Tuesday, 12 March 2019

TEKHNIK BUDIDAYA UDANG WINDU DI DESA LAMBARO SKEP KOTA BANDA ACEH


Laporan Kuliah Kerja Profesi

TEKHNIK BUDIDAYA UDANG WINDU DI DESA LAMBARO SKEP
KOTA BANDA ACEH





OLEH





NURUL AKMAL
0505102020031

















PROGRAM STUDI EKSTENSI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2009

KATA PENGANTAR


Syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT karena hanya dengan kekuasaan dan limpahan karuniaNya penulis telah mampu menyelesaikan penulisan laporan Kuliah Kerja Profesi dengan judul “Teknik Budidaya Udang Windu di Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh”. Kuliah kerja profesi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Fakultas Pertanian.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setingi-tingginya  kepada Ibu Dra. Elliza Zulkifli yang telah banyak membantu memberi bimbingan dan pengarahan sejak awal hingga selesainya penulisan karya tulis ini dan tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini.
Penulis menyadari bahwa tidak ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan penulisan karya tulis ini tentunya masih banyak kekurangan dengan segala keterbatasan yang saya miliki. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan demi perbaikan karya tulis ini, semoga dapat memberikan kebaikan bagi kita semua, amin.

                                                                                 Darussalam, Mei 2009

i
 
                                                                                             Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
BAB PENDAHULUAN
1.1        Latar Belakang .................................................................................... ........ 1
1.2        Tujuan Kuliah Kerja Profesi ................................................................ ........ 4
1.3        Kegunaan Kuliah Kerja Profesi ........................................................... ........ 4
1.4        Motedo Kuliah Kerja Profesi .............................................................. ........ 4
BAB GAMBARAN UMUM DAERAH
1.1.      Letak Geografis dan Luas Wilayah ..................................................... ........ 6
1.2.      Keadaan Iklim ..................................................................................... ........ 6
1.3.      Jumlah Penduduk ................................................................................ ........ 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1    Persiapan Tambak ................................................................................ ........ 9
a.       Pengeringan Kolam/Tambak .......................................................... ........ 9
b.      Pembuangan Lumpur atau sisa bahan organic ............................... ........ 9
c.       Pengecekan pH tanah .................................................................... ........ 9
d.      Pembalikan tanah ........................................................................... ........ 10
e.       Pemberian kapur ............................................................................ ........ 10
f.       Pemberian samponin ...................................................................... ........ 10
g.      Pemasukan air ................................................................................ ........ 10
h.      Pemberian pupuk ........................................................................... ........ 11
i.        Pengamatan salinitas air / keasinan air ........................................... ........ 11
ii
 
3.2.   Pemeliharaan dan Penebaran Benur .................................................... ........ 11
a.       Pengamatan benur ......................................................................... ........ 11
b.      Pengadaptasian benur udang di tambak ........................................ ........ 12
c.       Penyesuaian benur ......................................................................... ........ 12
d.      Pelepasan benur ............................................................................. ........ 12
3.3.       Pemberian pakan ................................................................................. ........ 13
3.4.       Manajemen  Air .................................................................................. ........ 15
3.5.       Manajemen kesehatan udang windu .................................................. ........ 15
3.6.       Panen dan pasca panen ....................................................................... ........ 17
3.7.       Saluran pemasaran .............................................................................. ........ 18
3.8.       Pendapatan ......................................................................................... ........ 19
BAB IV. PENUTUP
4.1.   Kesimpulan .......................................................................................... ........ 20
4.2.   Saran .................................................................................................... ........ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ........ 21

DAFTAR TABEL
Tabel
1. . Penyebaran Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Udang Windu di
..... Nanggroe Aceh Darussalam ............................................................................... 3
2... Keadaan iklim kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, tahun 2004............... ........ 7
3. . Jumlah Penduduk Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota
..... Banda Aceh ........................................................................................................ 8
4... Keperluan Pakan perhari per 1000 ekor Udang .................................................. 14
5... Tingkat Pendapatan Petani Tambak Udang Windu ........................................... 19

