KONSEP LUKA BAKAR
A.
Pengertian
Luka bakar
adalah perlukaan yang disebabkan karena kontak atau terpapar dengan zat termal,
Chemical, elektrik, atau radiasi yang menyebabkan luka bakar
(Luckmanandsorensen”s, 1993) Luka bakar adalah sejenis cedera pada daging atau
kulit yang disebabkan oleh panas, listrik, zat kimia, gesekan atau radiasi.
Luka bakar yang hanya mempengaruhi kulit bagian luar dikenal dengan luka bakar
superfisial atau derajat 1. Bila cedera menebus beberapa lapisan dibawanya, hal
ini disebut luka bakar sebagian lapisan kulit luar atau derajat II. Pada luka
bakar yang mengenai seluruh lapisan kulit atau derajat III, cedera meluas ke
seluruh lapisan kulit. Sedangkan luka bakar derajat IV melibatkan cedera
kejaringan yang lebih dalam, seperti otot atau tulang. (Wikipedia) Luka bakar
merupakan perlukaan pada daerah kulit dan jaringan epitel lainnya (Donna,
1991).
B.
Etiologi
Luka bakar
disebabkan oleh dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut mungkin di pindahkan
melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi
penyebab luka bakar, beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya
kontak dengan sumber panas (misalnya suhu benda yang membakar, jenis pakaian
yang terbakar, sumber panas: api, air panas dan minyak panas), listrik, zat
kimia, radiasi, kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang
tertutup. Faktor yang mempengaruhi beratnya luka bakar antara lain:
1.
Keluasan luka bakar
2.
Kedalaman luka bakar
3.
Umur pasien
4.
Agen penyebab
5.
Fraktur atau luka lain yang menyertai
6.
Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, ginjal, jantung,
dll.
7.
Obesitas
8.
Adanya trauma inhalasi
C.
Patofisiologi
Luka bakar
disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke tubuh. Panas tersebut
dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi elektromagnetik, derajat luka
bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor penyebab, konduksi jaringan yang
terkena dan lamanya kulit kontak dengan sumber panas. Kulit dengan luka bakar
mengalami kerusakan pada epidermis, dermis maupun jaringan subkutan tergantung
pada penyebabnya. Terjadinya integritas kulit memungkinkan mikroorganisme masuk
ke dalam tubuh. Kehilangan cairan akan mempengaruhi nilai normal cairan dan
elektrolit tubuh akibat dari peningkatan pada permeabilitas pembuluh darah
sehingga terjadi perpindahan cairan dari intravaskuler ke ekstra vaskuler
melalui kebocoran kapiler yang berakibat tubuh kehilangan natrium, air,
klorida, kalium dan protein plasma. Kemudian terjadi edema menyeluruh dan dapat
berlanjut pada syok hipovolemik apabila tidak segera ditangani (Hudak dan
Gallo, 1996). Menurunnya volume intra vaskuler menyebabkan aliran plasma ke
ginjal dan GFR (Rate Filtrasi Glomerulus) akan menurun sehingga haluaran urine
meningkat. Jika resitasi cairan untuk kebutuhan intravaskuler tidak adekuat
bisa terjadi gagal ginjal dan apabila resitasi cairan adekuat, maka cairan
interstisial dapat ditarik kembali ke intravaskuler sehingga terjadi fase
diuresis.
D.
