BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam beberapa dekade ini PT Indofood Sukses Makmur Tbk (Indofood) telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan Total Food Solutions dengan
kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan,
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran. Kini, Indofood dikenal sebagai perusahaan
yang mapan dan terkemuka di setiap kategori bisnisnya.
Seperti halnya perusahaan lain, PT Indofood juga menghadapi berbagai risiko
yang mengancam keberlangsungan perusahaan. Semakin besar sebuah perusahaan maka
akan semakin banyak pula risiko yang akan dihadapinya. Risiko yang mungkin
dihadapi perusahaan dapat disebabkan oleh kondisi ekonomi, politik, kondisi industri, lingkungan
usaha dan sosial, serta kondisi dalam negeri tempat dimana Indofood melakukan
kegiatan usaha utamanya.
PT Indofood Sukses Makmur Tbk dapat saja menghadapi
berbagai macam risiko, misalnya terjadi kebakaran atau pencurian asset seperti
pencurian persediaan. Sedangkan jenis risiko lainnya adalah risiko yang
bersifat spekulatif, dapat meliputi variabilitas dari biaya input, harga jual,
permintaan, kemudian dapat juga meliputi kemampuan menjual produk baru dan
mengembangkan produk yang sudah ada, dan tingkat nilai tukar rupiah terhadap
dolar.
Meskipun ada berbagai macam risiko yang harus dihadapi
PT Indofood Sukses Makmur Tbk, pihak manajemen risiko telah menerapkan sistem Enterprise Risk Management (ERM) dengan
baik. Misalnya dengan menjalin hubungan dengan pemasok dan petani dengan baik,
melakukan simulasi dalam menentukan harga jual sebelum produk tersebut
dipasarkan, melakukan inovasi produk agar dapat tetap unggul dibandingkan
dengan pesaingnya. Semua strategi ERM yang dilakukan oleh PT Indofood Sukses
Makmur Tbk tetap memandang kode etik yang berlaku. Sistem ERM ini sangat
penting bagi perusahaan untuk meminimalisir bahkan menghindari berbagai risiko
yang mungkin akan muncul.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang muncul terkait latar belakang di atas adalah:
- Risiko apa sajakah yang dihadapi PT Indofood
Sukses Makmur Tbk.?
- Bagaimana analisis risiko perusahaan tersebut?
- Respon apa sajakah yang dilakukan perusahaan
untuk mencegah dan/atau menghadapi risiko?
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan paper ini bertujuan untuk:
- Menjabarkan analisis risiko PT Indofood Sukses
Makmur Tbk.
- Mengetahui sumber risiko perusahaan dan bagaimana
cara perusahaan merespon risiko yang dihadapi.
1.4 Manfaat Penulisan
Penulisan paper ini diharapkan dapat memberikan manfaat diantaranya:
- Menambah pengetahuan pembaca mengenai risiko yang
dihadapi PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
- Membantu investor dalam pengambilan keputusan
investasi.
BAB II
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah dan Perkembangan PT Indofood Sukses Makmur
Tbk.
PT. Indofood Sukses Makmur
Tbk.
merupakan produsen berbagai jenis makanan dan minuman yang bermarkas di Jakarta, Indonesia. Perusahaan ini didirikan pada tanggal 14 Agustus 1990 oleh Sudono Salim dengan nama PT. Panganjaya Intikusuma yang pada tanggal 5 Februari 1994 menjadi Indofood
Sukses Makmur. Perusahaan ini mengekspor bahan makanannya hingga Australia, Asia, dan Eropa.
Dalam beberapa dekade ini Indofood telah
bertransformasi menjadi sebuah perusahaan total food solutions dengan
kegiatan operasional yang mencakup seluruh tahapan proses produksi makanan,
mulai dari produksi dan pengolahan bahan baku hingga menjadi produk akhir yang
tersedia di rak para pedagang eceran.