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Indonesia sudah sejak lama dikenal sebagai negara agraris, namun relitasnya masih memprihatinkan. Konsumsi perkapita masyarakat Indonesia relatif masih rendah. Sektror pertanian bukan merupakan produksi unggulan  dari kegiatan perekonomian masyarakat Kota Banda Aceh. Hal ini disebabkan kondisi geografis Kota Banda Aceh yang kurang mendukung untuk kegiatan usaha  di sektor pertanian. Demikian juga halnya dalam sektor peternakan, Kota Banda Aceh juga tidak mengunggulkan hal ini.
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor yang banyak memberi kontribusi bagi perekonomian Kota Banda Aceh di banding dua sektor sebelumnya. Sektor ini menyerap tenaga kerja yang banyak, hal ini disebabkan Kota Banda Aceh yang dikelilingi oleh laut. Di sekitar pesisir pantai mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau berusaha di sektor perikanan.
Udang windu (Panaeus monodon) adalah kelompok spesies udang komersil yang diusahakan di sub sektor perikanan, jenis udang ini biasanya berukuran besar hingga mencapai 34 cm dan 270 gr berat. Dalam dunia perdagangan udang windu dikenal dengan nama “Tiger Praw” atau “Jumbo Tiger Praw” (Suyanto, S. R dan Mujiman, A, 2004).
Udang windu merupakan komoditas primadona ekspor non migas karena permintaan konsumen dunia terhadap udang ini rata-rata naik. Ketertarikan konsumen terhadap udang windu tidak terbatas hanya pada rasa dagingnya yang lezat, tetapi limbah dari bagian tubuh udang windu yaitu kepala dan cangkangnya (Carapace) bisa memberi nilai tambah yang berarti. Limbah kulit udang ini bisa dimanfaatkan berbagai bahan baku industri seperti industri farmasi, kosmetik, pangan dan tekstil. Kulit udang mengandung chitin 10-60% dari berat keringnya.
Lokasi budi daya udang windu secara intensif adalah disepanjang pantai. Dari 108.000 km panjang pantai yang dimiliki Indonesia, sebagian besar bisa dimanfaatkan untuk budi daya udang, terutama diwilayah pesisir. Lokasi paling potensial untuk budi daya udang windu adalah pesisir timur pulau Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Palembang, Riau dan Lampung), pesisir utara pulau Jawa (pantura), pesisir Kalimantan, Bali, Nusa Tenggara serta Papua.
Salah satu upaya pemerintah dalam usaha pengembangan produksi udang windu adalah melaksanakan intenfikasi tambak (Intam). Hal ini ditujukan agar produksi dapat ditingkatkan sehingga pendapatan petani pun dapat meningkat pula. Dalam rangka mendukung program pengembangan udang nasional, menurut Dinas Kelautan dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006, terdapat lahan pertambakan adalah seluas 42.198,6 Ha yang tersebar diberbagai kabupaten/kota. Apabila dikaitkan dengan keadaan geografis daerah maka lokasi pertambakan terkonsentrasi pada pesisir timur dan utara yaitu Kabupaten Aceh Timur, Aceh Utara, Pidie, Aceh Besar dan Banda Aceh.
Adapun untuk lebih jelasnya mengenai penyebaran luas areal, produksi dan produktifitas pertambakan di Nanggroe Aceh Darussalam, maka dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
 Tabel 1.  Penyebaran Luas Areal, Produksi, dan Poduktifitas Udang   Windu di Nanggroe Aceh Darussalam, tahun 2006
No
Kabupaten/Kota
Luas areal (Ha)
Produksi (Ton)
Produktifitas
Luas Kotor
Luas Panen
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
Banda Aceh
Aceh Besar
Sabang
Pidie dan Pidie Jaya
Bireuen
Lokhsemawe
Aceh Utara
Aceh Timur
Langsa
Aceh Tamiang
Aceh Jaya
Aceh Barat
Nagan Raya
Aceh Barat Daya
Aceh Selatan


289.7
472.0
47.0
5056.7
4945.7
1209.0
10063.0
13480.0
2203.0
3858.0
150.2
289.0
53.0
57.0
25.0

246.3
401.2
43.0
4298.0
4352.2
1027.6
9574.2
11548.0
1983.0
3279.0
127.6
267.0
46.6
49.9
7.1

