DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………
BAB 1.
PENDAHULUAN…………………………………………………………………….…
A. Latar
Belakang…………………………..........................................................................
B.
Rumusan Masalah…………………………………………………………………………
C. Tujuan Penulisan………………………………….............................................................
BAB II.
PEMBAHASAN………………………………………………………………………....
A. PERENCANAAN DAN
PENGENDALIAN OPERASI
1.
Masalah Umum Dalam Pengendalian Akuntansi -
Standar……………………….
2.
Pengendalian Penjualan…………………………………………………………….
3.
Pengendalian Biaya
Distribusi…………………………………………………….
BAB III.
PENUTUP………………………………………………………………………………
A.
Kesimpulan………………………………………………………………………………….
B.
Saran………………………………........................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA………………………………………………………………………………
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam suatu
perusahaan atau organisasi yang didirikan pastikan miliki suatu tujuan yang
ingin dicapai dengan cara yang efektif dan efisien. Mencapaian tujuan tersebut
memerlukan perencanaan dan pengendalian kegiatan-kegiatan kerja yang baik. Dari
perencanaan dan kegiatan yang baik diharapkan mampu membantu dan mempermudah
organisasi dalam mengapa tujuannya secara efektif dan efisien. Oleh karena itu
setiap organisasi diharapkan menyusun anggarannya, karena penganggaran itu
penting untuk membuat perencanaan dan mengendalikan kegiatan perusaaan.
Pengendalian dan perencanaan harus disusun secara teliti, penuh pertimbangan
dan serta disesuaikan dengan kondisi perkembangan yang terjadi saat ini.
Perlunya anggaran bagi manajemen adyala dapat menjabarkan perencanaan,
pengagasan, pengendalian, koordinasi dan sebagai pendoa kerja secara
sistematis, juga digunakan untuk mengetahui penyimpangan-penyimpangan yang
terjadi dan terpenting untuk meningkatkan tanggung jawab dari masing-masing
karyawan atas pekerjaan yang menjadi kewajibannya.
B. Rumusan Masalah
Berpijak dari latar
belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah pada penulisan makalah ini
adalah :
1. Apa peranan anggaran dalam perencanaan,pengendalian,dan
pengambilan keputusan?
2. Bagaimana mendefinisikan dan menyiapkan sebuah anggaran induk,
mengidentikasi komponen-komponen utamanya, dan menguraikan hubungan antar
komponen tersebut.
3. Bagaimana
mendeskripsikan anggaran fleksibel dan menyebutkan fitur-fitur yang seharusnya
dimiliki sebuah sistem penganggaran agar mendorong para manajer untuk
menerapkan perilaku yang sesuai dengan tujuan.
4. Jelaskan cara kerja
anggaran berdasarkan aktivitas.
C. Tujuan Penulisan
Selain memenuhi tugas
makalah Controllership, penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk:
1. Mendiskusikan Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
2. Mendefinisikan dan menyiapkan sebuah komponen-komponen ,dan
menguraikan hubungan antar komponen tersebut.
3. Mendeskripsikan perencanaan dan pengendalian dan menyebutkan
fitur-fitur yang seharusnya dimiliki oleh sistem pengendalian agar mendorong
para manajer untuk menerapkan perilaku yang sesuai dengan tujuan.
4. Menjelaskan cara kerja Perencanaan dan Pengendalian Operasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN OPERASI
1.
MASALAH UMUM DALAM PENGENDALIAN AKUNTANSI
STANDAR
a.
Apa Arti Pengendalian
Akuntansi
Pengendalian
akuntansi (accounting control) adalah prosedur yang digunakan untuk menjamin akurasi dalam fungsi penyimpanan
catatan transaksi keuangan. Tujuannya adalah untuk membuat sumber data tertentu
ditempatkan dalam sistem yang tepat dan benar.
Menurut definisi, pengendalian (control) mengasumsikan bahwa telah
ditetapkan suatu rencana tindakan atau standar untuk mengukur prestasi
pelaksanaan. Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perusahaan pengendalian
harus dikembangkan sehingga dapat diambil keputusan yang sesuai dengan rencana.
Dalam perusahaan atau organisasi kecil, menejer atau pemilik dapat mengamati
dan mengendalikan sendiri semua operasinya.
b.
Cakupan Pengendalian
Akuntansi
Pengendalian yang
efektif meluas sampe pada setiap operasi perusahaan, termasuk setiap unit,
setiap fungsi , setiap departemen, setiap daerah atau area, dan setiap
indivudu. Pengendalian akuntansi mencakup semua aspek dari transaksi-transaksi
keuangan seperti misalnya pembayaran kas, penerimaan kas, arus dana, investasi
yang bijaksana dan pengamanan dana dari penggunaan yang tidak sah. Pengendalian
akuntansi meliputi perencanaan dan pengendalian persedian untuk mencegah
terganggungnya jadwal produksi dan pengiriman atau kerugian karna barang sisa
atau keusangan.
c.
Kebutuhan Akan Standar
Bila industri
telah berkembang, bertumbuh, dan menjadi lebih rumit,maka perlunya efisiensi
dan produktivitas yang tinggi menjadi semakin penting.Jadi jelas bahwa standar
merupakan tiang pondasi dan basis pengendalian akuntansi yang efektif. Standar
akan menyediakan alat pengolahan untuk mengukur dan menilai prestasi kerja.
Penggunaan standar akan cocok untuk pengendalian penghasilan atau biaya, begitu
pula untuk pengendalian harta atau hutang. Dapat dikatakan bahwa standar
berlaku untuk semua fase perusahaan dan merupakan alat manajemen yang sangat
pepenting.
d.
Definisi Standar
Suatu standar
jenis apapun merupakan tolak ukur atau alat untuk menilai sesuatu. Webster’s New Collegiate Dictionary mendefinisikan
suatu standar sebagai ‘’sesuatu yang
diadakan dan yang ditetapkan oleh yang berwenang sebagai suatu aturan untuk
mengukur kuantum, berat,luas, nilai, atau kualitas’’. Sesuai dengan itu maka
biaya standar merupakan jumlah yang
seharusnya dikeluarkan dalam kondisi-kondisi operasi yang normal.
Oleh karena standar
telah didefinisikan sebagai suatu tolak ukur prestasi yang dikembangkan secara
ilmiah, maka setidak-tidaknya ada dua kondisi yang tercakup dalam menetapkan
standar yaitu :
1.
Standar adalah hasil dari penelitian yang teliti
atau analisa terhadap prestasi yang lalu dan ikut mempertimbangkan
kondisi-kondisi yang diharapkan masa mendatang.
