BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik
semen terbesar di Indonesia. Perusahaan ini memiliki jaringan distribusi yang
tersebar dari ujung Barat sampai ujung Timur Indonesia,sehingga masih
mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%. BUMN Semen Gresik pertama kali didirikan pada tahun 1957
dikota Gresik, Jawa Timur dengan kapasitas produksi pertahun pada saat itu
sekitar 250 ton. Semen Gresik saat ini telah memiliki beberapa anak perusahaan
diantaranya PT Semen Padang dan PT Semen Tonasa yang bergerak dalam pembuatan
semen juga, selain itu PT Semen Gresik juga memiliki anak usaha lain dibidang
non semen diantaranya PT Kawasan Industri Gresik, PT United Tractors, PT
Swadaya Graha, Eternit Gresik serta PT Varia Usaha Beton. Lokasi pabrik Semen
Gresik berada di pulau Jawa, Sumatra dan Sulawesi yang merupakan daerah
pengguna semen terbesar. seperti halnya dengan Semen Jawa, selain didistribusikan di seluruh Indonesia produk
dari PT Semen Gresik juga exspor ke luar negeri diantaranya ke negara
Singapura, Malaysia, Korea, Vietnam, Taiwan, Hongkong, Kamboja, Banglades,
Yaman, Norfolk USA, Australia, Canary Island, Mauritius, Nigeria, Mozambik dan
Gambia. Ditengah ketatnya persaingan dan perdagangan bebas seperti sekarang
tentunya sangat memberikan perlajaran bagi Semen Gresik terutama dalam
memproduksi semen terbaik dengan harga yang terjangkau. PT Semen Gresik tahun ini mampu memperoleh laba
pendapatan sekitar Rp 2,58 triliun atau naik sekitar 24 persen dari pendapatan
tahun lalu.
1.2 TUJUAN PENULISAN
Tujuan
dari penulisan untuk mendukung kecepatan distribusi ke seluruh pelosok
nusantara dan meningkatkan efisiensi serta jaringan distribusi dengan
membangun packing plant yang selanjutnya akan menjadi rencana jangka
panjang perusahaan.
1.3 PEMBATASAN MASALAH
Permasalahan yang dibahas dalam
penelitian ini dibatasi pada:
a. Kajian
pada flow process pembangunan dan
operasional packing plant yang sudah
ada.
b.
Menggunakan studi
literatur dan studi lapangan.
c.
Dilakukan penetapan
konteks.
d.
Tahap penaksiran risiko
(risk assessment).
e.
Menentukan tingkat
resiko.
f. Evaluasi resiko.
g. Mitigasi Resiko dan pembuatan model Generik
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 MANAJEMEN
RESIKO
2.1.1
Pengertian Resiko
Resiko berhubungan
dengan ketidakpastian ini
terjadi oleh karena kurang atau tidak tersedianya cukup informasi tentang apa
yang akan terjadi. Sehingga yang disebut resiko yaitu peluang terjadinya hasil
yang tidak diinginkan maupun ketidakpastian atas terjadinya suatu peristiwa
atau akibat penyimpangan hasil aktual dari hasil yang diharapkan sehingga
menghasilkan probabilitas yang berbeda. Jadi secara umum resiko dapat diartikan
sebagai suatu keadaan yang dihadapi seseorang atau perusahaan dimana terdapat
kemungkinan yang merugikan.
2.1.2
Manajemen Resiko
Pelaksanaan manajemen resiko haruslah
menjadi bagian integral dari pelaksanaan sistem manajemen perusahaan/
organisasi. Proses manajemen resiko Ini merupakan salah satu langkah yang dapat
dilakukan untuk terciptanya perbaikan berkelanjutan (continuous improvement). Proses manajemen resiko juga sering
dikaitkan dengan proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi.
Manajemen
resiko adalah suatu sistem pengawasan resiko dan perlindungan harta benda, hak
milik dan keuntungan badan usaha atau perorangan atas kemungkinan timbulnya
kerugian karena adanya suatu resiko.