8.6
67.9
1.5
941.2
1560.6
138.4
860.1
768.8
201.3
2730.0
12.0
11.0
2.3
3.6
0.3

0.03
0.17
0.03
0.22
0.36
0.13
0.09
0.07
0.10
0.83
0.09
0.04
0.05
0.07
0.04

Jumlah
42198.6
37250.7
7307.6
2.32
Rat-rata
2813.2
2483.4
487.2
0.15
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam

Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Aceh Timur merupakan Kabupaten yang memiliki luas areal pertambakan yang paling luas yaitu 13.480 Ha, tetapi hal ini tidak diikuti dengan jumlah produksi udang windu yang menempati urutan kelima sesudah Kabupaten Aceh Tamiang, Bireuen, Pidie dan Aceh Utara. Sedangkan Aceh Tamiang merupakan jumlah produksi udang yang terbanyak yaitu sebesar 2730 ton. Rendahnya jumlah produksi udang windu di Kabupaten Aceh Timur disebabkan kondisi areal pertambakan kurang dimanfaatkan secara optimal. Total keseluruhan jumlah produksi udang windu di Aceh adalah sebesar 7.307,6 ton dengan produktifitas rata-rata adalah mencapai 0,15 Ton/Ha.
1.2  Tujuan Kuliah Kerja Profesi
Untuk mengetahui teknik budidaya udang windu (Panaeues monodon) di Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh.
1.3  Kegunaan Kuliah Kerja Profesi
Adapun kegunaan dari Kuliah Kerja Profesi ini adalah :
a.       Diharapkan dapat memberi informasi atau pengetahuan mengenai teknik budidaya udang windu yang dapat memberi manfaat dan pengalaman bagi mahasiswa/i yang melakukan Kuliah Kerja Profesi.
b.      Untuk memnuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala.
1.4  Metode Kuliah Kerja Profesi
a.       Lokasi dan Objek Penelitian
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan di Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
b.      Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung dengan pihak petanbak udang windu, dengan berpodoman pada pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh  dari instansi-instansi yang terkait.

BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH

2.1 Letak Geografis dan Luas Daerah
            Kota Banda Aceh terletak  antara 05.300-05.350 LU dan 95.300-99.160 BT, dengan tinggi rata-rata permukaan laut 0,8 m. kecamatan Kuta Alam ibu kotanya Bandar Baru dengan jumlah desa 3 dan 8 kelurahan, dengan jumlah penduduk yang padat. Dengan luas kecamatan Kuta Alam 1004,7 ha. Berdasarkan luas kecamatan secara administrative dibagi ke dalam 3 desa dan 8 kelurahan, dengan batas wilayah sebagai berikut:
  • Sebelah Utara berbatasan dengan Selat Malaka
  • Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baiturrahman
  • Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala
  • Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuta raja.

2.2    Keadaan Iklim
Iklim sangat menentukan dalam perkembangan pertumbuhan tanaman. Adapun iklim yang dibutuhkan usaha tani tambak udang sekitar 27 C – 35 C, dengan curah hujan rata-rata 7 ml pertahun. Adapun keadaan iklim Kecamatan Kuta Alam kota Banda Aceh dapat dilihat dalam table 2 berikut :


Tabel 2. Keadaan Iklim Kecamatan Kuta alam Kota Banda Aceh, tahun 2003
Bulan
Tekanan udara (Km/bln)
Suhu rata-rata  (0C)
Kelembapan (mm)
Hujan rata-rata (mm)
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
1010.5
1010.5
1010.3
1009.6
1010.2
1009.5
1009.3
1009.9
1010.1
1010.8
1009.8
1010.7
26.0
26.5
26.8
27.1
27.5
27.0
27.0
27.3
26.7
26.4
25.8
26.4
84
80
80
87
76
76
73
73
81
79
86
83
6.4
5.3
4.3
1.7
3.7
10.0
4.6
2.5
5.5
10.0
22.7
4.2
Sumber : Kecamatan Kuta Alam dalam angka BPS, Kota Banda Aceh, 2004
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat perkembangan keadaan iklim di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh selama kurun waktu 12 bulan, dari bulan januari 2002-desember 2003

2.3 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data penduduk yang diperoleh dari kantor kepala Gampong Lambaro Skep 2007 dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Gampong Lambaro Skep Kecamatan Kuta  Alam Kota Banda Aceh.
Tahun
Penduduk (jiwa)

