Thursday, 11 November 2021

MAKALAH PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH

 

DAFTAR ISI

 

 

KATA PENGANTAR........................................................................................... i

DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

 

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1

A.    Latar Belakang ............................................................................................ 1

 

BAB II PEMBAHASAN....................................................................................... 3

A.    Penggunaan Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah ..................................... 3

B.    Ragam Penulisan Karya Ilmiah ................................................................... 7

C.    Sifat-Sifat Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah............................ 8

D.    Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah ........................... 10

E.     Pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah .................... 11

F.     Unsur-unsur Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah ................................. 12

 

BAB III PENUTUP............................................................................................. 19

A.    Kesimpulan................................................................................................. 19

 

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 20

 


BAB I

PENDAHULUAN

 

A.      Latar Belakang

Karya tulis ilmiah menuntut kecermatan bahasa karena karya tersebut harus disebarluaskan kepada pihak yang tidak secara langsung berhadapan dengan penulis baik pada saat tulisan diterbitkan atau pada beberapa tahun sesudah itu. Kecermatan bahasa menjamin bahwa makna yang ingin disampaikan penulis akan sama persis seperti makna yang ditangkap pembaca tanpa terikat oleh waktu. Kesamaan interpretasi terhadap makna akan tercapai kalau penulis dan pembaca mempunyai pemahaman yang sama terhadap kaidah kebahasaan yang digunakan.

Lebih dari itu, komunikasi ilmiah juga akan menjadi lebih efektif kalau kedua pihak mempunyai kekayaan yang sama dalam hal kosakata. Ciri bahasa keilmuan adalah kemampuan bahasa tersebut untuk mengungkapkan gagasan dan pikiran yang kompleks dan abstrak secara cermat. Kecermatan gagasan dan buah pikiran hanya dapat dilakukan kalau struktur bahasa (termasuk kaidah pembentukan istilah) sudah canggih dan mantap.

Kemampuan berbahasa yang baik dan benar merupakan persyaratan mutlak untuk melakukan kegiatan ilmiah sebab bahasa merupakan sarana komunikasi ilmiah yang pokok. Bahasa juga bisa dikatakan sebagai alat yang dipakai untuk mempengaruhi dan dipengaruhi. Fungsi bahasa yang dilengkapi oleh sederetan pengertian untuk karya ilmiah tidak perlu diperdebatkan lagi. Bahasa di dalam proses berpikir tidak sekedar menjadi bumbu, tetapi mempunyai fungsi yang menetukan. Karena itu bahasa yang terpelihara di dalam karya ilmiah adalah alat yang terbaik untuk menyampaikan tingkatan dan proses berpikir, argumentasi dan penalaran.

Dalam dunia akademik, karya tulis ilmiah didefinisikan sebagai tulisan yang didasari oleh pengamatan, peninjauan, penelitian, dan perenungan dalam bidang keilmuan tertentu; disusun menurut metode tertentu dengan penulisan yang santun, baik, dan benar; atau berdasarkan kaidah baku ragam bahasa tulis. Kebenaran isinya pun harus dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Berdasarkan kedalaman kajian permasalahannya, karya tulis ilmiah dapat dibedakan menjadi beberapa bentuk:

  1. Laporan penelitian, yaitu tulisan yang merupakan hasil percobaan, peninjauan, atau observasi sementara.
  2. Karya tulis akademik, berupa skripsi tesis, dan disertasi.
  3. Buku teks, yakni diktat atau buku-buku ilmiah yang digunakan sebagai penunjang bahan ajar (Ekosusilo, 1991; Wibowo, 2008) Berkenaan dengan hal di atas, maka suatu tata permainan bahasa tidak mungkin dilepaskan dari hakikat bahasa sebagaimana diyakini oleh aliran Filsafat Bahasa Biasa bahwa makna sebuah kata adalah penggunaannya dalam kalimat, makna kalimat adalah penggunaannya dalam bahasa, dan makna bahasa adalah penggunaannya dalam hidup.

 


BAB II

PEMBAHASAN

 

A.      Penggunaan Bahasa dalam Penulisan karya ilmiah

Bahasa ilmiah merupakan ragam bahasa berdasarkan pengelompokan menurut jenis pemakaiannya dalam bidang kegiatan sesuai dengan sifat keilmuan. Bahasa Indonesia harus memenuhi syarat di antaranya benar (sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku) logis, cermat dan sistematis. Pada bahasa ragam ilmiah, bahasa, bentuk, dan ide yang di sampaikan melalui bahasa itu sebagai bentuk dalam, tdiak dapat di pisahkan. Hal ini terlihat pada ciri bahasa ilmiah sebagai berikut :

  1. Baku.

Struktur bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia baku, baik mengenai struktur kalimat maupun kata. Ragam bahasa baku memiliki dua sifat sebagai berikut :

a.       Kecendekiawan: sanggup mengungkapkan proses pemikiran yang rumit diberbagai ilmu dan teknologi.

b.      Seragam: pada hakikatnya, proses pembakuan bahasa ialah proses penyeragaman bahasa. Dengan kata lain, pembakuan bahasa adalah pencarian titik-titik keseragaman. Demikian juga pemilihan kata istilah dan penulisan yang sesuai dengan kaidah ejaan, untuk ejaan dan peristilahan berpedoman pada EYD dan pedoman pembentukan istilah.