2. Standar perlu ditinjau
ulang dan direvisi dari waktu ke waktu.
e. Manfaat Standar
Telah dikemukakan
sebelumnya bahwa standar terjadi, sebagai bagian dari gerakan manajemen yang
ilmiah, dari adanya keperluan untuk mengendalikan secara lebih baik biaya
produksi.
Oleh karena itu,
mungkin ada baiknya untuk mengikhtiskan keuntungannya bersama utama dari
standar dan metode-metode ilmiah bersangkutan, menurut keempat fungsi utama
standar sebagai berikut :
1.
Dalam Pengendalian Biaya
a. Standar memberikan suatu tolak ukur yang lebih baik mengenai
prestasi pelaksanaan.
b. Memungkinkan dipergunakannya "prinsip perkecualian"
dengan akibat penghematan waktu.
c. Memungkinkan biaya akuntansi yang ekonomis.
d. Memungkinkan pelaporan yang segera atas informasi pengendalian
biaya.
e. Standar berlaku sebagai
insentif bagi karyawan.
2.
Dalam Penetapan Harga Jual
a. Tersedianya informasi yang lebih baik sebagai dasar untuk
menetapkan harga.
b. Menambah fleksibilitas pada data harga jual.
c. Dapat dengan lebih segera menyediakan data untuk menetapkan
harga.
3.
Dalam Penilaian Persediaan
a. Diperoleh suatu angka "biaya" yang lebih baik
b. Diperoleh kesederhanaan dalam penilaian persediaan
4. Dalam Perencanaan Anggaran
a. Penetapan biaya total standar dipermudah
b. Tersedia alat untuk menunjukkan adanya persimpangan prestasi
kerja dibawah yang tidak ditetapkan.
JENIS-JENIS STANDAR YANG
DIBUTUHKAN
a. Standar Untuk Semua Kegiatan Perusahaan
Pengendalian manajerial meluas sampai pada Semua fungsi perusahaan
- penjualan, produksi, keuangan dan riset. Oleh karena itu, kelihatannya sangat
perlu untuk memiliki standar agar dapat mengukur usaha dan hasil semua kegiatan
ini.
b. Standar Untuk Prestasi Setiap Personel
Biaya dikendalikan oleh manusia. Melalui tindakan seseorang atau
sekelompok oranglah biaya-biaya dikoreksi atau dikurangi pada suatu tingkat
yang dapat diterima.
c. Standar Kuantitas Bahan
Dalam memproduksi suatu barang, salah satu faktor biaya yang
paling nyata ialah kuantitas dari barang yang digunakan. Standar yang
kuantitatif yang didasarkan atas spesifikasi-spesifikasi teknis, menggariskan
jenis dan kuantitas bahan yang harus dipergunakan untuk membuat produk.
d. Standar Harga Bahan
Untuk membedakan penyimpangan biaya (cost variances) ya terjadi
karna pemakaian bahan yang berlebihan dari perbedaan biaya yang terjadi karna
perubahan harga, maka perlu ditetapkan suatu standar harga bahan. Biaya standar
harga ini menggambarkan biaya yang diperkirakan dan bukan biaya yang diinginkan
atau biaya yang efisien.
e. Standar Jumlah Jam Kerja
Sering upah merupakan unsur biaya produk yang mahal. Berdasarkan
alasan ini, maka perlu diketahui jumlah tenaga kerja yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu produk.
f. Standar Tarif Upah
Tarif upah pada umumnya ditentukan oleh faktor-faktor diluar
penguasaan perusahaan, mungkin sebagai hasil pemufakatan melalui serikat buruh
atau tarif yang berlaku di pasaran setempat.
g. Standar Biaya Overhead Pabrik
Salah satu dari banyak masalah yang harus dipecahkan oleh sebagian
besar Controller, adalah menetapkan standar untuk mengendalikan biaya overhead
pabrik (manufacturing overhead expense) dan juga pembebanan biaya pada
produksi.
Beberapa alasannya adalah sbb :
1
Biaya overhead pabrik terdiri dari banyak jenis
biaya yang masing-masing beraksisecara berbeda dengan berubahnya tingkat
kegiatan perusahaan.
2.
Wewenang pengendalian terhadap overhead pabrik
berada langsung ditangan sejumlah orang dalam organisasi.
3.
Harus dibuat estimasi yang wajar mengenai
tingkat dan jumlah produksi yang akan dipergunakan sebagai basis untuk
menetapkan tarif overhead standar.
h. Standar Penjualan
Standar penjualan dapat ditetapkan untuk tujuan pengendalian dan
pengukuran efektivitas kegiatan penjualan atau pemasaran. Juga dapat
dipergunakan untuk tujuan memberi insentif, menstimulasi kegiatan penjualan
atau mengalokasikan kembali sumberdaya penjualan.
Contoh lain dari berbagai jenis standar yang berguna untuk
mengelola dan mengarahkan usaha penjualan adalah sbb :
1. Banyaknya pelanggan yang akan dipertahankan
2. Banyaknya pelanggan baru yang akan diperoleh
3. Banyak kunjungan yang dilakukan per periode
4. Banyaknya kontak melalui telfon yang dilakukan per periode
5. Ukuran rata-rata dari order pesanan yang akan diperoleh
6. Jumlah laba kotor yang akan diperoleh
i. Standar Biaya Distribusi
Beberapa standar umum dapat dipergunakan dalam mengukur usaha dan
hasil distribusi/penjualan. Beberapa contoh dari standar biaya distribusi
adalah sbb :
1. Biaya penjualan
per unit yang dijual
2. Biaya penjualan sebagai Suatu persentase dari penjualan bersih
3. Biaya per hari
4. Biaya per kilometer yang ditempuh
5. Biaya per order penjualan
j. Standar Biaya Admistrasi
Bila perusahaan telah meluas dan usaha telah berkembang, maka
terdapat kecenderungan peningkatan biaya administrasi sebagai proposional dan
terkadang menyimpang terhadap biaya-biaya ini, sama halnya seperti terhadap
biaya produksi.
Contoh dari berbagai jenis standar tersebut adalah sbb :
1. Fungsi ;
Tolak ukur standar
2. Pembelian ;
Biaya per order pembelian
3. Pembukuan faktur ; Biaya per faktur yang diserahkan
4. Personalia ;
Biaya per karyawan yang diperkerjakan
5. Transfortasi ;
Biaya per pengiriman
6. Pengupahan ;
Biaya per karyawan
7. Ketatausahaan ;
Biaya per hal yang harus ditangani (arsip)
k. Standar Lainnya
Standar dapat juga ditetapkan untuk mengukur efektivitas dalam
penggunaan harta atau kredit penghasilan.
