DAFTAR ISI
Abstrak.............................................................................................................................................4
1.1 Sifat Pengambilan Keputusan
1.2 Bagaimana Keputusan Individu Dibuat
1.3 Mengevaluasi
efektivitas keputusan
1.4 Model
Rasionalitas Terbatas
2.3 Proses Pengambilan Keputusan
2.4 Tahapan Proses Pengambilan Keputusan
2.6 Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil Pelaksanaan
3.1 Teori Kepemimpinan...............................................................................................................27
3.2
Inti Pengambilan Keputusan...................................................................................29
3.3
Perilaku Pengambilan Keputusan............................................................................30
3.4
Rasionalisasi Keputusan..........................................................................................30
3.5
Beberapa Model perilaku pengambilan keputusan ................................................31
3.6
Implikasi Gaya........................................................................................................32
3.7
Teknik pengambilan Keputusan..............................................................................32
Penutup dan
saran..........................................................................................................................35
Daftar
Pustaka................................................................................................................................34
FORUM
NASIONAL JURNAL ADMINISTRASI DAN PENGAWASAN PENDIDIKAN
VOLUME
27, NOMOR 4, 2010
PROSES PENGAMBILAN
KEPUTUSAN
Fred C. Lunenburg
Universitas Negeri Sam
Houston
ABSTRAK
Pengambilan
keputusan adalah salah satu kegiatan terpenting di mana para administrator
sekolah terlibat setiap harinya. Keberhasilan sekolah atau sekolah daerah
terkait sangat terkait erat dengan keputusan yang efektif. Dalam artikel ini,
saya membahas bagaimana individu mengambil sebuah keputusan. Saya menggambarkan
dan menganalisis dua model dasar pengambilan keputusan: rasionalmodel rasional
dan model rasionalitas yang terbatas
Dikarenakan pengambilan keputusan sangat penting dan
dapat memiliki efek yang signifikan terhadapoperasional sekolah, maka telah
disarankan bahwa administrasi berbentuk pengambilan keputusan(Maret, 2010).
Namun akan menjadi kesalahan, untuk menyimpulkan bahwa hanya administrator yang
membuat keputusan. Semakin banyak keputusan penting yang dibuat di sekolah oleh
personel non-administratif. Oleh karena itu, ketika pengambilan keputusan
adalah administrasi penting proses, itu sebenarnya pada dasarnya adalah adalah
proses dari semua orang. Dalam artikel ini, saya menjelaskan dan menganalisis bagaimana
keputusan individu dibuat. Saya mulai dengan membahas sifat pengambilan
keputusan. Ini diikuti dengan deskripsi dan analisis dua model dasar
pengambilan keputusan: model rasional dan model rasionalitas terbatas. Sifat
Pengambilan Keputusan Keputusan dibuat di semua tingkat organisasi sekolah.
Pengawas membuat keputusan tentang tujuan dan strategi sekolah daerah. Kemudian
kepala sekolah membuat taktik keputusan mengenai tujuan dan strategi untuk
mencapainya dalam kaitannya dengan bangunan sendiri. Kepala departemen dan
ketua tim kemudian membuat kurikuler dan operasional keputusan untuk
melaksanakan kegiatan sehari-hari departemen atau unit. Pada akhirnya, guru
kelas membuat keputusan di kelas mereka. Pertimbangkan keputusan berikut yang
perlu dibuat di organisasi yang berbeda tingkat:
1. Berapa banyak persediaan yang harus dibawa di gudang sekolah distrik?
2. Di manakah lokasi sekolah dasar yang baru diusulkan itu?
3. Haruskah sekolah distrik merenovasi SMA lama atau
membangun yang baru?
4. Berapa banyak kelas bahasa Inggris mahasiswa baru yang
harus ditawarkan departemen kami pada semester selanjutnya
1.1 Sifat Pengambilan Keputusan
Keputusan dibuat di semua tingkat organisasi sekolah.
Pengawas membuat keputusan tentang tujuan dan strategi distrik sekolah. Kemudian
kepala sekolah membuat taktik keputusan mengenai tujuan dan strategi untuk mencapainya
dalam kaitannya dengan bangunan sendiri. Kepala departemen dan ketua tim
kemudian membuat kurikuler dan operasional keputusan untuk melaksanakan
kegiatan sehari-hari departemen atau unit. Dan akhirnya, guru kelas membuat
keputusan di kelas mereka.Pertimbangkan keputusan berikut yang perlu dibuat di
organisasi yang berbeda:
tingkat:
·
Berapa banyak
persediaan yang harus dibawa di gudang distrik sekolah?
·
Di manakah lokasi
sekolah dasar yang baru diusulkan itu?
·
Haruskah distrik
sekolah merenovasi SMA lama atau membangun yang baru?
·
Berapa banyak kelas
bahasa Inggris mahasiswa baru yang harus ditawarkan departemen kami
selanjutnya?
·
Seri buku teks apa
yang harus diadopsi oleh departemen matematika?
·
Haruskah semua
kepala sekolah kita menghadiri konferensi tentang penggunaan teknologi?
·
Aturan minimum apa
yang harus saya terapkan di kelas saya?
Pertanyaan seperti ini membutuhkan jawaban. Seseorang
harus melakukan beberapa keputusanmembuat untuk memberikan jawaban.
Pengambilan keputusan adalah proses membuat pilihan dari
sejumlah alternatif untuk mencapai hasil yang diinginkan (Eisenfuhr, 2011).
Definisi ini memiliki tiga elemen kunci. Pertama, pengambilan keputusan
melibatkan membuat pilihan dari sejumlah pilihan-distrik sekolah dapat membawa
lebih banyak atau lebih sedikit persediaan perlengkapan sekolah dan departemen
matematika dapat memilih seri matematika Macmillan atau McGraw-Hill. Kedua,
pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan lebih dari sekadar pilihan
akhir dari antara alternatif—jika distrik sekolah memutuskan untuk merenovasi
sekolah menengah yang ada daripada membangun yang baru, kami ingin tahu bagaimana keputusan ini dicapai.
Akhirnya, "hasil yang diinginkan" disebutkan dalam definisi
melibatkan tujuan atau target yang dihasilkan dari aktivitas mental bahwa
keputusan itu pembuat terlibat untuk mencapai keputusan akhir — untuk menemukan
sekolah dasar baru di sisi timur kota.
Pengambilan keputusan adalah cara hidup bagi
administrator sekolah. Meskipun semua orang di sekolah membuat beberapa
keputusan, administrator sekolah dibayar untuk membuat keputusan. Milik mereka
tanggung jawab utama terletak pada pengambilan keputusan daripada melakukan
operasi rutin. Kualitas keputusan yang dibuat merupakan faktor utama dalam
bagaimana pengawas, untuk misalnya,
melihat kinerja kepala sekolah, atau bagaimana kepala sekolah memandang kepala
departemen atau kinerja pemimpin tim. Selanjutnya, pengambilan keputusan
mempengaruhi kinerja sekolah atau distrik sekolah dan kesejahteraan pemangku
kepentingannya: siswa, guru, orang tua, dan masyarakat.
1.2
Bagaimana Keputusan Individu Dibuat
Sekarang saya telah membahas sifat pengambilan keputusan
di sekolah, sekarang saya akan mempertimbangkan masalah bagaimana orang
mengambil keputusan. Secara historis para ilmuwan memiliki menekankan dua model
dasar pengambilan keputusan: model rasional dan model terbatas model
rasionalitas (Maret, 2010)
A.
Model Rasional
Pengambilan keputusan administratif dianggap rasional.
Dengan ini kami bermaksud bahwa administrator sekolah membuat keputusan dengan
pasti: Mereka mengetahui alternatif mereka; mereka tahu hasil mereka; mereka
tahu kriteria keputusan mereka; dan mereka memiliki kemampuan untuk membuat
pilihan optimal dan kemudian mengimplementasikannya (Towler, 2010). Menurut
rasional model, proses pengambilan keputusan dapat dipecah menjadi enam langkah
(Schoenfeld, 2011). (Lihat Gambar 1.)
Mengidentifikasi
masalah Menghasilkan alternatif Mengevaluasi alternatif
Memilih alternatif
Melaksanakan keputusan
Mengevaluasi efektivitas keputusan
Setelah masalah diidentifikasi, solusi alternatif untuk
masalah tersebut dihasilkan. Ini dievaluasi dengan hati-hati, dan alternatif
terbaik dipilih untuk implementasi. NS alternatif yang diimplementasikan
kemudian dievaluasi dari waktu ke waktu untuk memastikannya segera dan
efektivitas lanjutan. Jika kesulitan muncul pada setiap tahap dalam proses,
daur ulang mungkin dilakukan.
