DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
.......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar
Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan
Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan........................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3
A. Burung
Kaka Tua......................................................................................... 3
B. Jenis-jenis
Kakatua....................................................................................... 3
C. Habitat........................................................................................................ 13
D. Morfologi................................................................................................... 14
E. Ciri
Spesifik dari Burung Kakatua............................................................. 14
F. Perilaku....................................................................................................... 16
G. Reproduksi................................................................................................. 16
BAB III PENUTUP............................................................................................. 17
A. Kesimpulan................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 18
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Burung kakatua
merupakan spesies burung paruh bengkok. Terdapat 7 jenis burung kakatua yang
tersebar di Indonesia, antara lain Cacatua alba, Cacatua galerita, Cacatua
sanguinea, Cacatua goffini, Cacatua moluccensis, Probosciger aterrimus, Cacatua
sulphurea. Burung kakatua merupakan burung yang banyak disukai karena memiliki
bulu jambul atau mahkota yang sangat indah dan bervariasi di ubun-ubun
kepalanya. Burung ini pun memiliki suara lengkingan yang sangat nyaring. Karena
keindahannya ini, burung kakatua banyak diburu oleh manusia untuk
diperdagangkan sehingga dapat meningkatkan laju kepunahan dari burung jenis
ini. Kakatua-kecil jambul kuning (Cacatua sulphurea sulphurea) merupakan salah
satu anak jenis dari dari burung kakatua (Cacatua sulphurea) yang terancam
kepunahan akibat eksploitasi yang berlebihan untuk diperdagangkan dan tingginya
kerusakan hutan yang menyebabkan rusaknya habitat burung kakatua. Menurut
Peraturan Pemerintah No 7/1999 tentang Pengawetan Tumbuhan dan Satwa Liar,
burung ini masuk dalam kategori jenis yang dilindungi. Cacatua sulphurea juga
masuk ke dalam Appendiks I dalam Convention on International Trade in
Endangered Species (CITES).
Upaya yang dapat
dilakukan untuk melestarikan burung kakatua-kecil jambul kuning baik untuk
tujuan konservasi maupun komersial adalah dengan usaha konservasi eksitu, yaitu
dengan kegiatan penangkaran. Berdasarkan atas tujuannya, penangkaran dapat
dibedakan dua macam, yakni penangkaran yang ditujukan untuk melestarikan
jenis-jenis satwa yang berada dalam keadaan langka yang akan segera punah
apabila perkembangbiakannya tidak dibantu oleh campur tangan manusia dan
penangkaran yang ditujukan untuk mengembangbiakan jenis- jenis satwa liar yang
memiliki nilai ekonomis tinggi (Thohari 1987). Kondisi penangkaran diusahakan
sesuai dengan habitat aslinya untuk memudahkan adaptasi dan meminimalkan tingkat
stres dari satwa yang ditangkarkan.
Dalam proses
penangkaran, banyak faktor yang harus diperhatikan karena berbeda jenis akan
berbeda pula proses pemeliharaannya baik dalam hal pakan, kandang, sanitasi,
maupun perawatannya. Selain itu, tujuan dari penangkaran juga akan berpengaruh
dalam penangkarannya. Minimnya penelitian mengenai penangkaran dan aktivitas
harian burung kakatua-kecil jambul kuning menyebabkan pengetahuan dalam
melakukan kegiatan penangkaran menjadi sedikit sehingga dibutuhkan penelitian mengenai
teknik penangkaran dan aktivitas harian ini. Makan merupakan kegiatan yang
paling penting untuk satwa sehingga dibutuhkan penelitian mengenai perilaku
makan. Selain itu, satwa yang berada di penangkaran akan mengalami perubahan
perilaku makan yang disebabkan oleh adanya faktor adaptasi maupun faktor stres
yang dialami oleh satwa tersebut. Penelitian tentang perilaku makan dari burung
kakatua-kecil jambul kuning akan sangat bermanfaat mengingat makan merupakan
aktivitas paling penting bagi burung. Penelitian ini diharapkan dapat membantu
memberi masukan kepada pengelola dalam kegiatan penangkaran, khususnya dalam
hal penangkaran burung kakatua-kecil jambul kuning.
