Monday, 18 October 2021

MAKALAH MANAJEMEN RESIKO PADA PERUSAHAAN GARUDA INDONESIA AIRLINES

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

1.1  LATAR BELAKANG

PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia,sehingga masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. BUMN Semen Gresik pertama kali didirikan pada tahun 1957 dikota Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi pertahun pada saat itu sekitar 250 ton. Semen Gresik saat ini telah memiliki beberapa anak perusahaan diantaranya PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang bergerak dalam pembuatan semen juga, selain itu PT Semen Gresik juga memiliki anak usaha lain dibidang non semen diantaranya PT Kawasan Industri Gresik, PT United Tractors, PT Swadaya Graha, Eternit Gresik serta PT Varia Usaha Beton. Lokasi pabrik Semen Gresik berada di pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi yang merupakan daerah pengguna semen terbesar. seperti halnya dengan Semen Jawa, selain didistribusikan di seluruh Indonesia produk dari PT Semen Gresik juga exspor ke luar negeri diantaranya ke negara Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Banglades, Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik dan Gambia. Ditengah ketatnya persaingan dan perdagangan bebas seperti sekarang tentunya sangat memberikan perlajaran bagi Semen Gresik terutama dalam memproduksi semen terbaik dengan harga yang terjangkau. PT Semen Gresik tahun ini mampu memperoleh laba pendapatan sekitar Rp 2,58 triliun atau naik sekitar 24 persen dari pendapatan tahun lalu.

 

1.2  TUJUAN PENULISAN

Tujuan dari penulisan untuk mendukung kecepatan distribusi ke seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi serta jaringan distribusi  dengan  membangun packing plant yang selanjutnya akan menjadi rencana jangka panjang perusahaan.

 

 

 

1.3       PEMBATASAN MASALAH

Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini dibatasi pada:

a.       Kajian pada flow process pembangunan dan operasional packing plant yang sudah ada.

b.      Menggunakan studi literatur dan studi lapangan.

c.       Dilakukan penetapan konteks.

d.      Tahap penaksiran risiko (risk assessment).

e.       Menentukan tingkat resiko.

f.       Evaluasi resiko.

g.      Mitigasi Resiko dan pembuatan model Generik


BAB II

LANDASAN TEORI

 

2.1       MANAJEMEN RESIKO

2.1.1 Pengertian Resiko

Resiko berhubungan dengan ketidakpastian ini terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa yang akan terjadi. Sehingga yang disebut resiko yaitu peluang terjadinya hasil yang tidak diinginkan maupun ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa atau akibat penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan sehingga menghasilkan probabilitas yang berbeda. Jadi secara umum resiko dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat kemungkinan yang merugikan.

2.1.2 Manajemen Resiko

Pelaksanaan manajemen resiko haruslah menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/ organisasi. Proses manajemen resiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen resiko juga sering dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.

Manajemen resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan perlindungan harta benda, hak milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya kerugian karena adanya suatu resiko.

Proses ini dapat diterapkan di semua tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen resiko dapat memberikan manfaat optimal jika diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen resiko seringkali dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.

2.1.3 Hubungan Manajemen Resiko Dengan Fungsi-Fungsi Lain Dalam Perusahaan

1.        Hubungan Dengan Fungsi Akunting

2.        Hubungan Dengan Fungsi Keuangan

3.        Hubungan Dengan Marketing

4.        Hubungan Dengan Bagian Produksi

5.        Hubungan Dengan Engineering dan Maintance

6.        Hubungan Dengan Bagian Personalia

2.2     ASESMEN RESIKO

Menurut definisi ISO/IEC Guide 73 yang dimaksud dengan asesmen resiko adalah keseluruhan proses analisis resiko dan evaluasi resiko. Ada beberapa teknik asesmen resiko yang lazim dipergunakan yang dibedakan atas teknik-teknik yang berkaitan dengan identifikasi resiko dan teknik serta metode analisis resiko.

2.2.1  Identifikasi Resiko

Identifikasi resiko yaitu usaha untuk menemukan atau mengetahui resiko – resiko yang   mungkin timbul dalam kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Identifikasi resiko dilakukan untuk mengidentifikasi resiko-resiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi. Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari resiko penyelewengan oleh karyawan, resiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya. Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi resiko, misal dengan menelusuri sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.