Laki-laki
Perempuan
2005
2006
2007
-
1918
2234
-
1809
2046
Jumlah
4152
3855
Sumber : Kantor Kepala Gampong Lambaro Skep 2008
Berdasrkan tabel 3 diatas dapat dilihat jumlah penduduk yang terus meningkat setelah bencana alam gempa dan tsunami. Jumlah penduduk yang besar apabila penggunaan dan pemanfaatannya maksimal dapat menciptakan sumber daya yang berkualitas yang dapat menjadi aset yang berharga bagi pembangunan. Sebaliknya bila sumber daya manusia yang besar jumlahnya dan kualitasnya rendah justru dapat menghambat laju pembangunan.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Persiapan Tambak
a         Pengeringan Kolam/Tambak
Manfaat pengeringan kolam yaitu dapat menanggulangi hama siput yang ada di dalam kolam, membantu menghilangkan ikan dan binatang berkulit lainnya sebagai pembawa penyakit dari kegiatan budidaya sebelumnya. Pengeringan kolam dilakukan oleh petani tambak selama 10 atau 15 hari
b        Pembuangan Lumpur atau Sisa Bahan Organik
Pembangunan lumpur atau sisa bahan organik adalah sisa pakan yang berlebihan dan kotoran yang harus di buang dan juga bahan organik yang ada di dalam tambak. Dan dapat juga menghilangkan gas beracun seperti ammonia dan hydrogen sulfate dalam tambak yang dapat menyebabkan stress pada udang. Pembuangan yang dilakukan oleh (petani tambak di sekitar area pemberian pakan khususnya di sudut tambak.
c.       Pengecekkan pH Tanah
Manfaat pengesekkan pH tanah yaitu agar kita mengetahui seberapa besar keasaman tanah yang ada di tambak. Apabila tanah asam perlu di berikan kapur rata-rata 100 Kg/kolam dengan luas kolam yaitu 1500 m2.


d.      Pembalikan Tanah
Pembalikan tanah perlu dilakukan dikarenakan selama pemeliharaan siklus sebelumnya ada mengendap bahan sisa organik, pakan, kotoran juga untuk menghindari terjadi oksidasi.
e.       Pemberian Kapur
Pemberian kapur dilakukan untuk menetralisir tanah dari kesaman tanah. Petani melakukan pemberian kapur dengan cara kapur terlebih dahulu diaduk dalam ember dengan air dan titaburkan secara merata ke seluruh tambak.
f.       Pemberian Samponin
Pemberian samponin perlu dilakukan apbila air di dalam kolam tidak semuanya terbuang. Karena di dalam kolam ada binatang maka dilakukan pemberian samponin. Sebaiknya air tamabak tidak perlu di berikan racun baik akodan, diodan dan lain sebagainya, karena dapat mempengaruhi tanah dan udang yang tidak diterima oleh pasaran internasional.
g.      Pemasukan Air
Air tambak dimasukkan menggunakan pipa dan pintu air, tetapi yang terpenting dalam pemsukan air ke kolam harus memakai filter/saringan ganda agar binatang yang ada diluar tidak masuk sehingga tidak mempengaruhi pada pemeliharaan udng. Setelah mengisi tambak biasanya tambak dibiarkan selama 10-15 hari sebelum tebar benur. Jagalah kedalamann iar lebih dari 80 cm dari bagian paling dangkal pada tambak.

h.      Pemberian Pupuk
Pemberian urea yang dilakukan oleh petani dalam 1 ha hanya 15 Kg dan SP 36 15 Kg. Urea ditebar di sekitar kolam sedangkan SP 36 dimasukkan di dalam karung dan digantung di pintu air. Kemudian air yang sudah diberikan urea dan SP 36 dibiarkan selama 15 hari untuk menjaga kualitas air di dalam tambak.
i.        Pengamatan Salinitas Air/Keasinan Air
Sebelum tebar kapur benurterlebih dahulu petani harus melihat keasinan air yang ada di dalam kolam. Kemudian sebelum terima benur petani harus melakukan pengamatan benur. Induk sepai penetasan dan udang diambil yang aktif yaitu yang melawan arus dan harus ada pengecekan PCR test (alat untuk menentukan teridentifikasinya penyakit pada udang) di laborataurium perikanan.