Jadi, kita melihat
bahwa pengambilan keputusan adalah urutan logis dari kegiatan. Itu adalah,
sebelum alternatif dihasilkan, masalah harus diidentifikasi, dan seterusnya.
Lebih-lebih lagi, pengambilan keputusan adalah kegiatan berulang. Seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 1, pengambilan keputusan adalah acara berulang, dan
administrator sekolah dapat belajar dari keputusan masa lalu. Paragraf yang
mengikuti menguraikan masing-masing langkah ini dan menjelaskan keterkaitan
mereka.
B.
Mengidentifikasi masalah
Sekolah ada untuk mencapai tujuan tertentu, seperti
mendidik siswa. Dalamsekolah, setiap departemen atau subunit memiliki tujuan,
seperti meningkatkan nilai ujian, mengurangiputus sekolah, dan/atau
mengembangkan pendekatan baru untuk mengajar. Menetapkan tujuan inimenjadi
dasar untuk mengidentifikasi area masalah, memutuskan tindakan, danmengevaluasi
hasil keputusan. Suatu keputusan dikatakan efektif jika membantu
sekolahadministrator untuk mencapai tujuan tertentu atau serangkaian tujuan
untuk sekolah atau sekolahdaerah. Kegagalan untuk mencapai tujuan yang
diinginkan menjadi masalah, dan sekolahadministrator pada akhirnya bertanggung jawab
untuk menyelesaikannya
Pengambil keputusan yang efektif sangat menyadari
pentingnyamengidentifikasi masalah dan memahami situasi masalah. Kepner dan
Tregoe2005) mengembangkan metode analisis masalah yang menyarankan bahwa
langkah pertama dalampengambilan keputusan, mengidentifikasi masalah, adalah
langkah yang paling penting. Menurut inipenulis, memberikan definisi yang baik
dari masalah mempengaruhi kualitas keputusan.Metode mereka menunjukkan bahwa
seringkali lebih mudah untuk mendefinisikan apa masalahnya, daripadaapa itu.
Juga, masalah—dan solusinya—diprioritaskan dengan masalah lain,
untukmemperjelas kepentingan relatifnya. Langkah terakhir adalah mencari
hubungan sebab-akibat. Di dalamSingkatnya, metode analisis masalah mereka
meliputi:
(1) identifikasi masalah,
(2)definisi masalah apa dan bukan,
(3) memprioritaskan masalah, dan
(4) pengujianuntuk hubungan sebab-akibat (Kepner &
Tregoe).
Proses mengidentifikasi masalah membutuhkan pengawasan
internal danlingkungan eksternal untuk isu-isu yang perlu mendapatperhatian
(Verschaffel, 2011). Sekolahadministrator memindai dunia di sekitar mereka
untuk menentukan apakah sekolah sedang berkembangsecara memuaskan menuju
tujuannya. Misalnya, administrator sekolah mensurvei siswa,guru, orang tua, dan
anggota masyarakat menggunakan instrumen untuk mengukur kepuasan,iklim
organisasi, dan sejenisnya. Informasi lain mungkin datang dari formalsistem
informasi, seperti laporan akuntansi berkala, Informasi ManajemenLaporan Sistem
(MIS), dan rencana organisasi yang dirancang untuk menemukan masalah
sebelumnyamereka menjadi terlalu serius. Atau informasi dapat dikumpulkan
secara informal dengan membicarakannyasituasi dan dengan pengamatan pribadi.
Seorang kepala sekolah, misalnya, mungkin mendiskusikanmasalah kinerja sekolah
dengan guru, pengawas, atau kepala sekolah lainnya untukmemperoleh ide dan
informasi. Administrator sekolah harus terhubung kesistem informasi, baik
formal maupun informal, yang mengumpulkan data ini sebagai sarana
untukmengidentifikasi masalah.
Selain mengidentifikasi masalah, administrator sekolah
juga harus mendefinisikan:situasi, yang sebagian merupakan masalah menentukan
bagaimana masalah tertentu muncul. Ini adalah sebuahtahap penting, karena
definisi situasi memainkan peran utama dalam langkah-langkah
selanjutnya.Misalkan, misalnya, sebuah sekolah mengalami penurunan nilai ujian
selama dua tahun terakhir.Seorang kepala sekolah mungkin mendefinisikan situasi
ini sebagai akibat dari populasi siswa yang berubah dalamarea kehadiran sekolah
dan mulai mencari pendekatan baru untuk mengajarkan inisiswa, yang berasal dari
latar belakang sosial ekonomi rendah. Kepala sekolah lain mungkinmendefinisikan
situasi sebagai kasus kecocokan yang tidak tepat antara apa yang diajarkan dan
apa yangdiukur — yaitu, menyalahkan tes prestasi yang digunakan. NSmasalah —
menurunnya nilai ujian — sama dalam kedua kasus, tetapi keduanya
berbedadefinisi situasi panggilan untuk dua solusi yang berbeda.
C.
Menghasilkan alternatif
Setelah masalah telah diidentifikasi, langkah kedua dalam
pengambilan keputusanproses adalah untuk menghasilkan alternatif untuk masalah.
Dalam mengembangkan alternatif inisolusinya, administrator sekolah terlebih
dahulu harus menentukan tujuan yang ingin mereka capaimelalui keputusan mereka.
Apakah mereka mencoba mengurangi angka putus sekolah, meningkatkan
kualitasinstruksi, meningkatkan nilai ujian, atau sesuatu yang lain? Setelah
administrator sekolah memilikimenentukan tujuan mereka, mereka dapat mencari
cara alternatif untuk mencapainya.Informasi harus dikumpulkan mengenai
masing-masing alternatif dan kemungkinannyakonsekuensi. Lebih khusus lagi,
administrator sekolah harus berusaha untuk belajar sebanyakmungkin mengenai
kemungkinan bahwa setiap alternatif akan menghasilkan pencapaianberbagai hasil,
dan sejauh mana hasil tersebut akan berkontribusi padapencapaian tujuan dan
sasaran yang ingin dicapai.
Idealnya, administrator sekolah harus berusaha untuk
menghasilkan sebanyak mungkin alternatifmungkin dan harus berusaha untuk
memastikan bahwa alternatifnya relatif beragam — yaitu,tidak terlalu mirip satu
sama lain. Luasnya pencarian alternatif dibatasi olehpentingnya keputusan,
biaya dan nilai informasi tambahan yang diperlukan untukmengevaluasi
alternatif, dan jumlah orang yang terpengaruh oleh keputusan (Zopounidis,2011a,
b).
Semakin penting keputusannya, semakin banyak perhatian
diarahkan untuk mengembangkanalternatif. Misalnya, jika keputusan melibatkan di
mana untuk membangun sekolah menengah baru yang bernilai jutaan dolar, banyak
waktu dan upaya akan dicurahkan untuk mengidentifikasi sekolah menengah
terbaik.lokasi. Di sisi lain, jika masalahnya adalah memilih warna untuk
mengecat ruang kelassekolah menengah baru, lebih sedikit waktu dan usaha yang
akan dicurahkan untuk kegiatan tersebut.
Panjang dan ketelitian pencarian alternatif tergantung
pada biayamengevaluasi alternatif tambahan (Narayan, 2005). Misalnya,
peningkatan 2% dalamsolusi dari masalah $ 10 juta dapat menghasilkan margin
keuntungan $ 200.000.Namun, jika biaya untuk mengevaluasi alternatif tambahan
adalah $250.000, evaluasibiaya $50.000 lebih dari kemungkinan penghematan.
Sebagai aturan praktis, peningkatanperbaikan solusi harus selalu lebih dari
biaya melakukanevaluasi tambahan dari suatu alternatif. Selain itu, semakin
besar jumlah orangdipengaruhi oleh suatu masalah, semakin besar kemungkinan
organisasi akan melakukanpencarian menyeluruh untuk alternatif (Ehrgott, 2011).
Namun, ketika berhadapan dengan kompleksmasalah sekolah yang mempengaruhi
banyak orang, seringkali perlu untuk berkompromi pada beberapapoin. Manfaat
manusia tidak dapat diukur dalam dolar dan sen (Schoenfeld, 2011).
