


TEKHNIK
BUDIDAYA UDANG WINDU DI DESA LAMBARO SKEP
OLEH
NURUL AKMAL
0505102020031

PROGRAM STUDI EKSTENSI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
DARUSSALAM – BANDA ACEH
2009





Syukur Alhamdulillah
kehadirat Allah SWT karena hanya dengan kekuasaan dan limpahan karuniaNya
penulis telah mampu menyelesaikan penulisan laporan Kuliah Kerja Profesi dengan
judul “Teknik Budidaya Udang Windu di
Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh”. Kuliah kerja profesi ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan
studi pada Fakultas Pertanian.
Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang
setingi-tingginya kepada Ibu Dra. Elliza
Zulkifli yang telah banyak membantu memberi bimbingan dan pengarahan sejak awal
hingga selesainya penulisan karya tulis ini dan tidak lupa pula ucapan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan karya tulis
ini.
Penulis menyadari bahwa tidak
ada yang sempurna di dunia ini, begitu pula dengan penulisan karya tulis ini
tentunya masih banyak kekurangan dengan segala keterbatasan yang saya miliki.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat saya harapkan
demi perbaikan karya tulis ini, semoga dapat memberikan kebaikan bagi kita
semua, amin.
Darussalam,
Mei 2009
|


KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ ii
DAFTAR TABEL .................................................................................................... iv
BAB PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang .................................................................................... ........ 1
1.2
Tujuan
Kuliah Kerja Profesi ................................................................ ........ 4
1.3
Kegunaan
Kuliah Kerja Profesi ........................................................... ........ 4
1.4
Motedo
Kuliah Kerja Profesi .............................................................. ........ 4
BAB GAMBARAN UMUM DAERAH
1.1. Letak Geografis dan Luas Wilayah ..................................................... ........ 6
1.2. Keadaan Iklim ..................................................................................... ........ 6
1.3. Jumlah Penduduk ................................................................................ ........ 7
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Persia pan Tambak ................................................................................ ........ 9
a.
Pengeringan Kolam/Tambak .......................................................... ........ 9
b. Pembuangan Lumpur atau sisa bahan organic ............................... ........ 9
c. Pengecekan pH tanah .................................................................... ........ 9
d. Pembalikan tanah ........................................................................... ........ 10
e. Pemberian kapur ............................................................................ ........ 10
f. Pemberian samponin ...................................................................... ........ 10
g. Pemasukan air ................................................................................ ........ 10
h. Pemberian pupuk ........................................................................... ........ 11
i.
Pengamatan
salinitas air / keasinan air ........................................... ........ 11
|
3.2. Pemeliharaan dan Penebaran
Benur .................................................... ........ 11
a. Pengamatan benur ......................................................................... ........ 11
b. Pengadaptasian benur udang di tambak ........................................ ........ 12
c. Penyesuaian benur ......................................................................... ........ 12
d. Pelepasan benur ............................................................................. ........ 12
3.3. Pemberian pakan ................................................................................. ........ 13
3.4. Manajemen Air .................................................................................. ........ 15
3.5. Manajemen kesehatan udang windu .................................................. ........ 15
3.6. Panen dan pasca panen ....................................................................... ........ 17
3.7. Saluran
pemasaran .............................................................................. ........ 18
3.8. Pendapatan ......................................................................................... ........ 19
BAB IV. PENUTUP
4.1. Kesimpulan .......................................................................................... ........ 20
4.2. Saran .................................................................................................... ........ 20
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... ........ 21
DAFTAR TABEL

Tabel
1. . Penyebaran
Luas Areal, Produksi, Dan Produktivitas Udang Windu di
..... Nanggroe
Aceh Darussalam ............................................................................... 3
2... Keadaan
iklim kecamatan Kuta Alam Banda Aceh, tahun 2004............... ........ 7
3. . Jumlah
Penduduk Desa Lambaro Skep Kecamatan Kuta Alam Kota
..... Banda Aceh ........................................................................................................ 8
4... Keperluan
Pakan perhari per 1000 ekor Udang .................................................. 14
5... Tingkat
Pendapatan Petani Tambak Udang Windu ........................................... 19