Klasifikasi
luka bakar
1. Klasifikasi
luka bakar menurut kedalamannya
Jenis |
Lapisan
yang dilibatkan |
Tampilan |
Tekstur |
Sensasi |
Waktu
penyembuhan |
prognosis |
Contoh |
Superfisi
al (derajat 1) |
Epidermis |
Merah
tampah lepuh |
Kering |
Nyeri |
5-10 hari |
Sembuh
dengan baik : sengatan matahari yang berulang, meningkatkan risiko kanker kulit dikemudian hari |
|
Agak
superfisi al, mengenai sebagian lapisan kulit
(derajat II) |
Meluas ke
lapisan dermis (kapiler) superfisial |
Merah
dengan lepuh yang jelas, pucat dengan tekanan |
Lembab |
Sangat nyer |
Kurang dari
2-3 minggu |
Infeksi
lokal/sepuitis tapi biasanya tampah parut |
|
Cukup
dalam, mengenai sebagian lapisan kulit
(derajat II) |
Meluas ke
lapisan dermis (retikuler) dalam |
Kuning atau putih. Lebih tidak pucat . Mungki n lebih melepuh |
Agak kering |
Tekanan dan tidak nyaman |
3-8 minggu |
Parut, kerut (mungki memerlukan eksisi dan cangkok kulit |
|
Seluruh lapisan kulit (derajat III) |
Meluas ke seluruh lapisan dermis |
Kaku dan putih/coklat tidak pucat |
Kasar |
Tidak nyeri |
Lama (berbulan-bulan) dan tidak sempurna |
Parut,
kerut, ambutasi, (eksisidinidianjurkan) |
|
Derajat IV |
Meluas ke seluruh lapisan kulit, dan kedalamla pisan lemak, otot dan tulang di bawahnya |
Hitam
hangus dengan eskar |
Kering |
Tidak nyeri |
Perlu
eksisi |
Ambutasi
gangguan fungsional yang signifikan dan,
dalam beberapa kasus, kematian |
|
2. Klasifikasi
luka bakar berdasarkan luasnya
Wallace
membagi tubuh atas bagian 9% atau kelipatan 9 yang terkenal dengan ruleofnineofwallace yaitu :
a.
Kepala dan leher : 9%
b.
Lengan masing-masing 9% : 18%
c.
Badan depan 18%, badan bagian belakang : 36%
d.
Tungkai masing-masing 18 : 36%
e.
Genitalia/perinium : 1%
3. Klasifikasi
luka bakar berdasarkan berat ringannya
Untuk
mengkaji beratnya luka bakar harus dipertimbangkan beberapa faktor antara lain:
a.
Presentase area (luasnya) luka bakar pada permukaan tubuh.
b.
Kedalaman luka bakar
c.
Anatomi lokasi luka bakar
d.
Umur klien
e.
Riwayat pengobatan yang lalu
f.
Trauma yang menyertai atau bersamaan
a. America
burnAssociation membagi dalam :
1.
Yang termasuk luka bakar ringan (minor) :
·
Tingkat II : kurang dari 15% total bodysurface area pada orang
dewasa atau kurang dari 10% total bodysurface area pada anak-anak
·
Tingkat III : kurang dari 2% total bodysurface area yang tidak
disertai komplikasi .
2.
Yang termasuk luka bakar sedang (moderate)
·
Tingkat II :15% - 25% total bodyserface area pada orang dewasa
atau kurang dari 10% - 20% total body pada area anak.
·
Tingkat III: kurang dari 10% total bodysurface area yang tidak
disertai komplikasi
3.
Yang termasuk luka bakar kritis (mayor) :
·
Tingkat II 32% : Total bodysurface area atau lebih pada orang
dewasa atau lebih dari 20% total bodysurface area pada anakanak.
·
Tingkat III : 10% atau lebih
·
Luka bakar yang melibatkan muka, tangan, mata, telinga kaki dan
perineum.
·
Luka bakar pada jalan pernapasan atau adanya komplikasi
pernapasan.
·
Luka bakar sengatan listrik (elektrik).
·
Luka bakar yang ditandai dengan masalah yang memperlemah daya
tahan tubuh seperti luka jaringan lunak, fraktur, trauma lain atau masalah
kesehatan sebelumnya.
b. Americancollageofsurgoen
membagi dalam :
1.
Parah – critical :
·
Tingkat II : 30% atau lebih.
·
Tingkat III: 10% atau lebuh.
·
Tingkat III pada tangan, kaki dan wajah
·
Dengan adanya komplikasi pernapasan, jantung, fraktur, sloftissue
yang luas.