2.2.2  Analisis Resiko

            Analisis Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi faktor penilaian, karakterisasi, komunikasi, manajemen dan kebijakan yang berkaitan dengan risiko tersebut. Tahapan kegiatan analisis risiko antara lain meliputi: identifikasi hazard, proyeksi risiko, penilaian risiko, dan manajemen risiko. Penilaian risiko dapat dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif.

2.2.3  Evaluasi Resiko

Maksud dari evaluasi resiko adalah untuk membuat keputusan berdasarkan pada hasil analisa resiko tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap resiko. Dalam beberapa kedaan evaluasi resiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh.

 

 

2.2.3.1  Peta Resiko

Peta risiko  merupakan gambaran secara visual risiko-risiko yang dihadapi suatu perusahaan, dalam suatu matriks dua sumbu, yaitu sumbu likelihood dan dampak risiko. Peta risiko dapat juga berfungsi sebagai dashboard bagi manajemen yang memperlihatkan posisi risiko, pada kondisi inheren dan residual. Dengan memetakan risiko inheren dan risiko residual secara visual seperti ini, manajemen akan dapat melihat kapabilitas pengendalian (control score) yang diciptakan untuk mengelola risiko sampai tingkat yang dapat diterima. Risiko yang berada di atas appetite risiko perusahaan, Dikategorikan menjadi tiga kelompok, supplementar issue, issue dan unacceptable, yang menunjukkan perbedaan pengelolaan yang diperlukan.

2.2.3.2  Valie at Risk (VaR)

Value at Risk (VaR) merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kerugian terburuk yang mungkin terjadi bagi seorang investor atau suatu badan usaha atas investasinya dalam sekuritas atau aset-aset, baik secara satu per satu atau dalam portfolio pada suatu waktu tertentu, pada tingkat peluang yang ditetapkan. Dalam VaR, kemungkinan kerugian dihitung dari peluang kerugian lebih buruk daripada suatu persentase yang ditetapkan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  III

PEMBAHASAN

3.1  RISK ASSESMENT PROYEK PACKING PLANT

Perusahaan akan selalu menghadapi lingkungan kerja yang  tidak pasti, sehingga setiap perusahaan menghadapi risiko. Siahaan (2009) mendefinisikan risiko sebagai ketidakpastian. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik semen terbesar di Indonesia yang memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT. Semen Padang (Persero) dan PT. Semen Tonasa (Persero). Berdasarkan laporan tahunan 2009, perseroan ini masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. Secara keseluruhan, total volume penjualan Perseroan tahun 2009 termasuk ekspor mencapai 18,4 juta ton, dimana total volume penjuaan domestikl meningkat 7 % dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan volume ekspor menurun. Jaringan distribusi Perseroan, terdiri atas distributor yang tersebar diseluruh pelosok Nusantara. Para Distributor memiliki jaringan took-toko yang  berjumlah ribuan. Untuk mendukung kecepatan distribusi ke seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi dan jaringan distribusi, langkah strategis yang dilakukan adalah membangun packing plant di Ciwandan. Berdasarkan pentingnya fungsi packing plant dalam bidang pemasaran, maka perlu dilakukan pertimbangan terhadap risiko-resiko yang mungkin terjadi. Selain itu juga perlu diketahui potensi keuntungan serta kerugian yang dialami oleh perusahaan dalam pembangunan packing plant. Potensi kerugian yang terjadi pada proyek ini dapat diketahui melalui perhitungan Valie at Risk (VaR) dengan menggunakan potensi kejadian dari masa lalu maupun informasi dari pemilik bisnis proses. Metode VaR ini digunakan untuk mengkuantitatifkan berupa perhitungan financial terhadap potensi kerugiann yang dialami perusahaan. Asesmen yang dilakukan akan memberikan kontribusi sebagai patokan dalam melakukan asesemen dalam pembangunan packing plant berikutnya.