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan
merupakan salah satu sektor yang banyak memberi kontribusi bagi perekonomian
Kota Banda Aceh di banding dua sektor sebelumnya. Sektor ini menyerap tenaga
kerja yang banyak, hal ini disebabkan Kota Banda Aceh yang dikelilingi oleh
laut. Di sekitar pesisir pantai mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau
berusaha di sektor perikanan.
Udang windu (Panaeus monodon) adalah kelompok spesies
udang komersil yang diusahakan di sub sektor perikanan, jenis udang ini
biasanya berukuran besar hingga mencapai 34 cm dan 270 gr berat. Dalam dunia
perdagangan udang windu dikenal dengan nama “Tiger Praw” atau “Jumbo Tiger
Praw” (Suyanto, S. R dan Mujiman, A, 2004).
Udang windu merupakan
komoditas primadona ekspor non migas karena permintaan konsumen dunia terhadap
udang ini rata-rata naik. Ketertarikan konsumen terhadap udang windu tidak
terbatas hanya pada rasa dagingnya yang lezat, tetapi limbah dari bagian tubuh
udang windu yaitu kepala dan cangkangnya (Carapace)
bisa memberi nilai tambah yang berarti. Limbah kulit udang ini bisa
dimanfaatkan berbagai bahan baku industri seperti industri farmasi, kosmetik,
pangan dan tekstil. Kulit udang mengandung chitin 10-60% dari berat keringnya.
Lokasi budi daya udang windu
secara intensif adalah disepanjang pantai. Dari 108.000 km panjang pantai yang
dimiliki Indonesia, sebagian besar bisa dimanfaatkan untuk budi daya udang,
terutama diwilayah pesisir. Lokasi paling potensial untuk budi daya udang windu
adalah pesisir timur pulau Sumatera (Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Palembang, Riau dan Lampung), pesisir utara pulau Jawa (pantura), pesisir Kalimantan,
Bali, Nusa Tenggara serta Papua.


Adapun untuk lebih jelasnya
mengenai penyebaran luas areal, produksi dan produktifitas pertambakan di Nanggroe
Aceh Darussalam, maka dapat dilihat pada tabel 1 berikut :
Tabel
1. Penyebaran Luas Areal, Produksi, dan
Poduktifitas Udang Windu di Nanggroe
Aceh Darussalam, tahun 2006
No
|
Kabupaten/Kota
|
Luas
areal (Ha)
|
Produksi
(Ton)
|
Produktifitas
|
|
Luas
Kotor
|
Luas
Panen
|
||||
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
|
Banda Aceh
Aceh Besar
Sabang
Pidie dan Pidie
Jaya
Bireuen
Lokhsemawe
Aceh Utara
Aceh Timur
Langsa
Aceh Tamiang
Aceh Jaya
Aceh Barat
Nagan Raya
Aceh Barat Daya
Aceh Selatan
|
289.7
472.0
47.0
5056.7
4945.7
1209.0
10063.0
13480.0
2203.0
3858.0
150.2
289.0
53.0
57.0
25.0
|
246.3
401.2
43.0
4298.0
4352.2
1027.6
9574.2
11548.0
1983.0
3279.0
127.6
267.0
46.6
49.9
7.1
|
8.6
67.9
1.5
941.2
1560.6
138.4
860.1
768.8
201.3
2730.0
12.0
11.0
2.3
3.6
0.3
|
0.03
0.17
0.03
0.22
![]()
0.13
0.09
0.07
0.10
0.83
0.09
0.04
0.05
0.07
0.04
|
Jumlah
|
42198.6
|
37250.7
|
7307.6
|
2.32
|
|
Rat-rata
|
2813.2
|
2483.4
|
487.2
|
0.15
|
Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Nanggroe Aceh Darussalam