D.
Evaluating alternatives
Langkah ketiga dalam proses pengambilan keputusan adalah
mengevaluasi setiap alternatif yang dihasilkan pada langkah 2. Dalam mengevaluasi
alternatif, administrator sekolah harus ajukan tiga pertanyaan berikut: (1)
"Apakah alternatif itu layak?" (2) "Apakah itu memuaskan?
alternatif?" (3) "Apa dampaknya bagi orang-orang?" (Hibah,
2011).
Pertanyaan
pertama—apakah alternatif itu layak—hanya berarti: Bisakah itu?selesai?
Misalnya, jika salah satu alternatif memerlukan PHK umum fakultas sekolah
tetapi distrik sekolah memiliki perjanjian perundingan bersama yang melarang
PHK semacam itu, yang alternatif tidak layak. Demikian pula, jika distrik
sekolah memiliki modal terbatas, alternatif yang membutuhkan pengeluaran modal
yang besar tidak layak, kecuali dana dapat dipinjam untuk memenuhinya
persyaratan pengeluaran modal.
Pertanyaan kedua menyangkut sejauh mana alternatif itu
memuaskan —yaitu, sejauh mana hal itu mengatasi masalah. Misalnya, anggaplah
seorang kepala sekolahingin memperluas kurikulum sebesar 25%. Salah satu
alternatifnya adalah dengan menerapkan trimesterJadwal. Namun, pada pemeriksaan
lebih dekat, kepala sekolah mungkin menemukan bahwa rencana ituakan memperluas
kurikulum hanya 15% dan perluasan yang sederhana seperti itu mungkin
jugaberdampak negatif pada kualitas program. Kepala sekolah dapat memutuskan
untuk menerapkanrencana trimester tetap dan mencari cara lain untuk mencapai
ekspansi 10% tersisa dalam kurikulum dan menemukan cara untuk mempertahankan
kualitas program. Atau dia mungkin memutuskanuntuk menjatuhkan alternatif dari
pertimbangan sepenuhnya.
Pertanyaan ketiga membahas dampak alternatif pada
personel sekolah. Alternatif yang dipilih harus dapat diterima oleh mereka yang
harus hidup dengan konsekuensi keputusan tersebut. Kegagalan untuk memenuhi
kondisi ini adalah satu-satunya alasan yang paling mungkin untuk kegagalan
proses pengambilan keputusan untuk memecahkan masalah (Hastie, 2010).Untuk alasan
ini, pertanyaan tentang akseptabilitas alternatif yang diusulkan harus menjadi
perhatian besar kepala sekolah. Di satu sisi, bahkan solusi yang biasa-biasa
saja untuk masalah tersebut mungkin terbukti efektif jika diterapkan dengan
antusias dan komitmen. Di samping itu,alternatif yang benar secara teknis
mungkin gagal untuk berhasil jika implementasinya setengah hati.
E.
Memilih alternatif
Setelah administrator mengevaluasi semua alternatif, ia mencoba untuk
memilih alternatif terbaik. Tahap evaluasi akan menghilangkan beberapa
alternatif, tetapi dalam banyak kasus dua atau lebih akan tetap ada.
Bagaimana
administrator sekolah memutuskan alternatif mana yang terbaik? Satu Pendekatannya
adalah memilih alternatif yang layak, memuaskan, dan dapat diterima oleh kelompok
kerja (Gilboa, 2011). Karena sebagian besar situasi tidak cocok untuk analisis
matematis yang canggih, administrator sekolah menggunakan informasi yang
tersedia ini dalam kombinasi dengan penilaian dan intuisi untuk membuat
keputusan (Mendel, 2011). Dasar penilaian harus seberapa dekat hasil atau
konsekuensi dari alternatif datang untuk mencapai tujuan yang diinginkan
sekolah. Misalnya, jika tujuan awalnya adalah untuk mengurangi tingkat putus
sekolah sebanyak mungkin, terlepas dari biayanya, administrator sekolah dapat
memilih alternatif yang akanmenurunkan angka putus sekolah secara signifikan
tetapi menimbulkan biaya tinggi, daripada alternatif yang akan mengurangi
tingkat putus sekolah. mengurangi putus sekolah hanya secara moderat dengan
biaya minimal. Namun, jika tujuan awalnya adalah untuk mengurangi angka putus
sekolah dalam jumlah sedang dan jika tujuan itu lebih diinginkan sekarang,
alternatif kedua mungkin merupakan pilihan yang lebih baik.
Akhirnya,
administrator sekolah mungkin dapat memilih beberapa alternatif secara
bersamaan. Misalkan, misalnya, seorang kepala sekolah sedang merekrut seorang
guru bahasa Inggris dan memiliki dua kandidat kuat untuk posisi tersebut. Salah
satu strategi yang sering digunakan adalah dengan menawarkan posisi untuk satu
kandidat dan menahan kandidat lainnya. Jika tawaran pertama ditolak, prinsipal
masih memiliki alternatif yang dapat diterima untuk mengisi posisi tersebut
F.
Melaksanakan Keputusan
Setelah
memilih alternatif, administrator sekolah menghadapi tantangan mengimplementasikan
keputusan. Keputusan yang baik bisa gagal jika diterapkan dengan buruk. Ini
berguna,oleh karena itu, untuk mempertimbangkan beberapa saran untuk
implementasi yang sukses (Ahmed, 2011).
1.
Administrator
sekolah perlu memastikan bahwa alternatif tersebut dipahami dengan jelas. Hal
ini dicapai dengan mengkomunikasikan keputusan kepada semua staf yang terlibat.
Komunikasi yang efektif diperlukan untuk mengimplementasikan keputusan secara
efektif.
2.
Administrator
sekolah perlu mendorong penerimaan alternatif sebagai tindakan yang diperlukan.
Komite dapat membantu administrator sekolah mencapai komitmen. Jika orang-orang
yang harus melaksanakan keputusan berpartisipasi dalam proses, mereka lebih
cenderung mendukung hasilnya dengan antusias. Dengan demikian, sejauh mana
orang telah atau belum terlibat dalam langkah-langkah sebelumnya secara
substansial dapat mempengaruhi keberhasilan proses pengambilan keputusan total.
3.
Administrator
sekolah perlu menyediakan sumber daya yang cukup untuk membuat alternatif
berhasil. Administrator sekolah menyiapkan anggaran dan jadwal untuk tindakan
yang telah mereka putuskan untuk dilakukan. Secara khusus, keputusan tersebut
mungkin memerlukan perolehan ruang kantor, perekrutan staf, pengadaan dana, dan
sejenisnya.
4.
Administrator
sekolah perlu menetapkan jadwal yang bisa diterapkan. Administrator sekolah
sekarang menghadapi keputusan "berapa banyak" dan "seberapa
cepat". Sebagai bagian dari proses implementasi, ia harus bertanya pada
dirinya sendiri apakah akan maju selangkah demi selangkah atau mengambil
seluruh tindakan sekaligus.
5.
Administrator
sekolah perlu menetapkan tanggung jawab dengan jelas. Dengan kata lain, apa
yang harus dilakukan oleh siapa? Karena pemecahan sebagian besar masalah
administratif memerlukan upaya gabungan dari banyak anggota sekolah, setiap
orang harus memahami peran apa yang harus dimainkannya selama setiap fase
proses implementasi.
1.3 Mengevaluasi
efektivitas keputusan
Langkah
terakhir dalam proses pengambilan keputusan adalah mengevaluasi efektivitas
keputusan. Ketika keputusan yang diimplementasikan tidak menghasilkan hasil
yang diinginkan, ada mungkin sejumlah penyebab: definisi masalah yang salah,
evaluasi yang buruk dari alternatif, dan/atau implementasi yang tidak tepat. Di
antara kemungkinan penyebab ini, yang palingkesalahan umum dan serius adalah
definisi masalah yang tidak memadai. Ketika masalah didefinisikan secara tidak
benar, alternatif yang dipilih dan diterapkan tidak akan menghasilkan hasil
yang diinginkan.
Evaluasi
penting karena pengambilan keputusan adalah proses yang berkesinambungan dan
tidak pernah berakhir. Pengambilan keputusan tidak berakhir ketika seorang
administrator sekolah memilih ya atau tidak. Evaluasi menyediakan administrator
sekolah dengan informasi yang dapat memicu keputusan baru.siklus keputusan.