3.2  METODOLOGI PENELITIAN

Pada asesmen resiko ini dengan tahap identifikasi yaitu identifikasi permasalahan, perumusan tujuan dan manfaat. Dilanjutkan dengan studi literatur dan studi lapangan dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang ada.

Tahap kedua adalah tahap penaksiran risiko (risk assessment). Tahap ini adalah tahap identifikasi, analisis serta evaluasi risiko. Identifikasi risiko berfungsi untuk mengetahui sebab dan dampak risiko. Analisis risiko dilakukan untuk penentuan likelihood dan consequences yang dilanjutkan dengan penentuan tingkat risiko. Tahap evaluasi risiko akan dilakukan pemetaan risiko, penentuan rangking risiko serta perhitungan VaR. Tahap ketiga adalah mitigasi risiko untuk  menentukan penanganan risiko yang sesuai dengan risk treatment. dengan pembuatan, kemudian dilanjutkan dengan model generic

3.3  ASESMEN RESIKO

Berikut merupakan hasil danpembahasan dari setiap tahap pada proses asesmen risiko pembangunan packing plant PT Semen Gresik (Persero) Tbk.

3.3.1  PENETAPAN KONTEKS

Penetapan konteks merupakan proses untuk mendefinisikan parameter dasar dalam pengelolahan risiko. Dalam tahap ini akan diketahui bagian mana yang akan dijadikan peninjauan berdasarkan flow proses amatan serta pihak mana saja yang terkait didalamnya.

Gambar 3.1 Flow proses pembangunan packing plant

Berdasarkan gambar 3.1 jika diamati berdasarkan project life cycle,untuk flow proses diatas hanya terdapat dua tahapan. Tahap inisiasi tersebut merupakan tahap awal yang dilakukan sebelum perencanaan. Kegiatan di dalamnya bersifat strategis. Tahap inisiasi terdiri dari tahap feasibility study, tahap penentuan budget, pengajuan ijin kepada dewan komisaris, serta penentuan tim engineerin. Sedangkan pada tahap perencanaan merupakan penentuan variabel-variabel apa saja yang dibutuhkan dari awal hingga akhir proyek tersebut. Berdasarkan  flow proses diatas, maka kegiatan pada tahap perencanaan antara lain : procurement planning, construction planning serta commitioning. Flow proses diatas diperoleh berdasarkan studi lapangan serta wawancara dengan pemilik bisnis proses.

Sedangkan pada gambar 3.2 dibawah ini merupakan  flow proses pada kegiatan operasional packing plant. Kegiatan operasional pada packing plant ini dimulai dari pabrik Tuban hingga pengolahan semen di packing plant Ciwandan.

Gambar 3.2 Flow process operational packing plant Ciwandan

Berdasarkan gambar tersebut, table 3.1 berikut merupakan keterangan pada setiap aktivitas operasional yang ada didalamnya. Pada setiap kegiatan tersebut, akan digunakan sebagai input dalam mengidentifikasi risiko. Flow proses tersebut diperoleh dari hasil wawancara dengan pemilik bisnis proses.

Table 3.1 Penjelasan Flow Process Operational packing Plant

Huruf

Penjelasan

 A

Proses pengangkutan dari pabrik ke dermaga

B

Pengisian sillo pelabuhan Tuban

C

Proses pemuatan

D

Proses operasinal kapal

E

Proses unloading pembongkaran semen

F

Proses packing

 

3.3.2  IDENTIFIKASI RESIKO

Identifikasi risiko dalam penelitian ini merupakan proses sistematis untuk menjaring setiap risiko yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan sehingga tidak ada risiko potensial yang tidak teridentifikasi. Pada tahap ini akan dilakukan identifikasi risiko untuk mengenali dan menemukan jawaban terhadap apa, bagaimana, dan mengapa proyek packing plant menimbulkan risiko dengan memperhatikan uraian sebab risiko itu terjadi serta uraian dampak resiko yang ditimbulkan.

 

IDENTIFIKASI RESIKO

No.