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
merupakan salah satu perusahaan mie instant dan makanan olahan terkemuka
di Indonesia yang menjadi salah satu cabang perusahaan
yang dimiliki oleh Salim Group.
Sejarah PT Indofood Sukses
Makmur dapat diringkas sebagai berikut:
Tahun |
Kejadian |
1968 |
PT Lima Satu Sankyu (selanjutnya berganti nama
menjadi PT Supermi Indonesia) didirikan, pertama kali memproduksi Supermi sebagai mi instan
pertama di Indonesia. |
1970 |
PT Sanmaru Foods Manufacturing Co Ltd (PT Sanmaru)
didirikan sebagai salah satu anak perusahaan Jangkar Jati Group. |
1972 |
PT Sanmaru mulai memproduksi Indomie. |
1982 |
PT Sarimi Asli Jaya didirikan dan mulai
memproduksi Sarimi. |
1984 |
PT Sarimi Asli Jaya diakuisisi oleh PT Sanmaru dan
bersama dengan Salim Group membentuk perusahaan dengan nama PT Indofood
Interna Corporation. |
1986 |
PT Supermi Indonesia diakuisisi oleh PT Indofood
Interna Corporation melalui anak perusahaannya PT Lambang Insan Makmur. |
1987 |
PT Sanmaru meluncurkan mi instan dalam bentuk cup
bermerek Pop Mie. |
1989 |
PT Sanmaru mengakuisi PT Sari Pangan Nusantara, yang
memproduksi makanan bayi bermerek SUN. |
1990 |
PT Sanmaru membentuk perusahaan patungan dengan
PepsiCo, Inc yang memiliki merek FritoLay yang pada tahun 1994 bernama PT
Indofood Fritolay Makmur dan mulai memproduksi makanan ringan seperti
Chitato, Chiki, Cheetos dan Jetz yang kemudian pada tahun 2000an disusul
dengan Lay's dan Qtela. |
1990 |
Indofood didirikan oleh Sudono Salim dengan
nama PT Panganjaya Intikusuma. |
1992 |
PT Sanmaru melalui anak perusahaan Jangkar Jati
Group diambil alih seluruh sahamnya oleh Salim Group. |
1993 |
PT Panganjaya Intikusuma dan PT Sanmaru membentuk
perseroan dengan nama PT Indomie Sukses Makmur Tbk. |
1994 |
PT Panganjaya Intikusuma berganti nama menjadi PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. |
1995 |
Mengakuisisi pabrik penggilingan gandum Bogasari. |
1997 |
Mengakuisisi 80% saham perusahaan yang bergerak di
bidang perkebunan, agribisnis serta distribusi. |
2005 |
PT Indosentra Pelangi sebagai produsen bumbu, kecap
dan sambal bermerek Indofood membentuk perusahaan patungan dengan Nestlé
bernama PT Nestlé Indofood Citarasa Indonesia, mengakuisisi perusahaan
perkebunan di Kalimantan Barat. |
2006 |
Mengakuisisi 55% saham perusahaan perkapalan Pacsari
Pte. Ltd. |
2007 |
Mencatatkan saham Grup Agribisnis di Bursa Efek
Singapura dan menempatkan saham baru. |
2008 |
Mengakuisisi 100% saham Drayton Pte. Ltd. yang memiliki
secara efektif 68,57% saham di PT Indolakto, sebuah perusahaan dairy
terkemuka. |
2009 |
Memulai proses restrukturisasi internal Grup CBP
melalui pembentukan PT. Indofood CBP Sukses Makmur dan pemekaran kegiatan