  1. Kuantitatif.

Keterangan yang dikemukan pada kalimat dapat di ukur secara pasti.

Contoh: Da’i di Gunung Kidul “kebanyakan” lulusan perguruan tinggi. Arti kata “kebanyakan” relatif , mungkin bisa lima, enam atau sepuluh orang. Jadi, dalam tulisan ilmiah tidak benar memilih kata “kebanyakan” kalimat di atas dapat kita benahi menjadi Da’i di Gunung Kidul lima orang lulusan perguruan tinggi, dan ada tiga orang lagi dari lulusan pesantren.

 

 

  1. Tepat.

Ide yang di ungkapkan harus sesuai dengan ide yang dimaksudkan oleh pemutus atau penulis dan tidak mengandung makna ganda.

Contoh : “ Jamban pesantren yang telah rusak itu sedang di perbaiki.” Kalimat tersebut memiliki makna ganda, yang rusaknya itu mungkin jamban atau mungkin juga pesantren.

  1. Denotatif.

Kata yang digunakan atau dipilih sesuai dengan arti yang sesungguhnya dan tidak diperhatikan perasaan karena sifat ilmu yang obyektif.

  1. Jelas.

Maksudnya adalah mengetahui bagian-bagian mana saja yang merupakan subjek, predikat, objek, keterangan dan setiap kalimat memenuhi kaidah bahasa.

  1. Lugas

Maksudnya adalah tidak menimbulkan tafsir ganda dan langsung menunjuk ke pokok persoalan.

  1. Komunikatif

Maksudnya adalah apa yang ditangkap pembaca dari tuisan yang disajikan sama dengan yang dimaksud penulis. Tulisan disajikan secara logis (masuk akal) dan bersistem(teratur). Oleh karena itu, tata permainan bahasa di dalam karya tulis ilmiah yang komunikatif dapat disimak melalui ciri-ciri berikut :

a.       Koheren

Koheren dapat pula dipahami sebagai “harmonis”, “integral”, “kompak”, “terintegrasi”, dan “terpadu”. Dalam hal mengungkapkan suatu masalah dan pemecahannya, koherensi memang sangat diperlukan. Gorys Keraf, dalam buku klasiknya, Komposisi (1971), menegaskan bahwa koherensi adalah adanya hubungan yang jelas antara unsur-unsur yang membentuk suatu kalimat; bagaimana hubungan antara subjek dan predikat; hubungan antara predikat dan objek; serta keterangan yang menjelaskan setiap unsur-unsur tersebut. Dalam ungkapan lain, koherensi menekankan segi struktur atau interrelasi antara kata-kata yang menduduki sebuah kata dalam kalimat. Oleh karena itu, bisa terjadi sebuah kalimat atau alinea ditengarai telah mengandung kesatuan pikiran atau mengandung suatu ide pokok yang tunggal, namun koherensinya kurang baik. Akan tetapi, pendapat Keraf patut diermati secara kritis, karena dalam perspektif Filsafat Bahasa Biasa akan segera terihat bahwa koherensi di dalam tata permainan bahasa karya tulis ilmiah yang komunikatif tidak semata-mata berhubungan dengan penggunaan struktur atau antar unsur pembentuk kalimat, tetapi terutama mempresentasikan suatu pikiran penulisnya yang mengandung kesatuan dan ktuhanan (Wibowo, 2007). Dapat ditegaskan bahwa, pikiran seorang penulis pada dasarnya mengandug nilai estetik, namun nilai estetik itu muncul bila hubungan timbal balik di anatara unsur-unsur pendukungnya berjalan secara satu dan utuh (Wahyu Wibowo, 2010)

b.      Konsisten

Dalam mengungkapkan masalah dan pemecahannya secara ilmiah kita memang harus bersikap konsisten, yaitu teguh dan bertanggung jawab dalam artian dapat memikul dan bersedia menyuguhkan bahwa jalan yang kita tempuh dalam baik dan benar. Oleh karena itu, karya tulis ilmiah yang komunikatif harus didukung oleh fakta atau data yang cukup dan tepercaya (Soeparno, 1997;Wibowo, 2001). Dalam penyusunan kalimat, kita tidak diperkenankan melakukan peloncatan ide, atau bahkan menghubungkan ide-ide yang tidak ada pertalian atau hubungannya.

