus dapat
melaksanakan sendiri segala kegiatan untuk mempertahankan kehidupannya. Dalam
hal ini yang sangat perlu diperhatikan adalah bagaimana upaya untuk menjaga
agar bayi tetap terjaga kesehatannya. Yang utama adalah menjaga bayi agar tetap
hangat, mampu melakukan pernafasan dengan spontan dan bayi menyusu sendiri pada
ibunnya
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perubahan sistem
musculoskeletal
2.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perubahan sistem syaraf
3.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perubahan sistem
integument
4.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perlindungan sistem
termal
5.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perlindungan sistem
gastrointestinal
6.
Menjelaskan adaptasi BBL pada perubahan sistem
kekebalan tubuh
C.
TUJUAN
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti asuhan
bayi baru lahir dan mengerti perubahan bayi baru lahir terhadap keadaan diluar
uterus. Mahasiswa mengerti bagaimana adaptasi bayi segera setelah lahir.
BAB II
PEMBAHASAN
ADAPTASI BAYI SEGERA SETELAH LAHIR
1. PERUBAHAN SISTEM MUSKULOSKELETAL
Otot bayi berkembang dengan sempurna
karena hipertropi, bukan hiperplasi. Tulang panjang tidak mengeras dengan
sempurna untuk memudahkan pertumbuhan pada epifise. Tulang tengkorak kekurangan
esensi osifikasi untuk pertumbuhan otak dan memudahkan proses pembentukan
selama persalinan. Proses ini selesai dalam waktu beberapa hari setelah bayi
lahir. Fontanel posterior tertutup dalam waktu 6-8 minggu. Fontanel anterior
tetap terbuka hingga usia 18 bulan dan digunakan untuk memperkirakan tekanan
hidrasi dan intrakranium yang dilakukan dengan memalpasi tegangan fontanel.
Pada waktu
lahir, tulang-tulang pipih tengkorak dipisahkan satu dengan lainnya oleh
perekat tipis dari jaringan penyambung, yaitu sutura yang juga berasal dari
Krista neuralis. Di tempat-tempat pertemuan lebih dari dua tulang, suturanya
lebardan dikenal sebagai ubun-ubun(fontanella). Ubun- ubun yang paling mencolok
adalah ubun-ubun besar(fontanella anterior), yang terdapat pada tempat
pertemuan dua tulang parietal dan dua tulang frontalis. Sutura dan ubun-ubun
memungkinkan tulang-tulang tengkorak saling bertumpah tindih(suatu proses yang
disebut molase) selama proses persalinan. Segera setelah lahir, tulang-tulang
membranosa bergerak kembali ke posisi asalnya dan sehingga tengkorak tampak
besar dan bulat. Sebenarnya ukuran kubah sangat besar bila di bandingkan daerah
muka yang kecil. Beberapa sutura dan ubun-ubun tetap seperti membrane dalam
waktu yang cukup lama setelah lahir. Pertumbuhan tulang-tulang kubah terus
berlangsung setelah lahir dan terutama disebabkan oleh pertumbuhan otak.
Walaupun seorang anak berusia 5-7tahun hampir sudah memiliki semua kapasitas
tengkoraknya, beberapa sutura masih tetap terbuka hingga usia dewasa. Pada
beberapa tahun pertama setelah lahir, palpasi ubun-ubun besar dapat memberikan
informasi yang bermanfaat mengenai apakah penulangan tengkorak berlangsung
normal dan apakah tekanan di dalam normal.
·
Femoral anteversi pada saat lahir akan memiliki sudut
sekitar 30⁰ sampai 40⁰.
Dikarenakan intrauterin biasanya hip eksternal rotasi positif, maka pada saat
pemeriksaan infan akan terlihat hip lebih eksternal rotasi.
·
Jaringan lunak hip eksternal rotasi yang kontraktur
akan berkurang lebih dari 1 tahun pertama kehidupan seorang anak selanjutnya
meningkat menjadi internal rotasi diharapkan femoral anteversi akan menjadi
semakin terlihat.
·
Ada penurunan secara bertahap femoral anteversi dari
30⁰ sampai 40⁰ pada
saat lahir kemudian menjadi 10⁰ sampai
15⁰ pada adolesen awal
dan puncak perbaikan terjadi sebelum usia 8 tahun.