usaha mi instan dan bumbu yang diikuti dengan penggabungan usaha seluruh anak
perusahaan di Grup Produk Konsumen Bermerek (CBP), yang seluruh sahamnya
dimiliki oleh Perseroan, ke dalam ICBP. |
2010 |
Menyelesaikan restrukturisasi internal Grup CBP
melalui pengalihan kepemilikan saham anak perusahaan di Grup CBP dengan
jumlah kepemilikan kurang dari 100% ke ICBP dan melakukan Penawaran Saham
Perdana yang dilanjutkan dengan pencatatan saham ICBP di Bursa Efek Indonesia
pada tanggal 7 Oktober 2010. Peningkatan kepemilikan di Pacsari Pte. Ltd
sebesar 10% menjadi pemilik 100%. |
2011 |
Pada bulan Januari 2011, PT Indofood CBP Sukses
Makmur, PT Gizindo Primanusantara, PT Indosentra Pelangi, PT Indobiskuit
Mandiri Makmur dan PT Ciptakemas Abadi digabung sepenuhnya dengan status
perusahaan terbuka (Tbk.) menjadi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. PT Salim
Ivomas Pratama (SIMP), anak perusahaan langsung dan tidak langsung Perseroan,
melakukan IPO diikuti dengan pencatatan saham di BEI pada 9 Juni 2011. |
2012 |
Sudono Salim, pendiri ICBP meninggal dunia di Singapura pada tanggal
10 Juni 2012. Tidak lama sesudah meninggalnya, salah satu produk mi instan
dari Indofood, Indomie, menyelenggarakan program
ulang tahunnya yang ke-40 tahun, pada bulan Agustus 2012 di Jakarta. |
2013 |
Menyelesaikan akuisisi PT Pepsi-Cola Indobeverages,
perusahaan yang memproduksi minuman ringan bermerek Pepsi, 7 Up dan sebagainya. Akuisisi ini dilakukan oleh PT
Indofood Asahi Sukses Beverage dan PT Asahi Indofood Beverage Makmur, yang
masing-masing adalah 51% dan 49% dimiliki oleh ICBP. |
2014 |
Indofood masuk ke bisnis minuman bernama Indofood
Asahi dan mulai mengimpor dua merek minuman dari Malaysia, yaitu Ichi Ocha
dan Caféla Latte dan mengakuisisi merek air mineral Club dari PT Tirta
Bahagia. |
2.2 Produk Perusahaan
Dalam menjalankan
kegiatan operasionalnya, Indofood memperoleh manfaat dari ketangguhan model
bisnisnya yang terdiri dari empat kelompok usaha strategis (grup) yang saling
melengkapi sebagai berikut:
A. Produk Konsumen Bermerek (CBP)
Kegiatan
usahanya dilaksanakan oleh PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP), yang
sahamnya tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tanggal 7 Oktober 2010.
ICBP merupakan salah satu produsen makanan dalam kemasan terkemuka di Indonesia
yang memiliki berbagai jenis produk makanan dalam kemasan. Berbagai merek
produk ICBP merupakan merek-merek yang terkemuka dan dikenal di Indonesia untuk
makanan dalam kemasan. Divisi-divisi yang berada di bawah ICBP diantaranya:
1. Mie Instan
Pop Mie
Sarimi
Supermi
Indomie
Sakura
2.
Diary
Indomilk
Orchid Butter
Milkuat
3.
Makanan Ringan
Cheetos
Chiki
Jet-Z
Lay's
Chitato
Qtela
Trenz
4.
Penyedap Makanan
Maggi
Piring Lombok
5.
Nutrisi dan Makanan Khusus
Promina
SUN
6.