Beberapa contoh yang dapat dipertimbangkan untuk ini adalah sbb :
1. Current ratio
2. Perputaran persediaan
3. Rasio hutang terhadap modal sendiri
4. Penjualan bersih terhadap piutang
5. Banyaknya hari penjualan yang belum ditagih
6. Tingkat pengembalian atas harta seluruhnya
7. Tingkat pengembalian atas modal sendiri
8. Perputaran modal kerja
9. Operating ratio
2. PENGENDALIAN PENJUALAN
Pengendalian penjualan
meliputi analisa, penelaah dan penelitian yang di haruskan terhadap
kebijakansanan, prosedur, motode dan pelaksaan sesungguhnya untuk mencapai
volume penjualan yang di kehendaki, dengan biaya-biaya yang wajar, yang
menghasilkan laba kotor yang diperlukan untuk mencapai hasil pengembaliaan yang
di harapkan atas investasi (return on inverment=ROI)
a. Masalah Manajemen Penjualan
Setiap fungsi manajemen
memiliki masalah yang beraneka macam dan rumit. Tentunya manajemen penjualan menghadapi
problema-problema yang kahs.penjualan merupakan suatu bidang yang diamis,
disertai kondisi yang selalu berubah-ubah, sehingga selalu mengalami masalah
yang baru dan berbeda, controller dapat mempunyai pengaruh penting dalam
pemecahan masalah dan pengambil keputusan. Suatu analisa yang ekstensif dan
objektif terhadap penjualan dan biaya distribusi dapat membantu para eksekutif
penjualan dalam mengambil keputusan yang bijaksana, sejalan dengan tujuan
jangka pendek dan jangka panjang dari perusahaan.
Suatu bidang masalah
yang mempunyai pengaruh penting atas proses perencanaan adalah ramalan penjulan
(sales forescasting). Kecermatan penjualan penting bagi perencanaan baik.
Controller berkerjasama dengan manajemen penjualan, agar dapat menilai secara
realitis sejauh mana penjualan sebenarnya dihubungkan langsung dengan anggaran atau ramalan penjualan.
Meskipun banyak jenis
masalah yang tercakup dalam fungsi pengelolaan penjualan tetapi ada beberapa
problema yang umum, antara lain adalah sebagai berikut:
1. Produk
2. Penetapan Harga
3. Distribusi
4. Metode Penjualan
5. Organisasi
6. Perencanaan Dan
Pengendalian
Keenam jenis masalah
tersebut dapat ditemukan pada setiap perusahaan ,baik perusahaan besar maupun
perusaan kecil.
b. Controller Dan Masalah Manajemen Penjualan
Pemecahan terakhir
bagi masalah manajemen penjualan sesungguhnya sebagaian besar bergantungan pada
pimpinan utama dibidang penjualan. Namun demikian, setiap eksekutif atau
pimpinan yang cakap selalu akan mencari setiap bantuan yang tersedia. Dalam
hubungan ini, controller dapat membantu dengan menbawakan suatu cara pendekatan
yang ilmiah analitis. Controller berguna terutama dalam mengumpulkan
fakta-fakta walaupun demikian ,dalam menyajikan fakta,dia harus dapat menjual
produknya.
Tingkat bantuan yang
dapat diberi oleh controller dalam memecah masalah penjualan yang dikemukan di
atas akan di ikhtisar kan sebagai berikut:
1. Masalah Produk
2. Masalah Harga
3. Masalah Distribusi
4. Masalah Yang Berhubungan
Dengan Metode Penjualan
5. Masalah Organisasi
6. Masalah Perencanaan Dan
Pengendalian
c. Pengendalian
Penjualan
Penjualan harus
dikendalikan agar dapat mencapai hasil kembalian sebaik-baiknya atau investasi.
Laba bersih yang optimum akan dapat direalisir hanya bila terdapat hubungan yang
wajar diantara keempat faktor ini:
1.
Investasi dalam modal kerja dan
fasilitas-fasilitas
2.
Volume penjualan
3.
Biaya operasi
4.
Laba kotor
Oleh karena itu,
pengendalian akuntansi terhadap penjualan adalah laporan-laporan yang
menganalisa kegiatan penjualan yang mengunakan trends dan hubungan-hubungan
atau penyimpangan-penyimpangan yang tidak dikehendaki oleh tujuan, dari
anggaran, atau dari standar, yang telah dihitung dengan cara yang tepat agar
ada tindakan perbaikan.
ANALISA PENJUALAN
a.
Mendapatkan Fakta
Jika perusahaan
ingin mencapai penjualan yang menguntungkan, perusahaan harus mengetahui
dimanakah terdapat laba yang paling besar. Ini berarti harus dilakukan analisa
penjulan dan analisa biaya. Tidak dapat diragukan bahwa analisa penjualan telah
mencapai puncak perkembangan yang berbeda-beda pada berbagai perusahaan dan
jenis indrustri.
b.
Jenis Analisa Penjualan Yang Diperlukan
Dengan demikian
yang diperlukan adalah analisa yang terinci untuk mengarahkan usaha penjualan.
Beberapa analisa yang diperlukan hanya berhubungan dengan
pelaksanaan penjualan yang lalu. yang lain mencakup penetapan trends dengan
melakukan perbandingan terhadap periode sebelumnya.
c.
Manfaat Lainnya Dari analisi penjualan
Banyak analisa
sederhana dapat dilakukan untuk mengarahkan usuhan penjualan controller harus
terus menerus bekerja sama dengan para eksekutif penjualan untuk mengembangkan
laporan yang paling berguna. Informasi yang dikembangkan harus
diinterpretasikan dan trends atau ukuran-ukuran yang penting harus mendapat
sorotan.
Kegunaan-kegunaan lain dari analisa penjualan yang dapat
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1.
Untuk perencanaan penjualan dan penetapan quota
penjulan
2.
Untuk pengendalian persedian
3.
Untuk penetapan berbagai standar penjualan
4.
Untuk Distribusi yang lebih baik dari usaha
penjualan dalam berbagai daerah
5.
Untuk pengarahan yang lebih baik dari usaha
penjualan produk
6.
Untuk pengarahan yang lebih baik dari usaha
penjualan dalam hubungan dengan pelanggan
d. Analisa Penjualan Dan Laba Kotor
Usaha-usaha penjualan
yang telah dikemukakan sebelumnya, harus diarahkan dan difokuskan pada volume
penjualan yang menguntungkan. Untuk mencapai ini terhadap para menejer
penjualan harus disediakan semua fakta yang berhubungan dengan laba. Oleh
karena itu,analisa penjualan harus mencakup suatu analisa yang terperinci
mengenai laba kotor.