c.       Sistematis

Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus disusun berdasarkan prosedur yang sistematis pula, yaitu teratur, runtut, berkesinambungan, metodis, dan terorganisir. Sistematika sebuah tulisan pada umumnya terbagi ke dalam tiga bagian pokok, yaitu pendahuluan, isi, dan simpulan. Serta bagian lain yang dijadikan sebagai penunjang seperti kover, judul, daftar pustaka, dan indeks. Sehubungan dengan hal di atas, dapat ditegaskan bahwa sistematika karya tulis ilmiah yang sebenarnya adalah halaman-halaman pendahuluan, pendahuluan, bab-bab, simpulan, daftar pustaka, dan indeks.

d.      Konseptual

Konsep adalah kesan mental, suatu pemikiran, ide, atau suatu gagasan yang memiliki derajat kekonkretan dan abstraksi yang digunakan dalam pemikiran abstrak (Bagus, 2002). Di dalam penulisan karya tulis ilmiah yang komunikatif, prosedur atau aturan yang teratur dan runtut harus dilakukan melalui langkah-langkah perencanaan yang konseptual, karena melalui langkah-langkah yang terkonsep ini akan menjadikan satu karya tulis ilmiah yang terarah dan terfokus.

e.       Komprehensif

Karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara komprehensif yaitu tuntas dan menyeluruh, penelaahannya harus jelas, lengkap, dan rinci. Hal ini berkesinambugan dengan prinsip koherensi yaitu mengandung pikiran utama yang jelas. Karena apabila diibaratkan, pikiran utama itu ibarat pintu gerbang yang akan membawa pembacanya ke keseluruhan isi tulisan. Selain itu, dengan menghidangkan satu pikiran utama yang jelas berarti penulisnya telah menghargai pembacanya. Dengan demikian, maka dengan tulisan kita akan menimbulkan simpati pembaca.

f.       Logis

Logika adalah apa pun termasuk ucapan yang dapat dimengerti atau akal budi yang berfungsi baik, teratur, sistematis dan dipahami (Wahyu Wibowo, 2010). Oleh karena itu, logika haruslah menjadi satu hal pokok di dalam penulisan karya ilmiah yang komunikatif, karena segala hal yang menjadi penjelas di dalam karya tulis ilmiah harus memiliki argumentasi yang dapat diterima oleh nalar yang sehat, valid, dan analitis. Implikasi dari hal di atas yaitu, karya tulis ilmiah dapat diuji kebenarannya baik berdasarkan data dan fakta maupun diuji kembali oleh ilmuwan lain. Di sisi lain, karya tulis ilmiah harus bersifat terbuka agar pendapat penulis dapat diubah apabila muncul bukti atau pendapat baru yang didukung oleh data dan fakta.

g.      Bebas

Bebas, rasa bebas, atau kebasan dapat dimaknai juga dengan merdeka, mandiri, independen, atau leluasa. Dalam konteks ini kebebasan tidak diartikan sebagi kebebasan ilmuwan yang leluasa atau merdeka berbuat apa pun, tetapi kebebasan yang eksistensial yaitu kebebasan yang menyeluruh yang terkonteks dalam kepribadian bangsa, yang oleh karena itu dapat membedakannya dengan nilai-nilai kebebasan yang dianut oleh bangsa lain. Orang yang bebas secara eksistensial akan mencapai tiarap kedewasaan, otentisitas, dan kematangan rohani, hal yang mestinya memang dimiliki seorang penulis karya tulis ilmiah yang komunikatif.

h.      Bertanggung Jawab

Dalam perspektif etika berarti dapat menjawab jika ditanyai tentang perbuatan-perbuatannya (Bertens, 2002). Dengan hubungannya dengan karya tulis ilmiah, bertanggung jawab dapat dimaknai sebagai tulisan yang etis, elegan, dan berwawasan yang mencerminkan bahwa penulisnya dapat menjawab jika ditanya apa pun tentang tulisanya tanpa menonjolkan segi-segi emosinya. Itu sebabnya, sebuah karya tulis ilmiah yang komunikatif harus ditulis secara seksama, yakni ditulis secara teliti, sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan. Dalam pernyataan lain, sebuah karya tulis ilmiah dapat dikatakan mencerminkan tanggung jawab penulisnya bila ditulis secara jelas, jernih, gamblang, konsisten, dan konsekuen.