Alternatif keputusan mungkin gagal, sehingga menghasilkan analisis masalah
baru, evaluasi alternatif, dan pemilihan alternatif baru. Beberapa
ahlimenyarankan bahwa banyak masalah besar diselesaikan dengan mencoba beberapa
alternatif secara berurutan, masing-masing memberikan peningkatan sederhana
(Hicks, 2005). Evaluasi adalah bagian dari proses pengambilan keputusan yang
menilai apakah keputusan baru perlu dibuat.
1.4 Model
Rasionalitas Terbatas
Model pengambilan keputusan rasional, dibahas di atas, mencirikan pengambil
keputusan sebagai sepenuhnya rasional. Jika pembuat keputusan benar-benar
rasional, dia akan—memiliki informasi yang sempurna: mengetahui semua alternatif,
menentukan setiap konsekuensi, dan menetapkan skala preferensi yang lengkap.
Selain itu, langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan akan secara
konsisten mengarah pada pemilihan alternatif yangmemaksimalkan solusi untuk
setiap masalah keputusan.
Seringkali,
administrator sekolah tidak menyadari adanya masalah. Sekalipun demikian,
mereka tidak secara sistematis mencari semua solusi alternatif yang mungkin.
Mereka dibatasi oleh kendala waktu, biaya, dan kemampuan untuk memproses
informasi. Jadi mereka menghasilkandaftar sebagian solusi alternatif untuk
masalah berdasarkan pengalaman mereka, intuisi, saran dari orang lain, dan
bahkan mungkin beberapa pemikiran kreatif. Oleh karena itu, rasionalitas
terbatas. Herbert Simon (1982, 1997, 2009) menciptakan istilah rasionalitas
terbatas untuk menggambarkan pembuat keputusan yang ingin membuat keputusan
terbaik tetapi biasanya menerima kurang dari yang optimal.
Berbeda
dengan rasionalitas lengkap dalam pengambilan keputusan, rasionalitas terbatas
menyiratkan hal berikut (Simon, 1982, 1997, 2009).
1. Keputusan akan selalu didasarkan pada pemahaman yang
tidak lengkap dan, sampai tingkat tertentu, tidak memadai tentang sifat
sebenarnya dari masalah yang sedang dihadapi.
2. Pengambil keputusan tidak akan pernah berhasil
menghasilkan semua alternatif solusi yang mungkin untuk dipertimbangkan.
3. Alternatif selalu dievaluasi secara tidak lengkap
karena tidak mungkin untuk memprediksi secara akurat semua konsekuensi yang
terkait dengan setiap alternatif.
4.
Keputusan akhir mengenai alternatif mana yang harus dipilih harus didasarkan
pada beberapa kriteria selain maksimalisasi atau optimasi karena tidak mungkin
untuk menentukan alternatif mana yang optimal.
1.5 Memuaskan
Salah satu versi rasionalitas terbatas adalah prinsip
memuaskan. Pendekatan ini untuk pengambilan keputusan melibatkan pemilihan
alternatif pertama yang memenuhi standar minimal penerimaan tanpa
mengeksplorasi semua kemungkinan. Ini adalah pendekatan yang biasa diambil oleh
pengambil keputusan (Nielsen, 2011). Simon (1997) mengungkapkannya sebagai
berikut: “Kebanyakan manusia pengambilan keputusan, baik individu atau
organisasi, berkaitan dengan penemuan dan pemilihan alternatif yang memuaskan;
hanya dalam kasus luar biasa yang bersangkutan dengan penemuan dan pemilihan
alternatif yang optimal.” (hal. 140-141).
1.6 Heuristik
Ketika administrator sekolah membuat keputusan yang
memuaskan, mereka dapat menggunakan seperangkat: heuristik untuk memandu
keputusan mereka. Heuristik adalah aturan praktis yang dapat membantu pengambil
keputusan menemukan solusi dalam situasi yang kompleks dan tidak pasti
(Moustakas, 1990). Kami menggunakan heuristik dalam kehidupan sehari-hari.
Misalnya, aturan heuristik untuk menangani orang lain adalah Aturan Emas:"Lakukan
kepada orang lain seperti yang Anda ingin mereka lakukan kepada Anda."
Pelatih
sepak bola menggunakan aturan, "Jika ragu, lakukan tendangan." Dalam
bermain catur, kami mengikuti aturan dari "mengendalikan pusat
papan." Dan heuristik bagi investor adalah jika suatu saham turun 10% atau
lebih di bawah harga belinya, jual.
Dalam ilmu sosial dan perilaku, ada
banyak heuristik terkenal yang digunakan
untuk
membuat berbagai keputusan. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut:
"Pelanggan
selalu
benar." "Perlakukan karyawan sebagai orang dewasa yang matang."
"Jika ragu, patuhibisnis yang paling Anda ketahui.” Ini semua adalah
aturan yang membantu menyederhanakan pengambilan keputusan yang rumit situasi.
Menerapkan heuristik sering membantu administrator sekolah membuat kepuasan keputusan
mungkin. Tetapi pendekatan heuristik, seperti penilaian dan intuisi,
memilikikecenderungan untuk menyederhanakan masalah yang kompleks atau
memasukkan bias ke dalam pengambilan keputusan.
A. Efek keutamaan/kebaruan
Salah satu bias, yang dapat
mempengaruhi efektivitas perilaku pencarian informasi administrator sekolah,
adalah efek keutamaan/kebaruan. Dalam proses pengambilan keputusan, lingkungan
keputusan dicari untuk tujuan berikut: menemukan masalah, mengidentifikasi alternatif
keputusan, menentukan konsekuensi, dan mengembangkan kriteria evaluasi.
Meskipun pengambil keputusan mungkin memiliki strategi yang berbeda untuk
tujuan yang berbeda ini, pembuat keputusan sering kali sangat dipengaruhi oleh
informasi yang ditemukan di awal proses pencarian (efek utama) atau di akhir
proses pencarian.(efek kebaruan). Dengan demikian, segala sesuatu yang lain
dianggap sama, kepentingan yang melekat pada informasi dapat dipengaruhi oleh
urutannya dalam urutan pencarian (Brown & Moberg, 2004).
B. Memperkuat alternatif
Cara lain di mana pencarian
informasi menjadi bias dan menghambat optimasi keputusan adalah fenomena
memperkuat alternatif (Bubnicki, 2003). Bahkan sebelum mengumpulkan informasi
yang menjadi dasar keputusan, sekolah administrator dapat memilih satu
alternatif untuk semua yang lain; pengambil keputusan, oleh karena itu, mencari
informasi yang merasionalisasi pilihan. Hanya informasi yang mendukung
alternatif pilihan pembuat keputusan yang dianggap sah dan dapat diterima.
Sebuah bias terkait dalam pencarian
informasi adalah pelatihan profesional administrator sekolah dan identifikasi
dengan departemen tertentu yang juga dapat mendukung alternatif. Misalnya,
asisten pengawas kurikulum mungkin cenderung melihat sebagian besar masalah
dengan bias kurikulum, terlepas dari sifatnya, dan asisten pengawas keuangan
(manajer bisnis atau kepala keuangan) mungkin menganggap masalah yang sama
dalam hal keuangan. Meskipun bias seperti itu pasti ada, penting untuk dipahami
bahwa bias tersebut dapat sangat mempengaruhi kemampuan pembuat keputusan untuk
membuat keputusan yang akurat.
C. Intuisi
Aspek lain dari rasionalitas terbatas, yang
disebutkan sebelumnya, adalah intuisi. Intuisi mewakili pemahaman cepat dari
situasi keputusan berdasarkan pengalaman masa lalu dan penguatan yang terkait
dengan pengalaman ini, yang tanpa pemikiran sadar (Myers, 2002). Misalnya, saat
Anda mengemudikan mobil, keputusan untuk mengerem adalah intuitif karena
terjadi hampir secara otomatis dantanpa alasan. Pengalaman berkendara selama
bertahun-tahun telah mengajari kami dengan tepat kapan harus melamar rem. Jenis
intuisi yang sama sering memandu keputusan administrator sekolah. Keputusan
untuk mendisiplinkan anggota staf atau membeli barang untuk inventaris mungkin
cukupintuitif untuk administrator sekolah dan didasarkan pada pengalaman
bertahun-tahun.
