Laporan Kuliah
Kerja Profesi
TEKHNIK
BUDIDAYA UDANG WINDU DI DESA LAMBARO SKEP
OLEH
NURUL AKMAL
0505102020031
PROGRAM STUDI EKSTENSI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2009
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT karena hanya dengan kekuasaan dan limpahan karuniaNya
penulis telah mampu menyelesaikan penulisan laporan Kuliah Kerja Profesi dengan
judul “Teknik Budidaya Udang Windu di
Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh”. Kuliah kerja profesi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Fakultas Pertanian.
Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setingi-tingginya kepada Ibu Dra. Elliza
Zulkifli yang telah banyak membantu memberi bimbingan dan pengarahan sejak awal
hingga selesainya penulisan karya tulis ini dan tidak lupa pula ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
Penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan penulisan karya tulis ini
tentunya masih banyak kekurangan dengan segala keterbatasan yang saya miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi perbaikan karya tulis ini, semoga dapat memberikan kebaikan bagi kita
semua, amin.
Darussalam,
Mei 2009
|
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
BAB PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang .................................................................................... ........ 1
1.2
Tujuan
Kuliah Kerja Profesi ................................................................ ........ 4
1.3
Kegunaan
Kuliah Kerja Profesi ........................................................... ........ 4
1.4
Motedo
Kuliah Kerja Profesi .............................................................. ........ 4
BAB GAMBARAN UMUM DAERAH
1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ..................................................... ........ 6
1.2. Keadaan Iklim ..................................................................................... ........ 6
1.3. Jumlah Penduduk ................................................................................ ........ 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Persia pan Tambak ................................................................................ ........ 9
a.
Pengeringan Kolam/Tambak .......................................................... ........ 9
b. Pembuangan Lumpur atau sisa bahan organic ............................... ........ 9
c. Pengecekan pH tanah .................................................................... ........ 9
d. Pembalikan tanah ........................................................................... ........ 10
e. Pemberian kapur ............................................................................ ........ 10
f. Pemberian samponin ...................................................................... ........ 10
g. Pemasukan air ................................................................................ ........ 10
h. Pemberian pupuk ........................................................................... ........ 11
i.
Pengamatan
salinitas air / keasinan air ........................................... ........ 11
|
3.2. Pemeliharaan dan Penebaran
Benur .................................................... ........ 11
a. Pengamatan benur ......................................................................... ........ 11
b. Pengadaptasian benur udang di tambak ........................................ ........ 12
c. Penyesuaian benur ......................................................................... ........ 12
d. Pelepasan benur ............................................................................. ........ 12
3.3. Pemberian pakan ................................................................................. ........ 13
3.4. Manajemen Air .................................................................................. ........ 15
3.5. Manajemen kesehatan udang windu .................................................. ........ 15
3.6. Panen dan pasca panen ....................................................................... ........ 17
3.7. Saluran
pemasaran .............................................................................. ........ 18
3.8. Pendapatan ......................................................................................... ........ 19
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan .......................................................................................... ........ 20
4.2. Saran .................................................................................................... ........ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ........ 21
DAFTAR TABEL
Tabel
1. . Penyebaran
Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Udang Windu di
..... Nanggroe
Aceh Darussalam ............................................................................... 3
2... Keadaan
iklim kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, tahun 2004............... ........ 7
3. . Jumlah
Penduduk Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota
..... Banda Aceh ........................................................................................................ 8
4... Keperluan
Pakan perhari per 1000 ekor Udang .................................................. 14
5... Tingkat
Pendapatan Petani Tambak Udang Windu ........................................... 19
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan
merupakan salah satu sektor yang banyak memberi kontribusi bagi perekonomian
Kota Banda Aceh di banding dua sektor sebelumnya. Sektor ini menyerap tenaga
kerja yang banyak, hal ini disebabkan Kota Banda Aceh yang dikelilingi oleh
laut. Di sekitar pesisir pantai mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau
berusaha di sektor perikanan.
Udang windu (Panaeus monodon) adalah kelompok spesies
udang komersil yang diusahakan di sub sektor perikanan, jenis udang ini
biasanya berukuran besar hingga mencapai 34 cm dan 270 gr berat. Dalam dunia
perdagangan udang windu dikenal dengan nama “Tiger Praw” atau “Jumbo Tiger
Praw” (Suyanto, S. R dan Mujiman, A, 2004).