Proses ini dapat diterapkan di semua
tingkatan kegiatan, jabatan, proyek, produk ataupun asset. Manajemen resiko dapat memberikan manfaat optimal jika
diterapkan sejak awal kegiatan. Walaupun demikian manajemen resiko seringkali
dilakukan pada tahap pelaksanaan ataupun operasional kegiatan.
2.1.3
Hubungan Manajemen Resiko Dengan Fungsi-Fungsi Lain Dalam Perusahaan
1.
Hubungan Dengan Fungsi Akunting
2.
Hubungan Dengan Fungsi Keuangan
3.
Hubungan Dengan Marketing
4.
Hubungan Dengan Bagian Produksi
5.
Hubungan Dengan Engineering dan Maintance
6.
Hubungan Dengan Bagian Personalia
2.2 ASESMEN RESIKO
Menurut definisi ISO/IEC Guide 73 yang dimaksud dengan
asesmen resiko adalah keseluruhan proses analisis resiko dan evaluasi resiko.
Ada beberapa teknik asesmen resiko yang lazim dipergunakan yang dibedakan atas
teknik-teknik yang berkaitan dengan identifikasi resiko dan teknik serta metode
analisis resiko.
2.2.1 Identifikasi Resiko
Identifikasi resiko
yaitu usaha untuk menemukan atau mengetahui resiko – resiko yang mungkin timbul dalam kegiatan yang
dilakukan oleh perusahaan atau perorangan. Identifikasi resiko dilakukan untuk
mengidentifikasi resiko-resiko apa saja yang dihadapi oleh suatu organisasi.
Banyak risiko yang dihadapi oleh suatu organisasi, mulai dari resiko
penyelewengan oleh karyawan, resiko kejatuhan meteor atau komet, dan lainnya.
Ada beberapa teknik untuk mengidentifikasi resiko, misal dengan menelusuri
sumber resiko sampai terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
2.2.2 Analisis Resiko
Analisis
Risiko adalah suatu metode analisis yang meliputi faktor penilaian,
karakterisasi, komunikasi, manajemen dan kebijakan yang berkaitan dengan risiko
tersebut. Tahapan kegiatan analisis risiko antara lain meliputi: identifikasi
hazard, proyeksi risiko, penilaian risiko, dan manajemen risiko. Penilaian
risiko dapat dilakukan secara kuantitatif atau kualitatif.
2.2.3 Evaluasi Resiko
Maksud dari evaluasi
resiko adalah untuk membuat keputusan berdasarkan pada hasil analisa resiko
tentang perlunya perlakuan dan prioritas perlakuan terhadap resiko. Dalam
beberapa kedaan evaluasi resiko dipakai untuk analisa yang lebih jauh.
2.2.3.1 Peta Resiko
Peta risiko merupakan gambaran secara visual
risiko-risiko yang dihadapi suatu perusahaan, dalam suatu matriks dua sumbu,
yaitu sumbu likelihood dan dampak risiko. Peta risiko dapat
juga berfungsi sebagai dashboard bagi manajemen yang memperlihatkan
posisi risiko, pada kondisi inheren dan residual. Dengan memetakan risiko
inheren dan risiko residual secara visual seperti ini, manajemen akan dapat
melihat kapabilitas pengendalian (control score) yang diciptakan untuk
mengelola risiko sampai tingkat yang dapat diterima. Risiko yang berada di atas appetite risiko perusahaan, Dikategorikan
menjadi tiga kelompok, supplementar issue, issue dan unacceptable,
yang menunjukkan perbedaan pengelolaan yang diperlukan.
2.2.3.2 Valie at
Risk (VaR)
Value at Risk (VaR)
merupakan ukuran yang dapat digunakan untuk menilai kerugian terburuk yang
mungkin terjadi bagi seorang investor atau suatu badan usaha atas investasinya
dalam sekuritas atau aset-aset, baik secara satu per satu atau dalam
portfolio pada suatu waktu tertentu, pada tingkat peluang yang ditetapkan.
