Monday, 18 October 2021

Makalah: Pencak silat SEJARAH PENCAK SILAT

 

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Salah satu kebutuhan paling dasar manusia ialah keamanan dan kesejahteraan. Agar dapat memenuhi kebutuhan tersebut, manusia menciptakan dan mengembangkan berbagai cara dan sarana, diantaranya ciptaan manusia yang menyangkut tentang kebutuhan keamanan, yakni cara dan sarana fisik untuk menghadapi dan mengatasi berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan (ATHG), salah satunya adalah jurus dan senjata. Jurus adalah teknik gerak fisik berpola yang efektif untuk membela diri maupun menyerang tanpa ataupun dengan senjata. Bentuk awalnya sangat sederhana dan merupakan tiruan dari gerak-gerik binatang yang disesuaikan dengan anatomi manusia yang kemudian terus dikembangkan, sejalan dengan perkembangan budaya manusia, sama halnya dengan senjata yang digunakan.

Agar mampu memenuhi kebutuhan kesejahteraannya, manusia juga telah menciptakan berbagai cara dan sarana, diantaranya dengan mengembangkan jurus menjadi bentuk seni dan olahraga yang dapat memberikan kesejahteraan bagi hidup mereka. Salah satu bentuk pengembangan seni jurus tersebut ialah pencak silat.

 

B.     Rumusan Masalah

Adapun beberapa permasalahan berdasarkan latar belakang di atas yang akan dibahas adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana pengertian pencak silat

2.      Bagaimana sejarah pencak silat?

3.      Bagaiama peraturan dalam permainan pencak silat?

4.      Apa saja Teknik-teknik dalam permainan pencak silat?

5.      Apa Media dalam permainan pencak silat?

 

C.    Tujuan

 Adapun beberapa tujuan berdasarkan rumusan masalah di atas yang hendak dicapai adalah sebagai berikut:

1.      Untuk mengetahui pengertian pencak silat

2.      Untuk mengetahui sejarah pencak silat

3.      Untuk mengetahui peraturan dalam permainan pencak silat

4.      Untuk engetahui teknik-teknik yang digunakan dalam permainan pencak silat.

5.      Untuk mengetahui sarana dan prasarana yang digunakan dalam permainan pencak silat.

 


BAB II

PEMBAHASAN

A.    Pengertian Pencak Silat

Pencak silat adalah olahraga berkelahi yang menggunakan teknik pertahanan diri. Pencak silat merupakan seni bela diri Asia yang berawal dari budaya Melayu. Olahraga bela diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura, namun juga dapat ditemukan dalam berbagai variasi di berbagai negara sesuai dengan penyebaran suku Melayu, seperti di Filipina Selatan dan Thailand Selatan. Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, saat ini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat yang tangguh.

Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), sedangkan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa) adalah nama organisasi yang dibentuk oleh Indonesia, Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam untuk mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara. Di dunia internasional, pencak silat menjadi istilah resmi sejak dibentuknya Persilat di Jakarta pada tahun 1980.

Suatu seminar mengenai pencak silat pernah diadakan oleh pemerintah pada tahun 1973 di Tugu, Bogor. Dalam seminar ini dilakukan pengukuhan istilah bagi seni pembelaan diri bangsa Indonesia dengan nama "pencak silat" yang merupakan kata majemuk, karena tidak semua daerah di Indonesia menggunakan istilah pencak silat di masa lalu. Di beberapa daerah di Jawa digunakan nama pencak, sedangkan di Sumatera orang menyebutnya dengan silat.             Pencak dan silat merupakan kata yang berbeda. Kata pencak sendiri dapat mempunyai arti khusus, begitu pula dengan kata silat. Pencak berarti gerak dasar bela diri yang terikat pada peraturan, dan digunakan dalam belajar, latihan, serta pertunjukan. Silat berarti gerak bela diri yang sempurna yang bersumber pada kerohanian yang suci murni, guna keselamatan diri atau kesejahteraan bersama, menghindarkan diri dari bencana. Istilah pencak silat mengandung unsur-unsur olahraga, seni, bela diri, dan kebatinan. Menurut IPSI bersama BAKIN pada tahun 1975, pencak silat adalah hasil budaya manusia Indonesia untuk membela atau mempertahankan eksistensi (kemandirian) dan integritasnya terhadap lingkungan hidup atau alam sekitarnya untuk mencapai keselarasan hidup guna meningkatkan iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

 

B.     Sejarah Pencak Silat

Pencak silat bermula dari tradisi yang diturunkan secara lisan dan menyebar dari mulut ke mulut, diajarkan dari guru ke murid. Karena hal tersebut, catatan tertulis mengenai asal mula silat sulit ditemukan. Kebanyakan sejarah silat dikisahkan melalui legenda yang beragam dari satu daerah ke daerah lain, misalnya asal mula silat aliran Cimande yang mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertarungan antara harimau dan monyet dan ia mencontoh gerakan tarung hewan tersebut. Asal mula ilmu bela diri di Indonesia kemungkinan berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, seperti yang kini ditemui dalam tradisi suku Nias yang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.