Perawatan anak-anak dengan masalah
muskuloskeletal masih menjadi bagian tak terpisahkan dari bedah ortopedi
modern. Banyak fraktur dan cedera yang terjadi pada anak akibat tingkat
aktivitasnya yang tinggi dan rangka yang unik yang belum sempurna. Perawatan
fraktur pada anak berbeda daripada orang dewasa karenagrowth plate yang aktif di tulang mereka. Kerusakan pada growth
plate dapat menimbulkan masalah signifikan dengan pertumbuhan tulang yang
terlambat, dan fraktur risiko harus dimonitor dengan perawatan.
Perawatan skoliosis adalah aliran utama dalam ortopedi anak. Atas alasan
yang kurang dimengerti, pertumbuhan lengkung tulang punggung pada beberapa
anak, yang jika dibiarkan tak terawat dapat menimbulkan cacat yang tak
diharapkan dan dapat terus menyebabkan nyeri kronis yang akut dan masalah
pernafasan. Perawatan skoliosis cukup rumit dan sering melibatkan gabungan
penjepitan dan pembedahan.
Anak-anak
memiliki keadaan muskuloskeletal unik lain yang menjadi fokus ortopedi sejak
masa Hippocrates, termasuk keadaan
seperti kaki pekuk dan dislokasi pinggulkongenital (juga dikenal sebagai displasia pertumbuhan pinggul). Di samping itu, infeksi pada tulang dan sendi (osteomielitis) pada anak juga umum. Di Amerika Serikat, rumah sakit khusus seperti Shriners Hospitals
for Children telah menyediakan bagian
substansial perawatan anak dengan cacat dan penyakit muskuloskeletal.
2. PERUBAHAN SISTEM SARAF (NEUROLOGI)
Dibandingkan
dengan sistem tubuh lain, sistem saraf bayi baru lahir masih sangat muda, baik
secara anatomi maupu fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks spina dan
batang otak dengan kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada beberapa
bulan pertama kehidupan, walaupun interaksi social terjadi lebih awal.
Setelah bayi lahir, pertumbuhan otak
memerlukan persediaan oksigen dan
glukosa yang tetap dan memadai. Otak yang masih muda rentan terhadap hipoksia,
ketidakseimbangan biokimia, infeksi dan perdarahan.
Ketidakstabilan suhu dan gerak otot
yang tidak terkoordinasimenggambarkan keadaan perkembangan otak dan mielinasi
saraf yang tidak sempurna. Bayi baru lahir memperlihatkan sejumlah aktivitas
refles pada usia yang berbeda-beda, yang menunjukan normalitas dan perpaduan
antara sistem neurologi dan muskuloskeletal. Beberapa refleks tersebut:
1) Refleks
Moro.
Refleks ini terjadi karena adanya reaksi miring terhadap rangsangan
mendadak. Refleks ini dapat dimunculkan dengan cara menggendong bayi dengan
sudut 45°, lalu kepalanya turun sekitar 1-2 cm. Bayi akan bereaksi dengan menarik dan menjulurkan lengannya yang
kadang-kadang gemetaran. Lalu kedua lengannya akan memeluk dada. Reaksi yang
sama juga terjadi pada tungkai, yang lentur ditekuk ke perut. Refleks ini
simetris dan terjadi pada 8 minggu pertama setelah lahir. Ketiadaan refleks
Moro menandakan imanuritas otak. Jika pada usia 6 bulan refleks tersebut masih
ada, ini menunjukan retardasi mental.
2) Refleks
Rooting
Dalam memberikan reaksi terhadap belaian di pipi atau sisi mulut, bayi
menoleh ke arah sumber rangsangan dan membuka mulutnya, siap untuk menghisap.
3) Refleks
Mengedip/Refleks Mata
Melindungi mata dari trauma
4) Refleks
Menggenggam
Refleks ini dimunculkan dengan menempatkan jari/pensil di dalam telapak
tangan bayi, dan bayi akan menggenggamnya dengan erat.
5) Refleks
Berjalan dan Melangkah
Jika bayi disangga pada posisi tegak dan kakinya menyentuh permukaan
yang rata, bayi akan terangsang untuk berjalan. Jika bayi dipegang dan tulang
keringnya menyentuh tepi meja, bayi akan memanjat ke meja (refleks penempatan
tungkai).
6) Refleks
Leher Tonik Asimetris
Pada posisi telentang, jika kepala bayi menoleh ke satu arah, lengan di
sisi tersebut akan ekstensi sedangkan lengan sebelahnya fleksi. Jika didudukkan
tegak, kepala bayi pada awalnya akan terkulai ke belakang lalu bergerak ke
kanan sesaat sebelum akhirnya menunduk ke depan.
3.