D. Inkremental
Pendekatan lain untuk pengambilan keputusan,
kadang-kadang disebut sebagai kekacauan melalui, melibatkan membuat perubahan
kecil (kenaikan) dalam situasi yang ada. Charles Lindblom (1993), penulisnya,
membedakan antara pengambilan keputusan yang sepenuhnya rasionaldan
incrementalizing, yang didasarkan pada perbandingan terbatas yang berurutan. di
satuDi sisi lain, pendekatan rasional untuk pengambilan keputusan melibatkan
penentuan tujuan,mempertimbangkan semua solusi alternatif yang mungkin,
mengeksplorasi semua konsekuensi yang mungkin darisolusi alternatif, dan
akhirnya memilih solusi alternatif optimal yang akanmemaksimalkan pencapaian
tujuan yang telah disepakati.
Incrementalizing, di sisi lain, tidak
memerlukan kesepakatan tentang tujuan, dan pencarian menyeluruh dari semua
alternatif yang mungkin dan konsekuensinya, atau pemilihanalternatif yang
optimal. Sebaliknya, Lindblom berpendapat bahwa tidak lebih dari kecil atau
inkremental langkah, yaitu, "mengacaukan", adalah semua yang mungkin.
Dengan kata lain, incrementalizingadalah proses perbandingan terbatas
berturut-turut dari tindakan alternatif dengan satu lain sampai pengambil
keputusan sampai pada alternatif yang mereka setujui.
D. Model tempat sampah
Sebelumnya kami mencatat bahwa sementara
administrator sekolah ingin membuat keputusan yang optimal,realitas kehidupan
organisasi — termasuk politik, kendala waktu, keuangan, dan ketidakmampuan
untuk memproses informasi — membatasi pengambilan keputusan yang murni
rasional. Melamarpengambilan keputusan yang rasional sangat merepotkan bagi
sekolah. Teknologi daripengajaran yang bervariasi dan tidak dipahami dengan
baik. Selain itu, sekolah memiliki banyak dan tujuan yang saling bertentangan
yang tidak jelas dan ambigu. Dan sekolah tidak memiliki kesuksesan yang
terdefinisi dengan jelaskriteria
Nadwa
| Jurnal Pendidikan Islam
Vol. 8, Nomor 1, April 2014
Proses
Pengambilan Keputusan untuk Mengembangkan Mutu Madrasah
Herson Anwar IAIN Sultan Amai Gorontalo
Email: herson.anwar@gmail.com
2.1 Pendahuluan
Membuat
keputusan merupakan bagian dari kehidupan kita sehari-hari baik secara individu
ataupun secara kelompok, terutama dalam suatu organisasi.Pengambilan keputusan
mempunyai arti penting bagi maju atau mundurnya suatu organisasi. Pengambilan
keputusan yang tepat akan menghasilkan suatu perubahan terhadap organisasi ke
arah yang lebih baik, namun sebaliknya pengambilan keputusan yang salah akan
berdampak buruk pada roda organisasi dan administrasinya
Proses
pengambilan keputusan di tingkat madrasah terkait dengan ketepatan pendekatan
yang dilakukan oleh kepala madrasah. Baik tidaknya suatu hasil keputusan
tergantung pada pendekatan yang digunakan.Setiap pendekatan mempunyai kelebihan
yang berbeda-beda tergantung pada jenis permasalahan yang dihadapi.Oleh karena
itu, penggunaan suatu pendekatan tidak efektif untuk memecahkan semua masalah
yang dihadapi. Namun kenyataannya, dalam semua proses pengambilan keputusan,
kepala madrasah sering menggunakan pendekatan kewenangan, intuisi dan
pengalamannya
2.2 Pengambilan Keputusan
Keputusan
(decision) secara harfiahberarti pilihan (choice).Pilihan yang dimaksud di sini
adalah pilihan dari dua atau lebih kemungkinan, atau dapat dikatakan pula
sebagai keputusan dicapai setelah dilakukan pertimbangan dengan memilih satu
kemungkinan pilihan.Seperti yang diungkapkan oleh Gito Sudarmo, bahwa keputusan
terkait dengan ketetapan atau penentuan suatu pilihan yang diinginkan.1
Definisi di atas mengandung pengertian, dalam keputusan yaitu:
1) ada
pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;
2) ada
beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan
3) ada
tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan
tersebut.
Terkait dengan fungsi tersebut, maka
tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan:
(1)
tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan
keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila keputusan yang dihasilkan hanya
menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak ada kaitannya
dengan masalah lain dan
(2)
tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan keputusan
yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih
dari satu masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua
(atau lebih) masalah yang bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak
kontradiktif.
2.3 Proses Pengambilan
Keputusan
Proses
pengambilan keputusan adalah suatu usaha yang rasional dari administrator untuk
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan pada bagian awal dari fungsi
perencanaan. Prosesnya mulai dan berakhir dengan pertimbangan.Ia memerlukan
kreativitas, keterampilan kuantitatif dan pengalaman. Urutan-urutan
langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut:
1) penentuan
masalah,
2) analisa
situasi yang ada,
3) pengembangan
alternatif-alternatif,
4) analisa
alternatif-alternatif,
5)
pilihan alternatif yang paling baik.
Pendapat di atas, menegaskan bahwa sebenarnya
proses pengambilan keputusan adalah proses pemilihan alternatif pemecahan
masalah untuk mendapatkan penyelesaian yang terbaik. Bila dilakukan secara
nalar, memang proses ini lebih panjang dan makan waktu, namun kemungkinan
kesalahannya dapat diperkecil. Keputusan yang diambil akan dapat diasumsikan
baik bila telah memenuhi ketentuan-ketentuan sebagai berikut:
1) keputusan
diambil sebagai pemecahan masalah yang dihadapi;
2) sedapat
mungkin cepat dan tepat;
3) bersifat
rasional, artinya dapat diterima akal sehat terutama bagi para pelaksana yangnantinya
bertanggung jawab atas keputusan tersebut;
4) bersifat
praktis dan pragmatis, artinya dapat dilaksanakan dengan kemampuan yang ada;
5) berdampak
negatif seminim mungkin;
6) menguntungkan
banyak pihak demi kelancaran kerja dan arah tujuan yang hendak dicapai;
7) keputusan
yang diambil dapat dievaluasi untuk masa yang akan dating
Dengan demikian di dalam mengambil
sebuah keputusan, harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1) dalam
proses pengambilan keputusan tidak terjadi secara kebetulan;
2) pengambilan
keputusan dilakukan secara sistematik, yaitu: tersedianya sumber-
3) sumber
untuk melaksanakan keputusan yang akan diambil, kualifikasi tenaga kerja yang
tersedia, falsafah yang dianut organisasi, situasi lingkungan internal dan
eksternal yang akan mempengaruhi administrasi dan manajemen di dalam
organisasi;
4) masalah
harus diketahui dengan jelas;
5) pemecahan
masalah harus didasarkan pada fakta-fakta yang terkumpul dengan sistematis;
6) keputusan
yang baik adalah keputusan yang telah dipilih dari berbagai alternatif yang
telah dianalisa secara matang.
2.4 Tahapan
Proses Pengambilan Keputusan
Setiap keputusan
yang diambil itu merupakan perwujudan kebijakan yang telah digariskan. Oleh
karena itu, analisis proses pengambilan keputusan pada hakikatnya sama saja
dengan analisis proses kebijakan. Terdapat berbagai pendapat tentang proses
pengambilan keputusan, antara lain menurut Campbell adalah menentukan tujuan,
mengidentifikasi pilihan, menganalisis informasi, dan menentukan pilihan.11
Boehm, R.G. & Webb, mengemukakan
langkah-langkah
dalam mengambil keputusan meliputi: menuliskan pertanyaan, menentukan
pilihan-pilihan, mengumpulkan informasi, membuat daftar pro dan kontra, dan
mengambil keputusanSedangkan Adair mengemukakan lima langkah dalam pengambilan
keputusan yakni mendefinisikan tujuan, mengumpulkan data yang relevan,
menghasilkan pilihan yang layak, membuat keputusan, dan mengimplementasikan dan
mengevaluasi.13 Sementara Thohiron menjelaskan proses pengambilan keputusan
meliputi sebagai berikut.. Perumusan Masalah Dalam hal ini pemimpin diharapkan
mampu merumuskan masalah yang ada di dalam suatu organisasi. Suatu masalah
hadir karena:
a) adanya
gap atau kesenjangan antara kenyataan, titik berangkat, dengan tujuan yang
ingin diraih atau standar yang ingin dicapai;
b) adanya
halangan dan kesulitan untuk menjembatani kesenjangan itu;
c) adanya
kemungkinan penyelesaian masalah bila perumusannya benar.
