BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu kebutuhan
paling dasar manusia ialah keamanan dan kesejahteraan. Agar dapat memenuhi
kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan
sarana, diantaranya ciptaan manusia yang menyangkut tentang kebutuhan keamanan,
yakni cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman,
tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG), salah satunya adalah jurus dan
senjata. Jurus adalah teknik gerak fisik berpola yang efektif untuk membela
diri maupun menyerang tanpa ataupun dengan senjata. Bentuk awalnya sangat
sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan
dengan anatomi manusia yang kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan
perkembangan budaya manusia, sama halnya dengan senjata yang digunakan.
Agar mampu memenuhi
kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan berbagai cara dan
sarana, diantaranya dengan mengembangkan jurus menjadi bentuk seni dan olahraga
yang dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup mereka. Salah satu bentuk
pengembangan seni jurus tersebut ialah pencak silat.
B.
Rumusan Masalah
Adapun beberapa
permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimana pengertian pencak silat
2.
Bagaimana sejarah pencak silat?
3.
Bagaiama peraturan dalam
permainan pencak silat?
4.
Apa saja Teknik-teknik dalam
permainan pencak silat?
5.
Apa Media dalam permainan pencak
silat?
C.
Tujuan
Adapun beberapa
tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah sebagai
berikut:
1.
Untuk mengetahui pengertian
pencak silat
2.
Untuk mengetahui sejarah pencak
silat
3.
Untuk mengetahui peraturan dalam
permainan pencak silat
4.
Untuk engetahui teknik-teknik
yang digunakan dalam permainan pencak silat.
5.
Untuk mengetahui sarana dan
prasarana yang digunakan dalam permainan pencak silat.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pencak Silat
Pencak silat adalah
olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan diri. Pencak silat
merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela
diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura,
namun juga dapat ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai
dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan.
Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah
memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.
Induk organisasi
pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia),
sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah nama
organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei
Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di
dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya
Persilat di Jakarta pada tahun 1980.
Suatu seminar
mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada tahun 1973 di Tugu,
Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri
bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan kata
majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak
silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan nama pencak, sedangkan
di Sumatera orang menyebutnya dengan silat. Pencak dan silat merupakan kata yang berbeda. Kata pencak
sendiri dapat mempunyai arti khusus, begitu pula dengan kata silat. Pencak
berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan, dan digunakan dalam
belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak bela diri yang
sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri
atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari bencana. Istilah pencak
silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan. Menurut
IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya manusia
Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan
integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai
keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
B.
Sejarah Pencak Silat
Pencak silat bermula
dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut,
diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan tertulis mengenai
asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui
legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya asal mula silat
aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan
pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut.
Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan
suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang,
perisai, dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang
hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Pencak
silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan
yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi
Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan
terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat
diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad ke-7 masehi, namun
asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian, pencak silat saat ini
telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah pesisir pulau Sumatera
dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik
lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa,
Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat
tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan
silek.
Sheikh
Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan
India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang kebudayaan
Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak
awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa
oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya.
Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan
kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir bersamaan dengan munculnya
kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang
dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka
meyakini bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat.
Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.
Perkembangan
dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya
banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada
abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah
perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat
ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama
di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan
seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi
penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan
spiritual.
Pencak
silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan
memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah
asing. Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu bela
diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA)
di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan
Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan
perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah
secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional,
khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Pencak
Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan
sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan
etnologis, serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak
silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai
aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia
yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Hingga kini belum ada
naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang
disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber
bagi pengembangan yang lebih teratur, dimana hanya secara turun temurun dan
bersifat pribadi atau kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diri
dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di
masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut
keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.
C.
Peraturan Pencak Silat
1. Ketentuan Umum
Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling
berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran,
elakan dan tangkisan), melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan
kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3
babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak selama
1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan lima
orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut:
a.
Setiap pembelaan dan serangan
harus berpola dari sikap awal, pasangan langkah, serta adanya koordinasi dalam
melakukan serangan atau pembelaan.
b.
Serangan beruntun harus
tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah sasaran,
sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.
c.
Mematuhi ketentuan mengenai
sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak silat dan ketentuan-ketentuan
perwasitan pada umumnya.
2.
Ketentuan
Kemenangan
Kemenangan
dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:
a.