Ada suatu aspe lagi
dari laba kotor yang pantas dikomentari. Variasi-variasi dalam laba kotor dapat
terjadi dari perusahan harga jual, komposisi penjualan produk, retul, atau
volume, ini sebagian besar dikelola oleh para eksekutif penjualan, atau dari
perubahan-perubahan dalam efisiensi pengolahan, yang dikehendaki oleh eksekutif
produksi.
e. Keterbatasan Analisa Penjualan
Analisa penjualan
hanya merupakan suatu alat yang dipergunakan oleh para eksekutif penjualan.
Akan tetapi, analisa tersebut tidak dapat menggantikan manajemen yang
profesional yang diperlukan untuk mengarahkan dan mengelola fungsi penjualan.
Artinya analisa volume penjualan yang sebenarnya harus dipergunakan dalam
hubungannya dengan faktor-faktor lain, sebagai potensi penjualan, rencana,
anggaran, standar, pelaksanaa historis, perbandingan dengan jenis industri yang
sama, biaya pengelolaan, dan biaya usaha. Yang terpenting lagi ialah, bahwa
eksekutif penjualan harus menggunakan data untuk mengambil keputusan yang
efektif.
STANDAR PENJUALAN
a. Definisi Standar Penjualan
Suatu standar telah
didefinisikan sebagai suatu tolak ukur prestasi pelaksanaan yang telah
dikembangkan secara ilmiah. Selanjutnya dapat dilihat ,bahwa standar dapat
digunakan untuk mengukur prestasi penjualan menurut cara yang hampir serupa
dengan cara yang digunakan untuk menilai prestasi pelaksanaan di dalam pabrik.
Tiga persyaratan utama
dalam mengembangkan alat-alat untuk para eksekutif penjualan adalah sebagai
berikut:
1. Standar penjualan
merupakan hasil dari penelitian dan analisa yang teliti terhadap prestasi yang
lalu.
2. Standar penjualan harus
merupakan tolak ukur yang adil dan wajar
dari prestasi pelaksanaan.
3. Standar penjualan perlu
di tinjau kembali dan di revisi dari waktu ke waktu.
b. Tujuan Standar
Penjualan
Manajemen penjualan adalah
bagian penting dari siklus bisnis organisasi. Baik anda menjual suatu layanan
atau produk, manajer penjualan bertanggung jawab untuk memimpin tenaga
penjualan, menetapkan tujuan untuk tim, merencanakan dan mengendalikan seluruh
proses penjualan, dan akhirnya memastikan pelaksanaan visi tim.
c. Sifat Standar
Penjualan
Standar penjualan dapat
dinyatakan dalam hubungannya dengan usaha, hasil, atau hubungan-hubungan antara
usaha dan hasil. Sebagai contoh; seorang salesman diharuskan melakukan 3
kunjungan dalam sehari atau 15 kunjungan dalam seminggu.
d. Penggunaan Standar Penjualan
Sebagaimana telah
dikemukakan sebelumnya, tujuan dari standar normal penjualan adalah untuk
mengendalikan operasi penjualan, memberikan imbalan, dan menstimulasikan usaha
penjualan.
e. Kuata Penjualan
Sebagai Standar
Standar yang paling luas
digunakan ialah kata penjualan. kata
penjualan merupakan jumlah volume penjualan yang di tetapkan bagi seorang
tenaga salesman, suatu dapartemen, cabang, daerah, atau devisi lain sebagai
tolak ukur dari pelaksanaan yang memuaskan.
f. Dasar Penerapan Kata Penjualan
Secara umum koata
penjualan hanya digunakan sejauh bila didarsakan fakta-fakta yang diketahui
mengenai kemungkinan penjualan. Kata tidak boleh dianggap sebagai suatu baris
untuk bertanding. Tenaga salesman harus
mempertimbangkan quatanya sebagai gambaran tolak ukur yang teliti dari
tugasnya, yang bukan target sementara yang harus di capai.
g. Metode Untuk
"Menyatakan"Kuota
Sejauh di anggap
praktis, kuota harus dipecahkan ke dalam unsur-unsur yang terinci. misalnya;
ada perusahaan yang memberikan kepada setiap wiraniaganya, rincian mengenai
kuota penjualan sebagai berikut:
1. Proporsi kuota yang
ditetapkan setiap lini produk.
2. Bagian kuota yang
menunjukkan pertambahan penjualan yang diharapkan dari para pelanggan baru.
3. Bagian kuota yang
menunjukkan pertambahan penjualan yang diharapkan dari para pelanggan lama.
4. Bagian kuota yang dapat
diperoleh dari berbagai kuota dengan berbagai ukuran (besar, sedang, kecil)
5. Bagian kuota yang
dilimpahkan ke berbagai saluran atau golongan pelanggan.
6. Bagian kuota yang
diperoleh dari berbagai sumber-sumber khusus atau diluar kebiasaan.
7. Distributor kuota
perbulan.
LAPORAN PENJUALAN
a Pelaksanaan Pengendalian
Penjualan
Pengendalian penjualan
meliputi analisa, penelaahan, dan penelitian yang diharuskan terhadap
kebijaksanaan, prosedur, metode, dan pelaksanaan yang sesungguhnya untuk
mencapai volume penjualan yang dikehendaki, dengan biaya yang wajar, yang
menghasilkan laba kotor yang diperlukan untuk mencapai hasil pengembalian yang
diharapkan atas investasi. (Willson and
Campbell, 1995 : 259) Pernyataan diatas dapat diartikan bahwa pengendalian
penjualan menyangkut analisa, review dan studi mengenai kebijaksanaan prosedur,
metode dan kegiatan sebenarnya untuk mencapai volume penjualan yang dikehendaki
dengan biaya yang wajar, dan menghasilkan laba yang diperlukan untuk memperoleh
rentabilitas yang diharapkan atas investasi modal. Seperti yang telah
diungkapkan sebelumnya, bahwa pengendalian perlu dilakukan perusahaan agar
rencana dan kebijaksanaan, pelaksanaannya tidak menyimpang.
b.
Sifat Laporan Penjualan
Sesuai dengan itu,
controller harus mengembangkan laporan-laporan untuk memenuhi berbagai macam
kebutuhan. Penggunaan bagan, grafik, dan ikhtisar akan sangat meningkatkan
komunikasi data penjualan kepada pimpinan penjualan.
c.
Isi Laporan Penjualan
Pada laporan penjualan
pada umumnya berisikan informasi periode penjualan, nama barang, harga jual
barang, jumlah barang yang terjual, total penjualan masing – masing barang dan
total penjualan secara keseluruhan.
d.
