Thursday, 11 November 2021

ASUHAN KEBIDANAN DETEKSI DINI PADA KEHAMILAN

 

BAB I

PENDAHULUAN

 

 

A.    Latar Belakang

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan penyebab terbesar kematian ibu dan bayi. World Health Organization (WHO) memperkirakan 585.000 perempuan meninggal akibat komplikasi kehamilan dan persalinan, sekitar satu perempuan meninggal setiap menitnya. Penyebab terjadi kematian ibu adalah perdarahan postpartum, preeklampsia/eklampsia dan infeksi. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan determinan langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin tinggi kasus kematian ibu (WHO, 2015).

 Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia berdasarkan survei penduduk antar sensus pada 2015. AKI di Indonesia sebesar 305 per 100.000 kelahiran hidup. Propinsi Sulawesi Tenggara merupakan salah satu propinsi yang menunjukkan terjadinya kenaikan AKI. Pada tahun 2014 AKI sebesar 205 per 100.000 kelahiran hidup menurun menjadi 131 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015 namun mengalami peningkatan menjadi 149 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2016 ddemikian pula pada tahun 2017 (Kemenkes RI, 2018).

Hipertensi dalam kehamilan merupakan 5-15% penyulit kehamilan dan merupakan salah satu dari tiga penyebab tertinggi mortalitas dan morbiditas ibu bersalin. Mortalitas dan morbiditas kejadian hipertensi dalam kehamilan di Indonesia masih cukup tinggi. Hal ini disebabkan selain oleh etiologi tidak jelas, juga oleh perawatan dalam persalinan masih ditangani oleh petugas non medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalian atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklamsia tetapi tanpa proteinuria. Ibu hamil dengan hipertensi berisiko untuk mengalami komplikasi yang berat seperti penyakit jantung, penyakit pembuluh darah otak, ataupun gagal organ hingga kematian. Terhadap janin, hipertensi mengakibatkan risiko perkembangan janin dalam rahim yang terlambat, kelahiran sebelum waktunya, dan kematian janin dalam rahim (Saifuddin, 2016).

B.     Rumusan Masalah

Bagaimana cara mendeteksi dini masalah hipertensi, preeklamsia dan eklamsia dalam kehamilan ?

C.    Tujuan

1.       Tujuan Umum

Untuk mengetahui bahaya hipertensi dan preeklamsia dan eklamsia dalam kehamilan.

2.       Tujuan Khusus

a.       Mengidentifikasi kejadian hipertensi dan preeklampsia dan eklamsia pada ibu hamil.

b.      Untuk mengetahui bahaya dan kejadian apa saja yang bisa terjadi jika mengalami hipertensi, preeklamsia dan eklamsia pada saat kehamilan.

c.       Untuk mendeteksi secara dini bahaya hipertensi, preeklamsia dan eklamsia dalam kehamilan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB II

PEMBAHASAN

 

 

A.    Hipertensi dalam kehamilan           

1.      Definisi

Pengertian Hipertensi Dalam Kehamilan Hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sistolik diatas batas normal yaitu lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013).

Hipertensi dalam kehamilan adalah adanya tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih setelah kehamilan 20 minggu pada wanita yang sebelumnya normotensif, atau kenaikan tekanan sistolik 30 mmHg dan atau tekanan diastolik 15 mmHg di atas nilai normal (Indriani, 2013).

2.      Etiologi

a.       Primigravida (kehamilan untuk pertama kalinya)

b.      Hiperplasentosis, misalnya: mola hidatidosa, kehamilan multipel, diabetes melitus, hidrops fetalis, bayi besar.

c.       Umur

d.      Riwayat keluarga pernah pre eklampsia/eklampsia

e.       Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil

f.       Obesitas (Prawirohardjo, 2013)

3.      Klasifikasi

a.       Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali di diagnosis setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pasca persalinan.

b.      Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria. Eklampsia adalah preeklampsi yang disertai dengan kejang-kejang dan/atau koma.

c.       Preeklampsia pada hipertensi kronik (preeclampsia superimposed upon chronic hypertension) adalah hipertensi kronik disertai tanda-tanda preeklampsi atau hipertensi kronik disertai proteinuria.

d.      Hipertensi gestasional adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pasca persalinan atau kematian dengan tanda-tanda preeklampsi tetapi tanpa proteinuria (Bybee, K et al, 2014).

