Thursday, 11 November 2021

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN HERPES

 

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.........................................................................

DAFTAR ISI.........................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................

A.    Latar Belakang..........................................................................

B.     Tujuan Penulisan......................................................................

1.      Tujuan umum................................................................

2.      Tujuan khusus...............................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................

A.    Definisi........................................................................................       

B.     Epidemiologi..............................................................................       

C.    Klasifikasi...................................................................................       

D.    Etiologi........................................................................................       

E.     Manifestasi klinis.......................................................................       

F.     Patofisiologi................................................................................       

G.    Pemeriksaan Diagnostik...........................................................       

H.    Penatalaksanaan........................................................................       

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN..............................................

A.    Pengkajian ................................................................................

B.     Diagnosa.....................................................................................

C.    Intervensi....................................................................................

D.    Implementasi..............................................................................

E.     Evaluasi......................................................................................

BAB IVPENUTUP...............................................................................

A.    Kesimpulan................................................................................

B.     Saran..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................


BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Herpes zoster adalah infeksi virus pada kulit. Herpes simpleks virus merupakan salah satu virus yang menyebabkan penyakit herpes pada manusia. Tercatat ada tujuh jenis virus yang dapat menyebabkan penyakit herpes pada manusia yaitu, herpes simpleks, Varizolla zoster (VZV), Cytomegalovirus (CMV), Epstein Barr (EBV), dan human herpes virus tipe 6 (HHV-6), tipe 7 (HHV-7), tipe 8 (HHV-8). Semua virus herpes memiliki ukuran dan morfologi yang sama dan semuanya melakukan replikasi pada inti sel.

Hervers simpleks dapat bervariasi dari satu individu ke individu lain. Infeksi pertama berlangsung lebih lama dan lebih berat, kira-kira 3 minggu dan sering disertai gejala lain seperti demam, lemas, nyeri di sekitar mulut, tidak mau makan dan dapat ditemukan pembengkakan kelenjar getah bening. Gejala utamanya berupa vesikel yang berkelompok di atas kulit yang lembab dan merah, berisi cairan jernih dan kemudian menjadi keruh, terkadang gatal dan dapat menjadi krusta.

Krusta ini kemudian akan lepas dari kulit dan memperlihatkan kulit yang berwarna merah jambu yang akan sembuh tanpa bekas luka. Vesikel ini dapat timbul di tubuh bagian mana saja, namun paling sering timbul di daerah sekitar mulut, hidung, daerah genital dan bokong. Setelah itu, penderita masuk dalam fase laten, karena virus tersebut sebenarnya masih terdapat di dalam tubuh penderita dalam keadaan tidak aktif di dalam ganglion (badan sel saraf), yang mempersarafi rasa pada daerah yang terinfeksi.

 

 

 

 

 

B. Tujuan Penulisan

1)      Tujuan umum

a.       Untuk menambah pengetahuan mengenai Keperawatan Medikal Bedah II tentang Asuhan Keperawatan  pasien Herves.

b.      Agar mahasiswa lebih memahami seputar Penyakit Herpes.

1)      Tujuan Khusus

a.        Agar lebih memahami tentang Keperawatan Medikal Bedah II Asuhan Keperawatan Pasien  Herpes

b.      Agar memenuhi tugas mata kuliah keperawatan medical bedah II


1.       

BAB II

TINJAUAN TEORI

B.     Definisi

Herpes zoster adalah radang kulit akut yang bersifat khas seperti gerombolan vesikel unilateral, sesuai dengan dermatomnya (persyarafannya). Herpes zoster adalah sutau infeksi yang dialami oleh seseorang yang tidak mempunyai kekebalan terhadap varicella (misalnya seseorang yang sebelumnya tidak terinfeksi oleh varicella dalam bentuk cacar air).

Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus Varicella Zoster yang sifatnya localized, dengan ciri khas berupa nyeri radikuler, unilateral, dan gerombolan vesikel yang tersebar sesuai dermatom yang diinervasi satu ganglion saraf sensoris.

Herpes simpleks adalah infeksi akut yg disebabkan oleh virus herpes simpleks (virus herpes hominis) tipe I atau tipe II yang ditandai oleh adanya vesikel yang berkelompok diatas kulit yang sembab dan eritematosa pada daerah dekat mukokutan, sedangkan infeksi dapat berlangsung baik primer maupun rekurens.