 

B.     Ragam Penulisan Karya Ilmiah

Ragam Bahasa Tulis Ragam bahasa merupakan variasi penggunaan bahasa. Ragam bahasa dapat dibedakan berdasar pada

1.      pokok pembicaraan

2.      media yang digunakan

3.      hubungan antara komunikator dengan komunikan.

Selanjutnya dalam tulisan ini hanya akan dibahas ragam bahasa dari sudut media yang digunakan yakni ragam bahasa tulisdan dari sudut hubungan antara komunikator dengan komunikan.

Hal kedua yang membedakan ragam tulis dan lisan berkaitan dengan beberapa upaya yang digunakan dalam ujaran, misalnya tinggi rendah, panjang pendek, dan intonasi kalimat yang tidak terlambang dalam tata tulis maupun ejaan. Dengan demikian, penulis perlu merumuskan kembali kalimatnya jika ingin menyampaikan jangkauan makna yang sama lengkapnya.

Lain halnya dengan ragam lisan, penutur dapat memberikan tekanan atau jeda pada bagian tertentu agar maksud ujarannya dapat dipahami. Jadi, ragam bahasa tulis memiliki karakteristik khusus dibandingkan ragam bahasa lisan. Karakteristik tersebut antara lain :

1.      ragam bahasa tulis memiliki banyak penanda metalingual,

2.      kalimat berstruktur lengkap, dan

3.      klausanya sederhana tetapi memiliki kepadatan kata dan isi (Brown,1985; Ansari,1999).

 

C.    Sifat-Sifat Bahasa yang Digunakan dalam Karya Ilmiah

Secara umum penggunaan bahasa dalam karya ilmiah harus mengacu pada sifat-sifat bahasa, meliputi sifat :

a.       Objektif

Bahasa yang objektif adalah bahasa yang menggambarkan sesuatu pengalaman yang bagi semua khalayak pemakai bahasa, representasi pengalaman linguistik itu dipandang sama. Sebaliknya bahasa subjektif menggambarkan sesuatu pengalaman (oleh penulisnya) yang berbeda dengan pengalaman yang dipahami oleh khalayak dalam memahami representasi pengalaman itu karena penulis membawa pertimbangan sikap, pendapat, dan komentar pribadi. Jadi, keobjektifan bahasa dapat ditingkatkan dengan meniadakan atau meminimalkan pendapat dan sikap pribadi tersebut. Karena bahasa subjektif wujud dalam bentuk epitet atau ekspresi emosional, modalitas, proses mental, dan makna konotatif maka keobjektifan dapat dicapai dengan meniadakan atau meminimalkan penggunaan bahasa dengan ciri subijektif di atas.

b.      Impersona

Keimpersonaan bahasa memperlihatkan ketidakterlibatan penulis artikel dalam teks artikel ilmiah yang disusunnya. Pada teks artikel ilmiah tidak digunakan bentuk pronomina saya, kami, kita, atau penulis dengan tujuan untuk menghindari paparan persona (subjektif).

Meskipun kita akui bahwa karya ilmiah tidak wujud tanpa keterlibatan penulis, retotika ilmu menuntut agar dalam teks keterlibatan itu tidak ditampilkan. Untuk mempertahankan keimpersonaan teks sehingga tidak terlihat keterlibatan penulis, Teknis Dengan kespesifikannya, istilah teknis digunakan dalam Karya ilmiah. Tidak ada satu disiplin ilmu tanpa istilah teknis.

Teknis maksudnya dalam konteks tulisan istilah yang digunakan berhubungan dengan istilah dalam satu disiplin ilmu. Akan tetapi, penggunaan singkatan (akronim) yang belum lazim disarankan tidak digunakan. Penggunaan singkatan dilakukan dengan menampilan bentuk penuh terlebih dulu dari uraian akronim yang akan dibuat diikuti bentuk singkatan dalam tanda kurung pertama. Dalam teks berikutnya bentuk singkatan itu dapat digunakan secara konsisten.

c.       Praktis

Kepraktisan bahasa artikel ilmiah ditandai dengan penggunaan teks yang ekonomis dan tidak taksa (ambigiuous). Sebagai contoh kata diteliti dan digalakkan berdasarkan prinsip ini dapat digunakan sebagai pengganti mengadakan penelitian dan naik daun karena bentukan pertama lebih ekonomis dan tidak mengandung ketaksaan. Namun, bentuk frase berdasar pada, terdiri atas, sesuai dengan, bergantung pada tidak dapat diubah menjadi berdasar, terdiri, sesuai, dan bergantung walaupun bentuk tersebut lebih singkat dan hemat karena bentuk yang pertama merupakan bentuk yang sudah dibakukan dalam bahasa Indonesia (Gay, 1981; Saragih.1999).