A. Pengumpulan dan Penganalisis Data
Pemimpin
diharapkan dapat mengumpulkan dan menganalisis data yang dapat membantu
memecahkan masalah yang ada. Adapun proses pemecahan masalah dalam pengambilan
keputusan yaitu:
- fase
pengumpulan fakta;
- fase
penemuan ide;
- fase
penemuan solusi.
Fase pengumpulan
data/fakta meliputi kegiatan mendefinisikan masalah serta mengumpulkan masalah
serta menganalisis data yang penting. Satu cara untuk meningkatkan kemampuan
pengumpulan data adalah dengan mulai dulu melihat masalah yang ada secara luas
dan kemudian melanjutkannya dengan menentukan sub masalah yang ada. Dalam hal
ini, diperlukan kemampuan untuk membedakan antara gejala dari masalah yang
sebenarnya.
Secara umum ada tujuh langkah yang dapat
dijadikan pegangan dalam menghadapi masalah yaitu sebagai berikut.
a. Tanyakan
pada diri sendiri, apakah masalah ini berada dalam wewenang anda untuk
menyelesaikannya. Bila benar, maka mulailah memasuki proses pengambilan
keputusan lebih jauh. Sebaliknya bila masalah tadi tidak berada di bawah
wewenang anda, sampaikanlah adanya
b. Kumpulkan
fakta dan pisahkan dari interpretasi atau pendapat. Sejumlah pertanyaan perlu
diajukan.
c. Identifikasikan
masalah utama atau masalah sebenarnya dari masalah-masalah ikutan atau turunan.
Ajukan pertanyaan seperti ini berkali-kali “mengapa begitu?”.
d. Analisis
dan bila perlu cari tambahan fakta. Misalnya tentukan jenis apakah masalah ini.
(kompleks atau sederhana, rutin atau tidak terencana)
e. Tentukan
berbagai pilihan-pilihan untuk melakukan penggarapan masalah ini. Ingatkan diri
bahwa cara yang selalu digunakan sejauh ini tidak selalu merupakan cara terbaik
di dalam menangani masalah pada hari ini.
B. Pembuatan alternatif-alternatif
kebijakan
Setelah masalah dirinci dengan tepat dan tersusun baik, maka perlu dipikirkan
cara-cara pemecahannya. Cara pemecahan ini hendaknya selalu diusahakan adanya
alternatif-alternatif beserta konsekuensinya, baik positif maupun negatif.Oleh
sebab itu, seorang pimpinan harus dapat mengadakan perkiraan
sebaik-baiknya.Untuk mengadakan perkiraan dibutuhkan adanya informasi yang
secukupnya dan metode perkiraan yang baik. Perkiraan itu terdiri dari berbagai
macam pengertian:
- perkiraan
dalam arti proyeksi, perkiraan yang mengarah pada kecenderungan dari data
yang telah terkumpul dan tersusun secara kronologis;
- perkiraan
dalam arti prediksi, perkiraan yang dilakukan dengan menggunakan analisis
sebab akibat;
- perkiraan
dalam arti konjeksi, perkiraan yang didasarkan pada kekuatan intuisi
(perasaan). Intuisi di sini sifatnya subjektif, artinya tergantung dari
kemampuan seseorang untuk mengolah perasaan.
2.5 Pelaksanaan keputusan
Dalam
pelaksanaan keputusan berarti seorang pemimpin harus mampu menerima dampak yang
positif atau negatif. Ketika menerima dampak yang negatif, pemimpin harus juga
mempunyai alternatif yang lain. Pelaksanaan pengambilan keputusan sering
menjadi masalah karena keputusan yang mesti ditanggapi oleh banyak orang malah
ditangani oleh sedikit orang.Hal sebaliknya juga sering terjadi. Keputusan yang
seharusnya dapat ditangani oleh 2-3 orang diserahkan kepada sebuah tim yang
terdiri dari 40 orang atau lebih. Akibatnya timbul perdebatan yang tak
henti-hentinya. Jadi tentukan dulu cara pengambilan keputusan yang paling cocok
dengan situasi dan masalah yang ada: individu, tim, musyawarah, voting, dan
lain-lain.
2.6 Pemantauan dan Pengevaluasian Hasil
Pelaksanaan
Setelah keputusan
dijalankan seharusnya pimpinan dapat mengukur dampak dari keputusan yang telah
dibuat.Penilaian ulang perlu diadakan. Faktor-faktor
penentu yang akan dinilai harus diputuskan sejak awal dan tidak setelah
pelaksanaan berjalan. Dengan cara ini memang akan mudah terjadi debat yang
hangat, namun akurasi akan lebih terjamin.
Berdasarkan pendapat pada ahli di atas, maka
disimpulkan tahapan proses pengambilan keputusan yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah:
1. perumusan
masalah,
2.
penentuan kriteria pemecahan masalah,
3.
pengidentifikasian alternatif pemecahan
masalah,
4.
penilaian terhadap alternatif pemecahan
masalah,
5.
pemilihan alternatif yang terbaik,
6.
penetapan keputusan atau
pengimplementasian alternatif yang dipilih.
PERAN
KEPEMIMPINAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN
Oleh
: Drs. H. Suparno, MSi
Abstrak
Peran pemimpin
dalam mengambil keputusan adalah sentral dan strategis. Salah satu fungsi
manajemen, dalam sebuah penelitian menunjukkan bahwa desicion maker memiliki
gaya tersendiri. Biasanya gaya kepemimpinan yang dimiliki oleh pemimpin ada
beberapa yang sering menjadi pola dalam pengambilan keputusan. Seringkali
seorang manajer menggunakan dua atau tiga gaya dalam pengambilan keputusan.
Kekuatan dan kelemahan pembuat keputusan ditentukan pada Gaya yang digunakan
oleh pemimpin atau manajer. Informasi yang sama akan dievaluasi dan diambil
keputusannya dengan gaya kepemimpinan yang berbeda. Hal ini membantu
menjelaskan mengapa manajer yang berbeda membuat keputusan yang berbeda. Secara
keseluruhan, analisis gaya pembuat keputusan berguna dalam memberikan pemikiran
mengenai bagaimana menghadapi berbagai gaya pengambilan keputusan. Seorang
pemimpin dalam suatu organisasi dapat mengambil keputusan yang tepat dan
menerapkan gaya kepmimpinan sesuai dengan situasi dengan berbagai pertimbangan
yang telah diperhutungkan secara matang.
3.1 Teori Kepemimpinan
Dari waktu ke waktu
teori kepemimpinan terus mengalami perkembangan, berikut ini adalah
perkembangan teori kepemimpinan dimulai dari Great Man Theories sampai dengan
kepemimpinan transformasional menurut Bolden et al. (2003):
1.
Great Man Theories; Teori ini muncul
berdasarkan pada pemikiran bahwa pemimpin adalah orang-orang yang luar biasa
dan lahir dengan kualitas kepemimpinan, ditakdirkan untuk menjadi pemimpin.
2.
Trait Theories; teori ini membahas
tentang kata-kata sifat yang menggambarkan kualitas seorang pemimpin dan
kata-kata tersebut terus bertambah, semua bersifat sifat positif seseorang.
3.
Behaviourist Theories; teori ini
membahas secara lebih fokus pada perilaku yang dilakukan oleh seorang pemimpin
daripada kualitasnya. Teori ini membahas dan menganalisis eberapa pola perilaku
berbeda, selanjutnya diobservasi dan dikategorikan sebagai ‘tipe kepemimpinan’.
4.
Situational Leadership; pendekatan teori
kempimpinan situasional memandang kepemimpinan sebagai sesuatu yang khas
terhadap suatu situasi yang sedang dihadapi. Misalnya ada situasi yang
membutuhkan tipe kepemimpinan otokratik dan ada yang membutuhkan pendekatan
partisipatif. Teori kepemimpinan situasional ini juga menyatakan bahwa ada
beberapa tipe kepemimpinan yang berbeda yang dibutuhkan dari setiap level di
suatu organisasi yang sama.
5.