Dalam VaR, kemungkinan kerugian dihitung dari peluang kerugian lebih buruk
daripada suatu persentase yang ditetapkan.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 RISK ASSESMENT PROYEK PACKING
PLANT
Perusahaan akan selalu menghadapi
lingkungan kerja yang tidak pasti,
sehingga setiap perusahaan menghadapi risiko. Siahaan (2009) mendefinisikan
risiko sebagai ketidakpastian. PT. Semen Gresik (Persero) Tbk merupakan pabrik
semen terbesar di Indonesia yang memiliki dua anak perusahaan, yaitu PT. Semen
Padang (Persero) dan PT. Semen Tonasa (Persero). Berdasarkan laporan tahunan
2009, perseroan ini masih mendominasi pangsa pasar semen nasional sekitar 45%.
Secara keseluruhan, total volume penjualan Perseroan tahun 2009 termasuk ekspor
mencapai 18,4 juta ton, dimana total volume penjuaan domestikl meningkat 7 %
dibandingkan tahun sebelumnya, sedangkan volume ekspor menurun. Jaringan
distribusi Perseroan, terdiri atas distributor yang tersebar diseluruh pelosok
Nusantara. Para Distributor memiliki jaringan took-toko yang berjumlah ribuan. Untuk mendukung kecepatan
distribusi ke seluruh pelosok nusantara dan meningkatkan efisiensi dan jaringan
distribusi, langkah strategis yang dilakukan adalah membangun packing plant di Ciwandan. Berdasarkan pentingnya
fungsi packing plant dalam bidang
pemasaran, maka perlu dilakukan pertimbangan terhadap risiko-resiko yang
mungkin terjadi. Selain itu juga perlu diketahui potensi keuntungan serta
kerugian yang dialami oleh perusahaan dalam pembangunan packing plant.
Potensi kerugian yang terjadi pada proyek ini dapat diketahui melalui
perhitungan Valie at Risk (VaR) dengan menggunakan
potensi kejadian dari masa lalu maupun informasi dari pemilik bisnis proses.
Metode VaR ini digunakan untuk mengkuantitatifkan berupa perhitungan financial
terhadap potensi kerugiann yang dialami perusahaan. Asesmen yang dilakukan
akan memberikan kontribusi sebagai patokan dalam melakukan asesemen dalam
pembangunan packing plant
berikutnya.
3.2 METODOLOGI PENELITIAN
Pada asesmen resiko ini dengan tahap
identifikasi yaitu identifikasi permasalahan, perumusan tujuan dan manfaat.
Dilanjutkan dengan studi literatur dan studi lapangan dilakukan untuk
mendapatkan gambaran mengenai permasalahan yang ada.
Tahap kedua adalah tahap penaksiran
risiko (risk assessment). Tahap ini adalah tahap identifikasi, analisis
serta evaluasi risiko. Identifikasi risiko berfungsi untuk mengetahui sebab dan
dampak risiko. Analisis risiko dilakukan untuk penentuan likelihood dan consequences yang dilanjutkan dengan
penentuan tingkat risiko. Tahap evaluasi risiko akan dilakukan pemetaan risiko,
penentuan rangking risiko serta perhitungan VaR. Tahap ketiga adalah mitigasi
risiko untuk menentukan penanganan
risiko yang sesuai dengan risk treatment. dengan pembuatan, kemudian
dilanjutkan dengan model generic
3.3 ASESMEN RESIKO
Berikut merupakan hasil danpembahasan
dari setiap tahap pada proses asesmen risiko pembangunan packing plant PT Semen Gresik (Persero) Tbk.
3.3.1 PENETAPAN KONTEKS
Penetapan
konteks merupakan proses untuk mendefinisikan parameter dasar dalam
pengelolahan risiko. Dalam tahap ini akan diketahui bagian mana yang akan
dijadikan peninjauan berdasarkan flow proses amatan serta pihak mana
saja yang terkait didalamnya.
Gambar 3.1 Flow proses pembangunan packing
plant
Berdasarkan
gambar 3.1 jika diamati berdasarkan project life cycle,untuk flow proses diatas hanya
terdapat dua tahapan. Tahap inisiasi tersebut merupakan tahap awal yang
dilakukan sebelum perencanaan. Kegiatan di dalamnya bersifat strategis. Tahap
inisiasi terdiri dari tahap feasibility study, tahap penentuan budget,
pengajuan ijin kepada dewan komisaris, serta penentuan tim engineerin. Sedangkan pada tahap perencanaan
merupakan penentuan variabel-variabel apa saja yang dibutuhkan dari awal hingga
akhir proyek tersebut. Berdasarkan flow proses diatas, maka kegiatan pada
tahap perencanaan antara lain : procurement planning, construction
planning serta commitioning. Flow proses
diatas diperoleh berdasarkan studi lapangan serta wawancara dengan pemilik
bisnis proses.
