DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 2
A. Pengertian Kebugaran.................................................................................. 2
B. Cara Pengukuran Kebugaran........................................................................ 3
C. Pengertian Tes dan Pengukuran
Kebugaran Jasmani................................... 4
D. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia (
TKJI ).................................................. 9
E. Pengembangan Kesadaran Kebugaran....................................................... 10
BAB III PENUTUP............................................................................................. 13
A. Kesimpulan................................................................................................. 13
B. Saran .......................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tes adalah suatu alat yang digunakan
untuk memperoleh data. Suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi beberapa
syarat, antara lain: 1) Valid yaitu mengukur apa yang harus diukur sesuai
dengan tujuan (ketepatan dalam pengukuran), misalnya alat ukur untuk tinggi
badan menggunakan stadiometer. Poin ini dapat diketahui dari tingkat
validitasnya. Validitas adalah derajat ketepatan dalam pengukuran yang
diwujudkan dalam bentuk angka, kisaran angkanya ± 1. Validitas sama dengan
mengkorelasikan atau menghubungkan dua variabel (gejala yang terjadi di
lapangan) atau lebih, contohnya panjang lengan dengan hasil lemparan. 2)
Reliabel yaitu keajegan didalam pengukuran, diukur berulang-ulang mendapatkan
hasil yang sama (ketetapan). Kisaran angkanya lebih besar, mendekati 1 yaitu
0,9 karena yang dikorelasikan sama. Maksudnya menghubungkan variabel yang sama,
misal panjang lengan, jadi yang dikorelasikan adalah panjang lengan antara
probandus 1,2,3 dan seterusnya. 3) Objektif yaitu memberikan penilaian apa
adanya tidak dipengaruhi variabel manapun (jumlahnya lebih dari tiga). 4) Ada
Pedoman Pelaksanaan artinya suatu tes tersebut harus mempunyai tujuan,
alat-alat yang digunakan, pelaksanaan atau langkah-langkah yang akan dilalui
dalam mengikuti suatu tes, serta mempunyai norma bagi umur dan tingkat tertentu
dalam penilaian. 5) Ekonomis artinya alat-alat yang digunakan murah dan mudah
didapat.
Pengukuran adalah proses menggunakan
alat tersebut untuk mendapatkan data. Pengukuran dimaksudkan menentukan sifat,
kemampuan, dan watak seseorang atau kelompok. Nilai atau hasil pengukuran itu
sendiri tidak berarti, dan baru berarti setelah dinilai dan diinterpretasikan
data yang ada. Evaluasi adalah pemberian pertimbangan, makna, penilaian setelah
data itu diambil. Pengukuran menentukan status, sedangkan proses evaluasi
menentukan arti tentang status itu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kebugaran
Kebugaran
adalah suatu kondisi tubuh dalam melakukan aktivitas sehari-hari atau
melakukan olahraga tanpa merasakan kelelahan dan masih memiliki sisa tenaga
untuk melakukan aktivitas lainnya. Manusia harus menjaga kebugaran jasmani agar
dapat melakukan aktivitas sehari-hari dan tidak mudah merasa lelah. Untuk
menjaga kebugaran jasmani, terdapat beberapa unsur atau komponen penyusun yang
harus diperhatikan, yakni.
1.
Kekuatan. Kekuatan adalah kekuatan otot untuk menerima
beban pada saat beraktivitas.
2.
Daya tahan. Daya tahan merupakan kemampuan seseorang
dalam menggunakan organ tubuh seperti jantung dan paru-paru secara efisien
tanpa mengalami kelelahan
3.
Kecepatan. kecepatan adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas secara berkesimbungan dalam waktu sesingkat-singkatnya.
4.
Keseimbangan. Keseimbangan merupakan kemampuan untuk
mengendalikan organ tubuh dan syaraf sehingga dapat mengendalikan tubuh dengan
baik.
5.
Ketepatan. Ketepatan merupakan mengendalikan gerak
sesuai dengan sasaran.
Daya tahan tubuh pada manusia dapat di ukur dengan
melakukan beberapa tes, yakni.
1.
Tes kecepatan. Tes kecepatan dilakukan dengan cara
lari sprint sejauh 60 m.
2.
Tes kekuatan. Tes kekuatan dilakukan dengan cara push
up selama 2 menit.
3.
Tes daya tahan. Tes daya tahan dilakukan dengan
berlari joging selama 12 menit.