 

D.    Syarat-Syarat Penggunaan Bahasa dalam Karya Ilmiah

Penggunaan bahasa dalam bentuk tulisan formal seperti karya tulis ilmiah harus mengikuti syarat-syarat tertentu.

a.       Secara morfologis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap.

Dalam hal ini wujud setiap kata yang dipakai harus mengandung afiksasi yang lengkap seperti: diuraikan, mempertentangkan, memiliki dan sebagainya. Kata-kata lain yang tanpa afiksasi juga harus dimunculkan dalam bentuk yang lengkap. Kata-kata seperti tidak, sudah dan sebagainya tidak dapat ditulis dengan bentuk tak atau udah.

b.      Secara sintaksis bahasa dalam artikel ilmiah harus lengkap

yakni memuat unsur-unsur subjek, predikat, dan objek yang dinyatakan secara eksplisit. Sering ditemukan dalam tulisan ilmiah bentuk pelesapan subjek dalam kalimat kompleks padahal secara sintaksis subjek tersebut tidak memiliki rujukan yang sama dengan subjek pada kalimat induknya atau subjek kedua ini telah jauh terpisah dari subjek pertamanya pada subjek pada paragraf sebelumnya. Satu kalimat kompleks dapat saja memiliki satu subjek dengan dua dua predikat bilamana subjek yang dilesapkan itu mempunyai hubungan anaforik dengan subjek yang masih dipertahankan.

c.       Bahasa dalam artikel ilmiah harus tepat makna dan tunggal arti.

Penulis artikel ilmiah harus menimbang-nimbang secara seksama setiap kata, ungkapan dan bentuk sintaksis sehingga apa yang dimengerti pembaca sama dengan yang dimaksud penulis. Istilah-istilah kembar seperti fonologi- fonetikfonemik harus dipilih penggunaannya sehingga tidak menimbulkan makna yang keliru seperti terlihat dalam kalimat Katz dan Postal (1999) mengemukakan pendapatnya bahwa bahasa terdiri atas tiga komponen; sintaksik, fonetik, dan semantik. Komponen kedua dalam kalimat di atas seharusnya fonologi bukan fonetik karena kedua kata tersebut memiliki pengertian yang berbeda.

d.      Bahasa dalam artikel harus mengikuti kaidah–kaidah sintaktik.

Penggunaan kalimat dalam karangan ilmiah harus berupa kalimat yang efektif yakni kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah tatabahasa, tidak berbelit- belit, tidak bertentangan dengan kebenaran nalar, dan ringkas.

Salah satu contoh kesalahan sintaktis adalah pemakaian kata daripada di belakang verba. Kesalahan ini terjadi karena penulis atau pembicara tidak dapat membedakan subkategori verba secara intuitif menjadi transitif-taktransitif sehingga apa yang seharusnya langsung diikuti objek disisipi penyeling daripada. Pengertian fungsi sintaktik seperti subjek, predikat, dan objek tampaknya masih belum jelas.

e.       Bahasa artikel ilmiah harus padat isi dan bukan padat kata.

Dalam mengungkapkan pikiran ke dalam bentuk bahasa, hal pertama yang harus jelas adalah konsep utama yang ingin dikemukakan penulis. Selanjutnya konsep utama ini dilengkapi dengan subkonsep lain yang relevan. Setelah semua itu sampailah pada pemilihan kata, frase, dan bentuk sintaksis yang akan dapat mengungkapkan gambaran ide penulis sejelas mungkin dengan penggunaan kata yang seekonomis mungkin.

 

E.     Pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah

Ada 2 pengaruh penggunaan bahasa dalam penulisan karya ilmiah yaitu sebagai berikut :

1)      Pengaruh bahasa asing

Untuk menciptakan kalimat yang logis kerapkali terhalangi oleh suatu dugaan bahwa kadang-kadang bahasa yang dipergunakan itu mempunyai kekurangan-kekurangan dalam istilah-istilah atau ungkapan-ungkapan. Pengaruh dan pengambilan bahasa atau kata-kata asing terasa semakin deras dan nyata. Proses ini dapat memperkaya bahasa Indonesia. Pengaruh bahasa asing dapat terlihat jika penulis itu tidak mampu mendapatkan istilah dalam bahasa Indonesia. Ia seolah-olah kehabisan kata-kata dalam kamus. Pemungutan kata-kata atau istilah istilah-istilah asing pada dasarnya karena keperluan akan kata-kata atau istilah-istilah yang tidak diperoleh dalam bahasa indonesia.