B.
Rumusan Masalah
- Bagaimana
mengenal burung kaka tua?
- Apa
saja Jenis-jenis Kakatua, Habitat, Morfologi, Ciri Spesifik, Perilaku
serta Reproduksi dari Burung Kaktua
C.
Tujuan
1.
Untuk mengetahui
apa itu Burung Kakatua?
2.
Untuk mengetahui
Jenis-jenis Kakatua, Habitat, Morfologi, Ciri Spesifik, Perilaku serta Reproduksi
dari Burung Kaktua
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Burung Kaka Tua
Kakatua (suku
Cacatuidae) adalah jenis burung hias yang memiliki bulu yang indah dengan
lengkingan suara yang cukup nyaring. Spesies ini termasuk salah satu burung
dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga sering digunakan untuk acara-acara
hiburan di kebun binatang atau tempat hiburan lainnya.
Spesies ini hidup pada
ketinggian 0-1520 meter dari permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada
umumnya berusia panjang, hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih.
B.
Jenis-jenis Kakatua
1.
Kakatua Putih
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
G.R. Gray, 1840
Subfamily
Microglossinae
Calyptorhynchinae Cacatuinae Nymphicinae
Kakatua (suku Cacatuidae) adalah jenis burung hias
yang memiliki bulu yang indah
dengan lengkingan suara yang cukup nyaring.spesies
ini termasuk salah satu burung dengan kecerdasan yang cukup bagus, sehingga
sering digunakan untuk acara- acara hiburan di kebun binatang atau tempat
hiburan lainnya.
Spesies ini hidup pada ketinggian 0-1520 meter dari
permukaan laut, biasanya berkelompok. Kakatua pada umumnya berusia panjang,
hingga mencapai 60 tahun bahkan lebih.
2.
Kakatua-kecil Jambul- kuning
Klasifikasi
ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C.
sulphurea
Nama binomial Cacatua
sulphurea
(Gmelin, 1788)
Kakatua-kecil
Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung
berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35cm, dari marga cacatua. Burung ini
hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna
kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil Jambul-kuning berparuh hitam, kulit
di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu
terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung
jantan.
Daerah sebaran
Kakatua-kecil Jambul-kuning adalah di kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali,
Timor Barat dan Timor Timur, dimana terdapat hutan-hutan primer dan sekunder.
Pakan burung Kakatua-kecil Jambul-kuning terdiri dari biji-bijian, kacang dan
aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam
sarangnya di lubang pohon.
3.
Kakatua Maluku
Status konservasi Rentan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C.
moluccensis
Nama binomial Cacatua moluccensis
Gmelin, 1788
Kakatua Maluku atau
dalam nama ilmiahnya Cacatua moluccensis adalah burung berukuran sedang, dengan
panjang sekitar 52cm, dari genus Cacatua. Burung ini mempunyai bulu putih
bercampur warna merah-jambu. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna
merah-jambu yang dapat ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna jingga
kekuningan. Burung betina serupa, dan biasanya berukuran lebih besar dari
burung jantan.
Endemik Indonesia,
daerah sebaran kakatua Maluku adalah di Maluku Selatan. Spesies ini hanya
terdapat di hutan primer dan sekunder Pulau Seram, Ambon, Pulau Haruku dan
Saparua. Sejumlah populasi kakatua Maluku dilindungi di Taman Nasional
Manusela, yang merupakan salah satu tempat terakhir untuk menemukan burung ini
di habitat liar. Pakan kakatua Maluku terdiri dari biji-bijian, kacang dan
aneka buah-buahan.
Berdasarkan dari
hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, serta daerah burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua Maluku
dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan
dalam CITES Appendix I dan II sejak tahun 1989.
4.