Frekuensi Laporan
Frekuensi dari
setiap laporan akan tergantung pada kebutuhan masing-masing eksekutif atau
anggota stafnya, apakah per hari, perminggu, perbulan, perkuartal, atau
pertahun. Sebagai contoh ,pimpinan tertinggi dan pimpinan umum penjualan
mungkin menginginkan laporan harian tentang penjualan, order yang diterima, dan
order yang masih ada di tangan. Atau cukup dengan laporan perminggu, atau
diperlukan suatu laporan harian dalam masa kritis dan cukup dengan laporan yang
lebih lambat frekuensinya dalam masa biasa.
PENETAPAN
PRODUK-KEBIJAKAN DAN PROSEDUR
a.
Harga Dalam Perekonomian Yang Bersaing
Ditinjau dari segi
ekonomi, harga merupakan pengatur ekonomi yang menentukan distribusi barang dan
jasa. Melalui jangka waktu yang lama, bilamana harga dalam sesuatu jenis.
b.
Harga Dan Controller
Kontribusi
akuntansi terhadap pengendalian penjualan pada umum bersifat "sesudah
sesuatu terjadi" yaitu, pertandingan-pertandingan yang sebenarnya akan
dilakukan dengan anggaran, ramalan, atau norma, atau data penjualan di analisa
untuk memperlihat perkembangan hubungan yang tidak memuaskan. Akan tetapi,
dalam penetapan harga produk, Controller dapat mengusahakan pengendalian
akuntansi "preventif" yaitu sebelum sesuatu terjadi.
c.
Biaya Sebagai Dasar Penetapan Harga
Terdapat tendensi
yang kuat untuk menganggap remeh, atau memandang terlalu tinggi arti
"biaya" sebagai faktor dalam penetapan harga. Sering terdengar
pernyataan bahwa "harga didasarkan pada persaingan". Kurang sering
terdengar pernyataan bahwa "harga didasarkan harga pokok".
3. PENGENDALIAN BIAYA DISTRIBUSI
a. Definisi Biaya Distribusi
Dalam pengertian yang
luas biaya distribusi dapat didefinisikan sebagai biaya yang berhubungan dengan
semua kegiatan, mulai dari saat barang-barang telah dibeli/ diproduksi sampai
barang-barang tiba di tempat pelanggan –
jadi adalah biaya pemasaran atau penjualan. Namun dalam pembahasan di
sini, yang dimaksud dengan biaya distribusi adalah biaya-biaya yang lazim
berada di bawah pengendalian eksekutif pemasaran atau penjualan, tidak termasuk
biaya administrasi dan biaya finanasial. Biaya distribusi demikian dapat
meliputi, tetapi tidak terbatas hanya pada, klasifikasi-klasifikasi umum sbb :
1.
Biaya Langsung Penjualan (Direct Selling
Expense). Semua biaya langsung untuk memperoleh order, termasuk biaya langsung
dari para salesmen, manajemen dan pengembalian penjualan, kantor-kantor cabang,
dan jasa penjualan, yaitu: semua biaya yang lazim berhubungan dengan mencari
order.
2.
Biaya Periklanan dan Promosi Penjualan. Semua
pengeluaran media advertensi, biaya-biaya yang berhubungan dengan berbagai
jenis promosi penjualan, pengembangan padar dan publisitas.
3.
Biaya Transportasi. Semua beban transporatasi
untuk pengiriman batang kepada para pelanggan dan atas barang yang
dikembalikan, serta biaya untuk mengelola dan memelihara bekerjanya
fasilitas-fasilitas transportasi keluar.
4.
Biaya Pergudangan dan Penyimpanan(Warehousing
and Storage Expanse). Termasuk semua biaya untuk penggudangan, penyimpanan,
penanganan persediaan, pemenuhan order, dan pembukuan serta penyiapan
pengiriman.
5.
Biaya
Distribusi Umum. Semua biaya lain yang berhubungan dengan fungsi-fungsi
distribusi di bawah manajemen penjualan yang tidak termasuk pada klasifikasi 1
sampai dengan 4 di atas. Ini dapat meliputi biaya umum pengelolaan penjualan,
pelatihan, riset pasar, dan fungsi-fungsi staf seperti akuntansi.
b. Pentingnya Biaya Distribusi
Biaya distribusi telah
menjadi semakin penting pada tahun-tahun terakhir ini. Dalam kenyataannya pada banyak perusahaan,
biaya distribusi malah melebihi biaya produksi atau biaya perolehan /
pembelian. Secara umum dapat dikatakan, bahwa biaya produksi telah semakin
menurun, sedangkan biaya distribusi semakin menaik. Sampai tingkat tertentu,
kenaikan biaya penjualan yang menyebabkan peningkatan volume penjualan telah
memungkinkan perusahaan mencapai efisiensi yang besar dalam proses pabrikasi.
c. Faktor-faktor Yang Mempersulit Pengendalian Biaya
Setiap controller yang
menangani masalah pengendalian biaya distribusi akan menemukan, bahwa
masalahnya di bidang ini biasanya lebih rumit daripada masalah yang berhubungan dengan biaya produksi. Pertama,
faktor-faktor psikologi memerlukan lebih
banyak pertimbangan. Dalam menjalankan, sikap pembeli dan juga penjual sangat
bervariasi, dan reaksi persaingan tidak dapat diabaikan. Ini merupakan
pertentangan yang tajam dengan produksi, di mana pekerja umumnya merupakan
satu-satunya unsur manusiawi. Selain itu, dalam kegiatan pemasaran
metode-metodenya lebih fleksibel dan lebih banyak dibandingkan dengan kegiatan
produksi, dan berbagai agen atau saluran distribusi dipergunakan.
Kondisi-kondisi demikian mengakibatkan kegiatannya lebih sulit untuk dilakukan
(distandarisasi) daripada kegiatan produksi. Juga, perubahan-perubahan yang
berkesinambungan dalam metode penjualan atau saluran distribusi merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan sulit diperolehnya informasi pokok. Bahkan bila
informasi telah diperoleh, harus diberi perhatian yang lebih besat dalm
interpretasinya. Akhirnya sifat kegiatannya membutuhkan jenis biaya yang
berbeda daripada biaya-biaya yang diperlukan untuk produksi. Jika biaya tidak
langsung besar / penting, maka analisanya dalam berbagai keadaan memerlukan
suatu cara pendekatan biaya yang lebih relative marjinal atau incremental.
d. Manajer Penjualan Dan Biaya Distribusi
Manajer penjualan
bertanggungjawab untuk dua fungsi utama dalam sebuah perusahaan, yaitu :
1. Volume penjualan yang
diperlukan untuk produk-produk yang tepat.