Minuman & Sirup (Indofood Asahi & PepsiCo)
Pepsi
7 Up
Mirinda
Freiss
Tehkita
Club
B. Bogasari
Memiliki
kegiatan usaha utama memproduksi tepung terigu dan pasta. Kegiatan usaha Grup
ini didukung oleh unit perkapalan dan kemasan. Produknya berupa:
La Fonte
C. Agribisnis
Kegiatan
usahanya terkonsentrasi pada Indofood Agri Resources Ltd. (IndoAgri), yang
tercatat di Bursa Efek Singapura, dan anak-anak perusahaannya termasuk PT PP
London Sumatra Indonesia Tbk (Lonsum), yang tercatat di BEI. Kegiatan usaha
utama Grup ini meliputi penelitian dan pengembangan, pembibitan, pemuliaan dan
pengolahan kelapa sawit hingga produksi dan pemasaran minyak goreng, margarin
dan shortening bermerek. Di samping itu, kegiatan usaha grup ini juga
mencakup pemuliaan dan pengolahan karet dan tebu serta tanaman lainnya. Produk
yang dihasilkan :
Bimoli
Amanda
Delima
Palmia
D. Distribusi
Memiliki
jaringan distribusi yang paling luas di Indonesia. Grup ini mendistribusikan
hampir seluruh produk konsumen Indofood dan anak-anak perusahannya, serta
berbagai produk pihak ketiga. Indofood juga melakukan berbagai strategi dalam
memasarkan produknya, diantaranya:
- Tagline : Indomie Seleraku
- Iklan : billboard, iklan TV,
sponsor acara
- Event : Indomie menggelar
ajang membuat lagu ”jingle” untuk pelajar SMA, acara tersebut berjudul
Jingle Dare, yang berlangsung pada 24 April 2008
- Pembuatan Shop Sign
(Spanduk Nama Burjo dengan tema Indomie untuk setiap Burjo di Yogyakarta)
2.3 Visi, Misi, dan Strategi Perusahaan
Setiap perusahaan memiliki visi dan misi yang
menjadi landasan bagi perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Visi PT Indofood Tbk.:
Menjadi
Perusahaan Total Food Solutions.
Misi PT Indofood Tbk.:
- Senantiasa meningkatkan kompetensi karyawan,
proses produksi, dan teknologi.
- Menyediakan produk yang berkualitas tinggi,
inovatif dengan harga terjangkau, yang merupakan pilihan pelanggan.
- Memastikan ketersediaan produk bagi pelanggan
domestik maupun internasional.
- Memberikan kontribusi dalam peningkatan kualitas
hidup bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang nutrisi.
- Meningkatkan stakeholders’ value secara
berkesinambungan.
Untuk mencapai visi dan misi tersebut, PT
Indofood Sukses Makmur Tbk. menggunakan strategi:
Menjalin kerjasama dengan pemasok bahan baku untuk
meningkatkan kualitas produk, dan meningkatkan distribusi produk-produk.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Identifikasi Risiko Perusahaan
Risiko bisnis yang
dihadapi oleh PT Indofood Sukses Makmur Tbk dipengaruhi oleh beberapa faktor.
Jenis risiko yang pertama adalah risiko murni, PT Indofood Sukses Makmur Tbk.
mungkin saja menanggung risiko tersebut apabila misalnya terjadi kebakaran atau
pencurian asset seperti pencurian persediaan. Sedangkan jenis risiko berikutnya
adalah risiko spekulatif. Risiko spekulatif ini dapat meliputi variabilitas
dari biaya input, harga jual, dan permintaan, kemudian dapat juga meliputi
kemampuan menjual produk baru dan mengembangkan produk yang sudah ada, dan tingkat
nilai tukar rupiah terhadap dolar. Risiko yang dihadapi perusahaan diantaranya:
- Risiko keamanan pangan
Sebagai
produsen makanan olahan dalam kemasan dan memiliki konsumen dari segala usia,
Perseroan menghadapi risiko yang berhubungan dengan keamanan produk barang jadi
yang dipasarkan.
Walaupun
Perseroan telah memperhatikan faktor higienis makanan dan memastikan bahwa
bahan baku yang dipergunakan telah sesuai dengan yang ditetapkan oleh instansi
yang berwenang dan memenuhi persyaratan untuk memperoleh sertifikat halal,
namun tidak tertutup kemungkinan bahwa produk makanan tersebut dapat tercemar
ataupun terkena isu negatif lainnya. Apabila terjadi, hal tersebut dapat
memberikan dampak negatif terhadap kegiatan usaha dan operasional Perseroan.
- Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Harga
dan biaya produksi Perseroan dipengaruhi oleh harga bahan baku di pasar
internasional, terutama gandum yang digunakan untuk memproduksi tepung terigu
Grup Bogasari, dan bahan baku lainnya yang diimpor seperti SMP dan resin (bahan
baku untuk pembuatan kemasan).
Harga tersebut dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain:
Tingkat produksi bahan baku dunia.
Tingkat penawaran dan permintaan
produk.
Tingkat konsumsi dunia atas produk-produk;
dan
Perkembangan perekonomian dunia pada
umumnya.
Fluktuasi
harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai tukar Rupiah
terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan
operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun Perseroan dapat menaikkan
harga jual produknya akan tetapi Perseroan tidak dapat secara langsung
meningkatkan harga jual produk sedemikian rupa sejalan dengan kenaikan harga
bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap
mata uang asing.
- Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Sebagian
besar produk Perseroan menghadapi kompetisi baik dari perusahaan lokal maupun
internasional. Tidak dapat dipastikan bahwa kompetitor tidak akan
mengoptimalkan upayanya dalam berkompetisi untuk meningkatkan pangsa pasarnya
dan/atau tidak akan ada tambahan pesaing domestik maupun asing yang memasuki
pasar dimana Perseroan beroperasi. Peningkatan kompetisi tersebut dapat
mempengaruhi kemampuan Perseroan untuk mempertahankan atau menaikkan
pendapatannya.
- Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Kesuksesan
Perseroan tidak luput dari faktor ketersediaan tenaga kerja yang handal untuk
terus dapat melakukan yang terbaik serta mendukung budaya untuk terus
berinovasi agar memperoleh hasil yang unggul. Oleh karena itu Perseroan
menyadari risiko kegagalan pengembangan karyawan atau mempertahankan tenaga
kerja bertalenta dapat mempengaruhi kegiatan bisnis, daya saing, dan
pertumbuhan Perseroan secara nyata.
- Risiko
bencana alam, iklim dan cuaca ekstrim
Secara
geografis, fasilitas Perseroan berupa kantor, pabrik, perkebunan dan gudang
distribusi, hampir seluruhnya berlokasi di Indonesia yang berlokasi di pulau
Jawa, Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi.
Letak
Indonesia berada di zona pertemuan dari tiga lempengan bumi utama yang
berpotensi mengalami gempa bumi, tsunami, gelombang laut dan letusan gunung
berapi. Hal ini dapat terjadi di luar kendali Perseroan, dan dapat membahayakan
keselamatan karyawan, merusak fasilitas, dan mengganggu jalur distribusi.
Walaupun risiko ini tidak berdampak negatif secara langsung terhadap kegiatan
usaha Perseroan di masa lampau, tetapi bencana tersebut dapat berdampak negatif
terhadap keadaan ekonomi Indonesia pada umumnya yang secara tidak langsung akan
berdampak juga terhadap Perseroan. Selain itu, beberapa kegiatan usaha dan
hasil operasional Perseroan juga tergantung pada iklim dan kondisi cuaca.
Risiko
yang berhubungan dengan hal tersebut akhir-akhir ini meningkat dengan adanya
efek rumah kaca di atmosfer yang berdampak buruk terhadap suhu global dan
perubahan suhu secara ekstrim. Kondisi tersebut dapat berdampak negatif
terhadap produktivitas, kinerja dan prospek usaha Perseroan.
3.2 Analisis Risiko Perusahaan
Tujuan
dari analisis risiko adalah untuk membedakan risiko minor yang dapat diterima
dari resiko mayor, dan untuk menyediakan data untuk membantu evaluasi dan
penanganan risiko. Analisis risiko akan tergantung dari informasi dan data yang
tersedia.
Risiko yang dapat dianalisis secara
kualitatif dan kuantitatif. Resiko yang di analisis secara kuantitatif adalah
risiko keuangan dengan menggunakan penghitungan rasio keuangan. Perhitungan
rasio ini dilakukan dari data laporan keuangan PT Indofood Sukses Makmur Tbk
sejak tahun 2011 sampai tahun 2013.