4.      Manifestasi klinik

Jhonson (2014), menjelaskan beberapa manifestasi klinis dari hipertensi dalam kehamilan yaitu:

a.       Spasme pembuluh darah ibu serta sirkulasi dan nutrisi yang buruk dapat mengakibatkan kelahiran dengan berat badan dan kelahiran prematur.

b.      Mengalami hipertensi di berbagai level.

c.       Protein dalam urin berkisar dari +1 hingga +4.

d.      Gejala neurologi seperti pandangan kabur, sakit kepala dan hiper refleksia mungkin akan terjadi.

e.       Berpotensi gagal hati.

f.       Kemungkinan akan mengalami nyeri di kuadran kanan atas.

g.      Meningkatnya enzim hati.

h.      Jumlah trombosit menurun.

5.      Patofisiologi

a.       Teori Kelainan Vaskularisasi Plasenta, Pada kehamilan normal, rahim dan plasenta mendapat aliran darah dari cabang-cabang arteri uterina dan arteri ovarika. Kedua pembuluh darah tersebut menembus miometrium berupa uteri arkuarta dan memberi cabang arteri radialis. Keadaan ini akan memberi dampak penurunan tekanan darah, penurunan resistensi vaskular, dan peningkatan tekanan darah pada daerah utero plasenta. Akibatnya aliran darah ke janin cukup banyak dan perfusi jaringan juga meningkat, sehingga dapat menjamin pertumbuhan janin dengan baik. (Prawirohardjo, 2013).

b.      Teori Iskemia Plasenta, Radikal Bebas, dan Disfungsi Endotel, Plasenta yang mengalami iskemia dan hipoksia akan menghasilkan oksidan yang disebut juga radikal bebas. Iskemia plasenta tersebut akan menghasilkan oksidan penting, salah satunya adalah radikal hidroksil yang sangat toksis, khususnya terhadap membran sel endotel pembuluh darah. Radikal hidroksil tersebut akan merusak membran sel yang mengandung banyak asam lemak tidak jenuh menjadi peroksida lemak.

 

 

c.       Teori Intoleransi Imunologik, Antara Ibu dan Janin HLA-G (human leukocyte antigen protein G) merupakan prakondisi untuk terjadinya invasi trofoblas kedalam jaringan desidua ibu, disamping untuk menghadapi sel natular killer. HLA-G tersebut akan mengalami penurunan jika terjadi hipertensi dalam kehamilan. Hal ini menyebabkan invasi desidua ke trofoblas terhambat. Awal trimester kedua kehamilan perempuan yang mempunyai kecendrungan terjadi pre-eklampsia, ternyata mempunyai proporsi helper sel yang lebih rendah bila dibanding pada normotensif (Prawirohardjo, 2013).

d.      Teori Adaptasi Kardiovaskuler, Daya refrakter terhadap bahan konstriktor akan hilang jika terjadi hipertensi dalam kehamilan, dan ternyata terjadi peningkatan kepekaan terhadap bahan-bahan vasopresor. Artinya daya refrakter pembuluh darah terhadap bahan vasopresor hilang hingga pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap bahan vasopresor (Prawirohardjo, 2013). 

e.       Teori defisiensi gizi Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan defisiensi gizi berperan dalam terjadinya hipertensi dalam kehamilan. Misalnya seorang ibu yang kurang mengkonsumsi minyak ikan, protein dan lain-lain (Prawirohardjo, 2013).

f.       Teori stimulus inflamasi Teori ini berdasarkan fakta bahwa lepasnya debris trofoblas di dalam sirkulasi darah merupakan rangsangan utama terjadinya proses inflamasi. Plasenta juga akan melepaskan debris trofoblas dalam kehamilan normal. Sebagai sisa-sisa proses apoptosis dan nekrotik trofoblas, akibar reaksi stress oksidatif. Bahan-bahan ini sebagai bahan asing yang kemudian merangsang timbulnya proses inflamasi. Proses apoptosis pada preeklampsia terjadi peningkatan stress oksidatif, sehingga terjadi peningkatan produksi debris apoptosis dan dan nekrotik trofoblas.