3.2 Pemeliharaan dan Penenbaran Benur
a.       Pengamatan Benur
Sebelum melakukan bududaya terlebih dahulu benur harus diperhatikan dan di ambil sampel benur untuk di hitung jumlah benur setiap paking. Sebaiknya benur dibeli dari unit pembenihan yang memenuhi standar perawatan yang baik atau unit pembenihan yang bersetifikat. Utamakan menggunakan stadia PL-12 (panjang tubuh harus lebih dari 12 mm). Ukuran kecil tidak siap untuk dilepas dan mudah mati dengan cepat di kolam.
Adapun sifat dan ciri benur yang  bermutu baik yang didapat dari tempat pembibitan adalah :
a.       Umur dan ukuran bentuk harus seragam..
b.      Bila dikejutkan benur sehat akan melintik.
c.       Benur bewarna tidak pucat.
d.      Badan benur tidak bengkok dan cacat.
b        Pengamatan Benur
Bila kualitas air belum bagus benur udang terlebih dahulu di letakkan di jaring minimal 3 hari. Pengadaptasian benur udanh dilakukan apabila sudah sampai di kolam yang berfungsi agar benur tidak stress dengan air yang ada di kolam. Pengadaptasian benur udang selama 15 menit.
c.       Penyesuaian Benur
Penyesuaian benur perlu dilakukan jangan langsung di tebarkan ke dalam kolam karena belum sesuai kadar air. Lebih baik biarkan benur itu sendiri yang keluar dari kantong plastik. Dilakukan penyesuaian benur dengan cara mengisi air yang ada di dalam kolam ke plastik secara perlahan-lahan.
d.      Pelepasan Benur
Kebutuhan benur per kolam dengan luas 1500 m2 yaitu 20000 ekor dan hanya 13000 ekor yang dapat beradaptasi di dalam kolam/tanbak. Pelepasan benur dilakukan secara perlahan karena udang bersifat sangat sensitif dengan keadaan tempat barunya. Benih harus dilepas dalam tambak pada saat suhu udara dingin, yaitu setelah jam 6 sore atau sebelum jam 8 pagi. Benur dilepaskan kedalam air yang berwarna hijau dan jangan dalam air bening atau air hijau gelap. Benih disesuaikan dalam air tambak (aklimatisasi) sebelum melepaskannya dan jagalah agar kantung-kantung mengambang di air slm 20-30 menit, campurlah air tambak kedalam kantung benih secara perlahan-lahan setelah 30 menit, dan kemudian lepaskan benih kedalam tambak.
3.3 Pemberian Pakan
Pemberian pakan dimulai pada hari pelepasan, pakan yang digunakan yatu pakan yang dijual secara komersil. Jumlah pakan sehari-hari tidak boleh melebihi jumlah yang disebutkan dalam tabel dibawah. Penentuan banyaknya pakan berdasarkan ukuran dari udang. Gunakan anco pakan (tray check) 4 tray/Ha untuk bembantu konsumsi pakan oleh udang. Setelah 2 jam pemberian pakan lakukan pengecekan ulang, jika ususnya masih kosong maka pakan akan diberikan lagi tetapi jangan terlalu berlebihan karena pakan yang terbuang akan membusuk dan dapat melepaskan gas beracun yang menyebabkan stress pada udang.