Kakatua Raja
Status konservasi Risiko
rendah
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Probosciger
Spesies: P.
aterrimus
Nama binomial Probosciger
aterrimus
(Gmelin, 1788)
Kakatua Raja atau dalam nama ilmiahnya
Probosciger aterrimus adalah sejenis burung Kakatua berwarna hitam dan
berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm. Burung ini memiliki kulit pipi
berwarna merah dan paruh besar berwarna kehitaman. Di kepalanya terdapat jambul
besar yang dapat ditegakkan. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Kakatua Raja adalah
satu-satunya burung di marga tunggal Probosciger. Daerah sebaran burung ini
adalah di pulau Irian dan Australia bagian utara. Pakan burung Kakatua Raja
terdiri dari biji-bijian. Paruh burung Kakatua Raja tidak dapat tertutup rapat,
dikarenakan ukuran paruh bagian atas dan bagian bawah yang berbeda. Dan ini
berguna untuk menahan dan membuka biji-bijian untuk dikonsumsi. Walaupun spesies
ini terancam oleh hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus
berlanjut untuk perdagangan, Kakatua Raja masih sering ditemukan di habitatnya.
Kakatua Raja dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List.
Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
5.
Kakatua Goffin
Status konservasi Hampir
terancam
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Upafamili: Cacatuinae
Genus: Cacatua
Upagenus: Licmetis
Spesies: C.
goffiniana
Nama binomial Cacatua
goffiniana
(Finsch, 1863)
Kakatua Tanimbar,
Cacatua goffiniana, atau Kakatua Goffin, adalah spesies kakatua asli dan
endemik dari hutan kepulauan Laut Banda di Indonesia. Berat burung ini
rata-rata sekitar 350 gram dan panjang sekitar 31 sentimeter dari kepala hingga
ekor. Kakatua Goffin adalah yang terkecil dari seluruh Cacatuinae. Saat
penemuan pertama, hewan ini tampak seperti kakatua putih dengan sebagian bulu
wajah merah jambu, dan paruh abu-abu pucat. Jantan dan betinanya serupa.
Seperti seluruh anggota
Cacatuidae, Kakatua Goffin memiliki jambul, yang berarti hewan ini memiliki
sekumpulan bulu pada kepalanya yang dapat mengambang atau menguncup. Tubuhnya
terutama tertutup oleh bulu-bulu putih, dengan bulu berwarna salmon atau merah
jambu diantara paruh dan mata. Bagian dalam (proksimal) dari bulu jambul dan bulu leher juga berwarna
salmon, namun pewarnaan disini tersembunyi oleh warna putih yang bagian
terdapat di permukaan (distal) bulu-bulu itu. Bagian dalam bulu sayap dan
ekornya menunjukkan warna kekuningan. Antara matanya berwarna antara coklat
hingga hitam. Hewan ini sulit dibedakan dengan Corella kecil karena
penampilannya yang serupa.
Terkait dengan habitan
yang hilang, (Di Tanimbar, kebanyakan hutan telah gundul) ruang terbatas dan
perburuan liar, Kakatua Goffin dievaluasi Beresiko Rendah dalam IUCN Red List
untuk Spesies Terancam. Spesies ini didaftarkan pada Appendix I CITES. Tahun
1970-an, penebang kayu Jepang merusak pulau. Burung-burung ditangkap untuk ajang
binatang peliharaan. Meskipun banyak yang stres karena dikandangkan, mungkin
hal ini menjadi hal penting di belakang bencana ekologi ini, karena banyak
Kakatua Goffin bereproduksi dalam program penangkaran. Demikian, sekarang
terdapat banyak Kakatua Goffin di penangkaran daripada di alam liar.
Status konservasi Rentan
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C. alba
Nama binomial Cacatua
alba
Müller, 1776
Kakatua putih atau
dalam nama ilmiahnya Cacatua alba adalah burung berukuran sedang, dengan
panjang sekitar 46cm, dari genus Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya
berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul besar berwarna putih yang dapat
ditegakkan. Bulu-bulu terbang dan ekornya berwarna kuning. Burung betina serupa
dengan burung jantan.
Endemik Indonesia,
daerah sebaran kakatua putih adalah di kepulauan Maluku Utara. Spesies ini
hanya ditemukan di hutan primer dan sekunder pulau Halmahera, Ternate, Tidore,
Kasiruta, Mandiole dan Bacan.
Berdasarkan dari
hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, serta daerah persebaran burung ini ditemukan sangat terbatas,
kakatua putih dievaluasikan sebagai Rentan di dalam IUCN Red List. Spesies ini
didaftarkan dalam CITES Appendix II.