1.2 Tujuan Kuliah Kerja
Profesi
Untuk mengetahui teknik budidaya
udang windu (Panaeues monodon) di
Desa Lambaro Skep Kota Banda Aceh.
1.3 Kegunaan Kuliah Kerja
Profesi
Adapun kegunaan dari Kuliah
Kerja Profesi ini adalah :
a. Diharapkan dapat memberi informasi atau pengetahuan
mengenai teknik budidaya udang windu yang dapat memberi manfaat dan pengalaman
bagi mahasiswa/i yang melakukan Kuliah Kerja Profesi.
b.
Untuk memnuhi salah satu persyaratan dalam menyelesaikan studi pada Jurusan
Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Syiah Kuala.

1.4 Metode Kuliah Kerja
Profesi
a.
Lokasi dan Objek Penelitian
Kuliah Kerja Profesi ini dilakukan di Desa Lambaro Skep
Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh.

b.
Data Penelitian
Penelitian ini menggunakan
data primer dan sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara langsung
dengan pihak petanbak udang windu, dengan berpodoman pada pertanyaan yang telah
disiapkan sebelumnya. Data sekunder diperoleh
dari instansi-instansi yang terkait.

BAB II

2.1 Letak Geografis dan
Luas Daerah
- Sebelah
Utara berbatasan dengan Selat Malaka
- Sebelah
Selatan berbatasan dengan Kecamatan Baiturrahman
- Sebelah Barat
berbatasan dengan Kecamatan Syiah Kuala
- Sebelah
Timur berbatasan dengan Kecamatan Kuta raja.
2.2 Keadaan Iklim
Iklim sangat menentukan dalam perkembangan pertumbuhan
tanaman. Adapun iklim yang dibutuhkan usa ha tani tambak udang sekitar 27
C – 35 C, dengan curah hujan rata-rata 7 ml pertahun. Adapun keadaan iklim Kecamatan Kuta Alam kota
Banda Aceh dapat dilihat dalam table 2 berikut :
Tabel 2. Keadaan Iklim
Kecamatan Kuta alam Kota Banda Aceh, tahun 2003
Bulan
|
Tekanan udara (Km/bln)
|
Suhu rata-rata (0C)
|
Kelembapan (mm)
|
Hujan rata-rata (mm)
|
Januari
Februari
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Oktober
November
Desember
|
1010.5
1010.5
1010.3
1009.6
1010.2
1009.5
1009.3
1009.9
1010.1
1010.8
1009.8
1010.7
|
26.0
26.5
26.8
27.1
27.5
27.0
27.0
27.3
26.7
26.4
25.8
26.4
|
84
80
80
87
76
76
73
73
81
79
86
83
|
6.4
5.3
4.3
1.7
3.7
10.0
4.6
2.5
5.5
10.0
22.7
4.2
|

Berdasarkan tabel diatas dapat
dilihat perkembangan keadaan iklim di Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh
selama kurun waktu 12 bulan, dari bulan januari 2002-desember 2003
2.3 Jumlah Penduduk

Tabel 3. Jumlah Penduduk di Gampong Lambaro Skep
Kecamatan Kuta Alam Kota Banda Aceh.
Tahun
|
Penduduk (jiwa)
|
|
|
Laki-laki
|
Perempuan
|
2005
2006
2007
|
-
1918
2234
|
-
1809
2046
|
Jumlah
|
4152
|
3855
|
Sumber : Kantor Kepala Gampong Lambaro Skep 2008
Berdasrkan tabel 3 diatas
dapat dilihat jumlah penduduk yang terus meningkat setelah bencana alam gempa
dan tsunami. Jumlah penduduk yang besar apabila penggunaan dan pemanfaatannya
maksimal dapat menciptakan sumber daya yang berkualitas yang dapat menjadi aset
yang berharga bagi pembangunan. Sebaliknya bila sumber daya manusia yang besar
jumlahnya dan kualitasnya rendah justru dapat menghambat laju pembangunan.