Nama Resiko

Sebab Resiko

Uraian Dampak

8

 

 

 

 

Terjadinya

 

 

Dokumen sertifikat

 

permasalahan hukum

 

 

tanah palsu

 

dengan pemilik tahah

 

 

 

 

dikemudian hari

 

 

Sertifikat tanah

 

 

 

 

masih di agunkan

 

Terganggunya

Risiko legalitas

 

(misal sertifikat

 

kegiatan konstruksi

dokumen

 

tanah masih

 

packing plant

hukum

 

dijaminkan)

 

 

(dokumen

 

 

 

Berdampak ringan

tanah)

 

 

 

terhadap pencapaian

 

 

 

 

sasaran perusahaan

 

 

 

 

Berdampak pada

 

 

 

 

reputasi perusahaan.

 

 

 

 

Melibatkan

 

 

 

 

pemberitaan di media

 

 

 

 

massa lokal terbatas

9

 

 

Konsultan masih

 

 

 

 

belom deal

 

Terhambatnya proses

 

 

mengenai kontrak

 

pembangunan

 

 

kerja yang

 

packing plant

 

 

dilakukan

 

 

 

 

 

 

Dampak terhadap

Risiko

 

 

 

pencapaian sasaran

pembuatan

 

 

 

perusahaan dapat

perjanjian

 

 

 

diabaikan

terlambat

 

 

 

Berdampak pada

 

 

 

 

reputasi perusahaan

 

 

 

 

yang tidak tersebar

 

 

 

 

luas dan tidak

 

 

 

 

terdapat pemberitaan

 

 

 

 

di media

 

3.3.3 Analisis Resiko

Analisis risiko merupakan tahap kedua dari proses asesmen. Pada tahap ini dilakukan proses penilaian risiko yang dilakukan dengan menggunakan kriteria risiko yang telah ditetapkan perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis risiko ini menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan parameter kualitatif (baik, sedang, buruk) untuk menguraikan besaran tingkat kemungkinan dan konsekuensi risiko berdasarkan professional judgment. Pada tabel 3.4 berikut merupakan hasil rekap penilaian likelihood dan consequences pada risiko pembangunan packing plant yang diisi oleh risk officer Tim Proyek Packing Plant Grup.

Tabel 3.3 Rekap Penilaian Analisis Risiko pada Risiko Pembangunan Packing Plant

Identifikasi Resio

Analisis Resiko

No

Nama resiko

L

C

TR

1

Risiko pada Feasibility Study

2

3

6

(FS)

2

Risiko kesalahan dalam

2

3

6

melakukan engineering design

3

Risiko kualitas PP tidak sesuai

133

 

 

yang direncanakan

4

Risiko schedule penyelesaian

3

3

9

pembangunan packing plant

tidak sesuai

5

Risiko pembangunan packing

3

3

9

plant over budget

6

Risiko kendala perijinan

3

2

6

pembangunan PP

7

Risiko lingkungan dan sosial

4

2

8

8

Risiko legalitas dokumen

3

2

6

hukum (dokumen tanah)

9

Risiko pembuatan perjanjian

1

1

1

terlambat

Pada tabel di atas terdapat kolom untuk perhitungan tingkar risiko (TR). Nilai TR diperoleh dari hasil perkalian likelihood dan consequences. Perhitungan tersebut juga berlaku pada perhitungan tingkat risiko pada kegiatan operasional packing plant.

 

3.3.4  Evaluasi resiko

Tahap terakhir dari proses asesmen risiko adalah evaluasi risiko. Tujuan dari proses evaluasi risiko adalah untuk menenukan prioritas pengelolaan risiko sehingga diketahui risiko mana saja yang perlu segera mendapatkan perhatian dan penanganan risiko (mitigasi) lebih lanjut. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui berapa jumlah risiko yang ekstrim, tinggi, sedang dan rendah. Klasifikasi tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemetaan risiko kedalam peta risiko (risk map) yang nantinya akan dilakukan penuntuan peringkat risiko. Penentuan ini berdasarkan pengalaman para risk officer dalam menentukan risiko mana yang menempati peringkat atas untuk diberi prioritas perhatian.

3.3.4.1  Peta Resiko

Peta Risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan peluang (likelihood) dan dampak (consequences) sebelumnya. Peta risiko yang digunakan menggunakan kategori yang telah ditetapkan oleh Tim Manajemen Risiko SG seperti pada gambar risk mapping pada bab 2 yang tetap mengacu pada ISO 31000. Berikut merupakan pemetaan risiko untuk risiko pembangunan packing plant.