Sedangkan
pada gambar 3.2 dibawah ini merupakan flow proses pada kegiatan operasional packing
plant. Kegiatan operasional pada packing plant ini dimulai dari
pabrik Tuban hingga pengolahan semen di packing plant Ciwandan.
Gambar 3.2 Flow process operational packing plant Ciwandan
Berdasarkan
gambar tersebut, table 3.1 berikut merupakan keterangan pada setiap aktivitas
operasional yang ada didalamnya. Pada setiap kegiatan tersebut, akan digunakan
sebagai input dalam mengidentifikasi risiko. Flow proses tersebut diperoleh
dari hasil wawancara dengan pemilik bisnis proses.
Table 3.1 Penjelasan Flow Process Operational packing Plant
Huruf |
Penjelasan |
A |
Proses pengangkutan dari pabrik ke dermaga |
B |
Pengisian sillo pelabuhan Tuban |
C |
Proses pemuatan |
D |
Proses operasinal kapal |
E |
Proses unloading pembongkaran semen |
F |
Proses packing |
3.3.2
IDENTIFIKASI RESIKO
Identifikasi
risiko dalam penelitian ini merupakan proses sistematis untuk menjaring setiap
risiko yang berpotensi menghambat pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan
sehingga tidak ada risiko potensial yang tidak teridentifikasi. Pada tahap ini
akan dilakukan identifikasi risiko untuk mengenali dan menemukan jawaban
terhadap apa, bagaimana, dan mengapa proyek packing plant menimbulkan risiko dengan
memperhatikan uraian sebab risiko itu terjadi serta uraian dampak resiko yang
ditimbulkan.
IDENTIFIKASI RESIKO |
|||||
No. |
Nama Resiko |
Sebab Resiko |
Uraian Dampak |
||
8 |
|
|
|
|
Terjadinya |
|
|
Dokumen
sertifikat |
|
permasalahan
hukum |
|
|
|
tanah
palsu |
|
dengan
pemilik tahah |
|
|
|
|
|
dikemudian
hari |
|
|
|
Sertifikat
tanah |
|
|
|
|
|
masih di
agunkan |
|
Terganggunya |
|
Risiko
legalitas |
|
(misal
sertifikat |
|
kegiatan
konstruksi |
|
dokumen |
|
tanah
masih |
|
packing
plant |
|
hukum |
|
dijaminkan) |
|
|
|
(dokumen |
|
|
|
Berdampak
ringan |
|
tanah) |
|
|
|
terhadap
pencapaian |
|
|
|
|
|
sasaran
perusahaan |
|
|
|
|
|
Berdampak
pada |
|
|
|
|
|
reputasi
perusahaan. |
|
|
|
|
|
Melibatkan |
|
|
|
|
|
pemberitaan
di media |
|
|
|
|
|
massa
lokal terbatas |
|
9 |
|
|
Konsultan
masih |
|
|
|
|
belom
deal |
|
Terhambatnya
proses |
|
|
|
mengenai
kontrak |
|
pembangunan |
|
|
|
kerja
yang |
|
packing
plant |
|
|
|
dilakukan |
|
|
|
|
|
|
|
Dampak
terhadap |
|
Risiko |
|
|
|
pencapaian
sasaran |
|
pembuatan |
|
|
|
perusahaan
dapat |
|
perjanjian |
|
|
|
diabaikan |
|
terlambat |
|
|
|
Berdampak
pada |
|
|
|
|
|
reputasi
perusahaan |
|
|
|
|
|
yang
tidak tersebar |
|
|
|
|
|
luas dan
tidak |
|
|
|
|
|
terdapat
pemberitaan |
|
|
|
|
|
di media |
3.3.3 Analisis Resiko
Analisis
risiko merupakan tahap kedua dari proses asesmen. Pada tahap ini dilakukan
proses penilaian risiko yang dilakukan dengan menggunakan kriteria risiko yang
telah ditetapkan perusahaan. Pada penelitian ini, proses analisis risiko ini
menggunakan metode kuantitatif dengan menggunakan parameter kualitatif (baik,
sedang, buruk) untuk menguraikan besaran tingkat kemungkinan dan konsekuensi
risiko berdasarkan professional judgment. Pada tabel 3.4 berikut
merupakan hasil rekap penilaian likelihood dan consequences pada
risiko pembangunan packing plant yang diisi oleh risk officer Tim
Proyek Packing Plant Grup.