2. Pengendalian biaya
distribusi.
Ini kelihatannya
seperti dua tujuan yang sama sekali bertentangan. Akan tetapi, situasi tersebut
dapat diuraikan sebagai suatu masalah kesimbangan: Jika lebih banyak uang yang
dikeluarkan untuk usaha penjualan, apakah yang diterima oleh perusahaan sebagai
imbalannya? Biasanya manajer penjualan akan terus-menerus berada di bawah
tekanan untuk menaikkan penjualan dan malahan mengurangi biaya distribusi.
Dengan demikian jelas dia harus berada dalam suatu posisi untuk mengetahui,
apakah biaya distribusi benar-benar terlalu tinggi, dan jika memang terlalu
tinggi di mana saja – siapakah tenaga penjual?
Di daerah manakah? Biaya apakah? Usaha penjualan harus diarahkan dengan
bijaksana, dan jika ini akan dilakukan, controller harus menyediakan
fakta-fakta yang perlu. Manajer penjualan harus mempunyai analisa yang tepat
mengenai biaya distribusi sebagai dasar dia bekerja. Keputusan pemasaran harus
didasarkan pada pengetahuan yang memadai.
e. Cara Pendekatan Dasar Dalam Pengendalian Biaya Distribusi
Banyaknya variabel
sebagaimana yang telah dikemukakan sehubungan dengan biaya distribusi akan
membuatnya lebih jelas bahwa masalah pengendalian adalah rumit dan sulit. Dalam
pengendalian biaya produksi, suatu prosedur yang biasa ditempuh, ialah dengan
cara membandingkan biaya yang sesungguhnya dengan standar atau anggaran biaya,
dan member tekanan terus-menerus pada biaya yang sesungguhnya sampai biaya iru
sesuai dengan standar atau anggaran. Sampai batas tertentu, ini dapat dilakukan
terhadap biaya distribusi, terutama terhadap biaya-biaya yang bersifat rutin
dan terjadi berulang-ulang dan ni\on-penjualan, seperti biaya penanganan order
atau pergudangan. Tetapi pada umumnya diperlukan suatu cara pendekatan yang
lebih positif, untuk menghindarkan bahaya mengurangi jasa-jasa distribusi yang
diperlukan. Cara pendekatan tersebut terdiri dari pencapaian efektifitas
sebesar-besarnya yang mungkin dalam operasi penjualan atau pemasaran.
ANALISA BIAYA DISTRIBUSI
a. Apa Perlu Menganalisa
Biaya Distribusi?
Biaya distribusi
dianalisa untuk 3 tujuan utama, yaitu:
1. Penetapan Harga Pokok
2. Pengendalian Biaya
3. Perencanaan Pengarahan
Usaha Biaya Distribusi
Mungkin yang paling
tidak penting dari ketiga ini adalah penetapan harga pokok. Namun biaya-biaya
harus dipastikan untuk menentukan harga jual, merumuskan kebijaksanaa
distribusi, dan menyiapkan berbagai laporan operasi.
b. Jenis Analisa
Ada 3 metode pokok untuk
menganalisa biaya distribusi, yaitu :
1. Menurut sifat biaya atau
objek pengeluaran
2. Menurut fungsi-fungsi
atau operasi fungsional yang dilaksanakan
3. Menurut sifat
pengaplikasian usaha distribusi biaya.
Pengarahan dan
pengendalian yang efektif dari usaha penjualan biasanya, memerlukan semua jenis
analisa ini, agar terhadap manajer dapat disediakan informasi yang perlu.
c. Analisa Menurut Sifat
Biaya
Secara umum perkiraan
buku besar dalam perusahaan yang
terkecil sekalipun menyediakan pencatatan mengenai biaya distribusi menurut
sifat biaya, atau obyek pengeluaran. Sebagai contoh, gaji, pajak upah, suku
cadang, sewa, biaya perjalanan, dan biaya advertensi biasanya dicatat dalam
perkiraan-perkiraan yang tersendiri.
d. Analisa Menurut Operasi
Fungsional
Semua analisa yang
ternyata memang berguna, terutama untuk pengendalian biaya distribusi, adalah
menurut fungsi atau operasi fungsional. Analisa demikian dapat membantu dalam
mengukur pelaksanaan menurut tanggungjawab perindividu, terutama dalam
aplikasi-aplikasi di mana organisasinya kompleks atau besar.
Cara pendekatannya
sebagian besar serupa dengan cara yang dipergunakan dalam menganalisa biaya
produksi, dan ini dapat digariskan sbb :
1. Menetapkan operasi fungsional yang akan diukur dengan
memperhatikan bahwa fungsi-fungsi telah dipisahkan secara wajar menurut
tanggungjawab per individu. Beberapa contoh mengenal operasi fungsional adalah
sbb:
a.
Kunjungan para salesman kepada para pelanggan
atau pelanggan prospektif.
b.
Pengiriman-pengiriman dari ggudang.
c.
Pengiriman brosur atau catalog.
2. Melakukan suatu pemisahan biaya untuk fungsi-fungsi ini.
3. Menetapkan unit-unit pengukuran dari jasa fungsional (bilamana
praktis).
4. Menghitung harga pokok per unit dari operasi, dengan cara
membagi total biaya fungsional yang dapat dikendalikan terhadap banyaknya unit.
5. Mengambil tindakan perbaikan, jika terjadi kondisi-kondisi yang
menyimpang. Situasi dapat menjadi lebih jelas, apabila telah ditetapkan
standar, dan prestasi kerja yang sebenarnya dibandingkan terhadapnya.
e. Analisis Menurut Sifat
Aplikasi
Suatu hal yang penting
ditinjau dari segi pelaksanaan masing-masing fungsi adalah untuk memiliki suatu
organisasi yang efisien, dan hal lain adalah untuk melihat bahwa pelaksanaan
telah diarahkan sedemikian rupa, sehingga produktif untuk mencapai hasil-hasil
yang paling menguntungkan. Pada umumnya kegiatan penjualan harus dihubungkan
dengan kemunginan penjualan, dan factor-faktor ini harus diseimbangkan. Analisa
menurut sifat aplikasi terutama bertujuan menyediakan informasi dalam
pengarahan usaha penjualan. Pendapatan dari suatu factor akan diukur dengan
biaya distribusi dari daerah-daerah, produk-produk, pelanggan-pelanggan,
saluran-saluran distribusi, metode-metode penjualan, atau tenaga penjualan yang
berbeda.