 

 

2)      Gaya Bahasa

Gaya dapat diartikan sebagai keistimewaan atau karakteristik penyajian, konstruksi, atau penyelenggaraan dalam setiap karya Ilmiah. Pada umumnya orang menganggap bahwa tulisan ilmiah tidak memerlukan gaya manapun. Penulis ilmiah sebaiknya tidak mengikuti pendapat bahwa karya ilmiah itu mesti kering dan berat. Banyak orang berpendapat bahwa karya ilmiah yang semakin tidak dapat dipahami berarti semakin ilmiahlah karya itu. Karya ilmiah bukanlah pementasan rahasia tertutup yang menetapkan bahwa hanya penulisnya sendirilah yang boleh membeli karcis untuk menonton karyanya itu. Dan mudah-sukarnya karya ilmiah untuk dipahami bukanlah ukuran untuk menetapkan nilai karya itu tetapi yang diutamakan dalam penulisan karya ilmiah adalah kebenaran akan fakta-fakta yang diteliti

 

F.     Unsur-unsur Bahasa Dalam Penulisan Karya Ilmiah

Bahasa adalah alat komunikasi. Dalam suatu karangan, apa pun itu, penggunaan unsur-unsur bahasa yang tepat, memegang peran yang amat penting. Jika hendak menyusun suatu karya tulis ilmiah atau makalah, maka sebaiknya tidak memakai ragam bahasa yang biasa digunakan untuk menyusun puisi atau karya fiksi. Demikian pula sebaliknya. Ini artinya, perlu menggunakan bahasa secara efektif.

Menggunakan bahasa secara efektif berarti menggunakan unsur-unsur bahasa secara efektif juga. Dengan demikian, bila ingin menyusun suatu karya ilmiah, maka unsur-unsur bahasa ini harus kita perhatikan:

1.      penggunaan ejaan,

2.      penggunaan imbuhan,

3.      pemilihan dan penempatan kata, serta

4.      penggunaan kata dalam kalimat.

a.        Penggunaan Ejaan

Menurut kurun waktu penetapannya, usia ejaan yang disempurnakan (EYD) telah mencapai lebih dari dua dasawarsa. Akan tetapi, sampai sekarang masih dapat kita jumpai penggunaan ejaan yang salah-salah. Tidak saja dalam karya ilmiah, tetapi juga dalam surat-surat resmi. Yang dimaksud dengan ejaan adalah kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dan sebagainya) dalam bentuk tulisan (huruf-huruf) serta penggunaan tanda baca (KBBI).

Kesalahan ejaan yang paling sering dijumpai adalah penggunaan kata depan dan awalan. Penulisan awalan kadang-kadang sama dengan cara penulisan kata depan. Bagi penulis pemula atau mahasiswa ini penting diperhatikan.

Contoh masalah penggunaan awalan dan kata depan: Penulisan awalan di- Salah Benar a. Semua perabot rumahnya habis di lalap api. b. Cara yang praktis untuk mengelola sampah telah di temukan. a. Semua perbot rumahnya habis dilalap api. b. Cara yang paling praktis untuk mengelola sampah telah ditemukan. Penulisan kata depan Salah Benar a. Rumah-rumah dipinggir jalan itu beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi kepada a. Rumah-rumah di pinggir jalan itu beratap jerami. b. Pagi-pagi ibu pergi ke pasar Cara penulisan awalan adalah merangkainya dengan kata dasar yang dibubuhinya. Sedangkan kata depan, penulisannya harus dipisahkan dari kata yang mengikutinya. Kata yang diikuti awalan di- menunjukkan kata kerja. Sedangkan kata yang diikuti kata depan di menunjukkan arah tempat. Perhatikan contoh penulisan awalan dan kata depan berikut ini ! Penulisan awalan Salah Benar di lihat dilihat di teliti diteliti di coba dicoba Penulisan kata depan Salah Benar ditoko di toko kekiri ke kiri disamping di samping Kata kepada dan daripada juga sering salah penulisannya seperti dalam contoh berikut: a. Ke pada saya diserahkan mandat itu. b. Dari pada menderita, lebih baik mati. Penulisan kata kepada dan daripada harus dirangkaikan sebagai berikut : a. Kepada saya diserahkan mandat itu. b. Daripada menderita, lebih baik mati.

b.       Penggunaan Imbuhan

Imbuhan adalah bubuhan (yang berupa awalan, sisipan, akhiran) pada kata dasar untuk membentuk kata baru. Proses pembentukan kata, dari kata dasar dengan pemberian imbuhan seperti awalan atau akhiran disebut pengimbuhan. Hampir semua pelajar mengetahui proses pengimbuhan, namun sebagian besar pelajar kurang memperhatikan cara penulisan kata berimbuhan sesuai ketentuan. Berikut ini adalah beberapa ketentuan penulisan kata yang memperoleh imbuhan: 1. Imbuhan harus dituliskan serangkai dengan kata dasarnya.