B. Cara Pengukuran Kebugaran
Cara
mengukur Kebugaran Jasmani dapat dilakukan dengan tes. Tes yang dilakukan untuk
mengukur kebugaran jasmani seseorang meliputi:
1.
Kecepatan (speed)
2.
Kekuatan (strenght)
3.
Daya Tahan (endurance)
4.
Daya ledak (power)
Jenis tes yang dapat digunakan untuk mengukur
kebugarab jasmani seseorang diantaranya
1.
Cara mengukur kebugaran jasmani
2.
menggunakan Tes kecepatan (speed).
3.
Untuk mengukur kebugaran jasmani seseorang
4.
melalui tes kecepatan dapat dilakukan dengan
5.
lari sprint 60 meter,
Parameter
yang dapat digunakan dengan kategori usia dan waktu yang ditempuh sebagai
berikut:
1.
Usia 12 - 14 tahun
2.
waktu tempuh 5 - 7 detik dikategorikan kondisi
3.
kebugaran jasmani seseorang BAIK
4.
waktu tempuh 8 - 9 detik dikategorikan kondisi
5.
kebugaran jasmani seseorang CUKUP
6.
waktu tempuh 10 detik dikategrikan kondisi kebugaran
jasmani seseorang KURANG
Cara
mengukur kebugaran jasmani menggunakan tes kekuatan (strenght)
Untuk
mengukur kebugaran jasmani seseorang melalui tes kekuatan dapat dilakukan
dengan push - up selama 2 menit Parameter yang dapat digunakan dengan banyaknya
push - up yang dilakukan selama 2 menit Jika dapat melakukan push-up sebanyak
40 keatas maka dikategorikan kebugaran jasmani BAIK Jika dapat melakukan
push-up sebanyak 30-39 maka dikategorikan kebugaran jasmani CUKUP Jika dapat
melakukan push-up kurang dari 29 maka dikategorikan kebugaran jasmani KURANG
Cara
mengukur kebugaran jasmani menggunakan tes daya tahan (endurance) Untuk
mengukur kebugaran jasmani seseorang melalui tes daya tahan dapat dilakukan
dengan lari jogging selama 12 menit. Parameter yang dapat dilakukan dengan
jarak yang ditempuh selama 12 menit tersebut Jika dapat menempuh jarak 2000
meter lebih maka dikategorikan kebugaran jasmani BAIK Jika dapat menempuh jarak
2000 meter-1000 meter dikategorikan kebugaran jasmani CUKUP Jika jarak tempuh
kurang dari 1000 meter maka dikategorikan kebugaran jasmani KURANG.
C. Pengertian Tes dan Pengukuran Kebugaran Jasmani
Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk
melaksanakan tugasnya sehari-hari dengan mudah, tanpa rasa lelah yang
berlebihan dan masih mempunyai sisa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu
luangnya serta untuk keperluan-keperluan yang mendadak
Menurut Morehouse dan Miller, kebugaran jasmani
merupakan bagian dari total fitness yang mempunyai beberapa kompnen antara lain
:
1.
Antomical fitness
Antomical fitness merupakan sesuatu hal yang sukar di
kembangkan, karena untuk pengembangannya harus dimulai sejak masa pertumbuhan
anak-anak. Pengembangannya memerlukan waktu yang sangat banyak dan hasilnya
sangat terbatas, karena terbentur pada faktor keturunan.
2.
Physiological fitness
Physiological fitness adalah kemampuan tubuh untuk
menyesuaikan fungsi fisiologinya agar dapat mengatasi keadaan lingkungan atau
tugas fisik yang menentukan kerja otot seara cukup efisien, tak mengalami
kelelahan dan telah memperoleh pemulihan yang sempurna.
3.
Phsycological fitness
Phsycological fitness menggambarkan tentang keadaan
emosi yang stabil dan berguna untuk mengatasi masalah serta membangkitkan
kemampuan untuk mengatasi gangguan emosi yang timbul secara mendadak.
Kebugaran jasmani adalah kemampuan seseorang dalam
melakukan aktivitas keseharian tanpa mengalami kelelahan yang berarti, dan
masih mempunyai cadangan sisa tenaga untuk melakukan aktivitas yang lain Cholik
dan Maksum (2007:51). Konsep kebugaran jasmani dapat dibedakan menjadi
kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan unjuk kerja
(performance).