Contingency Theory; teori contingency
memperbaiki pendekatan situasional, dan fokus padaidentifikasi ciri-ciri
kepimpinan situasional
Perkembangan
teori kepemimpinan paling akhir adalah Transformational theory yang dimulai
oleh James Mac Gregor Burns (2003) dengan bukunya ‘Leadership’.Kepemimpinan
transformasional menurut Burns adalah suatu hubungan bersifat saling
menguntungkan dan mengarah pada peningkatan kapasits dari bawahan atau
pengikut, sehingga pengikut dapat berubah menjadi pemimpin dan selajuntya dapat
merubah pemimpin menjadi agen moral. Selanjutnya Burns mengemukakan bahwa
kepemimpinan transformasional terjadi pada saat satu atau lebih orang saling
berinteraksi, yang memungkinkan mereka saling mempengaruhi sehingga baik
pemimpin dan pengikut mencapai tingkat motivasi dan moral yang lebih tinggi.
Sedangkan dalam
bukunya ‘Principle-Centred Leadership’ Stephen Covey (1992) menyebutkan
perbedaan antara pemimpin transaksional dan pemimpin transformasional sebagai
berikut:
Kepemimpinan
Transaksional
· Berdasarkan
keinginan untuk menyelesaikan pekerjaan
· Dimulai dengan
kekuatan, posisi dan politik
· Berdasarkan
kejadian sehari-hari
· Pencapaian
tujuan jangka pendek dan orientasi pada data yang nyata
· Fokus pada
masalah taktis
· Mengandalkan
hubungan yang baik untuk interaksi antar sesame
· Memenuhi peran
yang diharapkan melalui kerja yang efektif sesuai dengan system
· Mendukung
sistem dan struktur yang menghasilkan dan memaksimalkan efisiensi Kepemimpinan Transformasional
· Berdasarkan
kebutuhan seseorang untuk suatu arti
· Dimulai dengan
tujuan dan nilainilai, moral dan etika
· Lebih dari
(diatas) kejadian seharihari
· Pencapaian
tujuan jangka panjang tanpa mengkompromikan nilai-nilai dan prinsip
· Fokus pada misi
dan strategi
· Mengarahkan
potensi; identifikasi dan pengembangan sumber daya
· Mendesain dan
me-re-desain pekerjaan supaya menjadi lebih berarti dan menantang
· Menyesuaikan
struktur dan sistem internal untuk pencapaian nilai dan
3.2 Inti Pengambilan Keputusan
Menurut
Frederick W Taylor (1998) Pengambilan keputusan adalah tindakan pemilihan
alternatif.Hal ini berkaitan dengan fungsi manajemen.Misalnya, saat manajer
merencanakan, mengelola, mengontrol, mereka membuat keputusan.Akan tetapi, ahli
teori klasik tidak menjelaskan peng keputusan tersebut secara umum.Fayol dan
Urwick membahas pengambilan keputusan mengenai pengaruhnya pada delegasi dan
otoritas, sementara bapak manajemen Frederick W. Taylor hanya menyinggung
tentang metode ilmiah sebagai sebuah pendekatan untuk pengambilan
keputusan.Seperti yang tertuang dalam bukunya “The Functions of the Exec”
Chester Barnard memberikan analisis komprehensif mengenai pengambilan keputusan
clan menyatakan "Proses keputusan ... merupakan teknik untuk mempersempit
pilihan."
3.3 Perilaku Pengambilan Keputusan
Perilaku
pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin menjadi sangat penting dalam
pengambilan keputusan organisasi. Perilaku pengambilan keputusan berkaitan
dengan ahli teori perilaku organisasi seperti dalam buku March dan Simon,
Organization, pada tahun 1958, bidang pengambilan kputusan tersebut menjadi
lebih menarik dengan topik seperti motivasi dan tujuannya, dan menekankan
berkurangnya pengambilan keputusan. Perilaku pengambilan keputusan dikembangkan
di luar jalur teori.Penelitian perilaku organisasi dapat dilakukan dengan
memperhatikan kondisi dan situasi pada saat keputusan tersebut diambil.
3.4 Rasionalisasi Keputusan
Sebuah keputusan dapat dianggap rasional
apabila sebuah rencana dipilih guna mencapai tujuan yang yang akan dicapai.
Dalam pengambilan
sebuah keputusan, rasionalitas
memberikan bobot pada keputusan yang diambil, untuk itu rasionalitas merupakan
suatu hal yang sangat penting, untuk itu dibutuhkan data pendukung yang valid.
Rasionalitas keputusan dilakukan dengan membandingkan antara tujuan institusi
dengan hasil keputusan yang dilakukan.Selain itu rasionalitas keputusan
dilakukan dengan membandingkan antara rencana dengan tujuan.Keputusan yang
diambil seharusnya sesuai dengan rencana yang sudah disusun.
3.5 Beberapa Model Perilaku Pengambilan
Keputusan
Cukup banyak
model perilaku pengambilan keputusan yang dikemukakan oleh ahli dan yang
terjadi di lapangan. Banyaknya model tersebut akan menjadi model untuk banyak
perilaku pengambilan keputusan manajemen. Model berusaha mendeskripsikan secara
teoritis dan realistis bagaimana manajer praktik mengambil keputusan.Secara
khusus, model berupaya menentukan seberapa rasional pembuat keputusan
manajemen. Kasus model rasionalitas ekonomi klasik merupakan contoh model
pengambilan keputusan yang rasional dan lengkap.
A. Model Rasionalitas
Model
Rasionalitas adalah pengambilan keputusan berdasarkan adanya keterkaitan logis
antara pengambilan keputusan dengan pencapaian tujuan organisasi. Berkaitan
dengan aktivitas pengambilan keputusan, terdapat asumsi:
Gambaran model
perilaku pengambilan keputusan modern, oleh banyak ekonom dan ahli teori
keputusan kuantitatif tidak dinyatakan bahwa keputusan yang diambil deskriptif
dan realistis. Inti yang dicapai Peters dan Waterman adalah bahwa model
rasional bukan menjadi akhir pengambilan keputusan secara efektif dan jika
terdapat perbedaan, tersebut menyebabkan kesalah pahaman dan mengganggu proses
pengambilan keputusan.
B. Model Sosial
Ahli perilaku
organisasi, Sigmund Freud memandang manusia sebagai sekumpulan perasaan, emosi,
dan naluri, dengan perilaku yang dipandu oleh keinginan yang tidak disadari.
Apabila ini merupakan deskripsi yang lengkap, maka akan menjadikan keputusan
yang diambil tidak efektif. Pengambilan keputusan yang tidak rasional oleh
seorang manajer dapat diakibatkan oleh adanya tekanan dan pengaruh sosial.
Apabila subyek menginformasikan kondisi "benar dan salah", "hitam
dan putih" dengan membandingkan panjang garis, maka kesimpulan logis
adalah dunia nyata yang "kelabu" ini tidak rasional. Untuk menyamakan
garis pengambilan keputusan dengan alternatif keputusan manajemen, pemimpin
membutuhkan imajinasi.Ada yang masih meragukan mengenai pentingnya alternatif
keputusan manajemen. Selain itu banyak dinamika psikologi lainnya
3.6 Implikasi Gaya
Keputusan
Implikasi gaya keputusan dan model keputusan yang digunakan oleh pimpinan
adalah pada sejauh mana keputusan yang diambil tersebut efektif dan dapat
dilaksanakan. Pimpinan atau pengambil keputusan cenderung menggunakan beberapa
model pengambilan keputusan disesuaikan.
3.7.
Teknik Pengambilan Keputusan
A. Teknik Partisipatif
Teknik partisipasi dalam pengambilan keputusan
merupakan gaya kemimpinan demokratis dan kebanyakan berorientasi pada perilaku,
Sebagai teknik pengambilan keputusan, partisipatif mencakup individu atau
kelompok dalam proses. Seorang pimpinan yang menggunakan teknik partisiaptif
dalam pengambilan keputusan dilakukan secara formal maupun informal, dan
memerlukan keterlibatan intelektual, emosional, dan fisik.Tingkat partisipasi
sangat dipengaruhi oleh faktor pengalaman individu atau kelompok dan sifat
tugas. Semakin banyak pengalaman, semakin terbuka, serta semakin tidak
terstrukturnya tugas, maka tingkat partisipasi akan semakin tinggi. Penerapan
teknik partisipasi pada pengambilan keputusan dapat dilakukan secara informal
pada individu atau tim atau secara formal pada program. Teknik partisipasi
individu terjadi apabila pengambilan keputusan yang dilakukan pimpinan
dipengaruhi oleh karyawan.Sedangkan teknik partisipasi kelompok terjadi apabila
keputusan yang diambil oleh pimpinan melalui teknik konsultasi dan demokrasi.