Udang windu merupakan
komoditas primadona ekspor non migas karena permintaan konsumen dunia terhadap
udang ini rata-rata naik. Ketertarikan konsumen terhadap udang windu tidak
terbatas hanya pada rasa dagingnya yang lezat, tetapi limbah dari bagian tubuh
udang windu yaitu kepala dan cangkangnya (Carapace)
bisa memberi nilai tambah yang berarti. Limbah kulit udang ini bisa
dimanfaatkan berbagai bahan baku industri seperti industri farmasi, kosmetik,
pangan dan tekstil. Kulit udang mengandung chitin 10-60% dari berat keringnya.
Lokasi budi daya udang windu
secara intensif adalah disepanjang pantai. Dari 108.000 km panjang pantai yang
dimiliki Indonesia, sebagian besar bisa dimanfaatkan untuk budi daya udang,
terutama diwilayah pesisir. Lokasi paling potensial untuk budi daya udang windu
adalah pesisir timur pulau Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Palembang, Riau dan Lampung), pesisir utara pulau Jawa (pantura), pesisir Kalimantan,
Bali, Nusa Tenggara serta Papua.
Salah satu upaya pemerintah dalam usaha pengembangan produksi udang windu
adalah melaksanakan intenfikasi tambak (Intam). Hal ini ditujukan agar produksi
dapat ditingkatkan sehingga pendapatan petani pun dapat meningkat pula. Dalam
rangka mendukung program pengembangan udang nasional, menurut Dinas Kelautan
dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam tahun 2006, terdapat lahan pertambakan
adalah seluas 42.198,6 Ha yang tersebar diberbagai kabupaten/kota. Apabila
dikaitkan dengan keadaan geografis daerah maka lokasi pertambakan
terkonsentrasi pada pesisir timur dan utara yaitu Kabupaten Aceh Timur, Aceh
Utara, Pidie, Aceh Besar dan Banda Aceh.
Adapun untuk lebih jelasnya
mengenai penyebaran luas areal, produksi dan produktifitas pertambakan di Nanggroe
Aceh Darussalam, maka dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel
1. Penyebaran Luas Areal, Produksi, dan
Poduktifitas Udang Windu di Nanggroe
Aceh Darussalam, tahun 2006
No
|
Kabupaten/Kota
|
Luas
areal (Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
Produktifitas
|
|
Luas
Kotor
|
Luas
Panen
|
||||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
Banda Aceh
Aceh Besar
Sabang
Pidie dan Pidie
Jaya
Bireuen
Lokhsemawe
Aceh Utara
Aceh Timur
Langsa
Aceh Tamiang
Aceh Jaya
Aceh Barat
Nagan Raya
Aceh Barat Daya
Aceh Selatan
|
289.7
472.0
47.0
5056.7
4945.7
1209.0
10063.0
13480.0
2203.0
3858.0
150.2
289.0
53.0
57.0
25.0
|
246.3
401.2
43.0
4298.0
4352.2
1027.6
9574.2
11548.0
1983.0
3279.0
127.6
267.0
46.6
49.9
7.1
|
8.6
67.9
1.5
941.2
1560.6
138.4
860.1
768.8
201.3
2730.0
12.0
11.0
2.3
3.6
0.3
|
0.03
0.17
0.03
0.22
0.36
0.13
0.09
0.07
0.10
0.83
0.09
0.04
0.05
0.07
0.04
|
Jumlah
|
42198.6
|
37250.7
|
7307.6
|
2.32
|
|
Rat-rata
|
2813.2
|
2483.4
|
487.2
|
0.15
|
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam
Berdasarkan tabel diatas dapat kita lihat bahwa Kabupaten Aceh Timur
merupakan Kabupaten yang memiliki luas areal pertambakan yang paling luas yaitu
13.480 Ha, tetapi hal ini tidak diikuti dengan jumlah produksi udang windu yang
menempati urutan kelima sesudah Kabupaten Aceh Tamiang, Bireuen, Pidie dan Aceh
Utara. Sedangkan Aceh Tamiang merupakan jumlah produksi udang yang terbanyak
yaitu sebesar 2730 ton. Rendahnya jumlah produksi udang windu di Kabupaten Aceh
Timur disebabkan kondisi areal pertambakan kurang dimanfaatkan secara optimal.