Kakatua putih belum
termasuk jenis satwa yang dilindungi, namun bukan berarti bebas ditangkap
begitu saja. Pada tahun 2001 hingga kini, tidak ada kuota tangkap untuk kakatua
putih. Artinya tidak boleh ada penangkapan kakatua putih di alam (Maluku Utara)
untuk tujuan komersil. Namun ternyata kuota tangkap nol ini tidak ada artinya
karena pada tahun 2002 rata-rata setiap tahunnya ada sekitar 500 ekor kakatua
putih yang ditangkap dari alam untuk diperdagangkan. Sementara itu pemantauan
ProFauna Indonesia di sejumlah pasar burung di Jawa pada tahun 2006, rata-rata
dalam setahun ada sekitar 100 ekor kakatua putih yang diperdagangkan. Di pasar
burung, kakatua putih ditawarkan seharga rata-rata Rp 500.000 per ekor.
Pemberian kuota tangkap
nol terhadap kakatua putih dinilai tidak efektif, karena di lapangan
penangkapannya untuk tujuan komersil masih berlangsung secara intensif. Status
kuota tangkap nol terkesan lemah, sehingga KSDA di daerah masih berani
mengeluarkan surat ijin angkut untuk kakatua putih ini.
Penangkapan kakatua
putih secara terus menerus di Maluku Utara menyebabkan burung ini telah
menghilang dari beberapa desa di Pulau Halmahera. ProFauna melakukan banyak
wawancara informal dengan penduduk desa soal keberadaan kakatua putih di alam.
Banyak diantara mereka yang menyatakan bahwa faktor utama hilangnya kakatua
putih dalam 12 tahun terakhir ini adalah faktor penangkapan di alam secara
besar-besaran.
Melihat laju
penangkapan dan perdagangan serta telah hilangnya kakatua putih di beberapa
wilayah di Halmahera, maka sudah saatnya burung ini ditetapkan sebagai jenis
satwa yang dilindungi. Apalagi burung ini juga termasuk satwa endemik Maluku
Utara. Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 (pasal 5), suatu jenis
satwa wajib ditetapkan dalam golongan dilindungi apabila telah mempunyai
kriteria; 1. Mempuyai populasi kecil 2. Adanya penurunan yang tajam pada jumlah
individu di alam. 3. Daerah penyebaran yang terbatas (endemik).
Dengan demikian kakatua putih sebetulnya telah
memenuhi kriteria untuk dimasukan dalam daftar jenis satwa yang dilindungi
karena dia memiliki penyebaran yang terbatas. (endemik).
7.
Kakatua Jambul- jingga
Status konservasi Kritis
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan: Animalia
Filum: Chordata
Kelas: Aves
Ordo: Psittaciformes
Famili: Cacatuidae
Genus: Cacatua
Spesies: C.
Sulphurea
Upaspesies:
C. s. citrinocristata
Nama trinomial Cacatua
sulphurea citrinocristata (Fraser, 1844)
Kakatua jambul-jingga
atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea citrinocristata adalah burung
berukuran sedang dari salah satu genus burung paruh bengkok, Cacatua. Kakatua
jambul-jingga merupakan subspesies terkecil dari empat subspesies burung
Kakatua-kecil Jambul-kuning. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di
kepalanya terdapat jambul berwarna jingga yang dapat ditegakkan dengan paruh
abu-abu gelap, kuping bercak jingga, mata coklat-tua
kehitaman dan kaki
berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekor bagian bawah berwarna kuning.
Burung betina serupa dengan burung jantan.Burung endemik Indonesia ini hanya
ditemukan di hutan-hutan primer dan sekunder Pulau Sumba yang terletak di
Kepulauan Sunda Kecil. Pakan burung kakatua jambul-jingga ini sama seperti
jenis burung kakatua lainnya, terdiri dari biji-bijian, kacang, tanaman dan
aneka buah-buahan. Burung ini bersarang di dalam lubang pohon.
Berdasarkan dari
hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk
perdagangan, populasi yang terus menyusut serta persebaran burung ini sangat
terbatas, kakatua jambul-jingga dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red
List dan didaftarkan dalam CITES Appendix I sejak 12 Januari 2005.