Tabel 4. Keperluan Pakan Untuk Per 1000 Ekor Udang
Hari Setelah Pelepasan Benih
Ukuran Udang (jumlah/Kg)
Jumlah Pakan (gram/hari)
1
1000
50
7
500
95
15
250
185
23
200
225
26
175
260
30
150
300
35
125
335
40
110
370
45
100
400
50
90
430
55
80
475
60
75
485
65
70
505
70
65
530
75
60
555
80
55
580
85
50
600
90
45
615
95
40
625
100
35
610
110
30
560
115
28
540
120
26
575
127
24
625
135
22
680
140
20
750
Sumber : Data Primer, 2009
Dari tabel 4 diatas dapat kita lihat keperluan pakan udang 60 hari pertama diberikan 2 kali sehari dengan cara memisahkan jumlah keperluan pakan perhari dalam 2 kali pemberian pakan, setelah 60 hari berikan pakan 3 kali sehari dengan memisahkan jumlah keperluan pakan perhari dalam 3 kali pemberian pakan dan untuk setiap pemberian pakan disesuaikan jumlah pakan dengan menggunakan anco pakan dari pemberian pakan sebelumnya.
3.4 Manajemen Air
perukaran air dilakukan dengan hati-hati dan air tidak boleh terlalu dering dimasukkan dan ditukar. Untuk bulan pertama usahakan air jangan diganti, tetapi mulailah pada bulan kedua jika perlu ganti air tetapi upayakan seminnimal mungkin. Keluarkan air jika pertumbuhan plankton terlalu tebal (air hijau gelap). Jangan memasukkan/membuang iar lebih dari 15-30 cm perhari. Gunakanlah kapur pertanian setelah setiap kali memsaukkan air atau menukar air dan setelah hujan.  Kapur tersebut akan berfungsi sebagai penetral air, pH air harus 7.5-8.5l, jika pH lebih rendah 7.5 maka gunakanlah kapur meningkatkannya dan jika pH lebih tinggi dari 8.5 maka tukarlah air untuk menurunkan pH. Kadar gram (salinitas) yang ideal untuk udang adalah 20-25 ppm sedangkan warna air yang bagus adalah hijau/warna coklat. Ammonia harus kurang dari 0.5 ppm, gunakan alat tes kandungan ammonia.
3.5 Manajemen Kesehatan Udang Windu
Kesehatan udang harus setiap hari dipantau dg menjala udang. Udang harus bersih dengan warna normal, usus berisi dan tidak kehilangan kaki atau antena. Periksa 5-10 udang dari anco pakan atau dari jala, jika insang udang kotor maka berarti permukaan dasar tambak atau tempat udang tidak bersih, maka taburkanlah pakan kawasan lain yang bersih dan taburkanlah pakan kekawasan lain yang bersih dan tukarlah air 10 cm dan gunakan kapur pertanian sebanyak 200 kg/ha. Jika udang sakit atau bertahi putih ditemukan dipermukaan air maka periksalah insang udang apakah kotor atau hitam. Jika  demikian maka kurangilah pemberian pakan dan tukar air hingga 10 cm.
Penyakit pada udang disebabkan oleh :
1.      Penyakit yang berada dalam tubuh benur atau bibit udang yang ditelurkan dari induk udang
2.      Air sungai yang mengandung penyakit dan masuk ke tambak karena adanya wabah penyakit
3.      Terjangkitnya udang windu karena adanya sisa udang yang sakit dari siklus sebelumnya sebab pada saat pengeringan tidak sempurna.
Hal yang harus dilakukan jika udang berpenyakit yaitu :
·         Catatlah setiap hari berapa banyak udang yang terkena penyakit atau mati.
·         Jika udang mati sedikit (<5 ekor) tidak perlu melakukan panen darurat.
·         Ambillah udang yang berpenyakit dan mati kemudian tanamlah yang jauh dari tambak.
·         Jangan buang udang mati dan yang berpenyakit ke dalam saluran air atau ketempat yang terbuka.
·         Jangan menggunakan bahan kimia tanpa nasehat dari ahli atau spesialis.
·         Jika kematian udang meningkat cepat (>5 udang mati perhari) dan terlihat atau tidak terlihat tanda-tanda putih (White Spots) pada udang, dikombinasikan dengan menurunnya konsumsi makan, persiapkan panen darurat. Jika udang yang sakit terlalu kecil untuk dipanen maka biarkan saja didalam kolam paling tidak satu bulan.
·         Jika ingin memulai lagi, maka gunakan kaporit (Calsium Hypochlorite) 1000 Kg/Ha untuk membunuh seluruh organisme di tambak. Dan setelah 15 hari lepaskanlah air kesaluran air.
3.6  Panen dan Pasca Panen
Pada umunya pemaneman udang dilakukan setelah pemeliharaan pada petak setelah 120 hari, dengan berat rata-rata 30-35 ekor/kg, jumlah penen perkolam yaitu 216 kg. Perlakuan dan teknis yang dilakukan sebelum pemaneman adalah pengapuran dengan dosis 100-200 kg/ha kedalam kolam yang lebih hitam khususnya dibagian sudut dan dipinggir. Hindari panen pada saat bulan penuh atau mati. Dua hari sebelum panen periksalah jika ada udang yang berganti kulit sekitar >10%, maka tundalah panen satu atau dua hari. Jangan tukar air atau kurangi tingkat air selama 3-4 hari sebelum panen untuk menjaga agar usus kosong dan meningkatkan ketahanan hidupnya.
Selesai proses panen (keringkan dan panen) dalam waktu 6-8 jam. Pemaneman dilakukan dlm jangka waktu jam 6 sore sampai jam 6 pagi, hindari memanen dan mengemas udang saat hari sedang panas. Untuk mempercepat panen gunakan pompa dan jaring kantung;.
Setelah pemaneman udang, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah mencuci udang hasil panen letakkan dalam larutan lebih dari 15 menit. Jika mungkin gunakan air yang layak minum untuk membuat larutan es. Ketika mencuci udang tidak boleh menggunakan bahan kimia ataupun pendingin tanpa pengetahuan cara pemakaiannya (Processor Knowledge). Selama panen menggunakan es yang berkualitas. Untuk pengiriman udang dimasukkan kedalam kotak-kotak yang berisi es pecah-pecah pada rasio 1:1 untuk perlindungan yang baik dan pastikan dasar kotak bersih sebelum kotak disusun serta jagalah kebersihan dalam pengepakan.
3.7  Saluran Pemasaran
Adapun saluran pemasaran yang digunakan petani tambak udang windu yaitu menggunakan dua saluran :
1.      Produsen                konsumen
Saluran pemasaran ini menunjukkan produsen langsung menjual udang windu kepada konsumen dengan harga Rp. 60.000/Kg.
2.      produsen                Pengumpul                Pengecer                Konsumen
Saluran ini petani tambak menjual udang windu kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp. 50.000/Kg, pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 60.000/Kg dan pedagang pengecer menjual kembali kepada konsumen dengan harga Rp.    65.000/Kg.