Menang angka, jika pertandingan
selesai 3 babak dan juri memenangkan salah satu pesilat dengan jumlah angka
lebih banyak dari pada lawannya.
b.
Menang teknik, jika lawannya
tidak bisa melanjutkan pertandingan karena menyatakan diri tidak dapat
melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
c.
permintaan pelatih.
d.
Menang mutlak, jika lawannya
jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar sampai hitungan wasit ke-10
dalam waktu 10 detik.
e.
Menang diskualifikasi jika lawan
mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran
berat sehingga diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan
pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan
pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.
f.
Menang karena pertandingan tidak
seimbang.
g.
Menang karena lawan tidak
hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.
3.
Ketentuan
Penilaian
Penilaian dalam
olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan ketentuan sebagai
berikut.
a.
Nilai 1 (satu) untuk elakan atau
tangkisan yang berhasil yang langsung disusul oleh serangan yang masuk pada
sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan serangan tangan yang masuk.
b.
Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki
yang masuk pada sasaran.
c.
Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan
lawan.
d.
Nilai 4 (empat) untuk mengunci
lawan.
e.
Selain hal diatas, diberikan juga
kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-kaidah permainan pencak silat
dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi 5 (lima) pada setiap babak.
f.
Sasaran yang boleh diserang
adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada, perut, pinggang kiri dan
kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan sasaran serangan
menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai nilai sebagai serangan
perkenaan.
D.
Teknik Pencak Silat
Dalam permainan
pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang ada guna mencapai
hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah
teknik-teknik dalam permainan pencak silat.
1.
Serangan
Serangan adalah usaha
menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan, tangan, ataupun siku untuk
mengenai sasaran tertentu pada anggota badan lawan. Serangan tangan
merupakan serangan yang paling umum dilakukan, umumnya berupa pukulan. Berbagai
macam bentuk serangan adalah sebagai berikut:
a. Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah,
dan bawah.
b. Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.
c. Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan
diarahkan ke sasaran kemaluan.
d. Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan
mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran rahang
dan rusuk. Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan perkenaannya seluruh
buku-buku jari.
e. Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua
telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah
lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka,
leher, bahu, atau pinggang.
f. Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan
terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke
luar atau dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.
g. Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian
perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke
atas, dengan sasaran dagu dan hidung.
h. Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya
merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran
telinga.
i.
Kepret, yaitu serangan dengan
telapak tangan luar yang kelima jari tangannya merapat satu dengan lainnya.
Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas, dengan sasaran muka atau
kemaluan.
j.
Tusukan, yaitu serangan dengan
menggunakan jari tangan, dengan posisi jari merapat. Arahnya lurus ke depan,
dengan sasaran mata dan tenggorokan.
k. Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam
yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan dengan
sasaran mata dan tenggorokan.
l.
Patukan, yaitu serangan dengan
menggunakan lima jari tangan yang menguncup dan sedikit ditarik ke belakang.
Sasarannya adalah mata.
m. Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan
mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala
arah, dengan sasaran muka.
n. Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi
telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.
o. Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka
dengan sasaran dada.
p. Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke
atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara
lain sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.
2.
Belaan
Belaan adalah suatu
usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik melalui tangan maupun kaki
pada saat menerima serangan. Macam-macam belaan antara lain adalah sebagai
berikut.
a. Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan
jalan membuang tenaga serangan lawan.
b. Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan
dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.
c. Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak
dari berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap tubuh,
dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut:
1) Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah
satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah (miring).
2) Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua
kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).
3) Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi
kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan yang
terancam serangan tersebut.
d. Tangkisan, yaitu suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan
dengan cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung
bertujuan membendung atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari
lintasannya. Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut:
1) Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka
dengan kenaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar dan dari
atas ke bawah.
2) Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal. Perkenaannya
yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.
3) Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan
terbuka dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam ke
luar atau sebaliknya.
4) Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam.
5) Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang dengan
kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah dan sebaliknya.
6) Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas, hanya
saja posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah
7) Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan ke
samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan bawah luar,
dengan posisi tangan terbuka.
8) Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku-siku.
Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke atas dan
posisi tangan mengepal.
9) Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam yang
tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar ke dalam
dan dari dalam ke luar.
10) Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan
berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah punggung
kepalan tangan.
11) Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke
atau dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.
12) Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan
dari dalam ke luar.
E.
Sarana dan Prasarana Pencak Silat
1.