Penyakit infeksiosa dan kontagiosa yang disebabkan oleh virus herpes simplek tipe 1 dan 2 dengan kecenderungan menyerang kulit-mukosa (orofasial genital), terdapat kemungkinan manifestasi ekstrakutan dan cenderung untuk residif karena sering terjadi persintensi virus. Derajat penularannya tinggi, tetapi karena patogenitas dan daya tahan terhadap infeksi baik, maka infeksi ini sering berjalan tanpa gejah atau gejala ringan, subklinis atau hanya local. (Rassner Dermatologie Lehrbuch und atlas, 1995)

 

 

 

C.    Epidemiologi

Herpes zoster dapat muncul disepanjang tahun karena tidak dipengaruhi oleh musim dan tersebar merata di seluruh dunia, tidak ada perbedaan angka penderita antara laki-laki dan perempuan, angka penderita meningkat dengan peningkatan usia. Di negara maju seperti Amerika, penyakit ini dilaporkan sekitar 6% setahun, di Inggris 0,34% setahun sedangkan di Indonesia lebih kurang 1% setahun. Herpes zoster terjadi pada orang yang pernah menderita varisela sebelumnya karena varisela dan herpes zoster disebabkan oleh virus yang sama yaitu virus varisela zoster. Setelah sembuh dari varisela, virus yang ada di ganglion sensoris tetap hidup dalam keadaan tidak aktif dan aktif kembali jika daya tahan tubuh menurun. Lebih dari 2/3 usia di atas 50 tahun dan kurang dari 10% usia di bawah 20 tahun. Kurnia Djaya pernah melaporkan kasus hepes zoster pada bayi usia 11 bulan.

Sedangkan epidemiologi virus Herpes simpleks tipe II ditemukan pada PSK 10x lebih tinggi dari wanita normal. Sedangkan HSV tipe 1 banyak ditemukan pada kelompok dengan status sosial ekonomi rendah.

D.    Klasifikasi

Herpes zoster dapat dibedakan menjadi:

a)      Herpes zoster generalisata

Adalah herpes unilateral dan segmental digabungkan dengan penyebaran secara generalisata berupa vesikel soliter dan terdapat umbilikasi.

b)      Herpes zoster oftalmikus

Adalah herpes zoster yang didalamnya terjadi infeksi cabang pertama nervus trigeminus yang menimbulkan kelainan pada mata serta cabang ke 2 dan ke 3 yang menyebabkan kelainan kulit pada daerah persyarafan.

Berdasarkan perbedaan imunologi dan klinis, virus herpes simpleks dapat dibedakan menjadi dua tipe yaitu:

a)      Virus herpes simpleks tipe 1

Menyebabkan infeksi herpes non genital, biasanya pada daerah mulut, meskipun kadang-kadang dapat menyerang daerah genital. Infeksi virus ini biasanya terjadi saat anak-anak dan sebagian besar seropositif telah didapat pada waktu umur 7 tahun.

b)      Virus herpes simpleks tipe 2

Hampir secara eksklusif hanya ditemukan pada traktus genitalis dan sebagian besar ditularkan lewat kontak seksual.

Secara periodik, virus ini akan kembali aktif dan mulai berkembangbiak, seringkali menyebabkan erupsi kulit berupa lepuhan pada lokasi yang sama dengan infeksi sebelumnya. Virus juga bisa ditemukan di dalam kulit tanpa menyebabkan lepuhan yang nyata, dalam keadaan ini virus merupakan sumber infeksi bagi orang lain.

E.     Etiologi

Herpes zoster disebabkan oleh reaktivasi dari virus varicella zoster virus varicella zoster terdiri dari kapsid berbentuk ikosahedral dengan diameter 100 nm. Kapsid tersusun atas 162 sub unit protein-virion yang lengkap dengan diameternya 150-200 nm, dan hanya virion yang terselubung yang bersifat infeksius. Infeksiositas virus ini dengan cepat dihancurkan oleh bahan organic, deterjen, enzim proteolitik. panas dan suasana Ph yang tinggi. Masa inkubasinya 14-21 hari.

a)      Faktor risiko herpes zoster

1.      Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.

2.      Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari kelainan imun.

3.      Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.