6.      Diagnosis

Manuaba, (2013) menyebutkan pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada ibu hamil dengan hipertensi diantaranya :

a.       Uji urin kemungkinan menunjukkan proteinuria

b.      Pengumpulan urin selama 24 jam untuk pembersihan kreatinin dan protein. C

c.       Fungsi hati: meningkatnya enzim hati (meningkatnya alamine aminotransferase atau meningkatnya aspartate).

d.      Fungsi ginjal: profil kimia akan menunjukkan kreatinin dan elektrolit abnormal, karena gangguan fungsi ginjal.

e.       Tes non tekanan dengan profil biofisik.

f.       USG seri dan tes tekanan kontraksi untuk menentukan status janin

g.      Evaluasi aliran doppler darah untuk menentukan status janin dan ibu.

7.      Penanganan

a.       Hipertensi Ringan

Kondisi ini dapat diatasi dengan berobat jalan. Pasien diberi nasehat untuk menurunkan gejala klinis dengan tirah baring 2x2 jam/hari dengan posisi miring. Untuk mengurangi darah ke vena kava inferior, terjadi peningkatan darah vena untuk meningkatkan peredaran darah menuju jantung dan plasenta sehingga menurunkan iskemia plasenta, menurunkan tekanan darah, meningkatkan aliran darah menuju ginjal dan meningkatkan produksi urin. Pasien juga dianjurkan segera berobat jika terdapat gejala kaki bertambah berat (edema), kepala pusing, gerakan janin terasa berkurang dan mata makin kabur.

b.      Hipertensi Berat Dalam keadaan gawat, segera masuk rumah sakit, istirahat dengan tirah baring ke satu sisi dalam suasana isolasi. Pemberian obat-obatan untuk menghindari kejang (anti kejang), antihipertensi, pemberian diuretik, pemberian infus dekstrosa 5%, dan pemberian antasida.

c.       Hipertensi Kronis Pengobatan untuk hipertensi kronis adalah di rumah sakit untuk evaluasi menyeluruh, pemeriksaan laboratorium lengkap serta kultur, pemeriksaan kardiovaskuler pulmonal (foto thorax, EKG, fungsi paru).

 

B.     Preeklamsia Dan Eklamsia dalam kehamilan

1.      Definisi preeklamsia/eklamsia

Preeklampsia adalah keadaan di mana hipertensi diseratai dengan proteinuria, edema, atau kedua-duanya yang terjadi akibat kehamilan setelah minggu ke-20/ segera setelah persalinan (Etika & dkk, 2014).

Eklamsia adalah suatu kasus pada pasien yang mengalami preeklamsia yang mana disertai dengan adanya suatu kejang umum dan koma.

2.      Klasifikasi Preeklampsia

a.       Preeklampsia ringan

Tekanan darah 140/90 mmHg, biasanya kenaikan diastolic bisa mencapai 15 mmHg atau lebih dan kenaikan sistolik 30 mmHg atau lebih pula, Edema pada kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih per minggunya. Terdapat proteinuria dengan berat 0,3 gram, kualitatif 1 + atau 2 + pada urin kateter.

b.      Preeklampsia berat

Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih, Proteinuria 5 gr, oliguria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam, adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri pada epigastrium. Dan terdapat edema pada paru dan akan muncul sianosis (Amelia, 2019).