           Pencak silat baru ada sekitar abad ke-4 Masehi, yakni setelah adanya kerajaan-kerajaan yang merupakan pusat pengembangan budaya di kawasan hidup masyarakat pribumi Asia tenggara. Pada jaman kerajaan ini, mula-mula Hindu, kemudian Budha dan terakhir Islam, pencak silat dikembangkan dan menyebar luas. Pencak silat diperkirakan menyebar di kepulauan Nusantara semenjak abad ke-7 masehi, namun asal mulanya belum dapat dipastikan. Kendati demikian, pencak silat saat ini telah diakui sebagai budaya suku Melayu (penduduk daerah pesisir pulau Sumatera dan Semenanjung Malaka) dalam pengertian yang luas. Berbagai kelompok etnik lainnya yang menggunakan bahasa Melayu di berbagai daerah di pulau-pulau Jawa, Bali, Kalimantan, Sulawesi, dan lainnya juga mengembangkan bentuk pencak silat tradisional mereka sendiri. Dalam Bahasa Minangkabau, silat itu sama dengan silek.

           Sheikh Shamsuddin berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan India dalam pencak silat. Hal tersebut cenderung benar karena memang kebudayaan Melayu (termasuk pencak silat) adalah kebudayaan yang terbuka yang mana sejak awal kebudayaan Melayu telah beradaptasi dengan berbagai kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, Arab, Turki, dan lainnya. Kebudayaan-kebudayaan itu kemudian berasimilasi dan beradaptasi dengan kebudayaan penduduk asli sehingga pencak silat lahir bersamaan dengan munculnya kebudayaan Melayu sehingga setiap daerah umumnya memiliki tokoh persilatan yang dibanggakan. Sebagai contoh, bangsa Melayu terutama di Semenanjung Malaka meyakini bahwa Hang Tuah dari abad ke-14 adalah pendekar silat yang terhebat. Hal serupa juga yang terjadi di Jawa, yang membanggakan Gajah Mada.

           Perkembangan dan penyebaran pencak silat secara historis mulai tercatat ketika penyebarannya banyak dipengaruhi oleh kaum ulama seiring dengan penyebaran agama Islam pada abad ke-14 di Nusantara. Catatan historis ini dinilai otentik dalam sejarah perkembangan pencak silat yang pengaruhnya masih dapat kita lihat hingga saat ini. Kala itu, pencak silat telah diajarkan bersama-sama dengan pelajaran agama di surau-surau. Pencak silat lalu berkembang dari sekedar ilmu bela diri dan seni tari rakyat menjadi bagian dari pendidikan bela negara untuk menghadapi penjajah. Di samping itu, pencak silat juga menjadi bagian dari latihan spiritual.

           Pencak silat berkembang di Indonesia dan Malaysia (termasuk Brunei dan Singapura) dan memiliki akar sejarah yang sama sebagai cara perlawanan terhadap penjajah asing. Setelah zaman kemerdekaan, pencak silat berkembang menjadi ilmu bela diri formal. Organisasi silat nasional dibentuk seperti Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di Malaysia, Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di Amerika Serikat dan Eropa. Pencak silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olahraga dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.

           Pencak Silat sebagai bagian dari kebudayaan bangsa Indonesia berkembang sejalan dengan sejarah masyarakat Indonesia. Dengan aneka ragam situasi geografis dan etnologis, serta perkembangan zaman yang dialami oleh bangsa Indonesia, pencak silat dikenal dengan wujud dan corak yang beraneka ragam, namun mempunyai aspek-aspek yang sama. Pencak silat merupakan unsur-unsur kepribadian bangsa Indonesia yang dimiliki dari hasil budi daya yang turun temurun. Hingga kini belum ada naskah atau himmpunan mengenai sejarah pembelaan diri bangsa Indonesia yang disusun secara alamiah dan dapat dipertanggung jawabkan serta menjadi sumber bagi pengembangan yang lebih teratur, dimana hanya secara turun temurun dan bersifat pribadi atau kelompok, latar belakang dan sejarah pembelaan diri dituturkan. Sifat-sifat ketertutupan karena dibentuk oleh zaman penjajahan di masa lalu merupakan hambatan pengembangan di mana kini kita yang menuntut keterbukaan dan pemassalan yang lebih luas.