PERUBAHAN
SISTEM INTEGUMEN
Semua struktur kulit bayi sudah terbentuk
saat lahir, tetapi masih belum matang. Epidermis dan dermis tidak terikat
dengan baik dan sangat tipis. Verniks Caseosa juga berfusi dengan epidermis dan
berfungsi sebagai lapisan pelindung. Kulit bayi sangat sensitif dan dapat rusak
dengan mudah. Kulit sering terlihat berbercak, terutama di daerah sekitar
ekstremitas. Tangan dan kaki terlihat sedikit sianotik.
·
Kaput suksedanum
Kaput
suksedanum ialah edema pada kulit kepala, yang ditemukan dini. Tekanan verteks
yang lama pada serviks menyebabkan pembuluh darah setempat mendapat penekanan,
sehingga memperlambat aliran balik vena. Aliran balik vena yang melambat
membuat cairan jaringan di kulit daerah kepala meningkat, shingga terjadi
pembengkakan. Tonjolan edema, yang terlihat saat bayi lahit, memanjang sesuai
garis sutura tulang tengkorank dan lenyap secara spontan dalam tiga sampai 4
hari.
·
Kelenjar Lemak dan Kelenjar Keringat
Kelenjar
keringat sudah ada sejak bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak berespons
terhadap peningkatan suhu tubuh. Terjadi sedikit hiperplasia kelenjar sebasea
dan sekresi sebum akibat pengaruh hormon saat hamil. Walaupun kelenjar sebasea
seuda terbentuk dengan baik saat bayi lahir, tetapi kelenjar ini tidak terlalu
aktif pada masa kanak-kanak. Kelenjar-kelenjar ini mulai aktif saat produksi
androgen meningkat, yakni sesaat sebelum pubertas.
4. PERLINDUNGAN TERMAL (TERMOREGULASI)
Bayi baru lahir belum mampu mengatur
suhu tubuh mereka sehingga mereka dapat mengalami stress akibat perubahan
lingkungan. Pada saat bayi meninggalkan lingkungan rahim ibu yang hangat, bayi
tersebut kemudian masuk ke dalam lingkungan ruang bersalin yang jauh lebih
dingin. Bayi baru lahir/neonates dapat menghasilkan panas dengan tiga cara,
yaitu menggigil, aktivitas volunter otot, dan termogenesis yang bukan melalui
mekanisme menggigil.
Mekanisme menggigil saja tidak
efisien dan bayi cukup-bulan tidak mampu menghasilkan panas dengan cara ini.
Aktivitas otot dapat menghasilkan panas, tetapi manfaatnya terbatas, bahkan
untuk bayi-cukup bulan dengan kekuatan otot cukup kuat untuk tetap berada dalam
posisi fleksi. Termogenesis non-menggigil mengacu pada penggunaan lemak cokelat
untuk produksi panas. Timbunan lemak cokelat terletak pada dan di sekitar
tulang belakang, klavikula dan sternum, ginjal, serta pembuluh darah utama.
Jumlah lemak cokelat bergantung pada usia kehamilan dan menurun pada bayi baru
lahir yang mengalami hambatan pertumbuhan. Produksi panas melalui penggunaan
cadangan lemak cokelat di mulai saat rangsangan dingin memicu aktivitas
hipotalamus. Pesan kimiawi akan dikirimkan ke sel-sel lemak cokelat. Sel-sel
ini menghasilkan energi yang akan mengubah lemak menjadi energy panas.
Luas permukaan kulit bayi sebanding
dengan massa tubuhnya sehingga bayi berpotensi mengalami kehilangan panas.
Lapisan lemak bawah kulit yang tipis, yang memiliki daya isolasi yang buruk,
memungkinkan pemindahan inti panas ke lingkungan.
Pusat pengaturan panas di otak bayi
mampu mendorong produksi panas sebagai bentuk reaksi terhadap rangsangan yang
diterima dari termoreseptor. Akan tetapi, hal ini sangat bergantung pada
kegiatan metabolisme yang meningkat yang akan mengurangi kemampuan bayi
tersebut untuk mengendalikan suhu tubuh, terutama dalam kondisi lingkungan yang
tidak mendukung.
5. PERLINDUNGAN SISTEM GASTROINTESTINAL
Secara fungsional, saluran
gastrointestinal bayi balum matur dibandingkan orang dewasa. Membran mukosa
pada mulut berwarna merah jambu dan basah. Gigi tertanam didalam gusi dan
sekresi ptyalin sedikit. Sebelum lahir, janin cukup-bulan akan mulai menghisap
dan menelan. Refleks muntah dan batuk yang matur sudah terbentuk dengan baik
pada saat lahir. Kemampuan bayi untuk menelan dan mencerna makanan (selain
susu) masih terbatas. Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum
sempurna sehingga mengakibatkan gumoh pada bayi baru lahir dan neonatus.