4.      Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.

b)      Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster

Ø  Trauma/cedera

Ø  Kelelahan

Ø  Demam

Ø  Alcohol

Ø  Gangguan pencernaan

Ø  Obat-obatan

Ø  Sinar ultraviolet

Ø  Haid

Secara umum, penyebab dari terjadinya herpes simpleks ini adalah sebagai berikut:

1.      Virus Herpes Manusia (HVH).

2.      Virus Herpes Simpleks (HSV)

3.      Virus Varicella Zoster (VZV)

4.      Virus Epstein Bar (EBV)

5.      Citamoga lavirus (CMV)

Faktor pencetus replikasi virus penyebab herpes simpleks:

a)      Herpes oro-labial.

Ø  Suhu dingin.

Ø  Panasnya matahari.

Ø  Penyakit infeksi (febris).

Ø  Kelelahan.

Ø  Menstruasi.

b)      Herpes genetalis

Ø  Faktor pencetus pada herpes oro-labial.

Ø  Hubungan seksual.

Ø  Makanan yang merangsang.

Ø  Alkohol.

c)      Keadaan yang menimbulkan penurunan daya tahan tubuh:

Ø  Penyakit DM berat.

Ø  Kanker.

Ø  HIV.

Ø  Obat-obatan (Imunosupresi, Kortikosteroid).

Ø  Radiasi.

F.     Manifestasi Klinik

Herpes zoster

a)      Gejala prodromal

Ø  Keluhan biasanya diawali dengan gejala prodomal yang berlangsung selama 1-4 hari.

Ø  Gejala yang mempengaruhi tubuh: demam, sakit kepala, fatige, malaise, nusea, rash, kemerahan, sensitive, sore skin (penekanan kulit), neri, (rasa terbakar atau tertusuk) gatal dan kesemutan.

Ø  Nyeri bersifat segmental dan dapat berlangsung terus menerus atau hilang timbul. Nyeri juga bisa terjadi selama erupsi kulit.

Ø  Gejala yang mempengaruhi mata: Berupa kemerahan, sensitive terhadap ringan, pembengkakan kelopak mata. mata kering, penglihatan kabur, penurunan sensasi visual dan lain-lain.

b)      Timbul erupsi kulit

Ø  Kadang terjadi limfadenopati regional

Ø  Erupsi kulit hampir selalu unilateral dan biasanya terbatas pada daerah yang dipersarafioleh satu ganglion sensorik. Erupsi dapat terjadi di seluruh bagian tubuh, yang tersering di daerah ganglion torakalis.

Ø  Lesi dimulai dengan macula eritroskuamosa, kemudian terbentuk papul papul dan dalam waktu 12-24 jam lesi berkembang menjadi vesikel. Pada hari ketiga berubah menjadi pastul yang akan mengering menjadi krusta dalam 7-10 hari. Krusta dapat bertahan sampai 2-3 minggu kemudian mengelupas. Pada saat ini nyeri segmental juga menghilang.

Ø  Lesi baru dapat terus muncul sampai hari ke 4 dan kadang-kadang sampai hari ke 7.

Ø  Erupsi kulit yang berat dapat meninggalkan macula hiperpigmentasi dan jaringan parut (pitted scur)

Ø  Pada lansia biasanya mengalami lesi yang lebih parah dan mereka lebih sensitive terhadap nyeri yang dialami.

Herpes simpleks

Masa inkubasi berkisar sekitar 3-7 hari. Berdasarkan pernah tidaknya seseorang kontak dengan Virus Herpes Simplex (HSV-2), infeksi Herpes simpleks berlangsung dalam 3 fase, yakni:

1)      Fase Infeksi (lesi) Primer, ditandai dengan:

Ø  Dapat terjadi tanpa gejala (asimptomatis)

Ø  Diawali dengan rasa panas, rasa terbakar dan gatal pada area yang terserang.

Ø  Kemudian timbul vesikula (bintik-bintik) bergerombol, mudah pecah sehingga menimbulkan perlukaan (mirip koreng) di permukaan kulit yang kemerahan (eritematus), dan nyeri.

Ø  Selanjutnya dapat diikuti dengan demam, lemas sekujur tubuh (malaise) dan nyeri otot.

Ø  Terjadi pembesaran kelenjar getah bening di sekitar area yang terserang  Herpes genitalia.