 

C.    Peraturan Pencak Silat

1.      Ketentuan Umum

           Pertandingan pencak silat dilakukan oleh dua orang pesilat yang saling berhadapan utuk mencapai prestasi dengan cara melakukan pembelaan (hindaran, elakan dan tangkisan), melakukan serangan pada sasaran (serangan tangan dan kaki), menjatuhkan lawan, atau mengunci lawan. Pertandingan dilakukan dalam 3 babak, dengan masing-masing babak selama 2 menit dan istirahat antarbabak selama 1 menit. Pertandingan pencak silat dipimpin oleh satu orang wasit dan lima orang juri. Ketentuan pertandingan adalah sebagai berikut:

a.       Setiap pembelaan dan serangan harus berpola dari sikap awal, pasangan langkah, serta adanya koordinasi dalam melakukan serangan atau pembelaan.

b.       Serangan beruntun harus tersusun dengan teratur dan berangkai dengan berbagai cara ke arah sasaran, sebanyak-banyaknya 4 jenis serangan.

c.       Mematuhi ketentuan mengenai sasaran, larangan-larangan, dan kaidah pencak silat dan ketentuan-ketentuan perwasitan pada umumnya.

 

2.      Ketentuan Kemenangan

 Kemenangan dianggap sah apabila memenuhi salah satu persyaratan sebagai berikut:

a.       Menang angka, jika pertandingan selesai 3 babak dan juri memenangkan salah satu pesilat dengan jumlah angka lebih banyak dari pada lawannya.

b.      Menang teknik, jika lawannya tidak bisa melanjutkan pertandingan karena menyatakan diri tidak dapat melanjutkan pertandingan atau kondisinya tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.

c.       permintaan pelatih.

d.      Menang mutlak, jika lawannya jatuh karena serangan yang sah dan tidak sadar sampai hitungan wasit ke-10 dalam waktu 10 detik.

e.       Menang diskualifikasi jika lawan mendapat peringatan ke-3 setelah peringatan ke-2, atau lawan melakukan pelanggaran berat sehingga diberikan hukuman langsung diskualifikasi, atau melakukan pelanggaran tingkat pertama sehingga lawan cedera dan tidak dapat melanjutkan pertandingan atas keputusan dokter pertandingan.

f.       Menang karena pertandingan tidak seimbang.

g.       Menang karena lawan tidak hadir dalam pertandingan atau mengundurkan diri.

 

3.      Ketentuan Penilaian

Penilaian dalam olahraga pencak silat akan diberikan kepada pesilat dengan ketentuan sebagai berikut.

a.       Nilai 1 (satu) untuk elakan atau tangkisan yang berhasil yang langsung disusul oleh serangan yang masuk pada sasaran, atau teknik jatuhan yang berhasil dan serangan tangan yang masuk.

b.      Nilai 2 (dua) untuk serangan kaki yang masuk pada sasaran.

c.       Nilai 3 (tiga) untuk menjatuhkan lawan.

d.      Nilai 4 (empat) untuk mengunci lawan.

e.       Selain hal diatas, diberikan juga kerapian teknik yaitu penilaian atas kaidah-kaidah permainan pencak silat dengan nilai terendah 2 (dua) dan nilai tertinggi 5 (lima) pada setiap babak.

f.       Sasaran yang boleh diserang adalah bagian tubuh, kecuali leher. Dada,  perut, pinggang kiri dan kanan, punggung, tungkai, dan lengan dapat dijadikan sasaran serangan menjatuhkan dan mengunci lawan, namun tidak mempunyai nilai sebagai serangan perkenaan.

 

D.    Teknik Pencak Silat

Dalam permainan pencak silat, dibutuhkan penguasaan akan teknik-teknik yang ada guna mencapai hasil yang maksimal atau hasil yang diharapkan. Berikut ini adalah teknik-teknik dalam permainan pencak silat.