BAB III

3.1 Persiapan Tambak
a
Pengeringan Kolam/Tambak
Manfaat pengeringan kolam yaitu dapat menanggulangi hama siput yang ada di
dalam kolam, membantu menghilangkan ikan dan binatang berkulit lainnya sebagai
pembawa penyakit dari kegiatan budidaya sebelumnya. Pengeringan kolam dilakukan
oleh petani tambak selama 10 atau 15 hari
b
Pembuangan Lumpur atau Sisa Bahan
Organik
Pembangunan lumpur atau sisa bahan organik adalah sisa
pakan yang berlebihan dan kotoran yang harus di buang dan juga bahan organik
yang ada di dalam tambak. Dan dapat juga menghilangkan gas beracun seperti
ammonia dan hydrogen sulfate dalam tambak yang dapat menyebabkan stress pada
udang. Pembuangan yang dilakukan oleh (petani tambak di sekitar area pemberian
pakan khususnya di sudut tambak.
c.
Pengecekkan pH Tanah
Manfaat pengesekkan pH tanah yaitu agar kita mengetahui
seberapa besar keasaman tanah yang ada di tambak. Apabila tanah asam perlu di berikan kapur
rata-rata 100 Kg/kolam dengan luas kolam yaitu 1500 m2.
d.
Pembalikan Tanah
Pembalikan tanah perlu dilakukan dikarenakan selama
pemeliharaan siklus sebelumnya ada mengendap bahan sisa organik, pakan, kotoran
juga untuk menghindari terjadi oksidasi.
e.
Pemberian Kapur
Pemberian kapur dilakukan
untuk menetralisir tanah dari kesaman tanah. Petani melakukan pemberian kapur
dengan cara kapur terlebih dahulu diaduk dalam ember dengan air dan titaburkan
secara merata ke seluruh tambak.
f.
Pemberian Samponin
Pemberian samponin perlu
dilakukan apbila air di dalam kolam tidak semuanya terbuang. Karena di dalam
kolam ada binatang maka dilakukan pemberian samponin. Sebaiknya air tamabak
tidak perlu di berikan racun baik akodan, diodan dan lain sebagainya, karena
dapat mempengaruhi tanah dan udang yang tidak diterima oleh pasaran
internasional.
g.
Pemasukan Air

h.
Pemberian Pupuk

i.
Pengamatan Salinitas
Air/Keasinan Air

3.2 Pemeliharaan dan
Penenbaran Benur
a.
Pengamatan Benur

Adapun sifat dan ciri benur yang bermutu baik yang didapat dari tempat
pembibitan adalah :
a. Umur dan ukuran bentuk harus seragam..
b. Bila dikejutkan benur sehat akan melintik.
c. Benur bewarna tidak pucat.
d. Badan benur tidak bengkok dan cacat.
b
Pengamatan Benur
Bila kualitas air belum bagus benur udang terlebih
dahulu di letakkan di jaring minimal 3 hari. Pengadaptasian benur udanh
dilakukan apabila sudah sampai di kolam yang berfungsi agar benur tidak stress
dengan air yang ada di kolam. Pengadaptasian benur udang selama 15 menit.
c.
Penyesuaian Benur
Penyesuaian benur perlu
dilakukan jangan langsung di tebarkan ke dalam kolam karena belum sesuai kadar
air. Lebih baik biarkan benur itu sendiri yang keluar dari kantong plastik. Dilakukan
penyesuaian benur dengan cara mengisi air yang ada di dalam kolam ke plastik
secara perlahan-lahan.
d. Pelepasan Benur

3.3 Pemberian Pakan
Pemberian pakan dimulai pada
hari pelepasan, pakan yang digunakan yatu pakan yang dijual secara komersil.
Jumlah pakan sehari-hari tidak boleh melebihi jumlah yang disebutkan dalam tabel
dibawah. Penentuan banyaknya pakan berdasarkan ukuran dari udang. Gunakan anco
pakan (tray check) 4 tray/Ha untuk bembantu konsumsi pakan oleh udang. Setelah
2 jam pemberian pakan lakukan pengecekan ulang, jika ususnya masih kosong maka
pakan akan diberikan lagi tetapi jangan terlalu berlebihan karena pakan yang
terbuang akan membusuk dan dapat melepaskan gas beracun yang menyebabkan stress
pada udang.