Tabel 3.3 Rekap Penilaian Analisis Risiko pada
Risiko Pembangunan Packing Plant
Identifikasi Resio |
Analisis Resiko |
|||
No |
Nama resiko |
L |
C |
TR |
1 |
Risiko
pada Feasibility Study |
2 |
3 |
6 |
(FS) |
||||
2 |
Risiko
kesalahan dalam |
2 |
3 |
6 |
melakukan
engineering design |
||||
3 |
Risiko
kualitas PP tidak sesuai |
133 |
|
|
yang
direncanakan |
||||
4 |
Risiko
schedule penyelesaian |
3 |
3 |
9 |
pembangunan
packing plant |
||||
tidak
sesuai |
||||
5 |
Risiko
pembangunan packing |
3 |
3 |
9 |
plant
over budget |
||||
6 |
Risiko
kendala perijinan |
3 |
2 |
6 |
pembangunan
PP |
||||
7 |
Risiko
lingkungan dan sosial |
4 |
2 |
8 |
8 |
Risiko
legalitas dokumen |
3 |
2 |
6 |
hukum
(dokumen tanah) |
||||
9 |
Risiko
pembuatan perjanjian |
1 |
1 |
1 |
terlambat |
Pada
tabel di atas terdapat kolom untuk perhitungan tingkar risiko (TR). Nilai TR
diperoleh dari hasil perkalian likelihood dan consequences.
Perhitungan tersebut juga berlaku pada perhitungan tingkat risiko pada kegiatan
operasional packing plant.
3.3.4
Evaluasi resiko
Tahap
terakhir dari proses asesmen risiko adalah evaluasi risiko. Tujuan dari proses
evaluasi risiko adalah untuk menenukan prioritas pengelolaan risiko sehingga
diketahui risiko mana saja yang perlu segera mendapatkan perhatian dan
penanganan risiko (mitigasi) lebih lanjut. Tahap ini dilakukan untuk mengetahui
berapa jumlah risiko yang ekstrim, tinggi, sedang dan rendah. Klasifikasi
tersebut dapat diketahui dengan melakukan pemetaan risiko kedalam peta risiko (risk
map) yang nantinya akan dilakukan penuntuan peringkat risiko. Penentuan ini
berdasarkan pengalaman para risk officer dalam menentukan risiko
mana yang menempati peringkat atas untuk diberi prioritas perhatian.
3.3.4.1 Peta
Resiko
Peta
Risiko dibuat berdasarkan hasil dari perhitungan peluang (likelihood) dan
dampak (consequences) sebelumnya. Peta risiko yang digunakan menggunakan
kategori yang telah ditetapkan oleh Tim Manajemen Risiko SG seperti pada gambar
risk mapping pada bab 2 yang tetap mengacu pada ISO 31000. Berikut merupakan
pemetaan risiko untuk risiko pembangunan packing plant.
Sedangkan
hasil pemetaan risiko pada kegiatan operasional packing plant adalah
sebagai berikut.
3.3.4.2 Value at Risk
VaR
merupakan salah satu tools yang digunakan dalam manajemen risiko untuk
menghitung secara kuantitatif terhadap risiko operasional. Perhitungan VaR pada
penelitian ini dilakukan pada kegiatan operasional packingplant di
Ciwandan. Pada perhitungan VaR, dilakukan estimasi untuk perhitungan batas
kritis (critical value) dengan menggunakan confidence level 95%,
sehingga estimasi dengan menggunakan Z0,05 yang menghasilkan nilai Zα=
1,645. Perhitungan yang dilakukan dalam periode bulanan.