Pimpinan meminta dan menerima keterlibatan karyawan dalam partisipasi
konsultasi, akan tetapi pimpinan mempertahankan hak untuk membuat keputusan.
Dalam bentuk demokrasi, keputusan akhir diambil berdasarkan konsensus atau
suiara terbanyak melalui partisipasi total dan kelompok, bukan partisipasi individu
B. Teknik pengambilan Keputusan
Kelompok
Kemajuan yang terjadi dalam pengambilan keputusan selama beberapa tahun
belakangan ini dikarenakan teknologi informasi.Sistem informasi manajemen
(SIM), sistem pendukung keputusan (DSS) melalui teknologi informasi, data
warehousing dan mining, dan sistem canggih dan para ahli semakin banyak
digunakan untuk membantu manajer membuat keputusan yang lebih baik. Pendekatan
berdasarkan informasi mempunyai dampak dan kesuksesan besar..Teknik pengambilan
keputusan kelompok membantu pimpinan untuk mengambil keputusan lebih
efektif.Pada saat ini teknik perilaku partisipasi yang telah dibahas sejauh ini
yang tersedia untuk pimpinan.
C. Teknik Delphi
Teknik Delphi
pertama kali dikembangan kurang lebih tahun 1950 an. Teknik tersebut baru
dipopulerkan akhir-kahir ini yaitu awal tahun 2000 nan sebagai teknik
pengambilan keputusan kelompok untuk prediksi jangka panjang.
Saat ini,
berbagai organisasi bisnis, pendidikan, pemerintahan, kesehatan, dan militer
menggunakan Delphi. Teknik Delphi ini merupakan teknik pengambilan keputusan
yang sangat baik untuk dapat memprediksi masa depan dengan baik. Teknik Delphi
sangat aik untuk meprediksi masa depan atau meramal masa depan. Teknik ini
mempunyai beberapa variasi, tetapi umumnya bekerja sebagai berikut:
1) Sebuah
kelompok dibentuk, tetapi anggota tidak berinteraksi langsung satu sama lain.
2) Setiap
anggota diminta membuat prediksi atau input untuk keputusan kelompok.
3) Setiap
anggota menerima umpan balik gabungan dari orang lain.
4) Pengulangan terjadi pada waktu yang telah
ditetapkan atau sampai denga pada saat umpan balik disampaikan. Isian dengan
tidak mencantumkan nama tersebut merupakan kunci utama keberhasilan teknik ini.
Meneruskan respons anggota kelompok Delphi yang mengisi isian dengan tidak
mencantumkan nama dapat digunakan untuk "menjaga gengsi" dan
mendorong para ahli untuk lebih fleksibel dan diuntungkan dalam menilai orang
lain.
D. Teknik Kelompok Nominal
Dalam
pengambilan keputusan teknik pendekatan kelompok nominal dikembangkan menjadi
teknik khusus, dengan nama nominal group technique (NGT) dengan langkah-langkah
:
1) Pembangkitan
ide yang tidak diungkapkan melalui tulisan;
2) Umpan balik
round-robin dari anggota kelompok, yang mencatat setiap ide dalam frasa pendek
pada papan tulis;
3) Pembahasan
setiap ide tercatat untuk klarifikasi dan evaluasi;
4) Pengambilan
keputusan secara voting individu terhadap ide prioritas, dengan keputusan
kelompok diambil secara matematis menurut rating. Seharusnya perbedaan antara
pendekatan Teknik kelompok nominal dan metode Delphi adalah anggota NGT
diperkenalkan, mempunyai kontak langsung dan berkomunikasi secara langsung.
Beberapa studi yang menkaji masalah pendekatan dalam pengambilan keputusan
telah dilakukan, diantaranya adalah
KESIMPULAN
Pengambilan keputusan adalah salah satu
kegiatan terpenting di mana sekolahadministrator terlibat setiap hari.
Keberhasilan sekolah sangat terkait dengan efektivitas
keputusan.
Pengambilan keputusan adalah proses yang melibatkan pilihan. Proses umumnya
terdiribeberapa langkah: mengidentifikasi masalah, menghasilkan alternatif,
mengevaluasi alternatif,memilih alternatif, mengimplementasikan keputusan, dan
mengevaluasi keputusan
efektivitas.
Dua pendekatan utama untuk
pengambilan keputusan telah diidentifikasi. yang rasional
model
mencirikan pengambil keputusan sebagai sepenuhnya rasional - mencari melalui
sempurna informasi untuk membuat keputusan yang optimal. Ketidaksempurnaan yang
melekat pada pengambil keputusan dan sistem sosial dan organisasi di mana
mereka tertanam memberlakukan batasanpada kemampuan pembuat keputusan untuk
memproses informasi yang dibutuhkan untuk membuat keputusan yang kompleks (rasionalitas
terbatas) yang membatasi pengambil keputusan untuk menemukan solusi yang kurang
dari optimal.
Berdasarkan
pembahasan peran kepemimpinan dalam pengambilan keputusan yang telah diuraikan,
dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan merupakan aktivitas untuk
mempengaruhi perilaku orang lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai
tujuan tertentu. Teori tentang kepemimpinan akan berkembang dan
berevolusi sesuai dengan perkembangan jaman. Teori kepemimpinan berproses
secara perlahan menuju teori kepemimpinan transformasional.Teori kepemimpinan
berkembang mulai dari pembahasan tentang perilaku atau karakteristik khas
seorang pemimpin sampai dengan situasi-situasi yang dihadapi oleh
pemimpin.Kepemimpinanan yang efektif adalah kemampuan mengarahkan dan
mempengaruhi yang memiliki karakteristik yang dapat dikelompokkan dan diidentifikasikan
pada dua kutub yang berbeda dan saling bertolak belakang.Pengambilan keputusan
adalah tindakan pemilihan alternatif. Tiga tahap utama dalam
mengonseptualisasikan proses pengambilan keputusan menurut Herbert A. Simon:
1.
Aktivitas inteligens,
2.
Aktivitas desain,
3.
Aktivitas memilih.
Tahap terakhir
yang merupakan pilihan sebenarnya-memilih tindakan tertentu dari yang tersedia
yaitu aktivitas memilih.
DAFTAR
PUSTAKA
Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku
Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu Bolden, R., Gosling, J., Marturano, A.
and Dennison, P. 2003. A Review of Leadership Theory and Competency Frameworks.
Centre for Leadership Studies, University of Exeter. UK. Fred Luthns, 2005,
Perilaku Organisasi. Penerjemah Andhika Yuwono, Yogyakarta: Andi Handoko, T.
Hani. 2000, Manajemen, Edisi Kedua. BPFE: Yogyakarta. Luthns, Fred. 2005,
Perilaku Organisasi.Penerjemah Andhika Yuwono, Yogyakarta: Andi) Robbins.Stepen
P. 2003.Manajemen.Edisi Bahasa Indonesia.Jakarat : PT Indeks Thoha, Miftah,
2001, Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya, Rajawali : Jakarta
Usmara. 2005, Handbook of Organizations, Kajian dan Teori
Organisasi.Yogyakarta.Penerbit : Amara Books
Ahmed,
P.K. (2011). Manajemen inovatif: Konteks, strategi, sistem, dan
proses.
Upper Saddle River, NJ: Prentice Hall.
Brown,
W. B., & Moberg, D. J. (2004). Teori dan manajemen organisasi (edisi ke-8).
New
York, NY: Wiley.
Bubnicki,
Z. (2003). Analisis dan pengambilan keputusan dalam sistem yang tidak pasti.
New York, NY:Springer-Verlag.
Cohen,
D. M., Maret, J. G., & Olsen, J. D. (1972). Model tong sampah pilihan
organisasi. Ilmu Administrasi Triwulanan, 17, 1-25.
Ehrgott,
M. (2011). Tren dalam beberapa kriteria analisis keputusan. New York, NY:
Peloncat.
Eisenfuhr,
F. (2011). Pengambilan keputusan. New York, NY: Springer.
Fullan,
M. (2010). Semua sistem berjalan: Perubahan penting untuk reformasi sistem
secara keseluruhan.Thousand Oaks, CA: Corwin Press.
Gilboa,
saya (2011). Pilihan yang rasional. Cambridge, MA: MIT Press.
Hibah,
R. (2011). Analisis strategi kontemporer. New York, NY: Wiley.
No comments:
Post a Comment