Kebugaran yang berkaitan dengan
kesehatan antara lain ditentukan oleh empat komponen kebugaran jasmani, yaitu:
(1) Daya tahan jantung, paru-paru, dan peredaran darah, (2) Komposisi tubuh,
(3) Kekuatan dan daya tahan otot, dan (4) kelenturan sendi dan otot. Komponen
kebugaran yang berkaitan dengan kesehatan tersebut akan membantu mengurangi
kemungkinan terjadinya penyakit degeneratif dan keadaan yang berkaitan dengan
aktivitas jasmani, seperti: penyakit jantung koroner, obesitas (kegemukan), dan
kelelahan sendi dan otot.
1. Daya Tahan
Jantung-Paru-Peredaran Darah
Daya tahan jantung-paru-peredaran
darah adalah kemampuan seseorang dalam mempergunakan system jantung, paru-paru
dan peredaran darahnya secara efektif dan efisien untuk menjalankan kerja
secara terus menerus yang melibatkan kontraksi otot dengan intensitas tinggi
dalam waktu yang cukup lama.
a. Meningkatkan Daya Tahan Jantung-Paru-paru-Peredaran Darah
Kemampuan daya tahan kardiovaskuler dapat ditingkatkan dengan berbagai latihan,
seperti:
1)
Lari Secara Terus-menerus
Latihan ini
memperbaiki keadaan tetap atau keseimbangan antara pengeluaran tenaga,
pengambilan zat asam selama latihan berlangsung. Latihan ini dilakukan di atas
tanah yang tidak bergelombang. Lari 5 sampai 20 km tanpa adanya penambahan
kecepatan langkah secara tiba-tiba dan denyut nadi tidak boleh lebih tinggi
dari 150 per menit.
2)
Lari dengan Kecepatan dan Jarak yang
Bervariasi.
Latihan ini
memperlancar atau memperbaiki ketahanan organ-organ tubuh dan bagian-bagian
lain dari tubuh si pelari. Latihan sebaiknya di tanah lapang yang sangat
bervariasi, yaitu kira-kira 10-12 km dengan lari lambat (jogging) diutamakan.
Walaupun demikian, lari yang bervariasi sebaiknya diperpanjang pada kecepatan
yang sedang atau (200-600) m, lari cepat (100-150) m, lari dipercepat (25-50)
m, dan lari naik turun (40-80) m, lari-lari dengan variasi yang berganti-ganti
seperti diselingi dengan jalan sewaktu-waktu.
3) Lari Fartlek
Lari Fartlek
Fartlek
adalah suatu sistem latihan daya tahan yang maksudnya adalah untuk membangun,
mengembalikan atau memelihara kondisi tubuh seseorang. Fartlek sebaiknya
dilakukan di alam terbuka yang terdapat bukitbukit semak belukar,
selokan-selokan untuk dilompati, tanah berpasir, tanah rumput, tanah lembek,
dan sebagainya, bukan di alam yang rata dan yang pemandangannya membosankan.
Fartlek biasanya dimulai dengan lari-lari lambat yang kemudian divariasikan
dengan lari-lari pendek yang intensif dan dengan lari jarak menengah dengan
kecepatan konstan yang cukup tinggi.
Untuk meningkatkan kebugaran jasmani dilakukan suatu
latihan kondisi fisik seesuai dengan bagian-bagian tubuh yang dilatih. Latihan
kondisi fisik bertujuan untuk meningkatkan kondisi tubuh agar kemampuan fisik
seseorang menjadi prima serta untuk menunjang aktivitas olahraga dalam rangka
mencapai prestasi yang baik.
Faktor-faktor penunjang agar kondisi fisik seseorang
menjadi baik antara lain :
1.
Keteraturan melatih kemampuan gerak manusia yang
meliputi kekuatan, daya tahan, kecepatan, kelincahan, kelentukan, dan
sebagainya.
2.
Tertib dalam kehidupan sehari-hari dalam pengaturan
makanan, istirahat, berlatih, dan kegiatan lainnya yang bermanfaat.
3.
menciptakan lingkungan hidup yang segar, tenteram dan
menyenangkan setiap orang.
Tes dapat diartikan sebagai suatu bentuk pertanyaan
untuk menilai pengetahuan. Dalam konteks kebugaran jasmani, tes merupakan suatu
bentuk pengukuran untuk menilai kemampuan aktivitas jasmaniah. Sedangkan
pengukuran kebugaran jasmani merupakan proses pengumpulan data atau informasi
dari suatu objek tertentu. Dalam proses pengukuran diperlukan suatu alat ukur
yang meliputi :
1.