2)      Fase Infeksi (lesi) Rekuren (kambuh)

Seseorang yang pernah infeksi primer, dapat mengalami kekambuhan. Adapun kekambuhan terjadi karena berbagai faktor dan dapat dipicu oleh beberapa faktor pencetus, misalnya kelelahan fisik maupun psikis, alkohol. menstruasi dan perlukaan setelah hubungan intim.

Ø  Pada infeksi kambuhan (rekuren), gejala dan keluhan pada umumnya lebih ringan. Gambaran penyakit bersifat lokal pada salah satu sisi bagian tubuh (unilateral), berbentuk vesikuloulseratif (bercak koreng) yang biasanya dapat hilang dalam 5 hingga 7 hari.

Ø  Sebelum munculnya bintik-bintik penggorengan, didahului oleh rasa panas, gatal-gatal dan nyeri.

3)      Biarkan fase

Fase ini berati penderita tidak ditemukan gejala klinis, tetapi HVS dapat ditemukan dlm keadaan tidak aktif pada ganglion dorsalis.

G.    Patofisiologi

Herpes zoster bermula dari Infeksi primer dari VVZ (virus varisells zoster) ini pertama kali terjadi di daerah nasofaring. Disini virus mengadakan replikasi dan dilepas ke darah sehingga terjadi viremia permulaan yang sifatnya terbatas dan asimptomatik. Keadaan ini diikuti masuknya virus ke dalam Reticulo Endothelial System (RES) yang kemudian mengadakan replikasi kedua yang sifat viremianya lebih luas dan simptomatik dengan penyebaran virus ke kulit dan mukosa. Sebagian virus juga menjalar melalui serat-serat sensoris ke satu atau lebih ganglion sensoris dan berdiam diri atau laten didalam neuron. Selama antibodi yang beredar didalam darah masih tinggi, reaktivasi dari virus yang laten ini dapat dinetralisir, tetapi pada saat tertentu dimana antibodi tersebut turun dibawah titik kritis maka terjadilah reaktivasi dari virus sehingga terjadi herpes zoster.

H.    Pemeriksaan Diagnostik

Pemeriksaan diagnostic pada Herpes zoster. Tes diagnostic ini untuk membedakan dari impetigo, kontak dermatitis dan herpes simplex:

1)      Tzanck Smear: mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simpleks.

2)      Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody: digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus.

3)      Immunofluororescent: mengidentifikasi varicella di sel kulit.

4)      Pemeriksaan histopatologik

5)      Pemeriksaan mikroskop electron

6)      Kultur virus

7)      Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ (virus varisela zoster)

8)      Deteksi antibody terhadap infeksi virus

Pemeriksaan penunjang untuk infeksi HSV (herpes simpleks virus dapat dilakukan secara virologi maupun serologi, masing-masing contoh pemeriksaan tersebut adalah sebagai berikut:

a)      Virologi

9)      Mikroskop cahaya. Sampel berasal dari sel-sel di dasar lesi, apusan pada permukaan mukosa, atau dari biopsi, mungkin ditemukan intranuklear inklusi (Lipschutz inclusion bodies).

2.      Pemeriksaan antigen langsung (imunofluoresensi). Sel-sel dari spesimen dimasukkan dalam aseton yang dibekukan.

3.      PCR. Test reaksi rantai polimer untuk DNA HSV lebih sensitif dibandingkan kultur viral tradisional (sensitivitasnya >95 %, dibandingkan dengan kultur yang hanya 75 %).

4.      Kultur Virus. Kultur virus dari cairan vesikel pada lesi (+) untuk HSV adalah cara yang paling baik karena paling sensitif dan spesifik dibanding dengan cara-cara lain.

b)      Serologi

 Pemeriksaan serologi ini direkomendasikan kepada orang yang mempunyai gejala herpes genital rekuren tetapi dari hasil kultur virus negatif, sebagai konfirmasi pada orang-orang yang terinfeksi dengan gejala- gejala herpes genital, menentukan apakah pasangan seksual dari orang yang terdiagnosis herpes genital juga terinfeksi dan orang yang mempunyai banyak pasangan sex dan untuk membedakan dengan jenis infeksi menular seksual lainnya.