Sedangkan hasil pemetaan risiko pada kegiatan operasional packing plant adalah sebagai berikut.

3.3.4.2  Value at Risk

VaR merupakan salah satu tools yang digunakan dalam manajemen risiko untuk menghitung secara kuantitatif terhadap risiko operasional. Perhitungan VaR pada penelitian ini dilakukan pada kegiatan operasional packingplant di Ciwandan. Pada perhitungan VaR, dilakukan estimasi untuk perhitungan batas kritis (critical value) dengan menggunakan confidence level 95%, sehingga estimasi dengan menggunakan Z0,05 yang menghasilkan nilai Zα= 1,645. Perhitungan yang dilakukan dalam periode bulanan.

Berikut merupakan contoh perhitungan VaR pada risiko operasional acking plant.

1.      Resiko armada Truck tidak tersedia

Tabel 3.6 Losses pada Risiko Armada Tidak Tersedia

Losses

jumlah Kerugian

Frekuensi

Frekuensi Komulatif

Losses Komulatif

Transformasi Ln

Rp     212.100.000,00

6

1

1

Rp     212.100.000,00

1,917,256,842

Rp     247.450.000,00

7

1

2

Rp     247.450.000,00

193,267,191

Rp     424.200.000,00

12

4

6

Rp 1.696.800.000,00

198,657,156

Rp     494.900.000,00

14

1

7

Rp     494.900.000,00

2,001,986,628

Rp     530.250.000,00

15

1

8

Rp     530.250.000,00

2,008,885,915

Rp     565.600.000,00

16

1

9

Rp     565.600.000,00

2,015,339,767

Rp     883.750.000,00

25

1

10

Rp     883.750.000,00

2,059,968,478

Rp 1.131.200.000,00

32

1

11

Rp 1.131.200.000,00

2,084,654,485

Rp 1.201.900.000,00

34

1

12

Rp 1.201.900.000,00

2,090,716,947

JUMLAH

Rp 6.963.950.000,00

Untuk mengatasi kekurangan data, dilakukan penambahan dengan bootstrap. Bootstrap dengan cara biasa berikut hanya mengulang kemunculan angka-angka pada data asli, meskipun random, namun tidak pernah termunculkan angka yang baru (Adiperdana, 2010). Resampling tersebut menghasilkan 240 data dan diperoleh hasil sebagai berikut :

Mean ()                     = 573.484.333

Standar Deviasi ()     = 333.271.142,8

Maka estimasi kerugian (μ) untuk risiko armada truck tidak tersedia adalah :

           

μ ≤ 573.848.333 + 1,645

μ ≤ 609.236.493,8

Nilai VaR adalah Rp 609.236.493,30

 

3.4  PENANGANAN RESIKO

            Penentuan opsi untuk mitigasi risiko ini menggunakan matrix risk treatment yang disesuaikan dengan risk tolerance perusahaan yaitu poin 2 pada likelihood dan poin 4 pada consequences. Berdasarkan perolehan peta risiko sebelumnya, dilakukan pemetaan matrix risk treatment dari nilai likelihood dan consequences untuk mengetahui penanganan yang sesuai pada setiap risiko. Berikut merupakan matrix risk treatment pada pembangunan packing plant.