1.      Serangan

Serangan adalah usaha menjatuhkan lawan dengan menggunakan lengan, tangan, ataupun siku untuk mengenai sasaran tertentu pada anggota badan lawan.  Serangan tangan merupakan serangan yang paling umum dilakukan, umumnya berupa pukulan. Berbagai macam bentuk serangan adalah sebagai berikut:

a.       Pukulan depan, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Arah lintasannya lurus ke depan, dengan titik sasaran atas, tengah, dan bawah.

b.      Pukulan samping, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya ke arah samping badan dengan posisi tangan mengepal.

c.       Pukulan sangkol, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya dari bawah ke atas dengan kepalan tangan terbalik dan diarahkan ke sasaran kemaluan.

d.      Pukulan lingkar, yaitu serangan yang menggunakan lengan dengan tangan mengepal. Lintasannya melingkar dari luar ke dalam, dengan titik sasaran rahang dan rusuk. Posisi tangan mengepal menghadap ke bawah dan perkenaannya seluruh buku-buku jari.

e.       Tebasan, yaitu serangan yang dilakukan dengan menggunakan satu atau dua telapak tangan yang terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan luar. Arah lintasannya dari luar ke dalam atau dari atas ke bawah, dengan sasaran muka, leher, bahu, atau pinggang.

f.       Tebangan, yaitu serangan yang menggunakan satu atau dua telapak tangan terbuka dengan perkenaan sisi telapak tangan dalam. Lintasannya dari dalam ke luar atau dari luar ke dalam, dengan arah sasaran leher.

g.      Sangga, yaitu serangan dengan satu atau dua telapak tangan terbuka. Bagian perkenaannya adalah pangkal telapak tangan dalam. Lintasannya dari bawah ke atas, dengan sasaran dagu dan hidung.

h.      Tamparan, dilakukan dengan telapak tangan dalam yang kelima jari tangannya merapat satu dengan lainnya. Lintasannya dari luar ke dalam, dengan sasaran telinga.

i.        Kepret, yaitu serangan dengan telapak tangan luar yang kelima jari tangannya merapat satu dengan lainnya. Lintasan dari dalam ke luar atau bawah ke atas, dengan sasaran muka atau kemaluan.

j.        Tusukan, yaitu serangan dengan menggunakan jari tangan, dengan posisi jari merapat. Arahnya lurus ke depan, dengan sasaran mata dan tenggorokan.

k.      Totokan, yakni serangan dengan menggunakan tangan setengah meng-genggam yang perkenaannya ruas kedua dari buku jari-jari. Arahnya lurus ke depan dengan sasaran mata dan tenggorokan.

l.        Patukan, yaitu serangan dengan menggunakan lima jari tangan yang menguncup dan sedikit ditarik ke belakang. Sasarannya adalah mata.

m.    Cengkeraman, yakni serangan yang menggunakan kelima jari tangan mencengkeram. Lintasannya dari arah luar ke dalam atau ke segala arah,  dengan sasaran muka.

n.      Gentusan, yakni serangan yang menggunakan sisi tangan bagian dalam. Posisi telapak tangan mengepal. Sasarannya, yaitu leher dan pelipis.

o.      Dobrakan, yakni serangan yang menggunakan kedua telapak tangan terbuka dengan sasaran dada.

p.      Sikuan, yakni serangan yang menggunakan siku tangan dengan arah lintasan ke atas, bawah, depan, samping, dan belakang. Ada beberapa jenis sikuan, antara lain sikuan atas, sikuan tusuk, sikuan samping, dan sikuan belakang.

2.      Belaan

Belaan adalah suatu usaha mempertahankan diri yang dapat dilakukan baik melalui tangan maupun kaki pada saat menerima serangan. Macam-macam belaan antara lain adalah sebagai berikut. 

a.       Pembuangan, yaitu teknik belaan yang dilakukan dalam keadaan memaksa dengan jalan membuang tenaga serangan lawan.

b.      Pelepasan kuncian, yaitu usaha untuk melepaskan diri dari tangkapan lawan dilakukan dengan cara menggunakan satu atau dua tangan.

c.       Elakan atau hindaran adalah suatu kondisi untuk menghindari dan mengelak dari berbagai serangan lawan. Elakan mempunyai unsur kuda-kuda, sikap tubuh, dan sikap tangan. Jenis-jenis elakan antara lain sebagai berikut:

1)   Elakan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan salah satu kaki ke belakang atau ke samping sehingga posisi tubuh berubah (miring).

2)   Egosan, yakni cara menghindari serangan lawan dengan memindah-kan kedua kaki sampai posisi tubuh berubah (merunduk).