2.
Sedang – moderate
·
Tingkat II : 15 – 30%
·
Tingkat III: 1 – 10%
3.
Ringan – minor
·
Tingkat II: < 155
·
Tingkat III : < 1%
E.
Manifestasi
Klinik
Menurut
Effendi, 1999 manifestasi klinik yang muncul pada luka bakar sesuai dengan
kerusakannya :
a. Grade I :
Kerusakan pada epidermis, kulit kering kemerahan, nyeri sekali, sembuh dalam
3-7 dan tidak ada jaringan parut.
b. Grade II :
Kerusakan pada epidermis dan dermis, terdapat vesikel dan edema subkutan, luka
merah, basah dan mengkilat, sangat nyeri, sembuh dalam 28 hari tergantung
komplikasi infeksi.
c. Grade III :
Kerusakan pada semua lapisan kulit, tidak ada nyeri, luka merah keputihan dan
hitam keabu-abuan, tampak kering, lapisan yang rusak tidak sembuh sendiri maka
perlu Skingraf.
F.
Komplikasi
a. Segera
Sindrom kompartemen dari luka bakar sirkumferensial ( luka bakar pada
ekstremitas iskemia ekstremitas, luka bakar pada toraks hipoksia dari gagal
napas restriktif) ( cegah dengan eskaratomi segera).
b. Awal
1.
Infeksi ( waspadai steptococcus ) obati infeksi yang timbul ( 10%
organisme pada biopsi luka ) dengan antibiotik sistemis.
2.
Ulkus akibat stres ( ulkus cerling) ( cegah dengan antasida,
broker H2 atau inhibitor pompa proton profilaksis)
3.
Hiperkalsemia ( dari sitolisis pada luka bakar luas). Obati dengan
insulin, dekstrosa.
G.
Pemeriksaan
penunjang
Menurut
Doenges M.E (2000) pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah :
a. Hitung darah
lengkap : Peningkatan Hematokrit menunjukkan hemokonsentrasi sehubungan dengan perpindahan
cairan. Menurutnya Hematokrit dan sel darah merah terjadi sehubungan dengan
kerusakan oleh panas terhadap pembuluh darah.
b. Leukosit akan
meningkat sebagai respons inflamasi
c. Analisa Gas
Darah (AGD) : Untuk kecurigaan cedera inhalasi
d. Elektrolit Serum.
Kalium meningkat sehubungan dengan cedera jaringan, hipokalemia terjadi bila
diuresis.
e. Albumin serum
meningkat akibat kehilangan protein pada edema jaringan
f.
Kreatinin meningkat menunjukkan perfusi jaringan
g. EKG : Tanda
iskemik miokardia dapat terjadi pada luka bakar
h. Fotografi
luka bakar : Memberikan catatan untuk penyembuhan luka bakar selanjutnya.
H.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
pasien luka bakar sesuai dengan kondisi dan tempat pasien dirawat melibatkan
berbagai lingkungan perawatan dan disiplin ilmu antara lain mencakup penanganan
awal (ditempat kejadian), penanganan pertama di unit gawat darurat, penanganan
di ruangan intensif dan bangsal. Tindakan yang dilakukan antara lain terapi
cairan, fisioterapi dan psikiatri pasien dengan luka bakar memerlukan
obat-obatan topikah karena eschar tidak dapat ditembus dengan pemberian obat
antibiotik sistemis. Pemberian obatobatantopikah anti mikrobial bertujuan tidak
untuk mensterilkan luka akan tetapi untuk menekan pertumbuhan mikroorganisme
dan mengurangi kolonisasi, dengan pemberian obat-obatan topikah secara tepat
dan efektif dapat mengurangi terjadinya infeksi luka dan mencegah sepsis yang
sering kali masih terjadi penyebab kematian pasien.
Tatalaksana
resusitasi luka bakar
a. Tatalaksana
resusitasi jalan napas
1.