Kapasitas lambung sangat terbatas, kurang dari 30 ml (15-30 ml) untuk bayi baru
lahir cukup-bulan. Kapasitas lambung ini akan bertambah secara perlahan,
seiring dengan pertumbuhan bayi. Pengaturan makan yang sering oleh bayi sendiri
sangat penting, contohnya memberikan ASI sesuai keinginan bayi (ASI on demand).
Jumlah asam lambung pada bayi sama
dengan pada orang dewasa dalam beberapa hari pertama. Pada hari ke-10, bayi
sama sekali tidak memiliki asam hidroklorida yang akan meningkatkan risiko
infeksi. Lama pengosongan lambung adalah 2,5-3 jam. Usus bayi terdiri dari
sejumlah besar kelenjar sekresi dan daerah permukaan yang besar untuk menyerap
gizi makanan. Sejumlah enzim sudah dihasilkan, walaupum masih terdapat
kekurangan amilase dan lipase yang menyebabkan bayi kurang mampu mencerna
karbohidrat dan lemak.
Pada waktu lahir, usus bayi dalam
keadaan steril hanya dalam beberapa jam. Bising usus terdengar dalam 1 jam
kelahiran. Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu
kehamilandikeluarkan dalam 24 jam pertama kehidupan dan benar-benar dibuang
dalam waktu 48-72 jam. Kotoran pertama berwarna hijau kehitam-hitaman, keras,
dan mengandung empedu. Pada hari ke-3-5, kotoran berubah warna menjadi kuning
kecokelatan. Begitu bayi diberi makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi
yang meminum susu botol lebih pucat warnanya, lunak, dan berbau agak tajam.
Bayi defekasi 4-6 kali sehari, namun ada kecenderuangan untuk sulit defekasi.
6. PERUBAHAN SISTEM KEKEBALAN TUBUH
(IMUN)
Sistem imun bayi baru lahir masih
belum matur sehingga neonatus rentan mengalami infeksi dan alergi. Sistem imun
yang matur akan membeir kekebalan alami maupun kekebalan dapatan. Kekebalan
alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang mencegah atau meminimalkan
infeksi. Beberapa contoh kekebalan alami, meliputi:
1) Perlindungan
oleh membran mukosa
2) Fungsi
saringan saluran napas.
3) Pembentukan
koloni mikroba oleh kulit dan usus.
4) Perlindungan
kimia oleh lingkungan asam lambung.
Kekebalan alami juga disediakan pada
tingkat sel oleh darah yang membantu bayi baru lahir membunuh mikroorganisme
asing. Akan tetapi, pada bayi baru lahir, sel-sel darah ini masih belum matur.
Artinya, bayi baru lahir tersebut belum mampu melokalisasi dan memerangi
infeksi secara efisien.
Kekebalan dapatan akan muncul
kemudian. Bayi baru lahir yang lahir dengan kekebalan pasif mendapat antibodi
dari tubuh ibunya. Reaksi antibodo keseluruhan terhadap antigen asing masih
belum muncul sampai awal kehidupan anak. Salah satu tugas utama selama masa bayi
dan balita adalah pembentukan sistem kekebalan tubuh.
Bayi memiliki immunoglobulin pada
saat lahir, namun lingkungan rahim yang aman membatasi bayi untuk bereaksi
terhadap antigen tertentu. Ada tiga macam immunoglobulin (Ig) atau antibodi,
yang ditandai dengan huruf untuk masing-masing golongan, yaitu IgG, IgA dan
IgM, dan hanya IgG yang cukup kecil untuk melewati sawar plasenta.
IgG merupakan golongan antibody yang
sangat penting dan jumlahnya mencapai 75% dari seluruh antibody. IgG mempunyai
kekebalan terhadap infeksi kuman virus tertentu. Pada waktu lahir, kadar IgG
bayi sama atau sedikit lebih banyak dari ibu. IgG ini memberikan kekebalan
pasif pada bayi selama beberapa bulan kehidupan.