Berikut
merupakan contoh perhitungan VaR pada risiko operasional acking plant.
1.
Resiko armada Truck tidak tersedia
Tabel
3.6 Losses pada Risiko Armada Tidak Tersedia
Losses |
jumlah Kerugian |
Frekuensi |
Frekuensi Komulatif |
Losses Komulatif |
Transformasi Ln |
Rp
212.100.000,00 |
6 |
1 |
1 |
Rp
212.100.000,00 |
1,917,256,842 |
Rp
247.450.000,00 |
7 |
1 |
2 |
Rp 247.450.000,00 |
193,267,191 |
Rp
424.200.000,00 |
12 |
4 |
6 |
Rp 1.696.800.000,00 |
198,657,156 |
Rp
494.900.000,00 |
14 |
1 |
7 |
Rp
494.900.000,00 |
2,001,986,628 |
Rp
530.250.000,00 |
15 |
1 |
8 |
Rp
530.250.000,00 |
2,008,885,915 |
Rp
565.600.000,00 |
16 |
1 |
9 |
Rp 565.600.000,00 |
2,015,339,767 |
Rp
883.750.000,00 |
25 |
1 |
10 |
Rp
883.750.000,00 |
2,059,968,478 |
Rp 1.131.200.000,00 |
32 |
1 |
11 |
Rp 1.131.200.000,00 |
2,084,654,485 |
Rp 1.201.900.000,00 |
34 |
1 |
12 |
Rp 1.201.900.000,00 |
2,090,716,947 |
JUMLAH |
Rp 6.963.950.000,00 |
Untuk
mengatasi kekurangan data, dilakukan penambahan dengan bootstrap. Bootstrap
dengan cara biasa berikut hanya mengulang kemunculan angka-angka pada data
asli, meskipun random, namun tidak pernah termunculkan angka yang baru
(Adiperdana, 2010). Resampling tersebut menghasilkan 240 data dan diperoleh
hasil sebagai berikut :
Mean
() = 573.484.333
Standar
Deviasi ()
= 333.271.142,8
Maka
estimasi kerugian (μ) untuk risiko armada truck tidak tersedia adalah :
μ
≤
573.848.333 + 1,645
μ
≤
609.236.493,8
Nilai VaR adalah Rp 609.236.493,30
3.4
PENANGANAN RESIKO
Penentuan opsi untuk
mitigasi risiko ini menggunakan matrix risk treatment yang disesuaikan
dengan risk tolerance perusahaan yaitu poin 2 pada likelihood dan
poin 4 pada consequences. Berdasarkan perolehan peta risiko sebelumnya,
dilakukan pemetaan matrix risk treatment dari nilai likelihood dan
consequences untuk mengetahui penanganan yang sesuai pada setiap risiko.
Berikut merupakan matrix risk treatment pada pembangunan packing
plant.
Gambar 3.5 Matrix Risk Treatment pada
Pembangunan Packing Plant
Berdasarkan gamber 3.4, pada risiko
pembangunan dapat diketahui bahwa berdasarkan matrix risk treatment,
tidak ada risiko yang harus dihindari dan dan dipindahkan. Tindakan mitigasi
yang dilakukan yaitu menangani risiko serta menerima risiko. Risiko yang harus
ditangani antara lain : risiko pada Feasibility Study (FS), risiko
kesalahan dalam melakukan engineering design, risiko schedule penyelesaian
pembangunan packing plant tidak sesuai, risiko pembangunan packing
plant over budget, risiko kendala perijinan pembangunan PP, risiko
lingkungan dan sosial, dan risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah).
Risiko tersebut dapat dilakukan penangan dari pihak perusahaan baik dengan cara
mereduksi dampak terjadinya maupun kemungkinan terjadinya risiko tersebut.