Tes dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan.
2.
Tes dalam bentuk uji keterampilan gerak.
Tes berupa skala dan alat ukur lainnya yang baku (
meter, berat atau suhu ). Suatu tes dan pengukuran kebugaran jasmani harus
memenuhi beberapa syarat atau kriteria berikut ini :
1.
Kesahihan (validasi)
Suatu tes dikatakan sahih apabila tes tersebut
mengukur sesuai dengan tujuannya atau sesuai dengan tuntutan yang harus diukur.
2.
Keterandalan (reliabilitas)
Suatu alat ukur diartikan andal (reliable) apabila
alat ukur tersebut memperoleh hasil pengukuran secara tetap atau konsisten pada
pengukuran kedua dengan atlet dan pelatih yang sama.
3.
Objektivitas
Objektivitas merupakan konsistensi hasil suatu tes
yang diperoleh dari dua atau lebih pengetes atau tester dan memperoleh hasil
pengukuran yang seragam pada atlet-atlet yang sama dengan waktu pengukuran yang
sama.
4.
Norma
Norma adalah petunjuk atau pedoman untuk mengetahui
hasil suatu pengukuran berdasarkan tempat seorang atlet yang melakukan tes.
Norma dapat digolongkan menjadi lima tingkatan, misalnya tingkatan sangat baik,
baik, sedang, kurang, dan sangat kurang.
5.
Tuntunan pelaksanaan baku
Dalam setiap tes atau pengukuran harus ada tuntutan
yang baku tentang bagaimana tes tersebut harus dilakukan. Tuntutan atau
petunjuk tersebut berlaku bagi atlet yang dites maupun pelatih yang mengetes.
Hasil pengukuran dapat dinyatakan dalam skor
kuantitatif yang dapat diolah secara statistik dan hasil pengukuran dapat
berupa skor, frekuensi, waktu, jarak dan jumlah. Pengukuran dalam olahraga
harus dilakukan berdasarkan asas-asas berikut :
1.
Pengukuran harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang
tercapai.
2.
Metode pengukuran harus bersifat menyeluruh baik tes,
pengukuran maupun evaluasi.
3.
Alat ukur yang digunakan dalam proses pengukuran harus
valid dan reliabel.
4.
Tes dan pengukuran hendaknya dilakukan oleh petugas
yang sesuai dengan bidangnya.
Aspek-aspek
pengukuran kebugaran jasmani, yaitu :
1.
Kesegaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan
antara lain :
a.
daya tahan jantung dan paru-paru
b.
kekuatan otot
c.
daya tahan otot
d.
fleksibilitas
e.
komposisi tubuh
f.
Kesegaran jasmani yang behubungan dengan keterampilan
antara lain :
g.
kecepatan
h.
kekuatan (power)
i.
keseimbangan
j.
kelincahan
k.
koordinasi
l.
kecepatan reaksi
Fungsi dari tes dan pengukuran kebugaran jasmani dalam
proses pengajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan meliputi :
1.
mengukur dan menilai kemampuan fisik siswa.
2.
menentukan status kondisi fisik siswa.
3.
mengetahui perkembangan kemampuan fisik siswa.
4.
memberikan bimbingan dalam meningkatkan kebugaran
jasmani siswa.
5.
memberi masukan bahan penilaian pelajaran -
D. Tes Kesegaran Jasmani Indonesia ( TKJI )
Tes
kesegaran jasmani Indonesia dibedakan antara putera dan puteri
1. Untuk putera terdiri dari :
a.
Lari cepat 60 meter,
b.
Gantung angkat tubuh 60 detik,
c.
Baring duduk atau Sit
– up 60 detik,
d.
Loncat tegak, dan
e.
Lari 1200 meter.
2. Untuk puteri terdiri dari :
a.
Lari cepat 60 meter,
b.
Gantung siku tekuk,
c.
Baring duduk atau Sit
– Up 60 detik,
d.
Loncat tegak,
e.
Lari 1000 meter.
3. Kegunaan tes
TKJI
dipergunakan untuk mengukur dan menentukan tingkat kesegaran jasmani.
4. Alat dan fasilitas
a.
Lintasan lari ( lapangan yang datar dan tidak licin ),
b.
Stopwatch, bendera start, formulir tes, peluit, alat
tulis, penghapus
c.
Papan berskala untuk loncat tegak, serbuk kapur
5. Ketentuan pelaksanaan
a.