Total keseluruhan jumlah produksi udang windu di Aceh adalah sebesar 7.307,6
ton dengan produktifitas rata-rata adalah mencapai 0,15 Ton/Ha.
1.2 Tujuan Kuliah Kerja
Profesi
Untuk mengetahui teknik budidaya
udang windu (Panaeues monodon) di
Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh.
1.3 Kegunaan Kuliah Kerja
Profesi
Adapun kegunaan dari Kuliah
Kerja Profesi ini adalah :
a. Diharapkan dapat memberi informasi atau pengetahuan
mengenai teknik budidaya udang windu yang dapat memberi manfaat dan pengalaman
bagi mahasiswa/i yang melakukan Kuliah Kerja Profesi.
b. Untuk memnuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala.
1.4 Metode Kuliah Kerja
Profesi
a.
Lokasi dan Objek Penelitian
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan di Desa Lambaro Skep
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.
b.
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan pihak petanbak udang windu, dengan berpodoman pada pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh
dari instansi-instansi yang terkait.
BAB II
GAMBARAN UMUM DAERAH
2.1 Letak Geografis dan
Luas Daerah
- Sebelah
Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baiturrahman
- Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala
- Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuta raja.
2.2 Keadaan Iklim
Iklim sangat menentukan dalam perkembangan pertumbuhan
tanaman. Adapun iklim yang dibutuhkan usa ha tani tambak udang sekitar 27
C – 35 C, dengan curah hujan rata-rata 7 ml pertahun. Adapun keadaan iklim Kecamatan Kuta Alam kota
Banda Aceh dapat dilihat dalam table 2 berikut :
Tabel 2. Keadaan Iklim
Kecamatan Kuta alam Kota Banda Aceh, tahun 2003
Bulan
|
Tekanan udara (Km/bln)
|
Suhu rata-rata (0C)
|
Kelembapan (mm)
|
Hujan rata-rata (mm)
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
1010.5
1010.5
1010.3
1009.6
1010.2
1009.5
1009.3
1009.9
1010.1
1010.8
1009.8
1010.7
|
26.0
26.5
26.8
27.1
27.5
27.0
27.0
27.3
26.7
26.4
25.8
26.4
|
84
80
80
87
76
76
73
73
81
79
86
83
|
6.4
5.3
4.3
1.7
3.7
10.0
4.6
2.5
5.5
10.0
22.7
4.2
|
Sumber : Kecamatan
Kuta Alam dalam angka BPS, Kota Banda Aceh, 2004
Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat perkembangan keadaan iklim di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh
selama kurun waktu 12 bulan, dari bulan januari 2002-desember 2003
2.3 Jumlah Penduduk
Berdasarkan data
penduduk yang diperoleh dari kan tor
kepala Gampong Lambaro Skep 2007 dapat dilihat pada tabel 3 sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk di Gampong Lambaro Skep
Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh.
Tahun
|
Penduduk (jiwa)
|
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
2005
2006
2007
|
-
1918
2234
|
-
1809
2046
|
Jumlah
|
4152
|
3855
|
Sumber : Kantor Kepala Gampong Lambaro Skep 2008
Berdasrkan tabel 3 diatas
dapat dilihat jumlah penduduk yang terus meningkat setelah bencana alam gempa
dan tsunami. Jumlah penduduk yang besar apabila penggunaan dan pemanfaatannya
maksimal dapat menciptakan sumber daya yang berkualitas yang dapat menjadi aset
yang berharga bagi pembangunan. Sebaliknya bila sumber daya manusia yang besar
jumlahnya dan kualitasnya rendah justru dapat menghambat laju pembangunan.