Pakaian
Pencak Silat
Dalam
pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur penggunaan pakaian yang
wajib ditaati oleh pesilat agar tidak menimbulkan cedera. Ketentuannya adalah
pesilat wajib mengenakan pakaian seragam standar pencak silat berwarna polos
(umumnya hitam), memakai ikat kepala, kain samping, dan bisa dilengkapi dengan
memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) di dada sebelah kiri.
Pesilat juga wajib menggunakan pelindung dada (body protector), pelindung kemaluan,
dan pelindung sendi demi keselamatan.
2.
Lapangan
Pencak Silat
Sesuai dengan
ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan pencak silat adalah dengan
luas 10 m2, panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah dengan diameter
3 m, dan lingkaran kedua dengan diameter 8 m. Lapangan pencak silat dilantai
dan dilapisi matras tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan warna
dasar hijau terang, dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang berbentuk
lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan pada pertandingan pencak silat adalah
meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit juri, formulir pertandingan
dan alat tulis menulis, jam pertandingan, gong, bel, lampu babak, lampu isyarat
berwarna merah, biru dan kuning, bendera kecil berwarna merah dan biru, serta
timbangan.
Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga membedakannya
dengan olahraga bela diri lainnya. Sifat pencak silat ialah halus, lentuk dan
lemas dengan kekerasan sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan
tangan halus dan selaras, langkah ringan ke segala penjuru, tidak banyak
bersuara, pernafasan wajar, banyak permainan rendah, dan tendangan
sedang-sedang.
Ciri-ciri
umum pencak silat antara lain adalah menggunakan seluruh bagian dan anggota
tubuh dari ujung jari tangan dan kaki hingga kepala, dilakukan dengan tangan
kosong atau dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata tertentu sehingga
benda apapun dapat dijadikan senjata. Sedangkan ciri-ciri khusus pencak silat
ialah sikap tenang, menggunakan kelentukan, kelincahan, dan kecepatan, saat
timing dan sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk menguasai lawan
(bukan dengan kekuatan), menggunakan prinsip timbang badan (permainan posisi
dengan memindahkan titik berat badan), memanfaatkan setiap serangan lawan
dengan tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri sedikit mungkin (menghemat
dan menyimpan tenaga).
Secara
garis besar, terdapat setidaknya tiga ilmu bela diri di Indonesia yang paling
banyak dipelajari, diantaranya adalah pencak silat, karate, dan taekwondo.
Berdasarkan daerah asalnya, pencak silat merupakan seni bela diri asli dari
Nusantara, sedangkan karate berasal dari Jepang dan taekwondo berasal dari
Korea. Di Indonesia, induk organisasi pencak silat adalah IPSI (Ikatan Pencak
Silat Indonesia), induk organisasi karate yaitu FORKI (Federasi Olahraga
Karate-Do Indonesia), sementara induk organisasi taekwondo ialah FTI (Federasi
Taekwondo Indonesia). Perbedaan paling mencolok antara pencak silat dengan
karate dan taekwondo terletak pada unsur yang diutamakan, dimana pencak silat
mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan kekuatan, dan taekwondo
memfokuskan pada kecepatan.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Dari
uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan olahraga
bela diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang baik.
Permainan pencak silat membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk
memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Dalam permainan
pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik, mulai dari
pukulan, sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang maksimal
dan sesuai harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar
tidak gugur.
B.
Saran
Olahraga
pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara yang harus
senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak silat
harus diperkenalkan sedini mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya
dan atlet yang berpotensi. Untuk itu, atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu
mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat sejak anak usia dini agar
dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik bangsa Indonesia.
Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau
melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa
Indonesia, serta dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke
dunia internasional.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Zaenal (2016). 4
Perbedaan Pencak Silat, Karate, dan Taekwondo.
Dari http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html,
05 Januari 2021, jam 15:15 WIB
Anonim (2014). Teknik Belaan
Dalam Pencak Silat Hindaran Tangkisan. Dari http://www.latarbelakang.com/2014/03/teknik-belaan-dalam-pencak-silat.html,
29 Juli 2017
Anonim (2014). Teknik
Serangan Tangan dalam Pencak Silat.
Dari http://www.latarbelakang.com/2014/03/serangan-tangan-dalam-pencak-silat.html,
05 Januari 2021, pada jam 15:17 WIB
R.Kentot Slamet Hariyadi,(2014),Teknik Dasar Pencak Silat Tanding,
Jakarta:P.Dian Rakyat
No comments:
Post a Comment