TKJI ini merupakan satu rangkaian tes, oleh karena itu
semua butir tes harus dilaksanakan secara berurutan dan tidak terputus-putus.
b.
Urutan pelaksanaan tes sebagai berikut :
Pertama
: Lari cepat 60 meter
Kedua
: - Gantung ankat tubuh untuk putera
-
Gantung siku tekuk untuk puteri
Ketiga
: Baring duduk atau Sit – Up 60 detik
Keempat
: Loncat tegak
Kelima
: - Lari 1200 meter untuk putera
- Lari
1000 meter untuk puteri
E. Pengembangan Kesadaran
Kebugaran
Kesehatan sangat penting bagi manusia, karena
tanpa kesehatan yang baik, setiap manusia akan sulit dalam melaksanakan
aktivitasnya sehari-hari. Semakin padatnya aktivitas yang dilakukan seseorang
menjadikan mengabaikan masalah berolahraga. Tidak adanya waktu luang karena
kesibukan di kantor, di kampus, di perusahaan, mengakibatkan seseorang tersita
waktu kesempatan untuk berolahraga. Olahraga pada dasarnya merupakan kebutuhan
setiap manusia di dalam kehidupan, agar kondisi fisik dan kesehatannya tetap
terjaga dengan baik. Oleh karena itu, manusia ingin berusaha menjaga
kesehatannya dan salah satu cara agar kesehatan tetap terjaga dengan baik
adalah melalui olahraga.
Dalam kehidupan sehari-hari agar dapat menunjang
kesehatan, perlu adanya tindakan atau upaya yang dilakukan. Upaya kesehatan
adalah setiap kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.
Upaya kesehatan diselenggarakan dengan pendekatan pemeliharaan, peningkatan
kesehatan (promotif), pencegahan penyakit (preventif), penyembuhan penyakit
(kuratif), dan pemulihan kesehatan (rehabilitatif), yang dilaksanakan secara
menyeluruh, terpadu, dan berkesinambungan. Hal ini akan terwujud tentunya tidak
hanya dari pemangku kebijakan olahraga yang menggerakkan, tetapi bagaimana
tingkat kesadaran masyarakat dalam berpartisipasi olahraga.
Perkembangan zaman yang semakin maju, maka
partisipasi masyarakat dalam pembangunan olahraga akan menentukan postur dan
kemajuan pembangunan olahraga sampai ke suatu daerah. Pembangunan olahraga yang
bertumpu pada peran serta masyarakat dahulu telah dicoba dalam kemasan
"gerakan memasyarakatkan olahraga dan mengolahragakan masyarakat".
Artinya seluruh warga masyarakat mengenal dan menggemari berbagai jenis
olahraga serta membiasakan diri untuk berolahraga. Meningkatkan partisipasi
segenap lapisan masyarakat, sehingga menjadi bagian dari kebiasaaan. Dengan
demikian, tercipta masyarakat yang (1) sehat jasmani dan rohani,(2) terbentuk
kepribadian, yang antara lain berani, berdisiplin, jujur, dan cinta tanah air,
bangsa, dan negara, (3) berkembang tingkat pengetahuan dan kecerdasan, dan
(4)berkembang rasa sosial. (Direktorat Keolahragaan, 1987: 5).
Masyarakat Indonesia saat ini masih kurang
menyadari akan pentingnya hidup sehat. Hal ini terjadi karena kurangnya
animo/minat dan apresiasi masyarakat terhadap olahraga. Hasil Susenas
menunjukkan bahwa partisipasi penduduk berumur 10 tahun ke atas dalam melakukan
olahraga mengalami penurunan dari waktu ke waktu. Peningkatan partisipasi
olahraga hanya terjadi dari tahun 2000 sebesar 22,6 persen menuju tahun 2003
menjadi sebesar 25,4 persen. Dalam kurun waktu 2003, 2006, dan 2009 partisipasi
penduduk dalam melakukan olahraga terus menurun, yaitu dari 25,4 persen pada
tahun 2003, turun menjadi 23,2 persen pada tahun 2006, dan terakhir turun
menjadi 21,8 persen pada tahun 2009. Pola tersebut berlaku baik di daerah
perkotaan maupun perdesaan. Partisipasi berolahraga penduduk perkotaan lebih
tinggi apabila dibandingkan dengan penduduk perdesaan. Kondisi ini didukung
oleh fasilitas dan jenis olahraga yang berkembang di perkotaan lebih banyak
dibandingkan di perdesaan
Aktivitas fisik dapat meningkatkan kesehatan dan
mencegah timbulnya penyakit termasuk penyakit jantung, diabetes tipe 2, dan
osteoporosis, bentuk kanker, obesitas, dan cedera. Partisipasi dalam aktivitas
fisik juga dikenal untuk mengurangi depresi, stres dan kecemasan, dan
meningkatkan kepercayaan diri, tingkat energi, kualitas tidur, dan kemampuan
untuk
. Secara fisiologis, olahraga dapat dijadikan
wahana pemberdayaan kemampuan fungsi fisiologis seperti meningkatkan kesehatan,
kebugaran, dan meningkatkan kualitas komponen kondisi fisik seperti kerja
jantung dan paru-paru, kelincahan, kecepatan, dan kekuatan.