3)   Kelitan, yakni cara menghindari serangan lawan tanpa memindahkan posisi kaki. Kelitan dilakukan hanya menjauhkan serangan dari anggota badan yang terancam serangan tersebut.

d.      Tangkisan, yaitu suatu teknik belaan untuk mengagalkan serangan lawan dengan cara mengadakan kontak langsung dengan serangan. Kontak langsung bertujuan membendung atau menahan serangan dan mengalihkan serangan dari lintasannya. Jenis-jenis tangkisan antara lain sebagai berikut:

1)      Tangkisan tepis, yakni menggunakan satu atau kedua telapak tangan terbuka dengan kenaan telapak tangan dalam. Arah gerakannya dari dalam ke luar dan dari atas ke bawah.

2)      Tangkisan gedik, yakni menggunakan satu lengan dengan tangan mengepal. Perkenaannya yaitu lengan bawah dalam dengan lintasan dari atas ke bawah.

3)      Tangkisan kelit, yakni menggunakan satu lengan dengan telapak tangan terbuka dengan perkenaan telapak tangan luar. Arah gerakannya dari dalam ke luar atau sebaliknya.

4)      Tangkisan siku, yakni menggunakan siku dengan lintasan dari luar ke dalam.

5)      Tangkisan jepit atas, yakni menggunakan kedua lengan yang menyilang dengan kenaannya sudut persilangan lengan. Arahnya dari atas ke bawah dan sebaliknya.

6)      Tangkisan jepit bawah, yakni hampir sama dengan tangkisan jepit atas, hanya saja posisi tangan mengepal dan diarahkan ke bawah

7)      Tangkisan potong, yakni menggunakan satu tangan dan lengan di-gerakkan ke samping bawah seperti gerakan memotong. Perkenaan-nya adalah lengan bawah luar, dengan posisi tangan terbuka.

8)      Tangkisan sangga, yakni menggunakan satu lengan yang membentuk siku-siku. Perkenaannya yaitu lengan bawah luar dengan gerakan dari bawah ke atas dan posisi tangan mengepal.

9)      Tangkisan galang, yakni tangkisan yang menggunakan lengan bawah dalam yang tegak lurus. Tangan mengepal sambil digerakkan ke samping dari luar ke dalam dan dari dalam ke luar.

10)  Tangkisan kepruk, yakni menggunakan kedua tangan mengepal dan lengan berbentuk siku-siku yang digerakkan ke bawah. Perkenaannya adalah punggung kepalan tangan.

11)  Tangkisan kibas, yakni menggunakan kaki dan tungkai yang dikibas-kan ke atau dari samping dengan perkenaannya telapak kaki.

12)  Tangkisan lutut menggunakan gerakan lutut setinggi pinggang dengan lintasan dari dalam ke luar.

 

E.     Sarana dan Prasarana Pencak Silat

1.      Pakaian Pencak Silat

 Dalam pertandingan pencak silat, ada ketentuan yang mengatur penggunaan pakaian yang wajib ditaati oleh pesilat agar tidak menimbulkan cedera. Ketentuannya adalah pesilat wajib mengenakan pakaian seragam standar pencak silat berwarna polos (umumnya hitam), memakai ikat kepala, kain samping, dan bisa dilengkapi dengan memakai badge logo IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) di dada sebelah kiri. Pesilat juga wajib menggunakan pelindung dada (body protector), pelindung kemaluan, dan pelindung sendi demi keselamatan.

2.      Lapangan Pencak Silat

Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan, ukuran lapangan pencak silat adalah dengan luas 10 m2, panjang dan lebar 10 m, lingkaran tengah dengan diameter 3 m, dan lingkaran kedua dengan diameter 8 m. Lapangan pencak silat dilantai dan dilapisi matras tebal ukuran 10 m x 10 m dengan ketebalan 5 cm dan warna dasar hijau terang, dilengkapi garis putih setebal 5 cm, dan bidang berbentuk lingkaran. Perlengkapan yang dibutuhkan pada pertandingan pencak silat adalah meja dan kursi pertandingan, meja dan kursi wasit juri, formulir pertandingan dan alat tulis menulis, jam pertandingan, gong, bel, lampu babak, lampu isyarat berwarna merah, biru dan kuning, bendera kecil berwarna merah dan biru, serta timbangan.