I.       Penatalaksaan Herpes.

Penatalaksanaan Herpes zoster

a)      Pengobatan

1)      Pengobatan topical

Ø  Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah - Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit.

Ø  Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin/polysporin) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari.

2)      Pengobatan sistemik

Ø  Drug of choice-nya adalah acyclovir yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.

Ø  Antiviral lain yang dianjurkan adalah vidarabine (Ara - A. Vira-A) dapat diberikan lewat infus intravena atau salep mata. - Kortikosteroid dapat digunakan untuk menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.

Ø  Analgesik non narkotik dan narkotik diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan priritus.

b)      Penderita dengan keluhan mata

Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan.

c)      Neuralgia Pasca Herpes zoster

Ø  Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik (misalnya: amitriptilin 10-75 mg/hari).

Ø  Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan.

Ø  Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.

Pada prinsipnya, penanganan dari infeksi Herpes Simpleks Virus (HSV) ada 2 macam, yaitu:

1)      Terapi Spesifik

a)      Infeksi primer

Ø  Topikal: Penciclovir krim 1% (tiap 2 jam selama 4 hari) atau Acyclovir krim 5% (tiap 3 jam selama 4 hari).

Ø  Sistemik: Valacyclovir tablet 2 gr sekali minum dalam 1 hari yang diberikan begitu gejala muncul, diulang pada 12 jam kemudian, atau Acyclovir tablet 400 mg 5 kali sehari selama 5 hari, atau Famciclovir 1500 mg dosis tunggal yang diminum 1 jam setelah munculnya gejala prodromal.

b)      Infeksi Rekuren

Terapi rekuren ditujukan untuk mengurangi angka kekambuhan dari herpes genitalis, dimana tingkat kekambuhan berbeda pada tiap individu, bervariasi dari 2 kali/tahun hingga lebih dari 6 kali/tahun.

2)      Terapi Non-Spesifik;

Pengobatan non-spesifik ditujukan untuk memperingan gejala yang timbul berupa nyeri dan rasa gatal. Rasa nyeri dan gejala lain bervariasi, sehingga pemberian analgetik, antipiretik dan antipruritus disesuaikan dengan kebutuhan individu. Zat-zat pengering yang bersifat antiseptic juga dibutuhkan untuk lesi yang basah berupa jodium povidon secara topical untuk mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan. Selain itu pemberian antibiotic atau kotrimoksasol dapat pula diberikan untuk mencegah infeksi sekunder.

 

Tujuan dari terapi tersebut masing-masing adalah untuk mempercepat proses penyembuhan, meringankan gejala prodromal, dan menurunkan angka penularan

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN

A.    PENGKAJIAN

1.      Identitas: meliputi nama, jenis kelamin, umur, tanggal MRS, alamat, diagnosa medis.

2.      Keluhan utama

Pada pasien herpes zoster mengeluh demam, pusing, malaise, nyeri otot, gatal-gatal, pegal dan timbul aritema dan kemudian menjadi vesikel.

3.      Riwayat penyakit saat ini

Adanya keluhan utama demam pusing, malaise, nyeri otot, gatal-gata, nyeri kepala setelah itu timbul eritema pada waktu singkat (1-2 hari) timbul vesikel yang berkelompok).

4.      Riwayat penyakit sebelumnya

Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita lain seperti penyakit kulit lain dan riwayat penyakit yang sama.

5.      Riwayat penyakit keluarga

Untuk mengetahui adanha anggota keluarga yang menderita penyakit menurun (HT, DM dan lain-lain) atau penyakit kulit yang menular

Pemeriksaan Fisik

1.      Kondisi umum

Kesadaran, tekanan darah, suhu, nadi frekuensi dan kualitas, pernapasan frekuensi, iramanya tipe pernapasan.

2.      Kepala

Terdapat nyeri kepala pada pasien herpes zoster.

3.      Muka

Pada sindrom rumsay hunting syndrome terdapat kelainan pada otot wajah dan kelainan pada kulit wajah.

4.      Mata

Pada herpes zoster oftalmik terdapat kelainan pada mata

5.      Telinga

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada telinga.

6.      Hidung

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada hidung.

7.      Mulut dan faring

Tidak terjadi gangguan pada mulut dan faring.

8.      Leher

Tidak terjadi gangguan pada leher

9.      Thorak

Pada pasien herpes zoster daerah yang paling sering terkena adalah daerah thorakal.