Secara sosial, olahraga dapat digunakan sebagai
media sosialisasi melalui interaksi dan komunikasi dengan orang lain atau
lingkungan sekitar. Salah satu indikasi meningkatnya keinginan masyarakat akan
derajat kesehatan yang tinggi, penampilan jasmani yang proporsional dan
aktualisasi diri yang lebih luas dalam lingkungannya mencerminkan bahwa
kebutuhan masyarakat semakin beragam sehingga membutuhkan tempat atau wahana
yang dapat menyalurkan serta memenuhi kebutuhan terse Kemalasan dalam melakukan
atau menyelesaikan sesuatu adalah hal yang sering dialami oleh semua orang.
Dalam berolahraga, malas adalah hal yang cukup sering ditemui. Hal ini biasanya
disebabkan oleh 2 dua hal, yaitu
pertama, ketakutan akan sakit setelah melakukan
olahraga. Rasa pegal yang muncul 1-2 hari sesudah latihan biasanya merupakan
suatu pengalaman yang membuat jera, sehingga orang berpikir dua kali kalau
diajak untuk kembali berolahraga. Sesi latihan dengan intensitas yang terlalu
tinggi yang melebihi kapasitas tubuh adalah menjadi penyebabnya, ibarat bayi
yang masih merangkak harus dipaksa berlari.
Kedua, kurangnya kesadaran terhadap pentingnya
kesehatan dan kebugaran. Orang yang tidak merasa perlunya menjadi pintar
biasanya memang tidak rajin belajar. Sama juga dengan orang yang tidak
menyadari pentingnya kebersihan biasanya akan malas untuk mandi. Demikian juga,
orang yang kurang menyadari pentingnya hidup sehat dan bugar akan malas untuk
berolahraga but
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil tes yang dilakukan saat mengikuti Tes Pengukuran dan
Evaluasi, banyak sekali siswa yang nilai tesnya apabila dikonversikan terhadap
norma yang ada ini kurang bagus. Ini bisa disebabkan oleh banyak factor baik
dari dalam diri individu sendiri ataupun dari luar, missalnya ketidak seriusan
saat melakukan tes, tingkat kebugaran jasmani rendah, pengetahuan tentang tes
sangat minim.
B.
Saran
Saat hendak melakukan olah raga, hendaklah memperhatikan kondisi kesiapan
tubuh dan kesehatan, karena setiap melakukan kebugaran jasmani hendak memiliki
kesiapan yang matang agar dapat mencapai sesuatu yang diharapkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous.
Moeslim. Tes dan Pengukuran Jilid I.
Iskandar
Z. Adisapoetra. (1999). Panduan Teknis
Tes & Latihan Kesegaran Jasmani Untuk Anak Sekolah. Jakarta
Staf
Personil, Pembinaan Manusia Dan Pendidikan Hankam. (1975). Buku Petunjuk
Lapangan Dan Buku Petunjuk Tehnik Latihan Binjas Abri Untuk Satuan Lapangan
Abri. Cetakan Kedua..Jakarta: Departemen Pertahanan Keamanan.
Tim Lab
Fisiologi. (2006) Petunjuk Praktikum
Fisiologi Manusia. Yogyakarta. Laboratorium Fisiologi FIK UNY
The Nelson Hand Reaction Test: Buku kesehatan, tes pengukuran dan
evaluasi halaman 88.
The Nelson Foot Reaction Test: Buku kesehatan, tes pengukuran dan
evaluasi halaman 88.
www.google.com/bompa book
Johnson B.L. & Nelson J.K. Practical Measurements for Evaluation in PE 4th
Ed. 1986
No comments:
Post a Comment