3.      Etiologi / faktor penyebab preeklampsia

ada beberapa penelitian yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklampsia, yaitu : bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan mola hidatidosa, penambahan berat badan selama hamil, usia kehamilan, usia ibu, pendidikan ibu, penyakit keturunan, stress, aktivitas fisik, riwayat preeklampsia eklampsia dikehamilan sebelumnya, kehamilan dengan DM, penyakit ginjal (Khayati & Veftisia, 2018)

4.      Manifestasi Klinis

Biasanya Gejala-gejala klinis pada preeklampsia yang sering muncul yaitu pertambahan berat badan yang berlebihan, edema, hipertensi, proteinuria, serta pada preeklampsia berat didapatkan sakit kepala di daerah frontal, penglihatan kabur, penurunan kesadaran, nyeri di daerah epigastrium, mual atau muntah (Ulfatul, Mursiyam, & Mekar, 2012).

5.      Diagnosis

a.       Preeklamsia ringan

·         Adanya suatu tekanan darah sekitar >140/90 mmHg atau mengalami suatu kenaikan diastolik 15mmHg dan sistolik 30mmHg dengan pemeriksaan berjarak 15menit pada lengan yang sama.

·         Mempunyai proteinuria sekitar 0,3gr/1t atau + 1atau 2 (sibai, 2015)

b.      Preeklamsia berat

·         Tekanan darah >160/110mmHg

·         Proteinnuria 5gr/d1 atau lebih

·         Edema paru/sianosis

·         Oliguria ( <500cc/jam )

·         Adanya faktor yang memberikan suatu gangguan seperti pada gangguan cerebraldan pada gangguan visus serta terjadinya rasa nyeri di epigastum ( sibai, 2015 )

6.      Penanganan

Preeklampsia Pemeriksaan secara antenatal yang teratur, mengenali tanda- tanda sedini mungkin (preeklampsi ringan), lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya preeklampsia jika ada faktor- faktor penyebab berikan edukasi tentang manfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebih (Suarni, 2018).

Pada kasus preeklampsia berat, pasien harus ditangani secara aktif serta penanganannya dilaksanakan di rumah sakit rujukan. Yaitu dengan antikosulvan dilakukan dengan memberi magnesium sulfat (MgSO4) yang merupakan obat pilihan untuk mencegah dan mengatasi kejang pada preeklampsia berat dan eklamsia. Ada beberapa hal yang harus diperiksa sebelum pemberian MgSO4 di antaranya seperti frekuensi pernafasan minimal 16 kali per menit, refleks patella harus (+), urine minimal 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir. pemberian MgSO4 harus diberhentikan apabila terjadi hal hal seperti frekuensi pernapasan pasien kurang dari 16 kali per menit, refleks patella menunjukkan (-), serta urine kurang dari 30 ml/jam dalam 4 jam terakhir (Roeshadi, 2015).

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BAB III

PENUTUP

 

 

A.    Kesimpulan

Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan masalah kesehatan utama bagi kesehatan wanita, karena merupakan penyebab terbesar kematian ibu dan bayi. Penyebab terjadi kematian ibu adalah perdarahan postpartum, preeklampsia/eklampsia dan infeksi. Komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas merupakan determinan langsung kematian ibu. Semakin tinggi kasus komplikasi maka semakin tinggi kasus kematian ibu.

B.     Saran

1.      Bagi institusi pendidikan

Diharapkanmengembangkan materi yang telah di berikan dengan baik dalam perkuliahan maupun praktik lapangan dan juga menambah referensi-referensi agar bisa dijadikan evaluasi dalam memberikan dalam memberikan asuhan kebidanan.

2.      Bagi mahasiswa

Diharapkan mahasiwa mampu menerapkan ilmu yang didapatkan selama perkulihan sehingga dapat melakukan asuhan kebidanan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

 

 

Amelia, M. 2019. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Postpartum Primer , Bandung : EGC

Indriyani, 2013. Aplikasi Konsep Teori Keperawatan Maternitas Postpartum Dengan Kematian janin . Yogyakarta : Ar-Ruzz Media

Manuaba, 2013. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC

Prawirohardjo S. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka

Roeshadi, H.R., 2015.Upaya Menurunkan Angka Kesakitan dan Angka Kematian Ibu pada Penderita Preeklamsia dan eklamsia.

Johnson, R. 2014. Renal Complication in Normal Pregnancy at Comprehensive Clinical Nephrology. United Stated of Amerika : Elsiver saunders

 

 

No comments:

Post a Comment