Biaya semi langsung
adalah biaya yang dapat dihubungkan, menurut beberapa cara yang dapat diukur,
dengan segmen-segmen tertentu yang sedang dipelajari/ditelaah. Factor
variabilitas yang bertanggung jawab untuk jumlah biaya diketahui dan dicatat
secara kuantitatif, dan biayanya dapat didistribusikan sesuai dengan jasa yang
diperlukan.
f. Cara Pendekatan Marjin Kontribusi
“Marjin kontribusi
(contribution margin)” dihitung dengan mengurangkan dari hasil penjualan,
biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh bagian hasil penjualan yang
sedang dianalisia. Ini dapat merupakan penjualan dan biaya dari suatu daerah,
produk atau pelanggan tertentu dan tidak perlu berhubungan dengan seluruh
penjualan perusahaan untuk suatu periode.
Marjin kontribusi adalah kontribusi yang diberikan oleh sesuatu
aktivitas untuk memenuhi/menutupi biaya tetap atau biaya kontinu serta laba.
Penggunaan suatu cara pendekatan yang demikian tidak mengabaikan periode cost.
Melainkan mengakui, bahwa :
(1) pemisahan biaya-biaya umum dalam hubungannya dengan keputusan
perusahaan sedang ditelaah hanya sedikit kegunaannya, (2) tekanan harus
diberikan pada “kontribusi” yang disediakan oleh suatu segmen untuk biaya-biaya
bersama (joint expenses) dan laba.
Cara pendekatan marjin kontribusi dan “direct costing” yang
bersangkutan mempunyai berbagai keuntungan sbb :
1.
Mengukur keuntungan langsung bagi laba perusahaan
secara menyeluruh yang dihasilkan oleh transaksi atau segmen yang sedang
ditelaah.
2.
Mempermudah pengambilan keputusan manajemen
karena biaya-biaya yang bersifat variable telah dipisahkan dari biaya-biaya
yang tidak dipengaruhi.
3.
Menghindarkan kesalahan-kesalahan dan
controversial yang timbul karena alokasi biaya dank arena metode alokasi.
4.
Kesederhanaan aplikasi, karena biaya langsung
biasanya dapat diidentifikasikan dengan lebih mudah dibandingkan dengan biaya
total, termasuk alokasi-alokasi yang diperlukan.
5.
Data dapat diperoleh dengan lebih cepat dan
dengan usaha yang lebih sedikit.
g. Teknik Analisa Menurut
Sifat Aplikasi
Terdapat cukup
pengalaman dengan analisa biaya distribusi menurut sifat aplikasi untuk
membuktikan nilai dari teknik tersebut. Meskipun tingkat ketelitian dapat
berbeda dalam perusahaan-perusahaan yang berlainan, tetapi pendekatan secara
umum dapat digariskan sbb :
1.
Tetapkan analisa atau analia-analisa yang perlu
dilakukan.
2.
Klasifikasikan biaya-biaya distribusi menjadi
biaya langsung, semi langsung, dan tidak langsung.
3.
Pilih dan tetapkan basis –basis alokasi terhadap
biaya-biaya semi langsung dan tidak langsung.
4.
Siapkan analisa dan komentar untuk dipergunakan
oleh eksekurif yang berhubungan. Ini akan meliputi langkah-langkah berikut
dalam mencapai hubungan yang besar artinya antara biaya dan laba :
a.
Tetapkan laba kotor per segmen (per daerah, per
produk, per ukuran order, dll).
b.
Akumulasikan biaya langsung per segmen, dan
kurangkan ini dari laba kotor untuk mendapatkan laba setelah biaya langsung.
c.
Distribusikan biaya-biaya semi langsung, dan
kurangkan ini untuk mencapai laba setelah biaya semi langsung.
d.
Distribusikan biaya tidak langsung untuk
mencapai laba bersih (kadang-kadang langkah c dan d akan digabung)
e.
Siapkan subanalisa yang perlu untuk meunjukkan
kondisi-kondisi yang memerlukan koreksi/perbaikan.
h. Analisa Menurut Wilayah
Bilamana
kelemahan-kelemahan diketemukan melalui analisa, maka tindakan perbaian perlu
diambil. Beberapa kemungkinan untuk itu adalah sbb:
1. Mengorganisasi
wilayah-wilayah untuk memungkinkan dilakukannya kegiatan yang lebih sejalan
dengan potensi yang tersedia.
2. Mereorganisasi
batas-batas daerah untuk mengurangi biaya penjaualan, memperolih ruang lingkup
yang lebih baik, dll.
3. Mengadakan pemindahan
tenaga salesman (penjual)
4. Menaikkan tekanan pada
lini produk atau para pelanggan yang diabaikan dalam daerah yang bersangkutan.
5. Merubah metode penjualan
atau saluran distribusi (merubah dari melalui tenaga penjual menjadi agen,dsb)
6. Merubah fasilitas-fasilitas fisik (gudang ; dll)
dalam daerah yang bersangkutan
7. Mengeliminasikan
daerah-daerah yang ridak menguntungkan
8. Merubah kebijaksanaan
periklanan atau pengeluaran dalam daerah.
i. Analisa Menurut Produk
Dalam melakukan analisa
biaya produksi, banyak controller yang menemukan bahwa laba bersih atas suatu
garis produk seluruhnya tidak mencukupi atau bahkan menderita kerugian.
Bilamana ditemukan kondisi-kondisi seperti itu, biasanya diambil
langkah-langkah untuk menaikkan marjin produk itu, karena perusahaan mungkin
belum siap untuk melepaskan lini produk tersebut. Ini merupakan cara lain untuk
mengemukakan,bahwa analisa merupakan suatu alat pengendalian biaya, karena
biaya produksi atau biaya distribusi mungkin terlalu tinggi.
Analisa menurut produk biasanya akan mengungkapkan berbagai bidang
kelemahan terhadap mana dapat diambil tindakan perbaikan dalam batas-batas
tertentu, seperti di bawah ini :
1. Dalam memindahkan
pengutamaan kegiatan penjualan ke lini produk yang lebih menguntungkan atau menyesuaikan
kegiatan penjualan denga potensi penjualan yang ada.
2. Dengan penyesuaian
harga-harga jual.
3. Dengan mengeliminasikan
garis-garis produk, ukuran-ukuran, pengepakan, warna, dan lain-laon yang tidak
menguntungkan.
4. Dengan menambahkan
garis-garis produk yang ada hubungan dengan garis produk semula, sehingga dapat
ikut menanggung biaya distribusi yang bersifat tetap.
5. Dengan merubah metode
penjualan atau saluran distribusi.