C.
Habitat
Kakatua menghuni hutan
primer dan sekunder yang tinggi dan tepi hutan; juga hutan monsun (Nusa
Tenggara), hutan yang tinggi bersemak, semak yang pohonnya jarang dan lahan
budidaya yang pohonnya jarang. Dari permukaan laut sampai ketinggian 900 m
(Sulawesi), 1520 m (Lombok), 1000 m (Sumbawa), 700 m (Flores), 950+ m (Sumba)
dan 500+ m (Timor). sedangkan untuk jenis Kakatua Maluku (bahasa Inggris:
Salmon-crested Cockatoo) biasanya hidup sendiri, berpasangan dan kelompok
kecil; dahulu di pohon tidur berkelompok hingga 16 ekor. Umumnya tidak
mencolok, kecuali pada saat terbang ke dan dari lokasi pohon tidur ketika
petang dan menjelang fajar. Walaupun terlihat terbang di atas kanopi tapi
kebanyakan terbang di bawah batas kanopi. Mencari makan dengan tenang di kanopi
dan lapisan tengah kanopi dan memiliki sebaran lokal di daerah Seram, Ambon, Haruku
dan Saparua. Kakatua menghuni hutan primer dan sekunder yang tinggi, hutan yang
rusak dan hidup diatas permukaan laut sampai ketinggian 1000 m.
D.
Morfologi
Bulu : menyeluruh
Paruh : lancip
Sayap : Pendek meruncing
Jari : Terangkat
Cakar : Runcing melengkung
Kaki : Tipe Bertengger
(zygodactyl)
Ekor : Pendek
E.
Ciri Spesifik dari Burung Kakatua
1.
Paruh
Sesuai dengan familinya yaitu psittacidae burung
kakak tua memiliki paruh yang bengkok, besar, dengan ujung yang runcing. Paruh
tersebut yang membuat ciri ciri burung kakak tua menjadi khas. Hal tersebut
berguna untuk mengunyah, menjepit, dan mengendalikan makananya. Selain itu,
Karena hal tersebut pula, ia disukai oleh pencinta burung paruh bengkok di
penjuru dunia.
2.
Postur Tubuh
Selanjutnya ciri ciri burung kakak tua adalah postur
tubuhnya yang gempal disertai dengan sayap-sayap yang kuat.
3.
Warna
Kemudian jika warna bulu burung paruh bengkok lain
berwarna mencolok dan warna-warni, si cerdas ini memiliki satu warna saja yang
mendominasi dan berwarna kalem. Beberapa warna pada bulunya, yaitu warna putih,
hitam, merah muda. Tentunya setiap jenis kakak tua memiliki warna khas yang
membedakan antara jenis satu dengan lainnya.
4.
Jambul
Selain paruh yang menjadi ciri khas burung cerewet
ini, ciri ciri burung kakak tua yang khas lainnya adalah jambul yang ada di
kepala bagian atas. Setiap spesies cacatuidae memiliki warna yang berbeda untuk
jambulnya itu. Selain itu ciri khas satu ini dapat ditegakkan sesuai dengan
suasana hatinya. Contohnya saja, pada saat ia senang atau malah stress maka
jambulnya akan tegak. Jika ia biasa saja maka, jambulnya tidak akan naik ke
atas. Tidak itu saja, jambul atau jenggernya juga dapat digunakan sebagai alat
komunikasi dengan sesamanya.
5.
Bulu
Ciri yang selanjutnya adalah bulu dari cactuidae
memiliki serbuk bedak yang berfungsi untuk melindunginya dari air. Sehingga ia
tidak kebasahan dan tubuhnya tetap kering. Selain itu burung ini juga terkenal
memiliki bulu yang indah dan menarik.
6.
Suara
Berikutnya, suara yang dimiliki burung yang banyak
dijumpai di Indonesia Timur ini terdengar nyaring seperti berteriak. Selain itu
suaranya juga cenderung berisik dan bisa didengar hingga jarak satu kilometer.
Meskipun tidak begitu jelas, ia dapat menirukan suara manusia hingga 20
kosakata loh. Hal ini membuatnya tampak menggemaskan dan lucu. Sehingga ia
menjadi salah satu primadona klangenan. Cerdas sekali bukan burung satu ini?