Tabel 4. Keperluan Pakan Untuk Per 1000 Ekor Udang
Hari Setelah Pelepasan Benih
|
Ukuran Udang (jumlah/Kg)
|
Jumlah Pakan (gram/hari)
|
1
|
1000
|
50
|
7
|
500
|
95
|
15
|
250
|
185
|
23
|
200
|
225
|
26
|
175
|
260
|
30
|
150
|
300
|
35
|
125
|
335
|
40
|
110
|
370
|
45
|
100
|
400
|
50
|
90
|
430
|
55
|
80
|
475
|
60
|
75
|
485
|
65
|
70
|
505
|
70
|
65
|
530
|
75
|
60
|
555
|
80
|
55
|
580
|
85
|
50
|
600
|
90
|
45
|
615
|
95
|
40
|
625
|
100
|
35
|
610
|
110
|
30
|
560
|
115
|
28
|
540
|
120
|
26
|
575
|
127
|
24
|
625
|
135
|
22
|
680
|
140
|
20
|
750
|
Sumber : Data Primer, 2009


3.4 Manajemen Air


3.5 Manajemen Kesehatan Udang Windu

Penyakit pada udang disebabkan
oleh :
1. Penyakit yang berada dalam tubuh benur
atau bibit udang yang ditelurkan dari induk udang
2. Air sungai yang mengandung penyakit dan
masuk ke tambak karena adanya wabah penyakit
3. Terjangkitnya udang windu karena adanya
sisa udang yang sakit dari siklus sebelumnya sebab pada saat pengeringan tidak
sempurna.
Hal yang harus dilakukan jika
udang berpenyakit yaitu :
·
Catatlah
setiap hari berapa banyak udang yang terkena penyakit atau mati.
·
Jika
udang mati sedikit (<5 ekor) tidak perlu melakukan panen darurat.
·
Ambillah
udang yang berpenyakit dan mati kemudian tanamlah yang jauh dari tambak.
·
Jangan
buang udang mati dan yang berpenyakit ke dalam saluran air atau ketempat yang
terbuka.
·
Jangan
menggunakan bahan kimia tanpa nasehat dari ahli atau spesialis.
·
Jika kematian udang meningkat cepat (>5 udang mati perhari) dan terlihat
atau tidak terlihat tanda-tanda putih (White Spots) pada udang, dikombinasikan
dengan menurunnya konsumsi makan, persiapkan panen darurat. Jika udang yang sakit terlalu kecil untuk
dipanen maka biarkan saja didalam kolam paling tidak satu bulan.

·
Jika
ingin memulai lagi, maka gunakan kaporit (Calsium Hypochlorite) 1000 Kg/Ha
untuk membunuh seluruh organisme di tambak. Dan setelah 15 hari lepaskanlah air
kesaluran air.
3.6 Panen dan Pasca Panen
Pada umunya pemaneman udang
dilakukan setelah pemeliharaan pada petak setelah 120 hari, dengan berat
rata-rata 30-35 ekor/kg, jumlah penen perkolam yaitu 216 kg. Perlakuan dan
teknis yang dilakukan sebelum pemaneman adalah pengapuran dengan dosis 100-200
kg/ha kedalam kolam yang lebih hitam khususnya dibagian sudut dan dipinggir.
Hindari panen pada saat bulan penuh atau mati. Dua hari sebelum panen
periksalah jika ada udang yang berganti kulit sekitar >10%, maka tundalah
panen satu atau dua hari. Jangan tukar air atau kurangi tingkat air selama 3-4
hari sebelum panen untuk menjaga agar usus kosong dan meningkatkan ketahanan
hidupnya.
Selesai proses panen
(keringkan dan panen) dalam waktu 6-8 jam. Pemaneman dilakukan dlm jangka waktu jam 6 sore
sampai jam 6 pagi, hindari memanen dan mengemas udang saat hari sedang panas. Untuk
mempercepat panen gunakan pompa dan jaring kantung;.