Contoh: Salah Benar di berlakukan diberlakukan di berlaku kan peneliti an penelitian pe nelitian 2. Gabungan kata (seperti: tanggung jawab, serah terima, nomor dua, nonaktif dan sejenisnya) yang mendapat awalan dan akhiran bersama-sama, harus dituliskan serangkai. Contoh: Salah Benar pertanggungan jawab pertanggungjawaban dipertanggungjawab kan dipertanggungjawabkan dinomor duakan dinomorduakan di nonaktif kan dinonaktifkan Kata berimbuhan lainnya yang perlu mendapat perhatian adalah: penglepasan, mengetapkan, diketemukan. Penulisan kata-kata tersebut kurang tepat. Penulisannya yang benar adalah pelepasan, menerapkan, ditemukan. Sementara itu, partikel pun ada yang dituliskan serangkai, ada juga yang dituliskan terpisah dari kata yang diikutinya. Partikel pun yang mengikuti kata kerja, kata benda, dan kata sifat harus ditulis terpisah dari kata-kata tersebut. Contoh: Kata benda di sekolah pun bukan di sekolahpun di rumah pun bukan di rumahpun di kantor pun bukan di kantorpun Kata sifat Sakit pun bukan sakitpun Tingginya pun bukan tingginyapun

Kata kerja berjalan pun bukan berjalanpun berlari pun bukan berlaripun Kata bilangan seribu pun bukan seribupun seratus pun bukan seratuspun setahun pun bukan setahunpun Namun ada beberapa perkecualian. Beberapa kata seperti adapun, ataupun, bagaimanapun, biarpun, kalaupun, kendatipun, maupun, meskipun, sekalipun, sungguhpun, dan walaupun, penulisan partikel pun telah diterima serangkai. Pelajar perlu membaca pedoman ejaan yang disempurnakan. Dalam pedoman itu dapat dibaca berbagai kaidahmengenai penempatan titik, koma, titik koma, titik dua, penulisan awalan dan kata depan, penulisan kata depan, penulisan kata dasar yang memperoleh imbuhan, dan sebagainya.

c.        Pemilihan dan Penempatan

Kata Kata merupakan faktor penting dalam merancang tulisan. Tulisan yang baik ditentukan oleh cara penulisan dan penempatan kata. Pemilihan dan penempatan kata mempengaruhi sekaligus memberikan warna sebuah tulisan.

Menurut Drs. Mustakim (1993:70), ketepatan dalam pemilihan kata perlu memperhatikan komponen situasi, bentuk, dan makna. Komponen tersebut saling mempengaruhi. Komponen bentuk disesuaikan dengan situasi, situasi tidak terlepas dengan makna, makna tidaka terlepas dengan bentuk. Hal yang perlu diperhatikan saat menyusun karangan yaitu bahasa yang dipergunakan. Dalam konteks menyusun makalah atau karya ilmiah, bahasa yang dipergunakan hendaknya mencerminkan ragam yang resmi. Artinya, bahsa gaul, bahasa daerah, atau bahasa asing yang bukan pada tempatnya harus dihindari.

Pemakaian Kata bentuk jamak Dalam karangan atau tulisan ilmiah sering ditemukan penggunaan kata bentuk jamak yang salah, baik yang mengandung makna jamak maupun yang dinyatakan dalam bentuk ulang. Contoh kata bermakna jamak: semua, para, banyak, beberapa. Contoh kata dalam bentuk ulang yang bermakna jamak: negara-negara, ibu-ibu, hasil-hasil. Perhatikan penggunaanya dalam kalimat berikut: Salah a. Semua siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel. b. Para hadirin dipersilahkan berdiri. c. Para ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang-orang Oi Foo yang menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil-wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia. Benar a. Siswa kelas III SMA 1 Kota Bima dijadikan sampel. b. Hadirin dipersilahkan berdiri. c. Ibu-ibu pengurus PKK Kota Bima siap mengikuti lomba. d. Banyak orang Oi Foo yang menderita demam berdarah. e. Beberapa wakil dari negara-negara sahabat menghadiri acara pelantiakan presiden Republik Indonesia.

Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama Perhatikan dua contoh kalimat dibawah ini:

1)       Kebudayaan daerah adalah merupakan sumber kebudayaan nasional.