BAB III
HASIL DAN PEMBA HASAN
3.1 Persiapan Tambak
a
Pengeringan Kolam/Tambak
Manfaat pengeringan kolam yaitu dapat menanggulangi hama siput yang ada di
dalam kolam, membantu menghilangkan ikan dan binatang berkulit lainnya sebagai
pembawa penyakit dari kegiatan budidaya sebelumnya. Pengeringan kolam dilakukan
oleh petani tambak selama 10 atau 15 hari
b
Pembuangan Lumpur atau Sisa Bahan
Organik
Pembangunan lumpur atau sisa bahan organik adalah sisa
pakan yang berlebihan dan kotoran yang harus di buang dan juga bahan organik
yang ada di dalam tambak. Dan dapat juga menghilangkan gas beracun seperti
ammonia dan hydrogen sulfate dalam tambak yang dapat menyebabkan stress pada
udang. Pembuangan yang dilakukan oleh (petani tambak di sekitar area pemberian
pakan khususnya di sudut tambak.
c.
Pengecekkan pH Tanah
Manfaat pengesekkan pH tanah yaitu agar kita mengetahui
seberapa besar keasaman tanah yang ada di tambak. Apabila tanah asam perlu di berikan kapur
rata-rata 100 Kg/kolam dengan luas kolam yaitu 1500 m2.
d.
Pembalikan Tanah
Pembalikan tanah perlu dilakukan dikarenakan selama
pemeliharaan siklus sebelumnya ada mengendap bahan sisa organik, pakan, kotoran
juga untuk menghindari terjadi oksidasi.
e.
Pemberian Kapur
Pemberian kapur dilakukan
untuk menetralisir tanah dari kesaman tanah. Petani melakukan pemberian kapur
dengan cara kapur terlebih dahulu diaduk dalam ember dengan air dan titaburkan
secara merata ke seluruh tambak.
f.
Pemberian Samponin
Pemberian samponin perlu
dilakukan apbila air di dalam kolam tidak semuanya terbuang. Karena di dalam
kolam ada binatang maka dilakukan pemberian samponin. Sebaiknya air tamabak
tidak perlu di berikan racun baik akodan, diodan dan lain sebagainya, karena
dapat mempengaruhi tanah dan udang yang tidak diterima oleh pasaran
internasional.
g.
Pemasukan Air
Air tambak dimasukkan
menggunakan pipa dan pintu air, tetapi yang terpenting dalam pemsukan air ke
kolam harus memakai filter/saringan ganda agar binatang yang ada diluar tidak
masuk sehingga tidak mempengaruhi pada pemeliharaan udng. Setelah mengisi
tambak biasanya tambak dibiarkan selama 10-15 hari sebelum tebar benur. Jagalah kedalamann iar lebih dari 80 cm
dari bagian paling dangkal pada tambak.
h.
Pemberian Pupuk
Pemberian urea yang dilakukan oleh petani dalam 1 ha hanya 15 Kg dan SP 36
15 Kg. Urea ditebar di sekitar kolam sedangkan SP 36 dimasukkan di dalam karung
dan digantung di pintu air. Kemudian air yang sudah diberikan urea dan SP 36 dibiarkan
selama 15 hari untuk menjaga kualitas air di dalam tambak.
i.
Pengamatan Salinitas
Air/Keasinan Air
Sebelum tebar kapur
benurterlebih dahulu petani harus melihat keasinan air yang ada di dalam kolam.
Kemudian sebelum terima benur petani harus melakukan pengamatan benur. Induk
sepai penetasan dan udang diambil yang aktif yaitu yang melawan arus dan harus
ada pengecekan PCR test (alat untuk menentukan teridentifikasinya penyakit pada
udang) di laborataurium perikanan.
3.2 Pemeliharaan dan
Penenbaran Benur
a.
Pengamatan Benur
Sebelum melakukan
bududaya terlebih dahulu benur harus diperhatikan dan di ambil sampel benur
untuk di hitung jumlah benur setiap paking. Sebaiknya benur dibeli dari unit
pembenihan yang memenuhi standar perawatan yang baik atau unit pembenihan yang
bersetifikat. Utamakan menggunakan stadia PL-12 (panjang tubuh harus lebih dari
12 mm). Ukuran kecil tidak siap untuk dilepas dan mudah mati dengan cepat di
kolam.
Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapat dari tempat
pembibitan adalah :
a. Umur dan ukuran bentuk harus seragam..
b. Bila dikejutkan benur sehat akan melintik.
c. Benur bewarna tidak pucat.
d. Badan benur tidak bengkok dan cacat.
b
Pengamatan Benur
Bila kualitas air belum bagus benur udang terlebih
dahulu di letakkan di jaring minimal 3 hari. Pengadaptasian benur udanh
dilakukan apabila sudah sampai di kolam yang berfungsi agar benur tidak stress
dengan air yang ada di kolam. Pengadaptasian benur udang selama 15 menit.
c.
Penyesuaian Benur
Penyesuaian benur perlu
dilakukan jangan langsung di tebarkan ke dalam kolam karena belum sesuai kadar
air. Lebih baik biarkan benur itu sendiri yang keluar dari kantong plastik. Dilakukan
penyesuaian benur dengan cara mengisi air yang ada di dalam kolam ke plastik
secara perlahan-lahan.
d. Pelepasan Benur
Kebutuhan benur per kolam dengan luas 1500 m2 yaitu 20000 ekor
dan hanya 13000 ekor yang dapat beradaptasi di dalam kolam/tanbak. Pelepasan
benur dilakukan secara perlahan karena udang bersifat sangat sensitif dengan
keadaan tempat barunya. Benih harus dilepas dalam tambak pada saat suhu udara
dingin, yaitu setelah jam 6 sore atau sebelum jam 8 pagi. Benur dilepaskan
kedalam air yang berwarna hijau dan jangan dalam air bening atau air hijau
gelap. Benih disesuaikan dalam air tambak (aklimatisasi) sebelum melepaskannya
dan jagalah agar kantung-kantung mengambang di air slm 20-30 menit, campurlah
air tambak kedalam kantung benih secara perlahan-lahan setelah 30 menit, dan
kemudian lepaskan benih kedalam tambak.
3.3 Pemberian Pakan
Pemberian pakan dimulai pada
hari pelepasan, pakan yang digunakan yatu pakan yang dijual secara komersil.
Jumlah pakan sehari-hari tidak boleh melebihi jumlah yang disebutkan dalam tabel
dibawah. Penentuan banyaknya pakan berdasarkan ukuran dari udang. Gunakan anco
pakan (tray check) 4 tray/Ha untuk bembantu konsumsi pakan oleh udang. Setelah
2 jam pemberian pakan lakukan pengecekan ulang, jika ususnya masih kosong maka
pakan akan diberikan lagi tetapi jangan terlalu berlebihan karena pakan yang
terbuang akan membusuk dan dapat melepaskan gas beracun yang menyebabkan stress
pada udang.
Tabel 4. Keperluan Pakan Untuk Per 1000 Ekor Udang
Hari Setelah Pelepasan Benih
|
Ukuran Udang (jumlah/Kg)
|
Jumlah Pakan (gram/hari)
|
1
|
1000
|
50
|
7
|
500
|
95
|
15
|
250
|
185
|
23
|
200
|
225
|
26
|
175
|
260
|
30
|
150
|
300
|
35
|
125
|
335
|
40
|
110
|
370
|
45
|
100
|
400
|
50
|
90
|
430
|
55
|
80
|
475
|
60
|
75
|
485
|
65
|
70
|
505
|
70
|
65
|
530
|
75
|
60
|
555
|
80
|
55
|
580
|
85
|
50
|
600
|
90
|
45
|
615
|
95
|
40
|
625
|
100
|
35
|
610
|
110
|
30
|
560
|
115
|
28
|
540
|
120
|
26
|
575
|
127
|
24
|
625
|
135
|
22
|
680
|
140
|
20
|
750
|
Sumber : Data Primer, 2009
Dari tabel 4 diatas dapat kita lihat keperluan pakan udang 60 hari pertama
diberikan 2 kali sehari dengan cara memisahkan jumlah keperluan pakan perhari
dalam 2 kali pemberian pakan, setelah 60 hari berikan pakan 3 kali sehari
dengan memisahkan jumlah keperluan pakan perhari dalam 3 kali pemberian pakan
dan untuk setiap pemberian pakan disesuaikan jumlah pakan dengan menggunakan
anco pakan dari pemberian pakan sebelumnya.