IgM dan IgA tidak melintasi sawar
plasenta, melainkan dihasilkan sendiri oleh janin. Kadar IgM pada periode
kehamilan mencapai 20% dari IgM orang dewasa dan perlu waktu 2 tahun untuk
dapat menyamai kadar tersebut. Kadar IgM yang relatif rendah membuat bayi lebih
rentan terkena infeksi. IgM juga penting, sebab sebagian besar antibody yang
terbentuk sewaktu terjadi respons primer adalah golongan ini. Kadar IgA sangat
rendah dan diproduksi dalam waktu yang lama, walaupun kadar sekresi mencapai kadar orang dewasa dalam kurun waktu
2 bulan. IgA melindungi dari infeksi saluran pernapasan, saluran usus lambung,
dan mata. Sedangkan immunoglobulin jenis lainnya, yaitu IgD dan IgE tidak
begitu berkembang pada masa awal bayi/neonatus.
ASI dan terutama kolostrum
memberikan kekebalan pasif kepada bayi dalam bentuk:
1) Laktoferin
Merupakan protein yang mempunyai afinitas yang tinggi terhadap zat besi.
Bersama dengan salah satu immunoglobulin, yaitu IgA, laktoferin mengambil zat
besi yang diperlukan untuk perkembangan E. coli, stafilokokus, dan ragi.
Kandungan zat besi yang rendah pada kolostrum dan ASI akan mencegah
perkembangan kuman patogen.
2) Lisosom
Bersama iGa mempunyai fungsi antibakteri dan juga menghambat pertumbuhan
berbagai macam virus.
3) Faktor
antiripsin
Enzim tripsin berada di dalam saluran usus dan fungsinya adalah memecah
protein.Adanya factor Tripsin dalam
kolostrum ASI akan menghambat kerja tripsin. Dengan demikian ,imunoglobiun
tidak akan di pecah oleh tripsin.
4) Faktor
bifidus.
Laktobasilus terdapat dalaman
usus bayi dan menghasilkan asam yang dapat mencegah pertumbuhan kuman
patogen.Untuk pertumbuhannya,laktobasilus membutuhkan gula yasng mengandung
nitrogen,yaitu factor bifidus,dan faktor
ini terdapat dalam ASI.
Kelenjar timus tempat diproduksinya limfosit relative
besar pada waktu lahir dan terus meningkat hingga usia 8 tahun. Karena adanya
defisiensi kekebalan alami dan kekebalan dapatan ini, bayi baru lahir sangat
rentan mengalami infeksi. Reaksi bayi baru lahir terhadap infeksi masih lemah
dan tidak memadai. Oleh sebab itu, pencegahan infeksi, seperti praktik
persalinan aman, menyusui ASI dini terutama kolostrum, dan deteksi dini serta
pengobatan dini infeksi menjadi sangat penting.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Adapatasi
bayi baru lahir (BBL) adalah penyesuaian diri individu (BBL) dari keadaan yang
sangat tergantung menjadi mandiri secara fisiologis.
Banyak
perubahan yang akan dialami oleh bayi yang semula berada dalam lingkungan
interna (dalam kandungan Ibu) yang hangat dan segala kebutuhannya terpenuhi (O2
dan nutrisi) ke lingkungan eksterna (diluar kandungan ibu) yang dingin dan
segala kebutuhannya memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhinya. Periode
adaptasi ini disebut sebagai periode transisi, yaitu dari kehidupan di dalam
rahim ke kehidupan di luar rahim. Periode ini berlagsung sampai 1 bulan atau
lebih. Transisi yang paling nyata dan cepat terjadi adalah pada sistem
pernafasan dan sirkulasi, sistem termoregulasi, dan dalam kemampuan mengambil
serta menggunakan glukosa.
B.
Saran
·
Setelah memahami tentang bayi baru lahir tentunya bisa
dilakukan penerapan yang baik untuk dapat melakukan pemeriksaan yang spesifik
pada bayi baru lahir sehingga dapat menetapkan diagnosis yang benar agar dapat
dilakukan perawatan yang lebih intensif jika ditemukan adanya masalah.
·
Semua tenaga kesehatan dapat bekerja sama untuk dapat
memberikan perawatan yang benar terkait dengan bayi baru lahir.
DAFTAR PUSTAKA
Rochmah K.
M., S.Pd, SKM; Elita Vasra, SST; Dahliana,SKM; Heni Sumastri, S.Pd. Panduan
Belajar Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita : Jakarta EGC, 2011
Depkes
RI.2003.Asuhan bayi baru lahir.Jakarta:Pusdiknakes-WHD-JHPIEGO
Helmi,
Zairin Noor.2012.Buku Ajar Gangguan Muskuluskletal.Jakarta:Salemba Medika
Irianto, Kus. (2010). Struktur Dan
Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis. Bandung : Yrama Widya
Keperawatan anak, 2008 : Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas
No comments:
Post a Comment