Inkubasi : tindakan inkubasi dikerjakan sebelum edema mukosa
2.
Krikotiroidomi :bertujuan sama dengan inkubasi hanya dianggap
agresif
3.
Pemberian oksigen 100%
4.
Perawatan jalan napas
5.
PenghiasanSecret
6.
Pemberian terapi inhalasi
7.
Bilasan bronkoalveolor
8.
Perawatan rehabilitatif untuk respirtif
9.
Eskarotomi
b. Tatalaksana
resusitasi cairan
1.
Cara Evans
2.
Cara baxter
c. Resusitasi
nutrisi
Pada pasien
luka bakar,pemberian nutrisi enteral sebaiknya dilakukan sejak dini
Penanganan
Luka
a. Pendinginan
luka
b. Debridemen
c. Tindakan pembedahan
1.
Split cangkok kulit
2.
Flap
Terapi
manipulasi lingkungan
a. Fase
inflamasi
b. Fase
fibrolastic
c. Fase
maturbasi
Konsep Asuhan Keperawatan
A.
Pengkajian
Menurut
(luckmanandsorensen”s, 1993) data pengkajian tergantung pada tipe, berat dan
permukaan tubuh yang terkena, antara lain :
1. Aktivitas /
Istirahat
Tanda :
Penundaan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak, perubahan tonus.
2. Sirkulasi
Tanda : Hipotensi
(syok), perubahan nadi distal pada ekstremitas yang cedera, kulit putih dan
dingin (syok listrik), edema jaringan, disritmia.
3. Integritas
ego
Tanda dan
Gejala : Kecacatan, kekuatan, menarik diri
4. Eliminasi
Tanda :
diuresis, haluaran urine menurun fase darurat, penurunan mobilitas usus.
5. Makanan /
Cairan
Tanda : edema
jaringan umum, anoreksia, mual dan muntah
6. Neurosensori
Gejala : area
kebas, kesemutan
Tanda :
perubahan orientasi, afek, perilaku, aktivitas kejang, paralisis (Cedera aliran
listrik pada aliran Saraf)
7. Nyeri /
kenyamanan
Gejala :
nyeri, panas
8. Pernafasan
9. Gejala :
Cedera inhalasi (terpajan lama) Tanda : serak, batuk, sianosis, jalan nafas
atas stridor bunyi nafas gemiricik, ronkhiSecret dalam jalan nafas
10. Keamanan
Tanda :
destruksi jaringan, kulit mungkin coklat dengan tekstur seperti : lepuh, ulkus,
nekrosis atau jaringan parut tebal.
B.
Diagnosa
Keperawatan
a. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan keracunan karbonmonoksida,obstruksi
trakeobronkial, keterbatasan pengembangan dada
b. Defisit volume
cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan cairan
dari intravaskuler ke ruang Interstisial
c. Defisit
volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan
cairan dari intravaskuler ke ruang Interstisial
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipermetaboik,
katabolisme protein
e. Gangguan rasa
nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema
f.
Gangguan Integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan
permukaan kulit
g. Risiko tinggi
infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit, kerusakan respons imun,
prosedur invasive
h. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan edema, nyeri, kontraktur
C. Fokus Intervensi
a. Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan keracunan
karbonmonoksida,obstruksitrakeobronkial, keterbatasan pengembangan dada
(Doenges, 2000).
Tujuan :
Pemeliharaan oksigenasi jaringan adekuat
Intervensi :
1.
Awasi frekuensi, irama, kedalaman napas
2.
Berikan terapi O2 sesuai pesanan dokter
3.
Berikan pasien dalam posisi semi fowler bila mungkin
4.
Pantau AGD, kadar karbonsihemoglobin
5.
Dorongan batuk atau latihan nafas dalam dan perubahan posisi
b. Defisit
volume cairan berhubungan dengan peningkatan kebocoran kapiler dan perpindahan
cairan dari intravaskuler ke ruang Interstitiel (Effendi. C, 1999)
Tujuan :
Pemulihan cairan optimal dan keseimbangan elektrolit serta perfusi organ vital
Intervensi :
1.