3.8  Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh petani tambak dari usaha budidaya udang windu di lokasi peneliyian dapat dilihat pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel. 5 Tingkat Pendapatan Petani Tambak Udang Windu
No
Uraian
Status
Nilai
1
2
3
4
Produksi
Harga Jual
Nilai Hasil
Biaya Produksi
A)    Benur
B)    Pupuk
C)    Pakan
D)    Biaya lain-lain
Kg
Rp
Rp

Rp
Rp
Rp
Rp
216
50.000
10.800.000

600.000
700.000
500.000
200.000
5
Pendapatan
Rp
8.8000.000
Sumber : Data Primer, 2009

BAB IV
PENUTUP
4.1  Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan :
a.       Adpun aspek-aspek budidaya udang windu yaitu persiapan tambak, pemeliharaan dan penebaran benur, manajemen pakan yang baik, manajemen air, manajemen kesehatan, dan penanganan panen dan pasca panen serta saluran pemasarannya.
b.      Luas kolam 1.500 m2, kebutuhan benur 20.000 ekor dengan produksi 216 Kg, harga jual Rp. 50.000/Kg. Rata-rata pendapatan petani tambak udang windu adalah Rp. 8.800.000/ kolam (1.500 m2).
c.       Saluran pemasaran ada 2 yaitu :
2.      Produsen                konsumen
3.      produsen                Pengumpul                Pengecer                Konsumen
4.2  Saran
Adapun saran yang dapaaat penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
Para petambak sebaiknya harus lebih memperhatikan lagi kesehatan dan saluran pemasaran udang windu sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani tambak.
Perhatian dan penyuluhan bagi petani tambak udang umumnya dan petani tambak udang windu khususnya dapat diberdayakan semaksimal mungkin, baik dari segi pemeliharaan sampai pada pengolahan serta pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA

Amri. K.  2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif, PT. Agro Media Pusaka, Tanggerang.
Anonymus. 2004. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka 2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aceh.
Anonymus. 2005. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka 2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aaceh.
Anonymus. 2006. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan, Provinsi NAD, Banda Aceh.
Anonymus. 2007. Praktek Manajemen Yang Baik Untuk Tambak Udang di Aceh. BRR NAD-NIAS, Banda Aaeh
Murtidjo, B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem Monokultur. Kanisius. Yogyakarta.
Putnomo. 1994. Limbah Udang Potensial Untuk Industri. Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
Suyanto, S. R dan Mujiman, A. 2004. Budidaya Udang Windu. Penebar Swadaya. Jakarta.
iv
 

No comments:

Post a Comment