Beberapa rasio yang sudah dianalisis adalah rasio likuiditas, rasio
leverage, dan rasio profitabilitas.
Dari hasil perhitungan
rasio likuiditas, PT Indofood Sukses Makmur Tbk memiliki rasio likuiditas yang
baik yakni lebih dari 1, walaupun nilainya fluktuatif. Rasio berikutnya adalah
rasio profitabilitas. Dari hasil perhitungan rasio profitabilitas didapatkan
hasil Gross profit margin secara rata-rata selalu mengalami peningkatan, begitu
juga dengan Return On Aset (ROA) mencerminkan tingkat pengembalian terhadap
investasi aset perusahaan.
ROA
secara rata-rata selalu meningkat yang dapat diartikan bahwa pengembalian
terhadap aset lancar perusahaan selalu meningkat pula. Berkaitan dengan
fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar yang saat ini sedang menjadi
permasalahan, didapatkan dari hasil regresi bahwa volatilitas kurs rupiah per
dolar berpengaruh negatif terhadap return harian saham PT Indofood Sukses
Makmur Tbk.
Semakin besar
ROA suatu perusahaan maka semakin baik pula kinerja perusahaan tersebut.
ROA berpengaruh negatif terhadap prediksi kebangkrutan perusahaan yang
berarti semakin tinggi rasio tinggi ROA kemungkinan perusahaan bangkrut semakin
kecil
ROA =
Tahun |
Perhitungan |
Hasil (dalam %) |
2011 |
8.795,9/78.092,8 |
0,1126339432 |
2012 |
8.567,8/59.389,4 |
0,144264801 |
2013 |
8.360/53.716 |
0,15563333 |
ROE adalah
perbandingan antara laba bersih perusahaan dengan modal sendiri suatu
perusahaan. ROE merupakan indikator yang penting bagi pemegang saham untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang
berkaitan dengan dividen. Jika rasio ini meningkat maka laba bersih dari
perusahaan yang bersangkutan akan meningkat pula, peningkatan tersebut juga
mempengaruhi harga saham. ROE berpengaruh negatif terhadap kemungkinan
perusahaan bangkrut, artinya semakin kecil ROE maka probabilitas
perusahaan bangkrut semakin besar
ROE = X 100%
Tahun |
Perhitungan |
Hasil (dalam %) |
2011 |
8.795,9/39.719,7 |
0,221449306 |
2012 |
8.567,8/25.249,2 |
0,339329562 |
2013 |
8.260/22.114,7 |
0,373507214 |
Operating Income Return on Investment menunjukkan kefektifan manajemen dalam menghasilkan
laba operasional atas aset-aset perusahaan, yang diukur dengan membandingkan
laba operasional terhadap total aset. Dengan kata lain OIROI mengambarkan
kemampuan perusahaan untuk menjaga biaya operasional rendah. OIROI mengukur
seberapa efisien perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dari total aset yang
dimiliki yang digunakan dalam menghasilkan keuntungan teresebut. Semakin besar
OIROI maka semakin efektif suatu perusahaan dalam mengelola total aktiva yang
dimiliki untuk menghasilkan laba.
OIROI =
Tahun |
Perhitungan |
Hasil (dalam %) |
2011 |
6.718/78.092,8 |
0,086025856 |
2012 |
6.877/59.389,4 |
0,115795074 |
2013 |
6.847,4/53.716 |
0,127474123 |
3.3 Respon Terhadap Risiko
Perseroan
menyadari bahwa penerapan sistem manajemen risiko yang memadai sangat penting
untuk menghadapi beragamnya risiko kegiatan usaha yang dihadapi sejalan dengan
semakin berkembangnya usaha Perseroan. Untuk itu, Perseroan menjalankan
pengelolaan terhadap risiko dengan menerapkan sistem ERM yang telah dijalankan secara
konsisten dan berkesinambungan di seluruh organisasi, termasuk anak perusahaan.