Menurut pihak manajemen, untuk mengurangi konsekuensi risiko tersebut dapat
dilakukan rencana kontigensi, rencana pemulihan akibat bencana/kerugian yang
telah dialamai oleh perusahaan, menyusun rencana portofolio, meminimalkan
eksposure terhadap sumber risiko, dan lainnya. Tentu saja langkah yang
dilakukan tersebut disesuaikan dengan SOP yang berlaku di perusahaan. Sedangkan
untuk risiko yang diterima adalah risiko performance PP tidak sesuai
yang direncanakan dan risiko pembuatan perjanjian terlambat. Risko ini bukan
berarti diterima begitu saja. Maksudnya, risiko dapat diterima dengan tetap
melakukan pengendalian sesuai kebijakan dari risk owner. Risiko tersebut
benar-benar dapat diterima bila pada dua risiko tersbut level risiko rendah
sehingga tidak diperlukan penanganan khusus, tidak tersedia penanganan risiko
untuk risiko tersebut, serta bila biaya penanganan lebih tinggi dari manfaat
yang diperoleh. Selama ini, masih tersedia langkah kongkrit dari perusahaan
untuk melakukan penanganan risiko. Selain itu, biaya penanganan masih dapat
dijangkau oleh perusahaan.
Gambar 3.6 Matrix Risk Treatment pada
Operasional Packing Plant
Sedangkan pada gambar 3.6 matrix risk
treatment pada kegiatan operasional packing plant, dapat diketahui
bahwa terdapat 4 risiko yang ada pada kuadran ketiga, yaitu tangani risiko.
Hal ini dapat diketahu dari penilaian skor pada likelihood serta consequences-nya.
Sementara itu, 8 risiko lainnya berada tepat pada risk tolerance.
Berdasarkan judgment yang diberikan oleh pemilik bisnis proses
serta kemampuan perusahaan dalam menangani risiko tersebut, maka
semua risiko tersebut akan tetap ditangani. Hal ini dikarenakan
perusahaan masih mampu untuk mengatasi potensi risiko yang dialami.
Berdasarkan matrik tersebut, dapat
segera diuraian bentuk penanganan yang sesuai pada setiap risiko. Penentuan
penanganan yang sesuai memerlukan pendapat para expert yang telah lama terlibat
pada kegiatan pembangunan serta operasional packing plant.
BAB IV
KESIMPULAN
4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil asesmen risiko serta penanganan risiko yang telah dilakukan maka dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dari identifikasi
risiko diperoleh 9 risiko pembangunan dan 12 risiko operasional packing
plant. Berdasarkan project life cycle untuk pembanguanan packing
plant, risiko pada tahap inisiasi adalah risiko pada feasibility study,
risiko pembangunan packing plant over budget, risiko kendala perijinan
PP, risiko legalitas dokumen hukum (dokumen tanah), serta risiko pembuatan
perjanjian terlambat. Sedangkan yang termasuk risiko pada tahap perencanaan
adalah risiko kesalahan dalam melakukan engineering design, serta risiko
schedule penyelesaian pembangunan packing plant.
2.
Dari hasil analisa
risko yang dilakukan diperoleh nilai likelihood dan consequences
yang disesuaikan dengan kriteria penilaian perusahaan untuk mengetahui tingkat
risiko (TR) pada masing-masing risiko.
3.
Dari hasil evaluasi
risiko diperoleh pemetaan risiko yang sesuai standar ISO 31000 sehingga
diperoleh kriteria risiko dan dilakukan judgement oleh pihak manajemen
untuk penentuan peringkat risiko pada risiko yang teridentifikasi. Selain itu
diperoleh hasil perhitungan Value at Risk (VaR).
4.
Dari perhitungan VaR diperoleh
potensi kerugian per bulan dengan confidence level 95% yang dapat
ditanggung oleh perusahaan. Jika risiko tersebut terjadi maka akan menjadi
kerugian, sedangakan jika risiko tersebut tidak terjadi akan menjadi keuntungan
sebanyak rupiah yang harus dikeluarkan oleh perusahaan.
5.
Berdasarkan proses
usulan penanganan yang dilakukan, dapat dikatakan bahwa PT. Semen Gresik (Tbk)
merupakan risk taker, karena selalu berupaya untuk melakukan tindakan
mitigasi pada potensi risiko yang terjadi.
No comments:
Post a Comment