7.
Kelakuan
Kelakuan atau kebiasaan dari si cerdas ini sangat
istimewa. Selain ia bisa menirukan suara manusia kebiasaannya yaitu suka
bersosialisasi dengan manusia. Misalnya ia suka bertengger di tangan, pundak,
maupun kepala manusia. Ia juga bisa depresi jika kurang perhatian.
8.
Dimofik
Selanjutnya adalah dimofik yaitu sulit dibedakan
antara jantan dengan betina. Hal tersebut dikarenakan beberapa spesies memiliki
perbedaan ukuran dan warna mata. Sehingga tes DNA lah yang bisa menentukan
jenis kelaminnya.
9.
Kaki
Yang terakhir adalah kaki, burung kakak tua memiliki
kaki dengan susunan jari yang bersilangan. Jumlah jarinya tersebut ada empat,
dua jari menghadap kedepan sedangkan dua lainnya menghadap ke belakang. Kaki
tersebut berfungsi untuk menggenggam makanannya dan memanjat pohon secara kuat.
Hal ini juga merupakan ciri ciri burung kakak tua yang unik.
F.
Perilaku
Burung Kakatua Putih
(Cacatua alba) hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat
mencolok ketika terbang dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat. diselingi
gerakan melayang serta saling berteriak. Burung ini mempunyai kebiasaan
berpegang pada dahan atau cabang pohon. Pada musim kawin burung jantan akan
memperlihatkan pada burung betina beberapa gaya seperti meloncat. mengembangkan
sayap. mengangkat ekor. dan berjalan di depan betina untuk menarik perhatiannya
G.
Reproduksi
Jenis Burung betina
bertelur jumlahnya di atas tiga butir. kemudian diletakkan dilubang pohon
tempat burung tersebut bersarang. Telur tersebut dierami secara bergantian.antara
burung jantan dan burung betina.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kegiatan penangkaran
yang berhasil meningkatkan populasi suatu jenis burung akan sangat bermanfaat
bagi kelestarian jenis tersebut dan juga jenis lainnya secara tidak langsung.
Selain untuk re-stocking ke habitat alam, hasil penangkaran tersebut juga dapat
dimanfaatkan sesuai peraturan yang berlaku.Dengan demikian, diharapkan kegiatan
perburuan di habitat alam dapat dikurangi dan dihentikan.
Sebagai gantinya,
pemenuhan permintaan terhadap burung sebagai hewan pelihara (pet) yang terus
meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan perkembangan budaya
masyarakat, akan dapat disuplay dari hasil penangkaran
DAFTAR PUSTAKA
Higgins,
Peter Jeffrey (ed.) (1999). Handbook of Australian, New Zealand and Antarctic
Birds. Volume 4: Parrots to Dollarbird. Melbourne: Oxford University Press.
hlm. 127. ISBN 0-19-553071-3.
https://gintingryan.blogspot.com/2011/12/makalah-kakatua.html
https://ragamcarabeternak.blogspot.com/2016/05/beternak-kakak-tua-contoh
makalah.html
https://www.fitnessformen.co.id/2021/02/9-ciri-ciri-burung-kakak-tua-si-burung.html
ICZN
(2000). "Opinion 1949. Cacatua Vieillot, 1817 and Cacatuinae Gray, 1840
(Aves, Psittaciformes): conserved". Bulletin of Zoological Nomenclature:
66–67.
J.
Simpson, E. Weiner (eds), ed. (1989). "cockatoo". Oxford English
Dictionary (edisi ke-2nd). Oxford: Clarendon Press. ISBN 0-19-861186-2.
Mynott,
Jeremy (2009). Birdscapes: Birds in Our Imagination and Experience. Princeton,
New Jersey: Princeton University Press. hlm. 319. ISBN 0-691-13539-8.
Suppressed
by the International Commission on Zoological Nomenclature in Opinion 1949
(2000). ICZN (2000). "Opinion 1949. Cacatua Vieillot, 1817 and Cacatuinae
Gray, 1840 (Aves, Psittaciformes): conserved". Bulletin of Zoological
Nomenclature: 66–67.
No comments:
Post a Comment