3.7 Saluran Pemasaran
Adapun saluran pemasaran yang
digunakan petani tambak udang windu yaitu menggunakan dua saluran :
1.
Produsen konsumen

Saluran pemasaran ini
menunjukkan produsen langsung menjual udang windu kepada konsumen dengan harga
Rp. 60.000/Kg.
2. 

produsen
Pengumpul
Pengecer Konsumen



Saluran ini petani tambak
menjual udang windu kepada pedagang pengumpul dengan harga Rp. 50.000/Kg,
pedagang pengumpul menjual kepada pedagang pengecer dengan harga Rp. 60.000/Kg
dan pedagang pengecer menjual kembali kepada konsumen dengan harga Rp. 65.000/Kg.

3.8 Pendapatan
Pendapatan yang diperoleh
petani tambak dari usaha budidaya udang windu di lokasi peneliyian dapat
dilihat pada tabel 5 sebagai berikut :
Tabel. 5 Tingkat Pendapatan Petani Tambak Udang Windu
No
|
Uraian
|
Status
|
Nilai
|
1
2
3
4
|
Produksi
Harga Jual
Nilai Hasil
Biaya Produksi
A) Benur
B) Pupuk
C) Pakan
D) Biaya lain-lain
|
Kg
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
Rp
|
216
50.000
10.800.000
600.000
700.000
500.000
200.000
|
5
|
Pendapatan
|
Rp
|
8.8000.000
|
Sumber : Data Primer, 2009


PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasrkan pembahasan diatas
dapat ditarik kesimpulan :
a. Adpun aspek-aspek budidaya udang windu
yaitu persiapan tambak, pemeliharaan dan penebaran benur, manajemen pakan yang
baik, manajemen air, manajemen kesehatan, dan penanganan panen dan pasca panen
serta saluran pemasarannya.
b. Luas kolam 1.500 m2, kebutuhan
benur 20.000 ekor dengan produksi 216 Kg, harga jual Rp. 50.000/Kg. Rata-rata
pendapatan petani tambak udang windu adalah Rp. 8.800.000/ kolam (1.500 m2).
c. Saluran pemasaran ada 2 yaitu :
2.
Produsen konsumen

3. 

produsen
Pengumpul
Pengecer Konsumen



4.2 Saran
Adapun saran yang dapaaat
penulis berikan diantaranya sebagai berikut :
Para petambak sebaiknya harus
lebih memperhatikan lagi kesehatan dan saluran pemasaran udang windu sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani tambak.


Amri.
K. 2003. Budidaya Udang Windu Secara Intensif, PT. Agro Media Pusaka,
Tanggerang.
Anonymus.
2004. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka 2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aceh.
Anonymus.
2005. Kecamatan Kuta Alam Dalam Angka
2004, Badan Pusat Statistik NAD, Banda Aaceh.
Anonymus.
2006. Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan
Kelautan, Provinsi NAD, Banda Aceh.
Anonymus.
2007. Praktek Manajemen Yang Baik Untuk
Tambak Udang di Aceh. BRR NAD-NIAS, Banda Aaeh
Murtidjo,
B.A. 1992. Budidaya Udang Windu Sistem
Monokultur. Kanisius. Yogyakarta.
Putnomo. 1994. Limbah Udang Potensial Untuk Industri. Dalam Kumpulan Kliping Udang II. Trubus.

|
No comments:
Post a Comment