6. Dengan merubah jenis,
jumlah, dan tekanan dari periklanan.
7. Dengan merevisi pengepakan,
desain, kualitas, dan lain-lain.
j. Analisa Menurut Pelanggan
Pada umumnya analisa
menurut pelanggan tidak dilakukan secara kontinu. Mungkin manajer penjualan
lebih tertarik mengenai apakah seseorang langganan memberikan laba, atau
perubahan-perubahan sedang dipertimbangkan hanya untuk golongan langganan
tertentu. Dalam hal-hal seperti ini dapat dilakukan analisa-analisa khusus.
Dua faktor pokok dalam
memilih klasifikasi yang akan digunakan adalah jumlah dari jasa-jasa distribusi
yang diperlukan, karena ini merupakan alasan utama terjadinya perbedaan dalam
biaya distribusi, dan kemampuan/ kemungkinan untuk melakukan pemisahan biaya
distribusi. Klasifikasi-klasifikasi yang terbukti ada gunanya adalah :
1. Jumlah pembelian tahunan
2. Ukuran order
3. Lokasi
4. Frekuensi kunjungan para
penjual
5. Jenis agen
6. Kelayakan Kredit para
pelanggan
Suatu analisa menurut
pelanggan akan menyediakan informasi yang sangat berguna bagi manjer penjualan.
Analisa tersebut akan memberikan suatu pandangan yang jelas, mengenai banyaknya
piutang dalam berbagai golongan volume dan nilai rata-rata dari order-order.
k. Analisa Menurut Ukuran/Besarnya Order
1. Menetapkan ukuran/
besarnya golongan-golongan order yang akan ditelaah.
2. Pengklasifikasian
biaya-biaya.
3. Pengidentifikasian
faktor-faktor yang kelihatan menentukan jumlah biaya variabel.
4. Menerapkan faktor-faktor
variabilitas terhadap biaya-biaya variabel dan menambah biaya yang seragam.
5. Membebankan biaya
overhead berdasarkan beberapa faktor yang sesuai.
l. Beberapa Analisa Lainnya
Terdapat-analisa lain
yang mungkin berguna dalam sebuah perusahaan antara lain, sbb :
1. Menurut Saluran
Distribusi
2. Menurut Metode
Penjualan
3. Menurut (Salesman)
Penjual
4. Menurut Devisi-divisi
Organisasi atau Operasi
m. Interpretasi Analisa Atas Hasil Analisa
Telah dikemukakan
sebelumnya, bahwa tujuan utama analisa biaya distribusi adalah untuk
menyediakan kepada para eksekutif pemasaran, informasi yang diperlukan untuk
perencanaan, pengarahan, dan pengendalian usaha distribusi.
STANDAR BIAYA DISTRIBUSI
a. Standar Dan Pengendalian
Dasar dari
pengendalian distribusi terletak dalam korelasi antara usaha penjualan dengan
potensi dan pengunaan analisa untuk menghindarkan kesalahan dalam pengarahan.
b. Jenis-jenis Standar Biaya Distribusi
Standar biaya
distribusi mungkin : (1). Bersifat umum dan berlaku untuk fungsi fungsi
distribusi secara keseluruhan atau berlaku perdivisi utama, (2). Merupakan
unit-unit yang mengukur pelaksanaan perindividu.
Contoh standar jenis sbb :
1. Biaya penjualan sebagai
Suatu persentase dari penjualan bersih.
2. Biaya per rupiah laba
kotor
3. Biaya per unit yang
dijual
4. Biaya per transaksi
penjualan
5. Biaya per order yang
diterima
6. Biaya per pelanggan
Sebagai contoh, dalam pengundangan dapat ditetapkan
standar-standar untuk tenaga Langsung ,sbb :
1. Biaya per unsur yang
ditangani
2. Biaya per kg yang
ditangani
3. Biaya per pengiriman
4. Biaya per order yang
dipenuhi
Dalam bidang penjualan langsung, standar dapat ditetapkan untuk
biaya mobil menurut ukuran-ukuran, sbb:
1. Biaya per km yang
ditempuh
2. Biaya per hari
3. Biaya per bulan
c. Pertimbangan Lain Dalam Penetapan Standar Biaya Distribusi
Controller mempunyai
tanggungjawab bersama para eksekutif penjualan dalam penetapan standar biaya
distribusi. Sebagai contoh, dalam pabrik biasanya hanya ada satu biaya standar
untuk produk. Akan tetapi terdapat banyak biaya standar untuk pendistribusian
dari barang yang sama.
d. Cara Menetapkan Standar
Biaya Distribusi
Bila kebutuhan akan
standar telah disetujui oleh eksekutif penjualan, maka dapat dilakukan
pekerjaan mendetail untuk Penetapan Standar.
● Langkah pertama : dalam
menetapkan standar biaya distribusi adalah mengklarifikasikan biaya sesuai
dengan fungsi-fungsi dan kegiatan pertangungjawaban masing-masing individu.
● Langkah kedua : ialah
memilih unit-unit atau basis-basis pengukuran untuk menyatakan standar.
● Langkah ketiga : ialah
menganalisa pengalaman di masa lalu yang berhubungan dengan biaya dari
fungsi-fungsi dan kegiatan khusus untuk terlibat.
● Langkah keempat :
mempertimbangkan pengaruhnya terhadap biaya dari perubahan yang diperkirakan
dalam kondisi-kondisi ekster dan dari program penjualan sebagaimana yang telah
direncanakan.
● Langkah kelima : ialah
mengikhtisarkan pertimbangan dari para eksekutif.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perencanaan merupakan tahapan pagar penting dari suatu
fungsi manajemen, terutama dalam menghadapi lingkungan eksternal yang berubah
dinamis. dalam zaman globalisasi ini, perencanaan harus lebih mengandalkan
prosedur yang rasional dan sistematis. Dalam perencanaan terdiri dari
macam-macam perencanaan, yaitu perencanaan organisasi dan perencanaan
kontijensi. Perencanaan organisasi terbagi menjadi 3 yaitu perencanaan
strategi, taktis dan operasional. Adapun kerangka waktu dalam perencanaan
organisasi yaitu sebagai berikut : rencana jangka panjang, jangka menengah, dan
jangka pendek . Suatu perencanaan juga terdapat berbagai hambatan dalam
penetapan tujuan. Hambatan tersebut antara lain tujuan yang tidak tepat, sistem
penghargaan yang tidak tepat, pasti terhadap perubahan dan keterbatasan.
B.
Daftar Isi
Willson,
James D dan John B. Campbell. 1993. Controllership edisi 3. Jakarta: Penerbit
Erlangga.
No comments:
Post a Comment