2)       Parit-parit dibersihkan agar supaya tidak tergenang air. Pemakaian kata yang memiliki makna yang sama, seperti agar supaya dan adalah merupakan dalam kalimat di atas, sebaiknya dihindari. Dengan demikian, penulisan kalimat yang benar adalah:

a)      Kebudayaan daerah merupakan sumber kebudayaan nasional.

b)      Parit-parit dibersihkan agar tidak tergenang air.

d.       Penggunaan Kata Dalam Kalimat

Menyusun kata menjadi kalimat adalah merangkai beberapa kata untuk membentuk satu pengertian atau makna yang lengkap. Maksudnya, kata-kata yang terdapat dalam sebuah kalimat bukanlah sederetan kata-kata yang tidak berarti. Perhatikan sederetan kat di bawah ini: Ali buku buku di toko membeli Sederetan kata-kata di atas tidak membentuk suatu pengertianyang lengkap. Untuk memperoleh sebuah pengertian yang lengkap, kita perlu mengubah urutan kata-kata tersebut menjadi: Ali membeli buku di toko Setelah urutan kata-katanya diatur, susunan kata-kata itu kini telah memberikan suatu pengertian.

Dengan demikian, setiap pertanyaan yang diajukan berdasarkan pengertian yang dimaksud, akan memperoleh jawabannya: Siapa membeli buku di toko? Ali membeli apa di toko? Di mana Ali membeli buku? Melihat uraian di atas, berarti kita dapat membentuk sebuah kalimat dengan mengawalinya melalui pengajuan beberapa pertanyaan terlebih dahulu. Dengan cara ini, kita menghindari mendaftar sejian banyak kata dan mengurutkannya. Misalnya: a. Apakah Ali membeli majalah? Jawabannya: Tidak. Ali tidak membeli majalah. b. Apakah Ali membaca buku? Jawabannya: Tidak. Ali membeli buku Jawaban di atas pertanyaan-pertanyaan tersebut merupakan suatu kalimat.


BAB III

PENUTUP

 

A.    Kesimpulan

Bahasa memiliki kontribusi yang sangat penting dalam penulisan karya ilmiah, hal tersebut dapat dilihat dari ciri-ciri sebagai berikut :

1.      Baku

2.      Lugas

3.      Jelas

4.      Kuantatif

5.      Denotatif

6.      Tepat

7.      Komunikatif

Untuk menciptakan suatu karya tulis ilmiah yang komunikatif diperlukan beberapa hal, yaitu:

1.      Koheren

2.      Konsisten

3.      Sistematis

4.      Konseptual

5.      Komprehensif

6.      Logis

7.      Bebas

8.      Bertanggung Jawab

Sifat Bahasa Karya Tulis Ilmiah Sifat bahasa dalam penulisan karya ilmiah meliputi, sebagai berikut:

  1. Objektif
  2. Impersona
  3. Praktis

Syarat Bahasa Karya Ilmiah

Syarat bahasa dalam karya ilmiah meliputi sebagai berikut:

a.       Lengkap secara morfologis

b.      Lengkap secara sintaksis

c.       Tepat makna dan tunggal arti

d.      Berkaidah sintaktik

e.       Padat isi

Unsur-unsur bahasa dalam penulisan karya ilmiah

a.       Penggunaan ejaan

b.      Penggunaan imbuhan

c.       Pemilihan dan penempatan kata

d.      Penggunaan kata dalam kalimat

Pengaruh bahasa dalam penggunaan bahasa karya ilmiah Bahasa di dalam penulisan karya ilmiah dipengaruhi oleh dua hal, yaitu:

  1. Pengaruh bahasa asing
  2. Pengaruh gaya bahasa

DAFTAR PUSTAKA

 

Achmad. A Aleka. 2010. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hendry.Tarigan, 2008. Menulis sebagai keterampilan berbahasa. Bandung: Angkasa.

Hasnun, Anwar. 2006. Pedoman Menulis Untuk Siswa SMP dan SMA. Yogyakarta: C.V Andi Offset.

Komaruddin. 1974. Metode Penulisan Skripsi dan Tesis. Bandung: Angkasa.

Mulyono, Datu dkk. 2000. Metode Penulisan dan Penyajian Karya Ilmiah. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Nurdin, Irman Mokhamad, dkk. 2008. Bahasa Indonesia 3 Untuk SMK/MAK Semua Program Kejuruan. Jakarta: Pusat Perbukuan Kementrian Pendidikan Nasional.

Rasjid Lamuddin, Dkk. 1984. Bahasa Indonesia. Jakarta: Nina Dinamika. Sofyan, Agus Nero, dkk. 2007.

Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Badan Perkuliahan Dasar Umum. Wibowo, Wahyu. 2010.

Tata Permainan Bahasa Karya Tulis Ilmiah. Jakarta: Bumi Aksara

No comments:

Post a Comment