Pantau tanda-tanda vital
2.
Pantau dan catat masukan dan haluaran cairan
3.
Berikan pengganti cairan intravena dan elektrolit (kolaborasi)
4.
Timbang berat badan setiap hari
5.
Awasi pemeriksaan laboratorium (Hemoglobin,
Hematokrit,Elektrolit).
c. Perubahan
perfusi jaringan perifer berhubungan dengan hipovolemi, penurunan aliran darah
arteri (Doenges, 2000)
Tujuan :
Perfusi jaringan perifer adekuat
Intervensi :
1.
Kaji warna, sensasi, gerakan dan nadi perifer
2.
Tinggikan ekstremitas yang sakit dengan tepat
3.
Berikan dorongan untuk melakukan ROM aktif
4.
Hindari memplester sekitar yang terbakar
5.
Kolaborasi ; pertahankan penggantian cairan perprotokol
d. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan status hipermetaboik,
katabolisme protein (Doenges, 2000)
Tujuan :
masukan nutrisi adekuat
Intervensi :
1.
Pertahankan jumlah kalori ketat
2.
Berikan makanan sedikit tapi sering
3.
Timbang berat badan setiap hari
4.
Dorong orang terdekat untuk menemani saat makan
5.
Berikan diet tinggi protein dan kalori
6.
Kolaborasi dengan ahli gizi
e. Gangguan rasa
nyaman : nyeri berhubungan dengan kerusakan kulit/jaringan, pembentukan edema
(Doenges, 2000)
Tujuan :
nyeri berkurang/terkontrol, ekspresi wajah rileks
Intervensi :
1.
Kaji terhadap keluhan nyeri lokasi, karakteristik, dan intensitas
(skala 0- 10)
2.
Anjuran teknik relaksasi
3.
Pertahanan suhu lingkungan yang nyaman
4.
Jelaskan setiap prosedur tindakan pada pasien
5.
Kolaborasi pemberian analgetik
f.
Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan kerusakan barier kulit,
kerusakan respons imun, prosedur invasif (Effendi. C, 1999).
1.
Kaji adanya tanda-tanda infeksi
2.
Terapkan teknik aseptik antiseptik dalam perawatan luka
3.
Pertahankan personal higiene pasien
4.
Ganti balutan dan bersihkan areal luka bakar tiap hari
5.
Kaji tanda-tanda vital dan jumlah leukosit
6.
Kolaborasi pemberian antibiotic
g. Gangguan
Integritas kulit berhubungan dengan trauma kerusakan permukaan kulit (Doenges,
2000).
Tujuan :
Menunjukkan regresi jaringan, mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi :
1.
Kaji atau catat ukuran, warna, kedalaman luka terhadap iskemik
2.
Berikan perawatan luka yang tepat
3.
Pertahankan tempat tidur bersih, kering
4.
Pertahankan masukan cairan 2500-3000 ml/Hr
5.
Dorong keluarga untuk membantu dalam perawatan diri
h. Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan edema, nyeri, kontraktur (Effendi. C, 1997)
Tujuan :
Mempertahankan posisi fungsi, meningkatkan kekuatan dan fungsi yang
sakit.Intervensi :
1.
Kaji ROM dan kekuatan otot pada area luka bakar
2.
Pertahankan area luka bakar dalam posisi fungsi fisiologis
3.
Beri dorongan untuk melakukan ROM aktif tiap 2-4 jam
4.
Jelaskan pentingnya perubahan posisi dan gerakan pada pasien
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam rehabilitasi.
D.
Implementasi
Implementasi
pada pasien luka bakar adalah disesuaikan intervensi keperawatan.
E.
Evaluasi
keperawatan
Evaluasi
disesuaikan dengan kriteria hasil.
No comments:
Post a Comment