3.4 Manajemen Air
perukaran air dilakukan dengan hati-hati dan air tidak boleh terlalu dering
dimasukkan dan ditukar. Untuk bulan pertama usahakan air jangan diganti, tetapi
mulailah pada bulan kedua jika perlu ganti air tetapi upayakan seminnimal
mungkin. Keluarkan air jika pertumbuhan plankton terlalu tebal (air hijau
gelap). Jangan memasukkan/membuang iar lebih dari 15-30 cm perhari. Gunakanlah
kapur pertanian setelah setiap kali memsaukkan air atau menukar air dan setelah
hujan. Kapur tersebut akan berfungsi sebagai
penetral air, pH air harus 7.5-8.5l, jika pH lebih rendah 7.5 maka gunakanlah
kapur meningkatkannya dan jika pH lebih tinggi dari 8.5 maka tukarlah air untuk
menurunkan pH. Kadar gram (salinitas) yang ideal untuk udang adalah 20-25 ppm
sedangkan warna air yang bagus adalah hijau/warna coklat. Ammonia harus kurang dari 0.5 ppm, gunakan alat
tes kandungan ammonia.
3.5 Manajemen Kesehatan Udang Windu
Kesehatan udang harus setiap hari dipantau dg menjala udang. Udang harus
bersih dengan warna normal, usus berisi dan tidak kehilangan kaki atau antena. Periksa
5-10 udang dari anco pakan atau dari jala, jika insang udang kotor maka berarti
permukaan dasar tambak atau tempat udang tidak bersih, maka taburkanlah pakan
kawasan lain yang bersih dan taburkanlah pakan kekawasan lain yang bersih dan
tukarlah air 10 cm dan gunakan kapur pertanian sebanyak 200 kg/ha. Jika udang
sakit atau bertahi putih ditemukan dipermukaan air maka periksalah insang udang
apakah kotor atau hitam. Jika demikian
maka kurangilah pemberian pakan dan tukar air hingga 10 cm.
Penyakit pada udang disebabkan
oleh :
1. Penyakit yang berada dalam tubuh benur
atau bibit udang yang ditelurkan dari induk udang
2. Air sungai yang mengandung penyakit dan
masuk ke tambak karena adanya wabah penyakit
3. Terjangkitnya udang windu karena adanya
sisa udang yang sakit dari siklus sebelumnya sebab pada saat pengeringan tidak
sempurna.
Hal yang harus dilakukan jika
udang berpenyakit yaitu :
·
Catatlah
setiap hari berapa banyak udang yang terkena penyakit atau mati.
·
Jika
udang mati sedikit (<5 ekor) tidak perlu melakukan panen darurat.
·
Ambillah
udang yang berpenyakit dan mati kemudian tanamlah yang jauh dari tambak.
·
Jangan
buang udang mati dan yang berpenyakit ke dalam saluran air atau ketempat yang
terbuka.
·
Jangan
menggunakan bahan kimia tanpa nasehat dari ahli atau spesialis.
·
Jika kematian udang meningkat cepat (>5 udang mati perhari) dan terlihat
atau tidak terlihat tanda-tanda putih (White Spots) pada udang, dikombinasikan
dengan menurunnya konsumsi makan, persiapkan panen darurat. Jika udang yang sakit terlalu kecil untuk
dipanen maka biarkan saja didalam kolam paling tidak satu bulan.
·
Jika
ingin memulai lagi, maka gunakan kaporit (Calsium Hypochlorite) 1000 Kg/Ha
untuk membunuh seluruh organisme di tambak. Dan setelah 15 hari lepaskanlah air
kesaluran air.
3.6 Panen dan Pasca Panen
Pada umunya pemaneman udang
dilakukan setelah pemeliharaan pada petak setelah 120 hari, dengan berat
rata-rata 30-35 ekor/kg, jumlah penen perkolam yaitu 216 kg. Perlakuan dan
teknis yang dilakukan sebelum pemaneman adalah pengapuran dengan dosis 100-200
kg/ha kedalam kolam yang lebih hitam khususnya dibagian sudut dan dipinggir.
Hindari panen pada saat bulan penuh atau mati. Dua hari sebelum panen
periksalah jika ada udang yang berganti kulit sekitar >10%, maka tundalah
panen satu atau dua hari. Jangan tukar air atau kurangi tingkat air selama 3-4
hari sebelum panen untuk menjaga agar usus kosong dan meningkatkan ketahanan
hidupnya.