Perseroan mengelola ERM berdasarkan kerangka dasar COSO (Committee of Sponsoring Organization of Treadway Commission) dan
ISO 31000, yang disesuaikan dengan kegiatan usaha dan budaya Perseroan.
Direksi
bertanggung jawab dan memegang peranan penting dalam suksesnya penanganan
manajemen risiko dan pengendalian internal yang efektif. Untuk itu, Perseroan
membentuk tim manajemen risiko yang didedikasikan untuk menjalankan proses ERM
dan implementasinya. Setiap manajemen anak perusahaan, berperan penting atas
proses ERM, yaitu melakukan identifikasi risiko, menganalisa kemungkinan exposure,
menetapkan langkah-langkah perbaikan dan pengendalian internal, dan memberikan
laporan ERM kepada manajemen terkait.
Komite
Audit sebagai kepanjangan tangan dari Dewan Komisaris, melakukan pengawasan
terhadap program dan implementasi manajemen risiko. Laporan konsolidasi ERM
disampaikan setiap semester kepada Direksi dan Komite Audit. Audit Internal
melakukan penelaahan yang independen melalui audit yang dilakukan secara rutin
untuk memberikan keyakinan yang memadai bahwa risiko yang signifikan dan
kelemahan pengendalian internal teridentifikasi dan tindakan perbaikan
dijalankan. Laporan penelahaan tersebut disajikan dalam laporan audit internal
yang disampaikan secara rutin kepada Direksi dan Komite Audit. Beberapa
risiko-risiko utama yang dapat berpotensi memberikan dampak negatif yang
signifikan terhadap operasional Perseroan, dan langkah langkah Perseroan dalam
mengurangi risiko tersebut adalah sebagai berikut:
- Risiko keamanan pangan
Untuk
mengurangi risiko ini, Perseroan melakukan proses kontrol yang
berkesinambungan, dimulai dari penggunaan bahan baku yang berkualitas,
pemilihan pemasok, proses penerimaan bahan baku dan proses produksi dan
distribusi yang sesuai dengan standard operating procedures.
Perseroan
senantiasa menerapkan Good Manufacturing Practices untuk memastikan produk
dibuat dengan proses yang higienis dan menghasilkan kualitas yang baik.
Sebagian besar fasilitas produksi Perseroan telah memperoleh sertifikasi ISO
9001 dan ISO 22000, dan/atau sertifikasi HACCP (Hazard Analysis & Critical Control Points), serta beberapa
fasilitas produksi lainnya telah memperoleh sertifikasi ISO 14000. Di samping
itu, seluruh produk Perseroan telah mendapatkan sertifikat halal dari MUI.
Sebagian besar produk Perseroan juga telah memperoleh berbagai sertifikasi
lainnya, seperti sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) yang dikeluarkan
oleh lembaga pemerintahan yang berwenang. Untuk menanggapi keluhan dan
mendapatkan masukan yang berharga dari konsumen, Perseroan menyediakan Layanan
Konsumen Indofood.
- Risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas
Fluktuasi
harga bahan baku di pasar internasional dan depresiasi nilai tukar Rupiah
terhadap mata uang asing dapat memberikan dampak negatif terhadap kegiatan
operasional dan kondisi keuangan Perseroan. Walaupun Perseroan dapat menaikkan harga
jual produknya akan tetapi Perseroan tidak dapat secara langsung meningkatkan
harga jual produk sedemikian rupa sejalan dengan kenaikan harga bahan baku di
pasar internasional dan depresiasi nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing.
Untuk
memitigasi risiko tersebut, Perseroan melakukan kegiatan-kegiatan strategis
dengan membentuk pola hubungan kerja sama dan kemitraan dengan petani dan
pemasok, melakukan simulasi harga bahan baku terhadap harga jual, melakukan
kontrak kerja sama dengan beberapa perusahaan dalam dan luar negeri, dan
menggunakan bahan baku substitusi tanpa mengurangi kualitas akhir dari produk
barang jadi yang dipasarkan kepada konsumen. Ketangguhan model bisnis Perseroan
yang terdiri dari kegiatan usaha komoditas dan non-komoditas juga memberikan
manfaat dalam mengurangi risiko tersebut dan dapat meredam dampak gejolak harga
komoditas yang pada akhirnya tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
pendapatan dan keuntungan Perseroan.