Gambar 3.5 Matrix Risk Treatment pada Pembangunan Packing Plant

Berdasarkan gamber 3.4, pada risiko pembangunan dapat diketahui bahwa berdasarkan matrix risk treatment, tidak ada risiko yang harus dihindari dan dan dipindahkan. Tindakan mitigasi yang dilakukan yaitu menangani risiko serta menerima risiko. Risiko yang harus ditangani antara lain : risiko pada Feasibility Study (FS), risiko kesalahan dalam melakukan engineering design, risiko schedule penyelesaian pembangunan packing plant tidak sesuai, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko kendala perijinan pembangunan PP, risiko lingkungan dan sosial, dan risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah). Risiko tersebut dapat dilakukan penangan dari pihak perusahaan baik dengan cara mereduksi dampak terjadinya maupun kemungkinan terjadinya risiko tersebut. Menurut pihak manajemen, untuk mengurangi konsekuensi risiko tersebut dapat dilakukan rencana kontigensi, rencana pemulihan akibat bencana/kerugian yang telah dialamai oleh perusahaan, menyusun rencana portofolio, meminimalkan eksposure terhadap sumber risiko, dan lainnya. Tentu saja langkah yang dilakukan tersebut disesuaikan dengan SOP yang berlaku di perusahaan. Sedangkan untuk risiko yang diterima adalah risiko performance PP tidak sesuai yang direncanakan dan risiko pembuatan perjanjian terlambat. Risko ini bukan berarti diterima begitu saja. Maksudnya, risiko dapat diterima dengan tetap melakukan pengendalian sesuai kebijakan dari risk owner. Risiko tersebut benar-benar dapat diterima bila pada dua risiko tersbut level risiko rendah sehingga tidak diperlukan penanganan khusus, tidak tersedia penanganan risiko untuk risiko tersebut, serta bila biaya penanganan lebih tinggi dari manfaat yang diperoleh. Selama ini, masih tersedia langkah kongkrit dari perusahaan untuk melakukan penanganan risiko. Selain itu, biaya penanganan masih dapat dijangkau oleh perusahaan.

Gambar 3.6 Matrix Risk Treatment pada Operasional Packing Plant

Sedangkan pada gambar 3.6 matrix risk treatment pada kegiatan operasional packing plant, dapat diketahui bahwa terdapat 4 risiko yang ada pada kuadran ketiga, yaitu tangani risiko. Hal ini dapat diketahu dari penilaian skor pada likelihood serta consequences-nya. Sementara itu, 8 risiko lainnya berada tepat pada risk tolerance. Berdasarkan judgment yang diberikan oleh pemilik bisnis proses serta kemampuan perusahaan dalam menangani risiko tersebut, maka semua risiko tersebut akan tetap ditangani. Hal ini dikarenakan perusahaan masih mampu untuk mengatasi potensi risiko yang dialami.

Berdasarkan matrik tersebut, dapat segera diuraian bentuk penanganan yang sesuai pada setiap risiko. Penentuan penanganan yang sesuai memerlukan pendapat para expert yang telah lama terlibat pada kegiatan pembangunan serta operasional packing plant.

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB  IV

KESIMPULAN

4.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil asesmen risiko serta penanganan risiko yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1.      Dari identifikasi risiko diperoleh 9 risiko pembangunan dan 12 risiko operasional packing plant. Berdasarkan project life cycle untuk pembanguanan packing plant, risiko pada tahap inisiasi adalah risiko pada feasibility study, risiko pembangunan packing plant over budget, risiko kendala perijinan PP, risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah), serta risiko pembuatan perjanjian terlambat. Sedangkan yang termasuk risiko pada tahap perencanaan adalah risiko kesalahan dalam melakukan engineering design, serta risiko schedule penyelesaian pembangunan packing plant.

2.      Dari hasil analisa risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan consequences yang disesuaikan dengan kriteria penilaian perusahaan untuk mengetahui tingkat risiko (TR) pada masing-masing risiko.

3.      Dari hasil evaluasi risiko diperoleh pemetaan risiko yang sesuai standar ISO 31000 sehingga diperoleh kriteria risiko dan dilakukan judgement oleh pihak manajemen untuk penentuan peringkat risiko pada risiko yang teridentifikasi. Selain itu diperoleh hasil perhitungan Value at Risk (VaR).

4.      Dari perhitungan VaR diperoleh potensi kerugian per bulan dengan confidence level 95% yang dapat ditanggung oleh perusahaan. Jika risiko tersebut terjadi maka akan menjadi kerugian, sedangakan jika risiko tersebut tidak terjadi akan menjadi keuntungan sebanyak rupiah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.

5.      Berdasarkan proses usulan penanganan yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa PT. Semen Gresik (Tbk) merupakan risk taker, karena selalu berupaya untuk melakukan tindakan mitigasi pada potensi risiko yang terjadi.

 

No comments:

Post a Comment