           Pencak silat memiliki, sifat dan ciri yang unik sehingga membedakannya dengan olahraga bela diri lainnya. Sifat pencak silat ialah halus, lentuk dan lemas dengan kekerasan sesaat, tidak membutuhkan ruangan yang luas, gerakan tangan halus dan selaras, langkah ringan ke segala penjuru, tidak banyak bersuara, pernafasan wajar, banyak permainan rendah, dan tendangan sedang-sedang.

           Ciri-ciri umum pencak silat antara lain adalah menggunakan seluruh bagian dan anggota tubuh dari ujung jari tangan dan kaki hingga kepala, dilakukan dengan tangan kosong atau dengan senjata, namun tidak memerlukan senjata tertentu sehingga benda apapun dapat dijadikan senjata. Sedangkan ciri-ciri khusus pencak silat ialah sikap tenang, menggunakan kelentukan, kelincahan, dan kecepatan, saat timing dan sasaran yang tepat dengan gerak yang cepat untuk menguasai lawan (bukan dengan kekuatan), menggunakan prinsip timbang badan (permainan posisi dengan memindahkan titik berat badan), memanfaatkan setiap serangan lawan dengan tenaga lawan, dan mengeluarkan tenaga sendiri sedikit mungkin (menghemat dan menyimpan tenaga).

           Secara garis besar, terdapat setidaknya tiga ilmu bela diri di Indonesia yang paling banyak dipelajari, diantaranya adalah pencak silat, karate, dan taekwondo. Berdasarkan daerah asalnya, pencak silat merupakan seni bela diri asli dari Nusantara, sedangkan karate berasal dari Jepang dan taekwondo berasal dari Korea. Di Indonesia, induk organisasi pencak silat adalah IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia), induk organisasi karate yaitu FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), sementara induk organisasi taekwondo ialah FTI (Federasi Taekwondo Indonesia). Perbedaan paling mencolok antara pencak silat dengan karate dan taekwondo terletak pada unsur yang diutamakan, dimana pencak silat mengutamakan konsentrasi, karate mengandalkan kekuatan, dan taekwondo memfokuskan pada kecepatan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

A.    Kesimpulan

               Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pencak silat merupakan olahraga bela diri yang menuntut kosentrasi, kelincahan, dan pertahanan diri yang baik. Permainan pencak silat membutuhkan tempat yang tidak terlalu luas untuk memainkannya dan dapat dilakukan oleh pria maupun wanita. Dalam permainan pencak silat, pesilat wajib menguasai berbagai macam teknik, mulai dari pukulan, sikuan, elakan, hingga tangkisan guna tercapainya hasil yang maksimal dan sesuai harapan, serta terdapat beberapa ketentuan yang harus dipatuhi agar tidak gugur.

B.     Saran

               Olahraga pencak silat merupakan warisan dari kebudayaan asli Nusantara yang harus senantiasa kita jaga dan lestarikan agar tidak pudar. Olahraga pencak silat harus diperkenalkan sedini mungkin guna menghasilkan bibit-bibit penerus budaya dan atlet yang berpotensi. Untuk itu, atlet-atlet pencak silat Indonesia perlu mengajarkan aspek-aspek mengenai olahraga pencak silat sejak anak usia dini agar dapat membagikan wawasannya dan mengangkat nama baik bangsa Indonesia. Diharapkan akan muncul kader-kader baru dalam olahraga pencak silat yang mau melestarikan kebudayaan asli Nusantara, dapat mengangkat nama baik bangsa Indonesia, serta dapat membuat olahraga pencak silat terus berkembang sampai ke dunia internasional.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 


DAFTAR PUSTAKA

 

Abidin, Zaenal (2016). 4 Perbedaan Pencak Silat, Karate, dan Taekwondo

 

     Dari http://farof.blogspot.co.id/2016/04/4-perbedaan-pencak-silat-karate-dan.html, 05 Januari 2021, jam 15:15 WIB

 

Anonim (2014). Teknik Belaan Dalam Pencak Silat Hindaran Tangkisan.  Dari http://www.latarbelakang.com/2014/03/teknik-belaan-dalam-pencak-silat.html, 29 Juli 2017

 

Anonim (2014). Teknik Serangan Tangan dalam Pencak Silat. Dari  http://www.latarbelakang.com/2014/03/serangan-tangan-dalam-pencak-silat.html, 05 Januari 2021, pada jam 15:17 WIB

 

R.Kentot Slamet Hariyadi,(2014),Teknik Dasar Pencak Silat Tanding, Jakarta:P.Dian Rakyat

No comments:

Post a Comment