- Risiko peningkatan kompetisi pada segmen usaha
Untuk
melanjutkan sukses dan mengurangi risiko tersebut, Perseroan senantiasa
mengikuti dinamika perkembangan pasar, meluncurkan produk yang sesuai dengan
kebutuhan dan selera konsumen, melakukan inovasi secara berkelanjutan untuk
menghasilkan produk unggulan baru, mempertahankan dan meningkatkan kualitas
produk, melakukan kegiatan pemasaran yang tepat sasaran dan menerapkan
program-program efisiensi biaya guna meningkatkan daya saing. Dalam iklim
bisnis yang kompetitif ini, Perseroan tetap menjalankan usahanya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundangan yang berlaku.
- Risiko suksesi dan ketrampilan tenaga kerja
Untuk
mengurangi risiko ini, Perseroan melakukan kegiatan pengembangan karyawan
berkelanjutan serta program pelatihan profesional baik internal atau eksternal.
Dengan program tersebut, Perseroan dapat mempertahankan tenaga kerja bertalenta
yang sudah ada dan menarik tenaga kerja bertalenta yang baru, demi meneruskan
kelangsungan operasional dan daya saing Perseroan di era globalisasi ini.
- Risiko bencana
alam, iklim dan cuaca ekstrim
Untuk
menangani risiko tersebut, Perseroan melakukan kajian terhadap perlindungan
bencana alam seperti kecukupan perlindungan asuransi dan implementasi sistem
penanggulangan krisis. Perseroan juga melakukan kegiatan tanggung jawab sosial
terkait dengan kejadian bencana alam sebagai bentuk kepedulian terhadap
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
PT Indofood Sukses Makmur Tbk merupakan produsen
berbagai jenis makanan dan minuman terkemuka. Produk yang dihasilkan perusahaan
terbagi dalam 4 grup yaitu, CPB (Customer
Branded Product), Bogasari, agribisnis, dan distribusi.
Perusahaan ini dihadapkan oleh berbagai macam risiko
yang dapat mengancam keberlangsungan perusahaan tersebut diantaranya adalah
risiko keamanan pangan, risiko fluktuasi harga bahan baku dan komoditas, risiko
peningkatan kompetisi pada segmen usaha, risiko suksesi dan keterampilan tenaga
kerja, serta risiko bencana alam, iklim, dan cuaca ekstrim.
Untuk dapat menghadapi dan meminimalisir risiko
tersebut, perusahaan menerapkan manajemen risiko dengan sistem ERP (Enterprise Risk Management). Contohnya
dengan menjalin hubungan yang baik dengan pemasok dan petani, melakukan
simulasi dalam menentukan harga jual sebelum produk tersebut dipasarkan,
melakukan inovasi produk agar dapat tetap unggul dibandingkan dengan
pesaingnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Ikatan
Akuntansi Indonesia. (2014). Manajemen
Keuangan Lanjutan. Jakarta : Ikatan Akuntansi Indonesia.
G.
Arnold, (2008). Corporate Financial
Management 4th edition. Prentice Hall.
E.
F. Brigham and M.C. Enhardt (2005). Financial
Management : Theory and Practice 11th edition. South-Western.
Hanafi,
M. Mamduh. (2007). Manajemen Risiko. Jakarta : universitas Terbuka
http://www.bankmandiri.co.id/article/treasury.asp#
Bruner,
R. F.,
Case Studies in Finance,
6th ed., McGraw-Hill,
2010, Case 37 dalam Prabowo
Aditya, Nainggolan Lukas, “Baker Adhesive”, Universitas Indonesia.
No comments:
Post a Comment