10.  Paru

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada paru.

11.  Hati

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada jantung.

12.  Perut

Pada pasien herpes zoster tidak terjadi gangguan pada abdomen.

13.  Inguinal, genital dan anus

Pada pasien herpes zoster terjadi pembesaran, kelenjar getah bening.

14.  Integument

Terdapat eritema, gatal-gatal, vesikel yang bergerombol dengan dasar kulit yang eritematosa dan odema, vesikel berisi cairan jernih kemudian dapat menjadi pustul dan krustu.

15.  Ektrimitas dan neurologis

Herpes zoster oftalmik adalah gangguan saraf trigeminus. Pada sindrom perburuan ramsay ada gangguan saraf fasis dan otikus.

 

 

 

B.     Diagnosa Keperawatan

1)      Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan gatal.

2)      Gangguan rasa nyaman (nyeri berhubungan dengan erupsi dermal).

3)      Gangguan pola istirahat (tidur) berhubungan dengan nyeri pada daerah lesi.

4)      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

C.    Intervensi Keperawatan

Diagnosa 1:

kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi.

Tujuan :

integritas kulit mulai kembali normal dalam waktu ......jam ...

Kriteria hasil :

·         Mulai terjadi granulasi pada daerah lesi

·         Tidak ada tanga-tanda infeksi

·         Lesi mulai mengering

Intervensi

rasional

Jelaskan tindakan yang akan dilakukan

Pasien mengerti tindakan yang dilakukan dan dapat kooperatif.

Kaji/catatan pengukuran, warna, luka, perhatikan jaringan yang nekrotik dan kondisi sekitar luka.

Mengetahui ukuran dan warna luka serta adanya jaringan yang nekrotik (mengetahui keadaan luka dan keadaan sekitar luka).

Lakukan perawatan luka yang tepat dan tindakan Mempermudah terjadinya granulasi dan kontrol infeksi.

Mempermudah terjadinya granulasi dan meminimalkan resiko infeksi.

Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi

Mengoptimalkan proses pengobatan.

 

Kaji tanda-tanda infeksi

 

Mengetahui dari dini terjadinya infeksi.

Anjurkan pasien untuk selalu cuci tangan

Menjaga kebersihan dan meminalkan terjadinya penyebaran infeksi.

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Mempercepat

terapi (asiklovir 5 x 800mg/hari).

Mempercepat proses penyembuhan.

 

Diagnosa II :

Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan erupsidermal.

Tujuan :

Nyeri berkurang atau dapat terkontrol dalam waktu….jam….

Kriteria hasil :

·         Pasien tampak tenang

·         skala Nyeri 2-3

Intervensi

rasional

Jelaskan pada pasien rasa nyeri

Pasien mengerti penyebab rasa nyeri dan mengurangi rasa cemas

Kaji skala nyeri, frekuensi daerah, nyeri.

Mengetahui derajat nyeri

Ajarkan tehnik relaksasi dan dekstraksi

Mengurangi rasa nyeri

Anjurkan pasien untuk napas panjang

Dengan napas panjang nyeri dapat berkurang dan terkontrol

Berikan posisi yang aman

Pasien merasa tenang dan nyaman

Berikan lingkungan yang nyaman dan tenang

 

Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian Analgetik

Analgetik dapat menurunkan rasa nyeri

 

Diagnosa III :

Gangguan pola tidur berhubungan dengan pruritus.

Tujuan :

pasien bisa tidur dengan nyaman

Kriteria hasil

·         Mencapai tidur yang nyenyak.

Intervensi

rasional

Nasihati klien untuk menjaga kamar tidur agar memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.

Udara yang kering membuat kulit terasa gatal, lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.

Menjaga agar kulit selalu lembab.

Tindakan ini mencegah kehilangan air, kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat disembuhkan tetapi bisa dikendalikan.

Mandi hanya diperlukan, gunakan sabun lembut, memelihara kelembaban kulit oleskan krim setelah mandi.

Memlihara kelembaban kulit.

Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur.

Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam setelah dikonsumsi.

Melakukan gerak badan secara teratur.

Memberikan efek menguntungkan bila dilakukan disore hari.

Mengerjakan hal ritual menjelang tidur.