Selesai proses panen
(keringkan dan panen) dalam waktu 6-8 jam. Pemaneman dilakukan dlm jangka waktu jam 6 sore
sampai jam 6 pagi, hindari memanen dan mengemas udang saat hari sedang panas. Untuk
mempercepat panen gunakan pompa dan jaring kantung;.
Setelah pemaneman udang, kemudian dicuci dengan air bersih. Setelah mencuci
udang hasil panen letakkan dalam larutan lebih dari 15 menit. Jika mungkin
gunakan air yang layak minum untuk membuat larutan es. Ketika mencuci udang
tidak boleh menggunakan bahan kimia ataupun pendingin tanpa pengetahuan cara
pemakaiannya (Processor Knowledge). Selama panen menggunakan es yang
berkualitas. Untuk pengiriman udang dimasukkan kedalam kotak-kotak yang berisi
es pecah-pecah pada rasio 1:1 untuk perlindungan yang baik dan pastikan dasar
kotak bersih sebelum kotak disusun serta jagalah kebersihan dalam pengepakan.
3.7 Saluran Pemasaran
Adapun saluran pemasaran yang
digunakan petani tambak udang windu yaitu menggunakan dua saluran :
1. Produsen konsumen
Saluran pemasaran ini
menunjukkan produsen langsung menjual udang windu kepada konsumen dengan harga
Rp. 60.000/Kg.
2. produsen
Pengumpul
Pengecer Konsumen
Saluran ini petani tambak
menjual udang windu kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp. 50.000/Kg,
pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 60.000/Kg
dan pedagang pengecer menjual kembali kepada konsumen dengan harga Rp. 65.000/Kg.
3.8 Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh
petani tambak dari usaha budidaya udang windu di lokasi peneliyian dapat
dilihat pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel. 5 Tingkat Pendapatan Petani Tambak Udang Windu
No
|
Uraian
|
Status
|
Nilai
|
1
2
3
4
|
Produksi
Harga Jual
Nilai Hasil
Biaya Produksi
A) Benur
B) Pupuk
C) Pakan
D) Biaya lain-lain
|
Kg
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
|
216
50.000
10.800.000
600.000
700.000
500.000
200.000
|
5
|
Pendapatan
|
Rp
|
8.8000.000
|
Sumber : Data Primer, 2009
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan diatas
dapat ditarik kesimpulan :
a. Adpun aspek-aspek budidaya udang windu
yaitu persiapan tambak, pemeliharaan dan penebaran benur, manajemen pakan yang
baik, manajemen air, manajemen kesehatan, dan penanganan panen dan pasca panen
serta saluran pemasarannya.
b. Luas kolam 1.500 m2, kebutuhan
benur 20.000 ekor dengan produksi 216 Kg, harga jual Rp. 50.000/Kg. Rata-rata
pendapatan petani tambak udang windu adalah Rp. 8.800.000/ kolam (1.500 m2).
c. Saluran pemasaran ada 2 yaitu :
2. Produsen konsumen
3. produsen
Pengumpul
Pengecer Konsumen
4.2 Saran
Adapun saran yang dapaaat
penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
Para petambak sebaiknya harus
lebih memperhatikan lagi kesehatan dan saluran pemasaran udang windu sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani tambak.
Perhatian dan penyuluhan bagi petani tambak udang umumnya dan petani tambak
udang windu khususnya dapat diberdayakan semaksimal mungkin, baik dari segi
pemeliharaan sampai pada pengolahan serta pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Amri.
K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif, PT. Agro Media Pusaka,
Tanggerang.
Anonymus.
2004. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka 2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aceh.
Anonymus.
2005. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka
2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aaceh.
Anonymus.
2006. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan
Kelautan, Provinsi NAD, Banda Aceh.
Anonymus.
2007. Praktek Manajemen Yang Baik Untuk
Tambak Udang di Aceh. BRR NAD-NIAS, Banda Aaeh
Murtidjo,
B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem
Monokultur. Kanisius. Yogyakarta.
Putnomo. 1994. Limbah Udang Potensial Untuk Industri. Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.
Suyanto, S. R dan Mujiman, A. 2004. Budidaya Udang Windu.
Penebar Swadaya. Jakarta .
|
No comments:
Post a Comment