Memudahkan peralihan dari keadaan terjaga ke keadaan tertidur

Diagnosa IV:

Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kulit yang tidak bagus.

Tujuan : berkembangnya sikap penerimaan terhadap diri sendiri.

Kriteria hasil:

·         Kembangkan kemauan yang meningkat untuk menerima situasi seseorang.

·         Ikuti dan berpartisipasi dalam tindakan perawatan diri.

Intervensi

rasional

Kaji adanya gangguan citra diri (menghindari kontak mata ucapan merendahkan diri sendiri.

Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit/keadaan yang tampak nyata bagi klien, kesan orang terhadap dirinya berpengaruh terhadap konsep diri.

Identifikasi stadium psikososial terhadap perkembangan.

Terdapat hubungan antara stadium perkembangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman klien terhadap kondisi kulitnya.

Berikan kesempatan pengungkapan perasaan.

 klien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami.

Nilai rasa keprihatinan dan ketakutan klien, bantu klien yang cemas mengembangkan kemampuan untuk menilai diri dan mengenali masalahnya.

Memberikan kesempatan pada petugas untuk menetralkan kecemasan yang tidak perlu terjadi dan memulihkan realitas situasi, ketakutan merusakadaptasi klien.

Dukung upaya klien untuk memperbaiki citra diri, spt merias, merapikan.

membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

Mendorong sosialisasi dengan orang lain.

Membantu meningkatkan penerimaan diri dan sosialisasi.

 

D.    Implementasi

Pada tahap ini untuk melaksanakan intervensi dan aktivitas yang telah dicatat dalam rencana perawatan pasien. Agar implementasi/pelaksanaan perencanaan ini dapat tepat waktu dan efektif maka perlu mengidentifikasi prioritasperawat memantau dan mencatat respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilaksanakan serta mendokumentasikan pelaksaan perawatan. Pada pelaksanaan keperawatan diprioritaskan pada uppaya untuk mempertahankan jalan napas, mempermudah pertukarangas, meningkatkan masukan nutrisi, mencegah komplikasi, memperlambat memperburuknya kondisi, memberikan informasi tentan proses penyakit (Doenges Marilynn E, 2000, rencana asuhan keperawatan)

E.     Evaluasi

Ø  Keluhan nyeri berkurang.

Ø  Pasien memperoleh periode istirahat/tidur yang adekuat.

Ø  Kondisi integritas kulit dapat dipertahankan.

Ø  Ditak ada lesi yang pecah.

Ø  Tidak ada tanda yang infeksi.


 

BAB IV

PENUTUP

A.    Kesimpulan

Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster dari infeksi endogen yang telah menetap dalam bentuk laten setelah infeksi primer oleh virus ( Marwali, 2000). Dapat disimpulkan Herpes zooster adalah radang kulit akut dan setempat yang merupakan reaktivasi virus variselo-zaster yang menyerang kulit dan mukosa ditandai dengan nyeri radikular unilateral serta erupsi vesikuler berkelompok dengan dasar eritematoso. Pada pasien mungkin muncul dengan iritasi, penurunan kesadaran yang disertai pusing, dan kekuningan pada kulit (jaudince) dan kesulitan bernafas atau kejang.

B.     Saran

Untuk mencapai suatu keberhasilan yang baik dalam pembuatan makalah selanjutnya, maka penulis memberikan saran kepada:

1.      Mahasiswa Dalam pengumpulan data, penulis mendapatkan berbagai kesulitan. Dengan usaha yang sungguh-sungguh, sehingga penulis mendapatkan data untuk dapat menyelesaikan makalah ini.

 


 

DAFTAR PUSTAKA

 

Mansjoer, Arief dkk. (2007). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Edisi 3.

 

Media Aesculapius Marwali, dkk. (1984). Pedoman Pengobatan Penyakit Kulit. Bandung : Alumni. Sjaiful dan Wresti I. (2002). Infeksi Virus

 

Herpes. Jakarta : FKUS Syaifuddin. (2011). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

 

http://medicalposts.blogspot.com/2012/06/patofisiologi-dan-manifestasi-herves.htm diakses pada 21 oktober 2021 pukul 13.00

 

http://worldhealth-bokepzz.blogspot.com/2012/03/herves.html diakses pada 21 oktober 2021 pukul 13.00

 

No comments:

Post a Comment